- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#239
Spoiler for Part 80:
Part 80
"Kamu pulang kapan nat?"
Saat ini lenganku menjadi tempatnya untuk bergelayut manja, rambutnya yang masih agak sedikit basah karena belum kering sepenuhnya, cukup berhasil membuatku merasa agak sedikit terganggu.
"Masih hari rabu kok mbak, mbak jadi pulang hari selasa?"
Dia hanya mengangguk kecil seraya memanyunkan bibirnya.
"Kenapa manyun gitu mbak?, katanya kemaren gak sedih kalo pisah sama aku?"
Kepalanya terangkat seraya menatapku dengan wajah cemberutnya.
"Itu kan kemaren, pas masih jaim"
Tentu saja jawabannya berhasil membuatku terkekeh.
"Kamu kok nggak sedih sih?, bukannya kemaren kamu sedih?"
Kekehan kembali keluar begitu saja dari mulutku setelah mendengar dia bertanya dengan wajah sedihnya.
"Itu kan kemaren, waktu masih bujukin kamu supaya jaimnya udahan"
"Sekarang kan kamu jaimnya udahan, aku udahan juga pura-pura sedihnya"
Kalimatku kali ini diakhiri dengan sebuah tawa kecil yang keluar dari mulutku, tentu saja hal itu sukses membuat bibirnya semakin maju.
"Iiiissshhhh......, nathaaa...."
Ckiiiittttt.......
"Aduuuuhhh......."
Cubitan kecil pada lenganku berhasil membuatku mengaduh seraya berusaha menyingkirkan tangannya dari lenganku.
"Lepas mbak....., sakiiiiit....."
Tangannya tidak cukup kuat untuk melawan tanganku yang saat ini menariknya untuk menjauh.
"Iiiissshhh....., sedih gak?!"
Aku hannya menggeleng kecil untuk menjawab pertanyaannya.
"Harus sedihh!!!"
Aku kembali menggelengkan kepalaku.
"Enggak sedih"
Seperti yang sudah-sudah, aku kembali berhasil menggoreskan guratan kesal di wajahnya.
"Aaaaaaaaaaa....., sedih gak?!"
Lagi-lagi hanya sebuah gelengan yang dia terima atas pemaksaannya.
Duuuuukkkk..........
"Ngeseliiiiinnnn........"
Kedua tangannya mulai menyilang di depan dada seraya membuang wajahnya dari tatapanku.
Cekleeeeekkkk......
"Haduuuuuuuhhhhh!!!!!, apaan sih ini rame-rame?!"
Terlihat viny sedang berdiri di depan pintu yang baru saja terbuka sambil memegangi kepalanya dengan mata yang terlihat sayu akibat baru saja terbangun dari tidurnya.
"Ribut tau!!!"
Aku hanya terkekeh kecil setelah melihat 2 perempuan yang terlihat kesal karena ulahku, sementara viny lebih memilih untuk berjalan menghampiri dapur daripada melanjutkan omelannya.
"Mbak....., ngambek nih ceritanya...."
Tatapannya semakin menghindar saat aku mencoba untuk membujuknya.
"Iyaa..., sedih mbak... sedih..."
"Siapa yang gak sedih sih mau pisah sama pacarnya, iya nggak?"
Dia terlihat sedikit menahan kedua sudut bibirnya yang sudah akan tertarik kesrah atas setelah mendengar kalimat terakhir yang kuucapkan.
"Kalo mau senyum gakusah ditahan-tahan gitu mbak...."
Jariku menusuk-nusuk bagian pipinya yang sepertinya sebentar lagi akan membentuk sebuah cekungan.
"Mbaaaakkk....., lesung pipinya mana?"
Tangannya langsung menepis tanganku seraya terkekeh kecil setelah mendengar godaanku barusan.
"Apaan sih....."
Dia masih tidak mau menatapku, wajahnya menunduk kebawah, diikuti dengan bibirnya yang membentuk seutas senyuman.
Duuuuuukkkk.......
"Ngeselin....."
Kali ini kalimat itu diakhiri dengan sebuah kekehan yang keluar dari mulutnya.
"Gini-gini mbak tetep mau kan?"
Jawabanku hanya dijawab dengan sebuah senyuman, setelah itu dia kembali menyenderkan kepalanya di atas lenganku sembari mengotak-atik handphonennya.
Akupun juga memutuskan untuk menyalakan handphone sambil membalas beberapa pesan masuk dari teman-temanku yang baru sempat kubaca sekarang.
"Baru pada balik?"
Suara viny yang muncul secara tiba-tiba berhasil mengejutkan kami yang sedang fokus dengan handphone masing-masing.
"Udah dari jam setengah 8 sih mbak"
Viny langsung mengambil tempat untuk duduk di atas sofa yang berada di hadapan kami setelah aku menjawab pertanyaannya.
