“hadeuuhh puncak lagi” kata gue

“hahahah kenapa? Inget ya?” kata sela

“iya inget, pertama kali tidur sama lu, untung kaga ngapa ngapain hehe” kata gue

“oke, besok ya” kata sela sedikit berbisik ditelinga gue

“gaa sel” kata gue singkat

“huuuu, please besok yaa san? Hari senin enak, sepi jalanan kaga macet” kata sela

“gue ga janji gue, lagian gue besok ada interview kerjaan” kata gue

“maafin gue ya, gara gara gue lu jadi harus cari kerjaan lain” kata sela, gue Cuma senyum

“engga ko, memang udah ga jodoh aja kerja disana” kata gue

“gimana ihh besok?” kata sela

“sel mendadak banget, lagian temen temen lu apa besok ga kerja/kuliah gitu? Hari senin loh” kata gue

“kita berangkat sorean aja, temen temen gue pasti pada bisa ko” kata sela senyum

“berangkat sorean abis lu interview kerja ya” kata sela

“yaudah, tapi gue ga janji ya sel” kata gue

“kenapa sih san?” kata sela

“perasaan gue ga enak” kata gue

“udah tenang aja, mereka temen temen gue, gue percaya sama mereka ga akan bocor” kata sela

“berapa orang gitu kira kira? Malu gue sel” kata gue

“yaahh jangan malu dong san, ah lu mah dari dulu gini terus” kata sela yang tadi senyum malah manyun

“iya iya gue ga malu” kata gue tapi dalem hati gue malu banget

“terus berapa orang?” kata gue

“ya 10 orang san, tenang berpasang pasangan ko” kata sela

“oke deh” kata gue berusaha senyum, tapi hati gue nolak ikut entah kenapa. Perasaan gue ga enak apalagi bawa jalan calon istri seorang polisi. Gue mencoba nolak secara halus tapi cemberut sela seakan gue ga ada pilihan.

Karena sudah semakin malam, sela dan gue turun kebawah. Udara malam jakarta memang kurang enak saat dihirup, bukannya segar tapi lama lama menjadi sesak. Dibawah nia sedang menonton TV sambil makan mpek mpek.

“bang enak loh empek empek ini, cobain deh” kata nia

“iya entar dah nia” kata gue

“san lu belum makan, makan dulu” kata sela

Kemudian kami makan bersama malam itu. Setelah makan, nia mencuci piring, gue dan sela menonton TV.

“oh ya lu naik apa kesini? Lupa gue nanya” kata gue

“gue naik taxi, gampang baliknya” kata sela

“yakin kan lu ga ketauan cowo lu?” kata gue

“iya yakin, tenang aja sandi sayanggg” kata sela mencubit pipi gue

Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, sela bilang mau menginap tapi gue berikan info kalau di kosan gue ga sebebas pikirannya. Waktu bertamu sudah habis dan bisa aja ada yang grebek kamar. Setelah itu sela beres beres dan gue antar ke depan untuk mencari taxi… sebelum sampai kedepan gang, hujan turun dan kami segera berteduh diwarung pinggir jalan.

“hahaha tuh kan gue ga boleh pulang san, harus nginep” kata sela

“engga sel, jangan” kata gue

“gue sewa kamar aja semalam kali ya disebelah kamar lu? Ada yang kosong ga?” kata sela

Karena hujan makin deras, dan gue juga ga yakin masih ada taxi yang lewat maka kami kembali ke kosan dan bertemu bu kosan. Gue bilang sela sebagai teman gue mau menginap semalam di kamar atas. Ada 1 kamar yang kosong tapi agak pojok dan melewati beberapa kamar dari kamar gue dan nia. (kamar gue dekat tangga dan kamar kosong itu dekat gudang di pojok dalam)

“ada di pojok san, tapi belum saya beresin” kata bu kosan

“udah ga apa apa bu, saya bisa beresin” kata sela

“yaudah kalau gitu, kasihan juga udah malam gini mana hujan, udah ga usah bayar. Kamu disana aja ya menginap. Tapi sandi jangan bilang bilang yang lain ya , ibu ga enak” kata bu kosan, bu kosan gue memang baik hati syekali

