Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lonelylontongAvatar border
TS
lonelylontong
Tentang Agama Dan Rasa Kemanusiaan (Opini Pribadi)


Gbr diambil dr : Kompas.com

(Disclaimer: TS menulis trit ini setelah membaca trit lain di kaskus ttg pendidikan atheisme di Irlandia, sehingga jadi tergelitik utk membahas ttg suatu ajaran agama dan pengaruhnya pada penganut agama tsb).

Negara Indonesia punya dasar Pancasila, dari satu sila ke sila berikutnya, saling berkaitan dan seperti belajar fisika, tiap sila merupakan turunan dari yang sebelumnya (rumus kecepatan jadi rumus percepatan, dst; ini pemahaman TS ya... monggo kalau punya opini berbeda).

Contohnya adalah Sila : Ketuhanan Yang Maha Esa, yang disusul dengan sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Kenapa muncul rasa kemanusiaan? Karena menyadari Tuhan Yang Maha Pencipta, memahami sekalian manusia sebagai sesama ciptaan, sebagai sesama saudara yang sederajat, memiliki martabat dan hak yang sama. Demikian pula seterusnya, dari kemanusiaan lahir persatuan, dst, dst.

Akan tetapi dalam kenyataan-nya kita dipaksa untuk melihat realita yang tidak sesuai dengan "teori". Teori-nya ketika seseorang itu ber-agama, ber-Tuhan, maka dia menjadi berperi kemanusiaan. Tetapi sajian berita yang kita baca, seringkali justru menampilkan sosok yang katanya beragama, ternyata justru menjadi beringas dan tidak berperi kemanusiaan.

Lalu apakah teori-nya itu salah?

Atau cara-cara orang itu dalam ber-agama-nya yang salah?

--------

Daripada menjawab secara langsung, TS ingin menyajikan sesuatu yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut. Sementara jawaban dari pertanyaan tersebut, silahkan dijawab oleh masing-masing pembaca.

Ada sebuah eksperimen sosial, di Tuczon, Arizona, di mana 22 orang hakim dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama, sebelum mereka diminta untuk mengambil keputusan, terlebih dahulu diminta untuk menjawab sebuah quesioner yang topiknya adalah kematian. Jadi mereka diminta untuk mendeskripsikan perasaan mereka tentang kematian mereka, proses kematian, dst.

Sementara kelompok kedua tidak.

Setelah menjalani prosedur yang berbeda tersebut, ke 22 hakim itu, diminta memutuskan sebuah kasus perkara prostitusi.

Hasilnya, kelompok yang pertama, yang dihadapkan pada kematian mereka sebelum mengambil keputusan, memberikan hukuman denda yang jauh lebih besar dari kelompok kedua.

Ada banyak eksperimen psikologi lain yang serupa, yang kurang lebih membuktikan bahwa ketika seseorang "dicekam" atau dibayangi oleh rasa takut, orang tersebut akan kehilangan empati terhadap manusia lain, terutama terhadap mereka yang dipandang menjadi ancaman bagi dirinya atau kelompoknya, atau menjadi ancaman terhadap cara hidup dan tatanan masyarakat yang ada.

Kalau dipikir-pikir, itu sesuatu yang wajar ya? Bahwa rasa takut, dalam kasus ini rasa takut terhadap kematian, yang terjadi di alam bawah sadar, bisa mempengaruhi perilaku dan emosi kita dalam berhubungan dengan manusia lain.

Gbr diambil dr : popsci.com

------------------

Lalu apa hubungannya dengan agama dan kemanusiaan? Bagaimana eksperimen-eksperimen psikologi di atas berkaitan dengan pertanyaan yang TS ajukan di awal tulisan?

Jadi menurut opini TS, salah satu peranan agama bagi sebuah masyarakat, adalah untuk mendamaikan antara rasa takut seseorang pada kematian, dengan realita akan kepastian datangnya kematian itu sendiri.

Agama memberikan sebuah frame di mana kematian itu jadi tidak "menakutkan". Kematian sebagai masa transisi pada bentuk kehidupan yang baru. Atau dalam kepercayaan tertentu yang mempercayai reinkarnasi, maka kematian hanyalah satu periode dalam sebuah siklus. Kematian dalam frame setiap agama, bukanlah sebuah akhir.