Viny: "kok gak kedengeran sih?"
Aku: "kan mbak lagi tidur, gimana sih"
Viny: "iya juga sih...."
Dahinya langsung membentuk serengit kecil setelah dia menyadari beby yang saat ini sedang bersandar di bahuku.
"Nat....."
Jarinya menunjuk beby sambil memanggil namaku dengan volume yang sangat pelan, sedangkan aku hanya bisa tersenyum angkuh untuk menjawab semua keheranannya saat ini.
Viny langsung membuka layar handphoennya sembari mengetikkan sesuatu.
Tiiiiingggg......
Aku langsung membuka layar handphoneku setelah mendengar bunyi notifikasi yang baru saja muncul.
"Kok beby bisa nempel gitu sama kamu?"
Pandanganku langsung mengarah kepada viny setelah mengetahui dia lah orang yang baru saja mengirimkan pesan kepadaku.
"Hehehehe"
Begitulah kira-kira pesan yang kukirimkan kepada viny untuk menjawab pertanyaannya barusan.
Viny: "kamu udah nembak beby?, kalian jadian?"
Aku: "hehehehe"
Viny hanya mengangguk sambil mengulum senyumannya setelah membaca pesan dariku.
"Ekheeeemmmm......"
"Ada yang nempel terus nih...."
Sontak beby langsung menurunkan handphonenya setelah mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut viny.
"Syirik aja...."
Dia kembali mengangkat handphonenya setelah menjawab pertanyaan viny.
"PJ dong........"
Sekarang aku bisa melihat cengiran konyol yang mulai terbentuk di wajah viny.
"Kamu udah dapet PJ setiap kita selesai jalan!!!"
Beby langsung menimpali permintaan yang baru saja di lontarkan viny, sementara viny hanya bisa terkekeh setelah mendapatkan serangan balik dari beby.
"Akhirnya........"
"Dari dulu kek....., tinggal jadian doang ribet banget"
Kalimat yang keluar dari mulut viny diakhiri dengan sebuah decakan dan gelengan kecil.
"Udah....., kalo masih jomblo jangan banyak komentar mbak"
Saat ini aku dapat melihat kedua alis viny yang hampir menyatu berkat sebuab kalimat yang baru saja kuucapkan.
"Iya vin...., jomblo diem aja...."
Kedua sudut bibirnya semakin tertarik kebawah setelah mendengar beby yang menjustifikasi kalimat terakhir yang keluar dari mulutku.
"Iiiiissshhh....., awas ya kalian....."
"Dulu aja oas masih sama-sama sedih nyariin aku, oas udah sama-sama seneng malah ngeledekin aku, jahaaaattt!!!....."
Viny langsung beranjak dari tempat duduknya setelah kata jahat yang agak panjang mengakhiri kalimatnya.
"Idiiihhh...., ngambekan banget mbak"
Sontak dia langsung membalikkan badannya setelah mendengar tanggapanku barusan.
"Tau nih...., gitu doang ngambek, tidur lagi gih sana....."
Viny kembali membalikkan badannya, lagi-lagi kami dapat melihat rasa dongkol yang sudah berada di puncak dari raut wajahnya.
"Iiissshhh....., diusir lagi....., awas kamu beb....."
Beby hanya menanggapi omelan viny dengan sebuah kekehan kecil, sedangkan viny kembali membelakangi kami, lalu dia mulai berjalan menghampiri kamar.
"Weehhh....., becanda mbak...., mau kemana?"
Viny kembali membalikkan badannya yang sekarang sudah berada di balik pintu kamar yang masih setengah terbuka.
"Lanjut tiduuurrr......."
Masih sama seperti sebelumnya, jawaban yang kami terima masih terdengar sangat ketus.
"Huuu....., udah....., jomblo tidur aja sana....."
Bruuuuaaaakkkk.....
Viny langsung menutup pintu kamarnya dengan sedikit kasar setelah mendengar celotehan yang kembali keluar dari mulut beby.
"Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk"
Sontak hal itu membuat aku dan beby tertawa geli karena berhasil membuat viny kesal.
.
.
.
"Buat terakhir kalinya aku kesini, pasti nanti aku kangen banget sama tempat ini"
Sekarang aku dan beby sedang berada di tengah-tengah kerumunan manusia yang sedang memadati kawasan malioboro.
"Kalo aku sih masih bisa kesini habis ini, kayaknya..... kalo besok-besok aku kesini sendirian, bukan kamu yang kangen tempat ini mbak...."
"Tapi tempat ini yang kangen sama kamu...."
Beby menoleh kearahku, lalu menatapku dengan salah satu sudut bibirnya yang tertarik keatas.
"Sok puitis......"
Aku hanya bisa terkekeh setelah mendengar tanggapannya terhadap kalimat yang baru saja kulontarkan.
"Yaudah, jalan aja yuk, katanya banyak yang mau mbak beli?"
