- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
...
TS
rendyprasetyyo
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
Quote:
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
SELAMAT DATANG DI CERITA KITA UNTUK SELAMANYA SERIES.
Quote:
Sinopsis:
Ditahun 2025 terjadi kekacauan besar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pandemi virus yang semakin memburuk, serangan teror, unjuk rasa, banyak orang harus kehilangan keluarga dan mata pencarian, sampai akhirnya pemerintah menetapkan status darurat nasional untuk menghentikan semua aktifitas yang dapat membahayakan warga. Ditengah kekacauan ini, Rendy dan Bianca bertemu dengan Mr.Klaus yang akan merubah hidup mereka dan membawa mereka pada petualangan baru di Desa Praijing, Sumba. Siapakah yang akan memperbaiki keadaan tersebut? Apakah kekacauan tersebut bisa diselesaikan? Siapakah sebenernya Mr.Klaus?
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Pembukanya gak usah panjang-panjang. sebelum baca series ketiga ini gue rekomendasikan untuk baca dulu dua series sebelumnya ya biar gak bingung dan gak banyak nanya lagi. Tapi kalau mau lanjut kesini aja juga boleh. langsung aja, enjoy the story hehe.
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
--------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Quote:
--------------------------------------------------------------------------------------------
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 3 : CATAPHILES
PROLOG
Tahun 2026
Disebuah negeri entah berantah.
“Bi..? ini beneran kamu?”
Gue buka mata gue perlahan sambil menegakkan tubuh gue yang serasa rontok disemua bagian. Tangan kiri gue berasa perih dan samar-samar terlihat aliran darah beku menghitam diarea pergelangannya. Bibir atas dan lutut kaki sebelah kanan gue juga menimbulkan sensasi sakit luar biasa tiap kali gue mencoba untuk menggerakkan tubuh. Samar-samar terlihat bayangan bibi ketika pertama kali gue membuka mata tadi. Sekarang setelah sepenuhnya sadar, gue makin bingung dengan keadaan yang tejadi karena gak cuma ada Bibi disini. Ada seorang wanita lain terlihat sedang membalut luka ditungkai kaki seorang pria yang terlihat mengeluarkan darah cukup banyak.
“Iya, Rendy. Ini aku” Bibi menjawab sambil mengulurkan beberapa obat penghilang rasa sakit dan penambah darah untuk gue minum. “Minum nih kalau masih kerasa sakit, untung aja gak apa-apa kan.”
“Gak apa-apa apanya sih bi?” gue mengambil obat dari tangan bibi dan segera meminum obat tersebut dengan beberapa teguk air yang ada digelas di sisi lain tubuh gue. “Emang kita dimana? Kenapa ada mereka juga?”
Gue dan Bibi sekarang ada disebuah pondok kayu kecil berukuran 3x4 m dengan satu jendela persegi kecil bertirai kain hitam lusuh jadi tempat lewat mentari pagi berada disisi belakang tubuh bibi. Sang wanita asing yang tadi sedang sibuk memperban seorang laki-laki sekarang terlihat menatap Bibi dari kejauhan. Luka yang sedang diperban dari tungkai cowok tersebut pun terlihat sudah berhenti mengalirkan darah. Ruangan kumuh ini lembab dengan hanya satu alas tidur jadi tempat beristirahat lelaki dengan perban didaerah tungkai. Samar gue lihat kalau laki-laki ini terlihat familiar dengan rambut ikal panjangnya.
“hufft” bibi menjawab sambil menghela nafas panjang dan membereskan beberapa peralatan yang sebelumnya dipakai untuk mengobati gue. “dugaan aku bener kan, kamu bakal lupa semuanya setelah semalam kepala kamu kebentur. Untung ada mereka yang nolongin”
Terlihat sang wanita tersenyum tipis sambil melambaikan tangan kearah gue.
“Mereka siapa be?” gue bertanya pelan kearah bibi sambil meringis.
“Astaga Rendy kamu beneran gak inget apa-apa ya. Yang cewek namanya Sydney dan yang cowok namanya Will” Bibi menjawab. “Kita disini bareng-bareng karena harus ngumpulin informasi tentang apapun yang berhubungan sama organisasi Cataphiles, seenggaknya itu perintah yang dikasih atasan kemaren. Tapi karena kecerobohan kamu rencana kita gagal semalem dan harus sembunyi ditempat ini sekarang.”
Will? Sydney? Organisasi Cataphiles? Perintah atasan? Semua hal yang bibi bicarakan terdengar imajinatif karena seinget gue semalem sebelum tidur gue masih ada dikosan, ngobrol sama mas kosan tentang kemungkinan gue untuk pindah kerja. Gue dan bibipun udah lama gak ketemu dan sekarang tiba-tiba kita berdua sedang berada di tempat antah berantah sama dua orang asing dan katanya sedang menjalani sebuah misi.