Dalam kerangka berpikir semacam ini, artinya dia menjadi obat penawar rasa takut, dan karena rasa takut (dalam alam bawah sadar) sudah diobati, maka penganut agama ini pun, jadi bisa lebih ber-empati pada sesama-nya.

Sehingga agama kemudian hadir, membawa kedamaian pada masyarakat di mana agama tersebut dianut.

Ketika pengajaran agama memperkenalkan "Tuhan" yang Maha Pengasih, Maha Pengampun, Maha Penyayang, Maha Pemurah, dst; maka penganutnya akan merasakan kedamaian, rasa aman, dst, yang kemudian sebagai efeknya, dia menjadi sosok manusia yang lebih punya empati, menjadi sosok manusia yang pemurah, dst.

Sampai di sini, masih cocok dengan teori, bahwa agama membawa damai. Ketuhanan Yang Maha Esa, berlanjut pada Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Lalu di bagian mana kok kemudian meleset, sehingga justru kehadiran agama membawa kekerasan?

--------

Mengacu pada eksperimen psikologi yang sama, maka TS ber-opini, bahwa ada sisi lain dari agama, yang seringkali justru memperbesar rasa takut dan bukan meredakan rasa takut pada penganutnya.

Gbr diambil dr : TribunNews.com


Selain memberikan "jaminan" akan keselamatan, dan/atau memberikan kerangka berpikir yang damai tentang kematian. Agama juga memiliki peranan dalam memberikan tatanan nilai hidup dan cara hidup dalam bermasyarakat.

Agama mengatur tentang hubungan antar manusia, dan hubungan antara manusia dengan Tuhan-nya. Di sinilah sisi hukum dan sisi lain dari Tuhan ditampilkan.

Tergantung pada pengajar-nya, tergantung pada ajaran agamanya. Dalam beberapa kasus, Tuhan ditampilkan menakutkan dan di satu sisi ada gambaran tentang surga yang memberi kedamaian, tapi di sisi lain ada gambaran tentang neraka yang bahkan lebih mengerikan dari kematian fisik.

Diperparah lagi, terkadang diajarkan bahwa seseorang bukan cuma bertanggung jawab atas dosa-dosanya secara pribadi, tapi juga bertanggung jawab secara kolektif terhadap dosa-dosa lain yang terjadi di sekitarnya.

Di sinilah kemudian, agama kemudian hadir bukan memberikan kedamaian, tetapi menghadirkan rasa takut yang lebih besar, dan seperti yang terbukti dalam banyak eksperimen-eksperimen psikologis, rasa takut membuat seseorang kehilangan empati dan menjadi lebih "kejam".

Dalam opini pribadi TS, ketika agama hadir dalam konteks tersebut, di situlah kemudian terjadi kontradiksi, bagaimana sebuah agama yang seharusnya membawa kedamaian, justru membawa kekerasan.

Jadi apakah agama membawa pada perdamaian, atau kekerasan? Menurut TS, hal itu tergantung pada bagaimana ajaran agama itu di-interpretasi-kan. Ketika seorang pengajar agama menyampaikan ajaran, sosok Tuhan seperti apa yang diajarkan pada pendengarnya? Sosok Tuhan seperti apakah yang dikenal atau dialami secara pribadi oleh seseorang?

Apakah sosok Tuhan Yang Maha Pengampun, Penyayang, dst?

Atau sosok Tuhan yang marah dan akan menghukum seseorang, bahkan untuk dosa/kesalahan, yang dilakukan oleh orang di luar dirinya?

---------------------

Sebagai penutup tulisan, ini cuma opini pribadi. Terbuka untuk dikritik, didiskusikan dan diperdebatkan.




Sumber referensi :
1. https://www.researchgate.net/publica...agement_Theory
kyukyunana
c4punk1950...
reasius
reasius dan 8 lainnya memberi reputasi
9
1.6K
72
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Tampilkan semua post
frstbdntrAvatar border
frstbdntr
#15
Apapun itu manusia tidak bisa menolak
Bahwa Tuhan hanyalah satu dg agama yg diridhoiNya hanyalah satu
Tuhan tidak mungkin memberikan ajaran berbeda2 kepada umat manusia
Yg artinya 1 agama benar yg lain hanyalah kepalsuan
Semua itu memang hidayah, ada yg lurus dan ada yg sesat
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.