“terima kasih ya bu” kata sela senyum

“yaudah bu kami naik dulu” kata gue, kemudian sela dan gue menuju kamar pojok, lorong dirumah itu memang agak redup. Kayanya lampunya mau mati atau ada sesuatu… sudah sampai kamar pojok, udaranya memang lebih dingin disini dari pada daerah depan. Gue dan nia tidak terlalu akrab dengan tetangga disini karena mereka masing masing. Cewe dan cowo campur

“eh sel, lu tidur di kamar gue aja deh, gue disini” kata gue (belum membuka pintu)

“kenapa san?” kata sela heran

“sebentar deh gue cek kedalem dulu” kata gue, gue membuka pintu kamar tersebut dengan kunci dari bu kosan. Agak susah membukanya tapi akhirnya terbuka. Dari dalam kamar gue mencium bau busuk seperti bangkai. Posisinya saat itu gelap karena lampu dimatikan

“san ko wangi melati?” kata sela

“lu cium wangi?” kata gue

“iya, lu cium apa gitu?” kata sela

“hemmm engga, gue ga cium apa apa” kata gue berbohong

Lalu gue masuk ke dalam kamar dan menyalakan lampu, ketika dinyalakan tidak ada apa apa dikamar itu.

“nyaman, tapi memang lebih kecil ya dari kamar lu” kata sela

“iya sel, bersih juga sih” kata gue melihat sekitar tidak ada apa apa

“yaudah san, sana gih ke nia lagi” kata sela

“lu ga apa apa?” kata gue

“iya ga apa apa, tapi kalau mau temenin juga boleh hehe” kata sela

“yaudah ntar gue temenin sampe lu tidur, ntar gue balik ke kamar” kata gue

gue lalu kembali ke kamar, sela bilang mau pinjam baju tidur nia karena bajunya saat itu basah.

“nia, minjem baju dong” kata gue

“lah lu kenapa mau pake baju gue bang?” kata nia heran

“yee bukan, ini buat sela” kata gue

“bukannya teh sela dah pulang?” kata nia

“engga nia, dia nginep dikamar pojok, udah mana baju lu” kata gue

Lalu nia mengambil baju tidur dan celana pendeknya. Saat itu mau kembali ke kamar sela…

“eh bang, kata mba mba kamar sebelah kita, kamar pojok itu dulu pernah ada yang meninggal” kata nia

“hemmm, lu kenapa ga bilang sama gue dah” kata gue

“lupa bang hehe” kata nia

“mendingan lu yang disana bang, teh sela disini” kata nia

“ohh jadi gitu lu, menumbalkan abang sendiri ke setan” kata gue

“ya bukan gitu bang, teh sela itu takut kaya gitu, mendingan tukeran maksud gue” kata nia

“iya iya dah” kata gue

Gue kemudian menuju kamar sela, gue ketok pintu dan masuk, gue kaget karena sela membuka seluruh bajunya, tersisa daleman atas dan bawah saja

“gila ya lu” kata gue sambil melemparkan baju dan celana nia dan berbalik badan

“haha lagian lu langsung masuk kaga nanya” kata sela

“eh sel, lu tidur dikamar nia aja, gue disini” kata gue masih sambil berbalik badan

“kenpaa san?” kata sela

“udah ga apa apa, pindah yu sekrang” kata gue

Sela kemudian gue antar ke kamar nia dan gue kembali ke kamar itu. Malam semakin larut, hujan semakin deras. Gue set alarm jam 7 pagi karena besok interview sekitar jam 8an. “semoga aja gue masuk” kata gue dalam hati. Dan gue tertidur…

“srekk srekkk” ada suara, saat itu gue tiduran menghadap tembok, gue cek HP masih jam 2 pagi

“ada apa sih” kata gue lalu berbalik arah. Gue kaget ada yang tidur disebelah gue

