- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
...
TS
rendyprasetyyo
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
Quote:
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
SELAMAT DATANG DI CERITA KITA UNTUK SELAMANYA SERIES.
Quote:
Sinopsis:
Ditahun 2025 terjadi kekacauan besar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pandemi virus yang semakin memburuk, serangan teror, unjuk rasa, banyak orang harus kehilangan keluarga dan mata pencarian, sampai akhirnya pemerintah menetapkan status darurat nasional untuk menghentikan semua aktifitas yang dapat membahayakan warga. Ditengah kekacauan ini, Rendy dan Bianca bertemu dengan Mr.Klaus yang akan merubah hidup mereka dan membawa mereka pada petualangan baru di Desa Praijing, Sumba. Siapakah yang akan memperbaiki keadaan tersebut? Apakah kekacauan tersebut bisa diselesaikan? Siapakah sebenernya Mr.Klaus?
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Pembukanya gak usah panjang-panjang. sebelum baca series ketiga ini gue rekomendasikan untuk baca dulu dua series sebelumnya ya biar gak bingung dan gak banyak nanya lagi. Tapi kalau mau lanjut kesini aja juga boleh. langsung aja, enjoy the story hehe.
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
--------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Quote:
--------------------------------------------------------------------------------------------
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 3 : CATAPHILES
PROLOG
Tahun 2026
Disebuah negeri entah berantah.
“Bi..? ini beneran kamu?”
Gue buka mata gue perlahan sambil menegakkan tubuh gue yang serasa rontok disemua bagian. Tangan kiri gue berasa perih dan samar-samar terlihat aliran darah beku menghitam diarea pergelangannya. Bibir atas dan lutut kaki sebelah kanan gue juga menimbulkan sensasi sakit luar biasa tiap kali gue mencoba untuk menggerakkan tubuh. Samar-samar terlihat bayangan bibi ketika pertama kali gue membuka mata tadi. Sekarang setelah sepenuhnya sadar, gue makin bingung dengan keadaan yang tejadi karena gak cuma ada Bibi disini. Ada seorang wanita lain terlihat sedang membalut luka ditungkai kaki seorang pria yang terlihat mengeluarkan darah cukup banyak.
“Iya, Rendy. Ini aku” Bibi menjawab sambil mengulurkan beberapa obat penghilang rasa sakit dan penambah darah untuk gue minum. “Minum nih kalau masih kerasa sakit, untung aja gak apa-apa kan.”
“Gak apa-apa apanya sih bi?” gue mengambil obat dari tangan bibi dan segera meminum obat tersebut dengan beberapa teguk air yang ada digelas di sisi lain tubuh gue. “Emang kita dimana? Kenapa ada mereka juga?”
Gue dan Bibi sekarang ada disebuah pondok kayu kecil berukuran 3x4 m dengan satu jendela persegi kecil bertirai kain hitam lusuh jadi tempat lewat mentari pagi berada disisi belakang tubuh bibi. Sang wanita asing yang tadi sedang sibuk memperban seorang laki-laki sekarang terlihat menatap Bibi dari kejauhan. Luka yang sedang diperban dari tungkai cowok tersebut pun terlihat sudah berhenti mengalirkan darah. Ruangan kumuh ini lembab dengan hanya satu alas tidur jadi tempat beristirahat lelaki dengan perban didaerah tungkai. Samar gue lihat kalau laki-laki ini terlihat familiar dengan rambut ikal panjangnya.
“hufft” bibi menjawab sambil menghela nafas panjang dan membereskan beberapa peralatan yang sebelumnya dipakai untuk mengobati gue. “dugaan aku bener kan, kamu bakal lupa semuanya setelah semalam kepala kamu kebentur. Untung ada mereka yang nolongin”
Terlihat sang wanita tersenyum tipis sambil melambaikan tangan kearah gue.
“Mereka siapa be?” gue bertanya pelan kearah bibi sambil meringis.
“Astaga Rendy kamu beneran gak inget apa-apa ya. Yang cewek namanya Sydney dan yang cowok namanya Will” Bibi menjawab. “Kita disini bareng-bareng karena harus ngumpulin informasi tentang apapun yang berhubungan sama organisasi Cataphiles, seenggaknya itu perintah yang dikasih atasan kemaren. Tapi karena kecerobohan kamu rencana kita gagal semalem dan harus sembunyi ditempat ini sekarang.”