Hanya anggukkan dengan seutas senyuman yang kembali terlukis di wajahnya untuk mengiyakan ajakanku barusan, kamipun mulai melangkah menyusuri jalan malioboro untuk membeli beberapa oleh-oleh.
"Eeehhh......, bentar nat!!!....."
Panggilan dari beby berhasil membuat langkahku terhenti dan menoleh kearahnya.
Dia merogohkan tangannya kedalam tas, sepertinya beby ingin mengambil sesuatu di dalam sana.
"Tadaaaa......."
Benda yang sekarang ada di tangan beby sukses membuatku terkejut.
"Mbaaakk......"
Tanpa menghiraukan panggilanku, dia langsung memasang kacamata hitam dengan bingkai yang di kedua sudutnya melengkung keatas sehingga terlihat seperti sayap itu untuk menutupi matanya, lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk mendahuluiku.
"Ayoo...., jalan!"
Aku hanya bisa meneguk ludah setelah melihat kelakuan beby saat ini.
"Mbaaakk....., ngapain pake gituan sih....., malu tau diliatin orang....."
Kali ini kalimatku berhasil menghentikan langkahnya, dia berbalik sembari menurunkan sedikit kacamata hitam yang saat ini sedang bertengger di wajahnya.
"Kan kamu yang ngasih, aku harus pakai dong, buat menghargai pemberian dari pacar aku yang paling sosweet ini"
Nada bicaranya terdengar seolah-olah sedang mengejekku kali ini.
"Y y y yaa....."
"Itu kan buat lucu-lucuan doang mbak...., bukan buat dipakai jalan-jalan"
"Lepas ah mbak!!!, malu tau....."
Dia kembali menaikkan kacamata hitam yang sedang dikenakannya.
"Bodo...... Amat!!!"
"Ayo...., jalan!!!"
Dia kembali membalikkan tubuhnya dan melanjutkan langkahnya setelah menggapi protes yang baru saja kulayangkan.
"Mbaaakkk......, pleaseee......"
Aku kembali berhasil membuat langkahnya terhenti dengan memanggilnya dengan nada yang terdengar sangat melas.
Dia kembali membalikkan badannya kearahku seraya menurunkan sedikit kacamata hitam itu dengan tangan kanannya.
"Nathaaaa....."
Huuuuuhhhhh......
Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar setelah melihat tatapan tajamnya yang sedang mengarah kepadaku.
Aku memilih untuk kembali melanjutkan langkahku dengan gerakan yang terlihat agak lesu.
"Yuk sayang....., kita jalan"
Seraya berkata seperti itu, beby menghampiriku dan melingkarkan sebelah tangannya untuk menggandeng sebelah tanganku.
Bukan menggandeng juga sih, mungkin akan lebih tepat jika digambarkan dengan kata menyeret.
"I i i i iya mbak...."
Aku hanya bisa berjalan mengikuti langkahnya sambil sesekali menunduk dan menolehkan kepalaku untuk memperhatikan keadaan sekitar, mengamati ekspresi orang-orang yang akan berpapasan dengan kami setelah ini, mungkin mereka akan menertawakan beby, eh...., mungkin juga mereka menertawakanku juga.
Aaaaaaarrrrggggghhhhh.....
Yaaaa....., hari ini aku harus menanggung malu yang diakibatkan oleh keisenganku sendiri.
Huuuuuuuhhhh......
Yasudahlah, dinikmati saja, yang penting sekarang aku masih bisa menikmati kebersamaanku dengan dia.
.
.
.
"Yang keju aja deh mbak"
Beby langsung mengambil sekotak bakpia yang masih berada di dalam kantong plastik, lalu meletakkannya di tengah-tengah kami yang saat ini sedang beristirahat di salah satu bangku panjang yang terdapat di pinggir jalan malioboro.
"Hari selasa nanti keretanya jam berapa mbak?"
Aku mengambil bakpia yang ada di dalam kotak seraya bertanya kepada beby.
"Di jadwal jam 2 sih nat, tapi rencananya udah otw dari rumah jam 1"
Aku hanya mengangguk kecil untuk menanggapi jawaban yang baru saja diberikan oleh beby.
"Naaaaatttt........"
Kali ini beby memanggilku dengan nada yang terdengar manja, wajahnya juga dibuat semelas mungkin.
Karena mulutku masih penuh dengan bakpia yang belum sempat kutelan, aku hanya bisa menatapnya seraya menaikkan kedua alisku untuk merespon panggilannya.
"Kalo aku udah di bandung kamu jangan nakal yaaaa...."
"Jangan sering gak ada kabar, kalo aku ngechat langsung dibales, kalo aku nelpon langsung diangkat"
"Kalo mau jalan atau keluar sama cewek selain viny, bilang dulu sama aku"
"Sebenarnya aku gakpapa kok nat kalo kamu ada keperluan sama temen cewekmu, asal......"