“anjiiiiiirrr” kata gue pelan, posisi badan sosok itu membelakangi gue, jadi ga keliatan mukanya

“mbah mbah put, kesini dong” kata gue, lalu ga lama mbah put datang

“ada apa bro sandi?” kata mbah put berdiri diatas sosok itu

“mbah, ini apa?” kata gue

“ouh itu kuntianak bro san, tenang aja dia ga bakalan menyakiti bro san. Dia biasa ngobrol dengan saya kalau dia kesepian” kata mbah put

“ya tetep aja saya takut mbah, dia lagi tidur apa gimna?” kata gue berbisik

“iya lagi tidur sepertinya bro san, tapi matanya terbuka dan mengeluarkan darah” kata mbah put mengecek ke mukanya

“duhhhh” kata gue

Lalu tiba tiba mbah tam si ular muncul..

“hallo bro san, apa kabar?” kata mbah tam

“baru ga ketemu sehari aja nanyain kabar mbah” kata gue

“kenapa dengan dia? Dia menganggu?” kata mbah tam ke kunti disebelah gue

“engga ko tenang aja” kata gue

“apa perlu saya makan saja bro san?” kata mbah tam

“jangan, dia teman saya” kata mbah put

“udah udah debatnya besok aja, saya mau tidur” kata gue

“kenapa hidup gue selalu ga tenang” kata gue sambil membalikan badan ke tembok

“saya akan makan saja, ntr bro san takut gimana” kata mbah tam berbisik ke mbah put, tapi masih kedengeran sama gue

“jangan, dia ga jahat, dia baik Cuma mukanya doang serem” kata mbah put berbisik ke mbah tam
“tapi saya lapar” kata mbah tam

“hallooooo semuaa, saya mau tidur” kata gue masih menghadap tidur

“baik bro san maaf” kata mbah tam dan mbah put

“yaudah saya tidur dulu, udah biarin aja kalau kunti mau tidur disitu” kata gue

Dan jadilah gue tidur bareng mba kunti berdua dikamar itu, gue males berdebat atau apapun dengan si kunti karena posisi gue juga ngantuk jadi gue biarin aja dah dia disitu toh ga ganggu gue. Mbah put dan mbah tam memang kadang juga suka debat tapi ga apa apa lah hahaha.

Alarm gue berbunyi, karena semalam gue udah prepare baju dari kamar nia, gue mandi disitu dan langsung menuju kantor untuk interview. Gue coba ketok kamar nia tapi tidak ada jawaban “sama sama kebo” kata gue bicara pelan.

Dikantor ini gue ceritanya diterima masuk dan bertemu juga dengan bu Novi, sampai sebelum PSBB 2020 Jakarta gue masih dikantor itu tapi sekrang gue lagi dirumahkan :’( . semoga aja ada hikmah dari masalah covid-19 ini ya gais. Jadi gue lanjut nulis buat mengisi kekosongan hari dan dompet gue haahhaha. Lanjut ke cerita, #malah curhat gue…

Sore harinya gue ditelepon sela untuk menuju depan gang kosan gue, sela bilang kami naik mobil temannya..

“nia, gue pergi dulu. Lu lagi libur kan? Lu jangan kemana kemana, tutup pintu. Kalau laper lu beli makan jangan jauh jauh, lu jangan sampe jalan sama cowo apa lagi lu bawa cowo kesini. Ngerti?” kata gue panjang

“iya bang iya, nia bakalan baik baik aja sendiri. Tenang aja ga akan bawa cowo dan ga akan kemana kemana. Nia janji” kata nia

“oke, mbah put jaga nia, nanti yang ikut gue mbah tam” kata gue

“oke bang, tihati ya” kata nia senyum

Gue lalu menuju kedepan gang kosan, sela sudah menunggu gue dikursi belakang. Sementara 2 temanya (cewe cowo) ada didepan.