Will? Sydney? Organisasi Cataphiles? Perintah atasan? Semua hal yang bibi bicarakan terdengar imajinatif karena seinget gue semalem sebelum tidur gue masih ada dikosan, ngobrol sama mas kosan tentang kemungkinan gue untuk pindah kerja. Gue dan bibipun udah lama gak ketemu dan sekarang tiba-tiba kita berdua sedang berada di tempat antah berantah sama dua orang asing dan katanya sedang menjalani sebuah misi.
“Bentar-bentar” gue mencoba menelaah perkataan bibi. “kamu bisa ceritain dari awal? Dari awal banget?”
“Dari awal kita ketemu?” bibi menjawab. “apa dari awal kita ada ditempat ini? by the way, kita sekarang lagi di perbatasan sisi timur kota Paris”
“Dari awal terbentuk galaksi bimasakti juga boleh aku dengerin” gue menjawab perkataan bibi sambil membenarkan posisi lutut kanan gue yang telihat lebam membiru dengan ukuran cukup besar. “semalem aku tidur masih dikosan kok tiba-tiba ada disini ya wajar dong bingung. Bentar, kamu bilang PARIS?”
“hah? Tidur dikosan?” bibi menjawab sambil mengernyitkan dahi.”bener-bener makin bodoh setelah kepalanya terbentur nih orang. ya udah sini diceritain dari awal...”
Dan bibi mulai bercerita tentang kejadian awal kenapa semua jadi seperti ini. Di kejauhan gue liat sydney terlihat tersenyum karena obrolan gue dan bibi barusan.
Index:
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
BUDAYAKAN MENINGGALKAN JEJAK SUPAYA KITA BISA SALING KENAL
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
lebih enak baca di kaskus atau wattpad?
Diubah oleh rendyprasetyyo 11-06-2023 20:12
nomorelies dan 39 lainnya memberi reputasi
38
20.9K
524
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rendyprasetyyo
#66
Chapter 21
Matahari sudah mulai tinggi, dikejauhan gue liat beberapa orang penduduk suku Dani mulai melakukan aktifitas harian mereka. Kicauan burung dikedalaman hutan masih terdengar jelas sekarang. Pemandangan indah Lembah Baliem di sekitar Danau Hebbema mulai membuat gue takjub setelah cahaya matahari mulai bersinar. Danau dikelilingi puncak pegunungan-pegunungan bersalju dengan hamparan padang rumput disekelilingnya jelas bukan pemandangan yang bisa didapat disembarang tempat.
Terdengar suara terompet ditiupkan dikejauhan sebagai penanda kalau hari sudah pagi. Anak-anak kecil terlihat mulai keluar Honai dan berlarian ke sisi-sisi danau untuk bermain air bersama teman-teman mereka sementara sang Ibu berjalan dibelakang mereka membawa beberapa perlengkapan mandi sederhana. Kehidupan suku Dani, menurut cerita Karin, mulai mengenal tradisi membersihkan tubuh beberapa tahun terakhir setelah pemerintah daerah melakukan sosialisasi tentang betapa pentingnya menjaga kebersihan. Tradisi-tradisi lama, termasuk tradisi potong jari yang dilakukan ketika kehilangan orang yang tersayang, juga telah lama dilarang oleh pemerintah karena dianggap berbahaya.
Sambil duduk di teras pondok untuk mengatur pernapasan setelah mengelilingi danau sebanyak 3 kali, gue memperhatikan betapa penduduk suku Dani hidup bahagia walaupun mereka hidup dalam kesederhanaan. Sementara wanita berkebun, berternak, dan mengurus anak, para lelaki dewasa suku Dani harus berburu di hutan agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil buruan nanti, biasanya kangguru (yang berbeda bentuk fisiologis karena ukurannya lebih kecil) dan musang, kadang rusa, bisa dimakan atau dijual dipasar nantinya. Dengan menggunakan panah, tombak, dan senter, biasanya lelaki dewasa mulai melakukan perburuan dimalam hari karena suasana lebih tenang. Perburuan ini dilakukan berkelompok, satu kelompok biasanya terdiri dari 3-4 orang, dan hasil buruan nanti bisa dibagi secara merata dipagi harinya.
“Rendoyku” suara Bibi tiba-tiba terdengar bersama langkah kaki dari arah ruang tamu. Ketika sampai diteras Bibi duduk disamping gue karena memang ada 2 kursi kayu disediakan di teras. “Kamu keringetan banget, abis lari?”