Kalimatnya sempat terjeda saat dia memilih untuk menarik nafas dalam terlebih dahulu.
"Jangan kayak kemaren aja"
Aku hanya bisa terkekeh setelah mendengar semua ocehannya barusan.
"Iya mbak....."
"Kita emang harus sama-sama terbuka mulai sekarang, sama-sama jaga diri"
"Kan kita udah sama-sama berkomitmen"
Kini aku dapat melihat seutas senyuman yang terbentuk di wajahnya.
"Iya nat....., selain itu, mulai sekarang kita juga harus bisa buat saling percaya satu sama lain"
Puuukkk.....
Dia menjatuhkan kepalanya tepat di atas pundakku setelah menyelesaikan kalimatnya.
Sepertinya posisi seperti ini lah yang menjadi favorit kami saat duduk bersampingan seperti sekarang.
"Iya mbak, aku percaya kok sama mbak, mbak tenang aja"
Entahlah, kalimat demi kalimat yang baru saja keluar dari mulut kami memang terdengar manis.
Saling terbuka dan saling percaya, kedengarannya memang tidak terlalu sulit untuk mempraktekannya.
"Wajib lah nat"
Puuuukkk.....
Aku menjatuhkan kepalaku tepat di atas kepalanya yang sedang dia senderkan di atas pundakku.
"Habis ini, kita bakal jarang banget ketemu nat, aku di bandung, kamu masih di sini"
"Aku gak akan bisa ngawasin kamu, kamu gitu juga, gak akan bisa ngawasin aku"
"Apalagi habis ini kita pasti sama-sama sibuk juga"
"Kalo kita mau, kita bisa kok bohong, bahkan selingkuh dengan mudahnya"
Dia mengakhiri kalimatnya kali ini dengan sebuah tatapan dan senyuman hangat yang ditujukan kepadaku.
"Yaaa...., yang bisa kita lakuin buat saat ini, cuma saling terbuka dan saling percaya nat"
Aku membalas senyuman dan tatapannya dengan tidak kalah hangat.
"Iya mbak, mau gak mau, bisa gak bisa, kita udah bukan anak kecil lagi"
Puuuukkk.....
Dia kembali menyenderkan kepalanya di atas pundakku.
"Awas kalo kamu nanti diem-diem jalan sama shani lagi!!!"
Kali ini dia mengucapkan kalimatnya dengan nada ketus.
"Idiihh...., katanya haru saling percaya, belum apa-apa udah curiga aja, gimana sih mbak?"
Ckiiiiiittttt.......
Tiba-tiba dia meletakkan tangannya di atas lenganku, lalu mencubitnya sekuat mungkin.
"Aaaawwww......, sakit mbak......"
Sontak aku langsung mengusap lenganku yang sebelumnya menjadi sasaran cubitan beby setelah dia melepaskannya.
"Itu bukannya gak percaya, cuma ngingetin!!!"
Kepalanya kembali terangkat, lalu dia menatapku dengan wajah kesal yang dibuat-buat.
"Pokoknya jangaaaaaaaannnn!!!"
Aku hanya bisa terkekeh setelah melihat sikap beby saat ini, bagaimana tidak, dia sendiri yang mengatakan bahwa kami harus bisa saling percaya satu sama lain, tapi malah dia yang menaruh kecurigaan terlebih dahulu, ya.... meskipun dibungkus dengan kedok menginginkan.
Huuuuhhhh......
Dasar cewek!!!.
"Kalo sama yang lain boleh?"
Ckiiiittttt.......
Sepertinya bertanya seperti itu kepada beby merupakan keputusan yang salah, lagi-lagi lenganku kembali menjadi sasaran cubitan beby.
"Awwww....., iya iya...., ampun mbak....."
Akhirnya beby melepaskan cubitannya setelah aku meminta ampun, sama sekali tidak ada satupun kalimat yang kekuar dari mulutnya setelah melepaskan cubitannya dari lenganku, dia hanya berdecak kesal seraya menatapku dengan tajam.
"Awaaassss!!!"
Aku hanya bisa bergidik ngeri setelah kembali mendapatkan peringatan darinya.
"Iya iya....."
Keadaan sempat menjadi hening setelah aku meng iya kan peringatan yang keluar dari mulutnya.
"Mbak....."
"Mbak juga jangan deket-deket sama sakti yaa....."
"Jakarta bandung kan deket"
Ckiiiiittttt......
"Awwwwww......, sakit mbaaaakkk......"
Untuk kesekian kalinya lenganku menjadi sasaran cubitan beby, kali ini dia memutar tangannya, sehingga efek sakit yang kurasakan kali ini berkali-kali lipat lebih besar daripada sebelumnya.
"Kamu gak percaya sama aku?!"
Hadeeeeeeeeeeehhhhh.........