“halo” kata mereka ke gue

Gue berkenalan, mereka gue terlihat sangat baik sama gue, menawarkan makanan kecil, minuman dan dari cara bicaranya sangat sopan sama gue disepanjang perjalanan. Tapi gue agak curiga setelah mbah tam muncul disamping gue

“bro sandi, mereka berbohong. Mereka sebenernya tidak suka dengan bro sandi” kata mbah tam

“hahaha yaudah mbah, mereka mungkin Cuma akting didepan sela” kata gue

“selalu berhati hati bro sandi. Perasaan saya tidak enak” kata mbah tam

“yaudah mbah nanti saya kabarin” kata gue

Tibalah kami disalah satu tempat makan dikawasan puncak. Kami 2 mobil, 3 pasangan lainnya ada di mobil 1 lagi. Jadi totalnya 10 orang termasuk gue dan sela. Setelah makan kami melanjutkan ke villa yang sudah dipesan sebelumnya. Kebetulan kawasan puncak diguyur hujan lebat sehingga kami tidak bisa membuat api unggun atau bakar bakaran di luar. Padahal sudah disiapkan beberapa sosis dan ayam yang dapat dibakar. Villa tersebut ada 6 kamar yang masing masing terdapat kamar mandi. Gue lihat sela menuju kamar pojok yaitu kamar nomor 6, gue lalu menuju kamar nomor 5 dimana belum ada yang masuk. Tapi sela menahan gue…

“sel gue tidur sendiri” kata gue ke sela

“sama gue aja san” kata sela menarik tangan gue, gue diam aja, gue masuk ke dalam kamar sela. Sela mendorong gue ke tembok dan mencium gue. Agak lama kami berciuman

“san, gue kangen” kata sela

“udah udah sel” kata gue mencoba melepaskan ciumannya dengan susah payah. Nafas sela naik turun. Gue tau ko dia mau..

“yu keluar” kata gue langsung menarik tangan sela menuju ruang tengah tempat berkumpul anak anak.

“ehh ambil gitar gih” kata sela

Lalu salah satu teman sela memainkan gitar,,, “kunci pilihan hatiku dong” kata sela, “ini lagu buat sandi, walau gue udah dijodohin, tapi pilihan gue tetap ke sandi” kata sela menatap teman temannya, gue malu banget waktu itu karena salah satu orang disana adalah teman dari tunangan sela. Gue Cuma takut dia melaporkan ke tunangannya.

Sela bernyanyi :






Gue Cuma senyum senyum aja. Malam semakin larut dan semakin dingin, gue lihat mereka sudah pada mau kembali ke kamar. Sela pun menarik gue kembali ke kamar.

“sel gue mau minum dulu” kata gue

“itu ada air san, ga usah keluar lagi” kata sela menunjuk botol minuman di meja, gue buka plastiknya lalu gue minum. Kemudian gue menuju kamar mandi untuk mengganti baju dan celana, cuci muka agar lebih segeran. Masih dikamar mandi mbah tam muncul

“bro sandi gawat” kata mbah tam

“kenapa mbah kenapa?” kata gue

“cepat keluar jangan disini” kata mbah tam

“kenapa mbah? Coba ceritain” kata gue

Tapi mbah tam kemudian menghilang ntah kemana, gue coba panggil panggil tidak ada jawaban. Gue kemudian keluar mandi, sela gue lihat sedang melihat HP sambil tiduran. Gue cek keluar kamar tidak ada apa apa. Apa mbah tam lagi bercanda kata gue dalam hati. Gue masuk dan tiduran disebelah sela, ntah kenapa saat itu kepala gue pusing dan badan gue panas, agak mual sedikit tapi yang lebih gue rasakan adalah napsu, iya gue napsu, gue berkeringat terlebih disebelah gue ada sela.

“sel….” Kata gue, gue cium lama sela, gue pegang beberapa area sensitifnya

“san…” kata sela

“sel ko gue , , ko gue napsu banget sama lo?” kata gue membuka baju….

“iya san, gue juga ko jadi gini” kata sela….