“Iya bibku huhu” gue menjawab perkataan pacar gue dengan nada letih berharap dikasihani dan masih berusaha untuk mengatur nafas“Aku harus keliling 10 kali barusan bayangin. Untung aku kuat sih”
“10 kali?” Bibi terdengar kaget. “Itu belum seberapa, besok kamu coba lari keliling 15 kali biar lebih kerasa latihannya, ya"
Gue diem sejenak mendengar respon Bibi. Kalau menurut Bibi 10 kali mengelilingi danau dengan keliling 6 Km masih belum seberapa, apa jadinya kalau gue bilang kalau sebenernya gue cuma kelilingin danau itu 3 kali?
“Aku tadi baru keliling 3 kali Bebe” gue akhirnya memutuskan untuk berkata jujur. “Nanti sore lari lagi sisanya 7 keliling biar pas 10 sesuai kata kamu ya sayang, aku gak kuat huhu”
“Uuuuh Dasar” Bibi menepuk lengan gue lumayan kuat. Rambutnya masih dikuncir satu kearah belakang hari ini. “Hmm tapi bener sih jangan dipaksain nanti kamu sakit terus aku gak punya siapa-siapa lagi”
“Kok jadi kamu yang galau bibku” Gue tertawa sambil mengelus rambutnya sedikit. Bibi cantik dengan latar belakang pemandangan danau Hebbema di pagi hari. “Iya aku gak bakal maksain, ya. Kamu sekarang mau kepasar? Karin masih siap-siap?”
“Iyaa aku sekarang mau shopping sama Karin” Bibi menjawab dengan nada antusias setelah kepalanya gue elus dan segera menjauh dari jangkauan lengan gue setelah dia sadar kalau gue belum mandi. “Mau beli kulkas, dia masih siap-siap dikamar. Jangan kelaman megang kepalanya kamu belum mandi iih”
“Hehehe rambut kamu bagus sih. Bentar, beli kulkas?” gue menjawab perkataan Bibi dengan nada kebingungan sekarang. “Emang ada yang jual disini?”
“Gak cuma kulkas aja” Bibi melanjutkan. “Kita berdua udah bikin list barang belanjaan banyak banget tadi sebelum siap-siap setelah sebelumnya Mr.K nyuruh buat kepasar. Kalau gak ada yang jual coba pesen dulu aja siapa tau bisa dibawain minggu depan, gitu kata Karin”
“Hmm” gue merespon masih dengan nada kebingungan. “Uangnya ada?”
“Ada” Sambil tersenyum bibi menjawab perkataan gue. “Karin kan udah disuruh bawa uang cash sama Mr.K. Sekarang lagi nunggu putrinya kepala suku sih mau dateng jemput aku sama Karin. Harusnya sih udah dateng ya sekarang”
Karin udah bawa uang cash? Mr.K bener-bener ngerencanain perjalanan ini dari jauh hari kayaknya.
“Oke” Gue menjawab perkataan Bibi. “Iya, Mr.K bilang kalian bakal ditemanin sama putrinya kepala suku. Bibku jangan lama-lama ya, kalau udah selesai langsung pulang aja kesini.”
“Iya rendoy” Sambil mengelus paha gue Bibi menjawab. “Kamu mending mandi deh sekarang, itu kayaknya Mr.K sama putri kepala suku udah mau kesini.”
Gue mengalihkan pandangan gue kearah Danau dan benar dikejauhan gue lihat kalau Mr.K berjalan bersama beberapa orang penduduk Suku Dani menuju ke arah Pondok. Beberapa saat kemudian terdengar langkah kaki Karin diruang tamu dan segera bergabung dengan gue dan Bibi yang sedang bersantai di teras pondok.
“Ren kalau lo mau sarapan tuh masih ada sisa sarapan roti yang gue makan sama bibi tadi pagi.” Karin tiba-tiba berkata sambil menyerakan ransel kecil milik Ina ke Bibi yang akan dia bawa dalam perjalanan kepasar hari ini. “Yuk, Bi itu kayaknya Mr.K sama putri kepala suku udah dateng, udah siap kan”
"Udah" Bibi menjawab singkat.
Setelah dekat, gue bisa melihat jelas seorang wanita berkulit hitam dengan senyum manis berambut panjang dengan banyak aksesoris kalung tersenyum kearah gue, Bibi, dan Karin. Wanita ini ditemani oleh dua orang pemuda berambut ikal cepak khas papua menggunakan pakaian modern berupa kaos putih dan celana jeans panjang. Belum pernah gue liat penduduk suku Dani menggunakan pakaian modern kayak sekarang.