"Kamu pulang kapan nat?"
Saat ini lenganku menjadi tempatnya untuk bergelayut manja, rambutnya yang masih agak sedikit basah karena belum kering sepenuhnya, cukup berhasil membuatku merasa agak sedikit terganggu.
"Masih hari rabu kok mbak, mbak jadi pulang hari selasa?"
Dia hanya mengangguk kecil seraya memanyunkan bibirnya.
"Kenapa manyun gitu mbak?, katanya kemaren gak sedih kalo pisah sama aku?"
Kepalanya terangkat seraya menatapku dengan wajah cemberutnya.
"Itu kan kemaren, pas masih jaim"
Tentu saja jawabannya berhasil membuatku terkekeh.
"Kamu kok nggak sedih sih?, bukannya kemaren kamu sedih?"
Kekehan kembali keluar begitu saja dari mulutku setelah mendengar dia bertanya dengan wajah sedihnya.
"Itu kan kemaren, waktu masih bujukin kamu supaya jaimnya udahan"
"Sekarang kan kamu jaimnya udahan, aku udahan juga pura-pura sedihnya"
Kalimatku kali ini diakhiri dengan sebuah tawa kecil yang keluar dari mulutku, tentu saja hal itu sukses membuat bibirnya semakin maju.
"Iiiissshhhh......, nathaaa...."
Ckiiiittttt.......
"Aduuuuhhh......."
Cubitan kecil pada lenganku berhasil membuatku mengaduh seraya berusaha menyingkirkan tangannya dari lenganku.
"Lepas mbak....., sakiiiiit....."
Tangannya tidak cukup kuat untuk melawan tanganku yang saat ini menariknya untuk menjauh.
"Iiiissshhh....., sedih gak?!"
Aku hannya menggeleng kecil untuk menjawab pertanyaannya.
"Harus sedihh!!!"
Aku kembali menggelengkan kepalaku.
"Enggak sedih"
Seperti yang sudah-sudah, aku kembali berhasil menggoreskan guratan kesal di wajahnya.
"Aaaaaaaaaaa....., sedih gak?!"
Lagi-lagi hanya sebuah gelengan yang dia terima atas pemaksaannya.
Duuuuukkkk..........
"Ngeseliiiiinnnn........"
Kedua tangannya mulai menyilang di depan dada seraya membuang wajahnya dari tatapanku.
Cekleeeeekkkk......
"Haduuuuuuuhhhhh!!!!!, apaan sih ini rame-rame?!"
Terlihat viny sedang berdiri di depan pintu yang baru saja terbuka sambil memegangi kepalanya dengan mata yang terlihat sayu akibat baru saja terbangun dari tidurnya.
"Ribut tau!!!"
Aku hanya terkekeh kecil setelah melihat 2 perempuan yang terlihat kesal karena ulahku, sementara viny lebih memilih untuk berjalan menghampiri dapur daripada melanjutkan omelannya.
"Mbak....., ngambek nih ceritanya...."
Tatapannya semakin menghindar saat aku mencoba untuk membujuknya.
"Iyaa..., sedih mbak... sedih..."
"Siapa yang gak sedih sih mau pisah sama pacarnya, iya nggak?"
Dia terlihat sedikit menahan kedua sudut bibirnya yang sudah akan tertarik kesrah atas setelah mendengar kalimat terakhir yang kuucapkan.
"Kalo mau senyum gakusah ditahan-tahan gitu mbak...."
Jariku menusuk-nusuk bagian pipinya yang sepertinya sebentar lagi akan membentuk sebuah cekungan.
"Mbaaaakkk....., lesung pipinya mana?"
Tangannya langsung menepis tanganku seraya terkekeh kecil setelah mendengar godaanku barusan.
"Apaan sih....."
Dia masih tidak mau menatapku, wajahnya menunduk kebawah, diikuti dengan bibirnya yang membentuk seutas senyuman.
Duuuuuukkkk.......
"Ngeselin....."
Kali ini kalimat itu diakhiri dengan sebuah kekehan yang keluar dari mulutnya.
"Gini-gini mbak tetep mau kan?"
Jawabanku hanya dijawab dengan sebuah senyuman, setelah itu dia kembali menyenderkan kepalanya di atas lenganku sembari mengotak-atik handphonennya.
Akupun juga memutuskan untuk menyalakan handphone sambil membalas beberapa pesan masuk dari teman-temanku yang baru sempat kubaca sekarang.
"Baru pada balik?"
Suara viny yang muncul secara tiba-tiba berhasil mengejutkan kami yang sedang fokus dengan handphone masing-masing.
"Udah dari jam setengah 8 sih mbak"
Viny langsung mengambil tempat untuk duduk di atas sofa yang berada di hadapan kami setelah aku menjawab pertanyaannya.
Viny: "kok gak kedengeran sih?"