“Bentar-bentar” gue mencoba menelaah perkataan bibi. “kamu bisa ceritain dari awal? Dari awal banget?”
“Dari awal kita ketemu?” bibi menjawab. “apa dari awal kita ada ditempat ini? by the way, kita sekarang lagi di perbatasan sisi timur kota Paris”
“Dari awal terbentuk galaksi bimasakti juga boleh aku dengerin” gue menjawab perkataan bibi sambil membenarkan posisi lutut kanan gue yang telihat lebam membiru dengan ukuran cukup besar. “semalem aku tidur masih dikosan kok tiba-tiba ada disini ya wajar dong bingung. Bentar, kamu bilang PARIS?”
“hah? Tidur dikosan?” bibi menjawab sambil mengernyitkan dahi.”bener-bener makin bodoh setelah kepalanya terbentur nih orang. ya udah sini diceritain dari awal...”
Dan bibi mulai bercerita tentang kejadian awal kenapa semua jadi seperti ini. Di kejauhan gue liat sydney terlihat tersenyum karena obrolan gue dan bibi barusan.
Index:
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
BUDAYAKAN MENINGGALKAN JEJAK SUPAYA KITA BISA SALING KENAL
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
lebih enak baca di kaskus atau wattpad?
Diubah oleh rendyprasetyyo 11-06-2023 20:12
nomorelies dan 39 lainnya memberi reputasi
38
20.9K
524
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rendyprasetyyo
#48
Chapter 17
Danau Hebbema, Lembah Baliem
“Selamat datang di Danau Hebbema” Mr.K berkata setelah turun dari mobil jeep besar yang membawa gue, Bibi, dan Karin selama beberapa jam terakhir untuk melintasi jalan berbatu yang dikelilingi hutan, tebing yang terjal, dan medan ekstrim. Bibi dan Karin sekarang terlihat shock, ini mungkin jadi perjalanan terburuk yang pernah terjadi di hidup mereka selama ini.
Setelah turun dari mobil mengikuti Mr.K, gue terkagum sejenak karena melihat keindahan pemandangan yang belum pernah gue lihat sebelumnya. Dihadapan Mr.K tampak dari kejauhan sebuah Danau besar yang dikelilingi oleh banyak rumah-rumah terbuat dari dedaunan kering berbentuk seperti jamur raksasa yang diatur sedemikian rupa dengan jarak-jarak tertentu. Rumah-rumah ini berdiri diatas hamparan padang rumput luas dengan radius 200 meter dari sisi danau sebelum akhirnya ditemukan deretan pohon tinggi yang berdiri membentuk hutan yang tampak tak berpenghuni. Rumah-rumah dan danau ini dibatasi oleh pagar-pagar kayu setinggi 5 meter membentang mengelilingi danau dengan beberapa menara pengawas di tiap sudutnya.
Waktu menunjukkan hampir pukul 3 sore. Permukaan Danau dari kejauhan tampak menyilau akibat sinaran matahari sore. Disekeliling danau tampak beberapa pegunungan mulai ditutupi kabut-kabut awan, hanya menyisakan sedikit ujung dari Puncak Jaya dengan ketinggain hampir 5000 meter terlihat bersama tumpukan-tumpukan salju diatasnya.
“Pengen muntah tapi sayang abis makan udang selingkuh” Dibelakang gue, Karin bergumam sambil memegang perut seperti menahan keinginan untuk muntah setelah turun dari mobil. “Dalam beberapa bulan kedepan kayaknya kita gak bakal nemu makanan enak lagi.”
“Kayaknya sih” Gue menjawab singkat.
Karin bener, firasat gue juga gak enak tentang hal ini. Mr.K sengaja menyogok gue dan yang lain dengan makanan enak sebelum akhirnya dia menyiksa kami semua beberapa bulan kedepan. Beberapa bulan ke depan bisa dipastikan gak ada lagi yang namanya makan enak, tidur nyenyak, dan aktifitas unfaedah lain yang bisa gue lakukan. Beberapa bulan kedepan hidup gue bakal kayak neraka.
Udara semakin terasa dingin. Beberapa orang suku Dani dari kejauhan mulai bersiap mengembalikan hewan ternak mereka ke kandang menjelang malam hari. Beberapa lelaki dewasa terlihat keluar dari area hutan menuju pemukiman sambil membawa hewan buruan dipunggung mereka. Wanita dan anak-anak dikejauhan mulai terlihat masuk ke rumah jamur mereka sambil membawa beberapa umbi-umbian dalam keranjang kayu kecil. Mereka semua tampak sama, memakai pakaian-pakaian dari dedaunan untuk menutupi tubuh sekedarnya.