“Ren, mandi sarapan” Mr.K berkata sambil melangkah pelan kearah pondok. Putri kepala suku dan kedua temannya tampak menunggu dipekarangan. Mr.K terlihat membawa busur dan beberapa anak panah yang diberikan ke gue sebelum dia masuk kepondok. “Setelah selesai kita latihan memanah. Bibi sama Karin bisa belanja sekarang ditemani putri kepala suku.”
“Oke” Bibi bangkit dari tempat duduk dan menuruni undakan pondok bersama Karin untuk menemui putri kepala suku. Dikejauhan putri kepala suku terus tersenyum ramah dan melambaikan tangan kearah gue, Bibi, dan Karin yang hanya bisa gue balas dengan senyum singkat.
“Kalian hati-hati” dengan sedikit berteriak gue berkata kepada rombongan tersebut untuk berhati-hati karena gue belum terbiasa untuk pisah sama Bibi disaat seperti ini.
Dan balasan senyum Bibi se-enggaknya bikin hati gue tenang.
Matahari sudah mulai tinggi, dikejauhan gue liat beberapa orang penduduk suku Dani mulai melakukan aktifitas harian mereka. Kicauan burung dikedalaman hutan masih terdengar jelas sekarang. Pemandangan indah Lembah Baliem di sekitar Danau Hebbema mulai membuat gue takjub setelah cahaya matahari mulai bersinar. Danau dikelilingi puncak pegunungan-pegunungan bersalju dengan hamparan padang rumput disekelilingnya jelas bukan pemandangan yang bisa didapat disembarang tempat.
Terdengar suara terompet ditiupkan dikejauhan sebagai penanda kalau hari sudah pagi. Anak-anak kecil terlihat mulai keluar Honai dan berlarian ke sisi-sisi danau untuk bermain air bersama teman-teman mereka sementara sang Ibu berjalan dibelakang mereka membawa beberapa perlengkapan mandi sederhana. Kehidupan suku Dani, menurut cerita Karin, mulai mengenal tradisi membersihkan tubuh beberapa tahun terakhir setelah pemerintah daerah melakukan sosialisasi tentang betapa pentingnya menjaga kebersihan. Tradisi-tradisi lama, termasuk tradisi potong jari yang dilakukan ketika kehilangan orang yang tersayang, juga telah lama dilarang oleh pemerintah karena dianggap berbahaya.
Sambil duduk di teras pondok untuk mengatur pernapasan setelah mengelilingi danau sebanyak 3 kali, gue memperhatikan betapa penduduk suku Dani hidup bahagia walaupun mereka hidup dalam kesederhanaan. Sementara wanita berkebun, berternak, dan mengurus anak, para lelaki dewasa suku Dani harus berburu di hutan agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil buruan nanti, biasanya kangguru (yang berbeda bentuk fisiologis karena ukurannya lebih kecil) dan musang, kadang rusa, bisa dimakan atau dijual dipasar nantinya. Dengan menggunakan panah, tombak, dan senter, biasanya lelaki dewasa mulai melakukan perburuan dimalam hari karena suasana lebih tenang. Perburuan ini dilakukan berkelompok, satu kelompok biasanya terdiri dari 3-4 orang, dan hasil buruan nanti bisa dibagi secara merata dipagi harinya.
“Rendoyku” suara Bibi tiba-tiba terdengar bersama langkah kaki dari arah ruang tamu. Ketika sampai diteras Bibi duduk disamping gue karena memang ada 2 kursi kayu disediakan di teras. “Kamu keringetan banget, abis lari?”
“Iya bibku huhu” gue menjawab perkataan pacar gue dengan nada letih berharap dikasihani dan masih berusaha untuk mengatur nafas“Aku harus keliling 10 kali barusan bayangin. Untung aku kuat sih”
“10 kali?” Bibi terdengar kaget. “Itu belum seberapa, besok kamu coba lari keliling 15 kali biar lebih kerasa latihannya, ya"
Gue diem sejenak mendengar respon Bibi. Kalau menurut Bibi 10 kali mengelilingi danau dengan keliling 6 Km masih belum seberapa, apa jadinya kalau gue bilang kalau sebenernya gue cuma kelilingin danau itu 3 kali?
“Aku tadi baru keliling 3 kali Bebe” gue akhirnya memutuskan untuk berkata jujur. “Nanti sore lari lagi sisanya 7 keliling biar pas 10 sesuai kata kamu ya sayang, aku gak kuat huhu”
“Uuuuh Dasar” Bibi menepuk lengan gue lumayan kuat. Rambutnya masih dikuncir satu kearah belakang hari ini. “Hmm tapi bener sih jangan dipaksain nanti kamu sakit terus aku gak punya siapa-siapa lagi”
“Kok jadi kamu yang galau bibku” Gue tertawa sambil mengelus rambutnya sedikit. Bibi cantik dengan latar belakang pemandangan danau Hebbema di pagi hari. “Iya aku gak bakal maksain, ya. Kamu sekarang mau kepasar? Karin masih siap-siap?”