Aku: "kan mbak lagi tidur, gimana sih"
Viny: "iya juga sih...."
Dahinya langsung membentuk serengit kecil setelah dia menyadari beby yang saat ini sedang bersandar di bahuku.
"Nat....."
Jarinya menunjuk beby sambil memanggil namaku dengan volume yang sangat pelan, sedangkan aku hanya bisa tersenyum angkuh untuk menjawab semua keheranannya saat ini.
Viny langsung membuka layar handphoennya sembari mengetikkan sesuatu.
Tiiiiingggg......
Aku langsung membuka layar handphoneku setelah mendengar bunyi notifikasi yang baru saja muncul.
"Kok beby bisa nempel gitu sama kamu?"
Pandanganku langsung mengarah kepada viny setelah mengetahui dia lah orang yang baru saja mengirimkan pesan kepadaku.
"Hehehehe"
Begitulah kira-kira pesan yang kukirimkan kepada viny untuk menjawab pertanyaannya barusan.
Viny: "kamu udah nembak beby?, kalian jadian?"
Aku: "hehehehe"
Viny hanya mengangguk sambil mengulum senyumannya setelah membaca pesan dariku.
"Ekheeeemmmm......"
"Ada yang nempel terus nih...."
Sontak beby langsung menurunkan handphonenya setelah mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut viny.
"Syirik aja...."
Dia kembali mengangkat handphonenya setelah menjawab pertanyaan viny.
"PJ dong........"
Sekarang aku bisa melihat cengiran konyol yang mulai terbentuk di wajah viny.
"Kamu udah dapet PJ setiap kita selesai jalan!!!"
Beby langsung menimpali permintaan yang baru saja di lontarkan viny, sementara viny hanya bisa terkekeh setelah mendapatkan serangan balik dari beby.
"Akhirnya........"
"Dari dulu kek....., tinggal jadian doang ribet banget"
Kalimat yang keluar dari mulut viny diakhiri dengan sebuah decakan dan gelengan kecil.
"Udah....., kalo masih jomblo jangan banyak komentar mbak"
Saat ini aku dapat melihat kedua alis viny yang hampir menyatu berkat sebuab kalimat yang baru saja kuucapkan.
"Iya vin...., jomblo diem aja...."
Kedua sudut bibirnya semakin tertarik kebawah setelah mendengar beby yang menjustifikasi kalimat terakhir yang keluar dari mulutku.
"Iiiiissshhh....., awas ya kalian....."
"Dulu aja oas masih sama-sama sedih nyariin aku, oas udah sama-sama seneng malah ngeledekin aku, jahaaaattt!!!....."
Viny langsung beranjak dari tempat duduknya setelah kata jahat yang agak panjang mengakhiri kalimatnya.
"Idiiihhh...., ngambekan banget mbak"
Sontak dia langsung membalikkan badannya setelah mendengar tanggapanku barusan.
"Tau nih...., gitu doang ngambek, tidur lagi gih sana....."
Viny kembali membalikkan badannya, lagi-lagi kami dapat melihat rasa dongkol yang sudah berada di puncak dari raut wajahnya.
"Iiissshhh....., diusir lagi....., awas kamu beb....."
Beby hanya menanggapi omelan viny dengan sebuah kekehan kecil, sedangkan viny kembali membelakangi kami, lalu dia mulai berjalan menghampiri kamar.
"Weehhh....., becanda mbak...., mau kemana?"
Viny kembali membalikkan badannya yang sekarang sudah berada di balik pintu kamar yang masih setengah terbuka.
"Lanjut tiduuurrr......."
Masih sama seperti sebelumnya, jawaban yang kami terima masih terdengar sangat ketus.
"Huuu....., udah....., jomblo tidur aja sana....."
Bruuuuaaaakkkk.....
Viny langsung menutup pintu kamarnya dengan sedikit kasar setelah mendengar celotehan yang kembali keluar dari mulut beby.
"Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk"
Sontak hal itu membuat aku dan beby tertawa geli karena berhasil membuat viny kesal.
.
.
.
"Buat terakhir kalinya aku kesini, pasti nanti aku kangen banget sama tempat ini"
Sekarang aku dan beby sedang berada di tengah-tengah kerumunan manusia yang sedang memadati kawasan malioboro.
"Kalo aku sih masih bisa kesini habis ini, kayaknya..... kalo besok-besok aku kesini sendirian, bukan kamu yang kangen tempat ini mbak...."
"Tapi tempat ini yang kangen sama kamu...."
Beby menoleh kearahku, lalu menatapku dengan salah satu sudut bibirnya yang tertarik keatas.
"Sok puitis......"
Aku hanya bisa terkekeh setelah mendengar tanggapannya terhadap kalimat yang baru saja kulontarkan.
"Yaudah, jalan aja yuk, katanya banyak yang mau mbak beli?"
Hanya anggukkan dengan seutas senyuman yang kembali terlukis di wajahnya untuk mengiyakan ajakanku barusan, kamipun mulai melangkah menyusuri jalan malioboro untuk membeli beberapa oleh-oleh.
"Eeehhh......, bentar nat!!!....."
Panggilan dari beby berhasil membuat langkahku terhenti dan menoleh kearahnya.
Dia merogohkan tangannya kedalam tas, sepertinya beby ingin mengambil sesuatu di dalam sana.
"Tadaaaa......."
Benda yang sekarang ada di tangan beby sukses membuatku terkejut.
"Mbaaakk......"
Tanpa menghiraukan panggilanku, dia langsung memasang kacamata hitam dengan bingkai yang di kedua sudutnya melengkung keatas sehingga terlihat seperti sayap itu untuk menutupi matanya, lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk mendahuluiku.
"Ayoo...., jalan!"
Aku hanya bisa meneguk ludah setelah melihat kelakuan beby saat ini.
"Mbaaakk....., ngapain pake gituan sih....., malu tau diliatin orang....."
Kali ini kalimatku berhasil menghentikan langkahnya, dia berbalik sembari menurunkan sedikit kacamata hitam yang saat ini sedang bertengger di wajahnya.
"Kan kamu yang ngasih, aku harus pakai dong, buat menghargai pemberian dari pacar aku yang paling sosweet ini"
Nada bicaranya terdengar seolah-olah sedang mengejekku kali ini.
"Y y y yaa....."
"Itu kan buat lucu-lucuan doang mbak...., bukan buat dipakai jalan-jalan"
"Lepas ah mbak!!!, malu tau....."
Dia kembali menaikkan kacamata hitam yang sedang dikenakannya.
"Bodo...... Amat!!!"
"Ayo...., jalan!!!"
Dia kembali membalikkan tubuhnya dan melanjutkan langkahnya setelah menggapi protes yang baru saja kulayangkan.
"Mbaaakkk......, pleaseee......"
Aku kembali berhasil membuat langkahnya terhenti dengan memanggilnya dengan nada yang terdengar sangat melas.
Dia kembali membalikkan badannya kearahku seraya menurunkan sedikit kacamata hitam itu dengan tangan kanannya.
"Nathaaaa....."
Huuuuuhhhhh......
Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar setelah melihat tatapan tajamnya yang sedang mengarah kepadaku.
Aku memilih untuk kembali melanjutkan langkahku dengan gerakan yang terlihat agak lesu.
"Yuk sayang....., kita jalan"
Seraya berkata seperti itu, beby menghampiriku dan melingkarkan sebelah tangannya untuk menggandeng sebelah tanganku.
Bukan menggandeng juga sih, mungkin akan lebih tepat jika digambarkan dengan kata menyeret.
"I i i i iya mbak...."
Aku hanya bisa berjalan mengikuti langkahnya sambil sesekali menunduk dan menolehkan kepalaku untuk memperhatikan keadaan sekitar, mengamati ekspresi orang-orang yang akan berpapasan dengan kami setelah ini, mungkin mereka akan menertawakan beby, eh...., mungkin juga mereka menertawakanku juga.
Aaaaaaarrrrggggghhhhh.....
Yaaaa....., hari ini aku harus menanggung malu yang diakibatkan oleh keisenganku sendiri.
Huuuuuuuhhhh......
Yasudahlah, dinikmati saja, yang penting sekarang aku masih bisa menikmati kebersamaanku dengan dia.
.
.
.
"Yang keju aja deh mbak"
Beby langsung mengambil sekotak bakpia yang masih berada di dalam kantong plastik, lalu meletakkannya di tengah-tengah kami yang saat ini sedang beristirahat di salah satu bangku panjang yang terdapat di pinggir jalan malioboro.
"Hari selasa nanti keretanya jam berapa mbak?"
Aku mengambil bakpia yang ada di dalam kotak seraya bertanya kepada beby.
"Di jadwal jam 2 sih nat, tapi rencananya udah otw dari rumah jam 1"
Aku hanya mengangguk kecil untuk menanggapi jawaban yang baru saja diberikan oleh beby.
"Naaaaatttt........"
Kali ini beby memanggilku dengan nada yang terdengar manja, wajahnya juga dibuat semelas mungkin.
Karena mulutku masih penuh dengan bakpia yang belum sempat kutelan, aku hanya bisa menatapnya seraya menaikkan kedua alisku untuk merespon panggilannya.
"Kalo aku udah di bandung kamu jangan nakal yaaaa...."
"Jangan sering gak ada kabar, kalo aku ngechat langsung dibales, kalo aku nelpon langsung diangkat"
"Kalo mau jalan atau keluar sama cewek selain viny, bilang dulu sama aku"
"Sebenarnya aku gakpapa kok nat kalo kamu ada keperluan sama temen cewekmu, asal......"