“Iyaa aku sekarang mau shopping sama Karin” Bibi menjawab dengan nada antusias setelah kepalanya gue elus dan segera menjauh dari jangkauan lengan gue setelah dia sadar kalau gue belum mandi. “Mau beli kulkas, dia masih siap-siap dikamar. Jangan kelaman megang kepalanya kamu belum mandi iih”
“Hehehe rambut kamu bagus sih. Bentar, beli kulkas?” gue menjawab perkataan Bibi dengan nada kebingungan sekarang. “Emang ada yang jual disini?”
“Gak cuma kulkas aja” Bibi melanjutkan. “Kita berdua udah bikin list barang belanjaan banyak banget tadi sebelum siap-siap setelah sebelumnya Mr.K nyuruh buat kepasar. Kalau gak ada yang jual coba pesen dulu aja siapa tau bisa dibawain minggu depan, gitu kata Karin”
“Hmm” gue merespon masih dengan nada kebingungan. “Uangnya ada?”
“Ada” Sambil tersenyum bibi menjawab perkataan gue. “Karin kan udah disuruh bawa uang cash sama Mr.K. Sekarang lagi nunggu putrinya kepala suku sih mau dateng jemput aku sama Karin. Harusnya sih udah dateng ya sekarang”
Karin udah bawa uang cash? Mr.K bener-bener ngerencanain perjalanan ini dari jauh hari kayaknya.
“Oke” Gue menjawab perkataan Bibi. “Iya, Mr.K bilang kalian bakal ditemanin sama putrinya kepala suku. Bibku jangan lama-lama ya, kalau udah selesai langsung pulang aja kesini.”
“Iya rendoy” Sambil mengelus paha gue Bibi menjawab. “Kamu mending mandi deh sekarang, itu kayaknya Mr.K sama putri kepala suku udah mau kesini.”
Gue mengalihkan pandangan gue kearah Danau dan benar dikejauhan gue lihat kalau Mr.K berjalan bersama beberapa orang penduduk Suku Dani menuju ke arah Pondok. Beberapa saat kemudian terdengar langkah kaki Karin diruang tamu dan segera bergabung dengan gue dan Bibi yang sedang bersantai di teras pondok.
“Ren kalau lo mau sarapan tuh masih ada sisa sarapan roti yang gue makan sama bibi tadi pagi.” Karin tiba-tiba berkata sambil menyerakan ransel kecil milik Ina ke Bibi yang akan dia bawa dalam perjalanan kepasar hari ini. “Yuk, Bi itu kayaknya Mr.K sama putri kepala suku udah dateng, udah siap kan”
"Udah" Bibi menjawab singkat.
Setelah dekat, gue bisa melihat jelas seorang wanita berkulit hitam dengan senyum manis berambut panjang dengan banyak aksesoris kalung tersenyum kearah gue, Bibi, dan Karin. Wanita ini ditemani oleh dua orang pemuda berambut ikal cepak khas papua menggunakan pakaian modern berupa kaos putih dan celana jeans panjang. Belum pernah gue liat penduduk suku Dani menggunakan pakaian modern kayak sekarang.
“Ren, mandi sarapan” Mr.K berkata sambil melangkah pelan kearah pondok. Putri kepala suku dan kedua temannya tampak menunggu dipekarangan. Mr.K terlihat membawa busur dan beberapa anak panah yang diberikan ke gue sebelum dia masuk kepondok. “Setelah selesai kita latihan memanah. Bibi sama Karin bisa belanja sekarang ditemani putri kepala suku.”
“Oke” Bibi bangkit dari tempat duduk dan menuruni undakan pondok bersama Karin untuk menemui putri kepala suku. Dikejauhan putri kepala suku terus tersenyum ramah dan melambaikan tangan kearah gue, Bibi, dan Karin yang hanya bisa gue balas dengan senyum singkat.
“Kalian hati-hati” dengan sedikit berteriak gue berkata kepada rombongan tersebut untuk berhati-hati karena gue belum terbiasa untuk pisah sama Bibi disaat seperti ini.
Dan balasan senyum Bibi se-enggaknya bikin hati gue tenang.
regmekujo dan zeze6986 memberi reputasi
2