Kalimatnya sempat terjeda saat dia memilih untuk menarik nafas dalam terlebih dahulu.
"Jangan kayak kemaren aja"
Aku hanya bisa terkekeh setelah mendengar semua ocehannya barusan.
"Iya mbak....."
"Kita emang harus sama-sama terbuka mulai sekarang, sama-sama jaga diri"
"Kan kita udah sama-sama berkomitmen"
Kini aku dapat melihat seutas senyuman yang terbentuk di wajahnya.
"Iya nat....., selain itu, mulai sekarang kita juga harus bisa buat saling percaya satu sama lain"
Puuukkk.....
Dia menjatuhkan kepalanya tepat di atas pundakku setelah menyelesaikan kalimatnya.
Sepertinya posisi seperti ini lah yang menjadi favorit kami saat duduk bersampingan seperti sekarang.
"Iya mbak, aku percaya kok sama mbak, mbak tenang aja"
Entahlah, kalimat demi kalimat yang baru saja keluar dari mulut kami memang terdengar manis.
Saling terbuka dan saling percaya, kedengarannya memang tidak terlalu sulit untuk mempraktekannya.
"Wajib lah nat"
Puuuukkk.....
Aku menjatuhkan kepalaku tepat di atas kepalanya yang sedang dia senderkan di atas pundakku.
"Habis ini, kita bakal jarang banget ketemu nat, aku di bandung, kamu masih di sini"
"Aku gak akan bisa ngawasin kamu, kamu gitu juga, gak akan bisa ngawasin aku"
"Apalagi habis ini kita pasti sama-sama sibuk juga"
"Kalo kita mau, kita bisa kok bohong, bahkan selingkuh dengan mudahnya"
Dia mengakhiri kalimatnya kali ini dengan sebuah tatapan dan senyuman hangat yang ditujukan kepadaku.
"Yaaa...., yang bisa kita lakuin buat saat ini, cuma saling terbuka dan saling percaya nat"
Aku membalas senyuman dan tatapannya dengan tidak kalah hangat.
"Iya mbak, mau gak mau, bisa gak bisa, kita udah bukan anak kecil lagi"
Puuuukkk.....
Dia kembali menyenderkan kepalanya di atas pundakku.
"Awas kalo kamu nanti diem-diem jalan sama shani lagi!!!"
Kali ini dia mengucapkan kalimatnya dengan nada ketus.
"Idiihh...., katanya haru saling percaya, belum apa-apa udah curiga aja, gimana sih mbak?"
Ckiiiiiittttt.......
Tiba-tiba dia meletakkan tangannya di atas lenganku, lalu mencubitnya sekuat mungkin.
"Aaaawwww......, sakit mbak......"
Sontak aku langsung mengusap lenganku yang sebelumnya menjadi sasaran cubitan beby setelah dia melepaskannya.
"Itu bukannya gak percaya, cuma ngingetin!!!"
Kepalanya kembali terangkat, lalu dia menatapku dengan wajah kesal yang dibuat-buat.
"Pokoknya jangaaaaaaaannnn!!!"
Aku hanya bisa terkekeh setelah melihat sikap beby saat ini, bagaimana tidak, dia sendiri yang mengatakan bahwa kami harus bisa saling percaya satu sama lain, tapi malah dia yang menaruh kecurigaan terlebih dahulu, ya.... meskipun dibungkus dengan kedok menginginkan.
Huuuuhhhh......
Dasar cewek!!!.
"Kalo sama yang lain boleh?"
Ckiiiittttt.......
Sepertinya bertanya seperti itu kepada beby merupakan keputusan yang salah, lagi-lagi lenganku kembali menjadi sasaran cubitan beby.
"Awwww....., iya iya...., ampun mbak....."
Akhirnya beby melepaskan cubitannya setelah aku meminta ampun, sama sekali tidak ada satupun kalimat yang kekuar dari mulutnya setelah melepaskan cubitannya dari lenganku, dia hanya berdecak kesal seraya menatapku dengan tajam.
"Awaaassss!!!"
Aku hanya bisa bergidik ngeri setelah kembali mendapatkan peringatan darinya.
"Iya iya....."
Keadaan sempat menjadi hening setelah aku meng iya kan peringatan yang keluar dari mulutnya.
"Mbak....."
"Mbak juga jangan deket-deket sama sakti yaa....."
"Jakarta bandung kan deket"
Ckiiiiittttt......
"Awwwwww......, sakit mbaaaakkk......"
Untuk kesekian kalinya lenganku menjadi sasaran cubitan beby, kali ini dia memutar tangannya, sehingga efek sakit yang kurasakan kali ini berkali-kali lipat lebih besar daripada sebelumnya.
"Kamu gak percaya sama aku?!"
Hadeeeeeeeeeeehhhhh.........
mmuji1575 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Kutip
Balas