Gue mencoba menganalisa diketinggian berapa gue dan yang lain berdiri sekarang dan firasat gue bilang kalau tempat ini sekarang memiliki ketinggian antara 3000 - 3500 m diatas permukaan laut.
“Bi kamu gak apa-apa?” Gue lihat Bibi turun dari mobil dengan ekspresi lemas, dengan sigap gue menyambut tubuhnya supaya tidak terjatuh ke tanah. “Udah sampe kok, tuh tempatnya”
Bibi terdiam sebentar dan mengalihkan pandangan kearah telunjuk gue. Terlihat sekilas kalau dia masih mabuk perjalanan akibat kondisi jalan yang kami lalui barusan.
“Keren banget” setelah beberapa menit diam, bibi tiba-tiba berkata sambil menarik pegangan tangan gue dan berjalan kearah Karin. “Ini Danau Hebbema?”
“Iya” Karin menjawab dengan nada sedikit antusias dan terlihat sudah bisa menguasai diri sambil memandang ke arah pemukiman suku Dani yang terletak mengelilingi sisi danau. “Ini Danau tertinggi di Indonesia, dianggap mistis oleh suku Dani karena punya kekuatan menyembuhkan dan memberi kemakmuran”
“Kereen” Bibi menjawab lagi sambil memperhatikan keindahan landscape yang ada diwilayah lembah ini. “Ini bukan Indonesia sih kayaknya, belum pernah liat wilayah kayak gini dimana-dimana”
“Ini belum seberapa” Karin menambahkan. “Banyak wilayah disekitar sini belum terjamah sama sekali. masih jadi misteri”
“Bener-bener tempat yang pas buat nyiksa orang” Gue mencoba mendekati mereka berdua dan mulai mengingatkan kembali tujuan awal ke tempat ini. “Se-enggaknya beberapa bulan kedepan kita gak bisa tidur enak lagi.”
Bibi dan Karin terdiam, berusaha mencerna maksud perkataan gue.
“Kita?” Bibi berpaling kearah gue. “Kamu aja rendoy, aku sama Karin mau happy-happy nanti.”
“Iya betul” Karin meyetujui ucapan Bibi. “Yang bakal disiksa cuma rendy, kita bakal happy-happy disini, Bi. Mr. K sendiri yang bilang”
“Mr.K bilang gitu?” gue bertanya cepat.
“Iya” Bibi dan Karin menjawab bersamaan.
Sekarang giliran gue yang terdiam dengan pandangan pasrah ke arah mereka. Gue gak bisa menyanggah perkataan mereka karena apa yang mereka bilang itu masuk akal. Apalagi setelah ada konfirmasi kalau mereka dapet info itu dari Mr.K sendiri. Kenapa gue gak pernah kepikiran sebelumnya kalau dikelompok ini gue lah satu-satunya target penyiksaan Mr.K beberapa bulan kedepan?
Angin sore berhembus kencang dilembah ini sekarang sementara dikejauhan mulai tampak beberapa orang suku Dani berjalan mendekati posisi Mr.K berdiri. Bayangan-bayangan ini sekilas terlihat seperti seorang kepala suku yang dikelilingi 2 pengikutnya dengan masing-masing membawa tombak kayu ditangan mereka.
“Barang-barang gak usah dikeluarin dulu” Mr.K tiba-tiba memberi perintah. Dia tampak terlihat waspada menyambut kedatangan suku-suku Dani yang sedang berjalan di kejauhan.
Gue, Bibi, dan Karin diam dan mengikuti instruksi Mr.K dengan tatapan siaga. Feeling gue gak enak. Beberapa menit lagi bisa aja hal-hal buruk terjadi, bisa aja nanti malem gue dan yang lain jadi hidangan makan malam suku Dani sambil direbus diatas wajan super besar atau bisa aja diantara gue, Bibi, dan Karin, Mr.K bakal menumbalkan gue sebagai jaminan nyawa kalau kelompok ini gak akan berbuat macam-macam di teritori kekuasaan kepala suku dan gue digantung terbalik untuk jadi makanan harimau dihutan.
Siluet mereka terlihat semakin terlihat jelas, 3 orang suku Dani datang mendekati Mr.K dengan raut wajah serius. Kepala suku terlihat dominan diantara 2 pengawal dikanan kirinya dengan badan besar dan raut wajah menua yang dipenuhi coretan berwarna putih dibagian pipi memakai mahkota bulu cendrawasih melingkar dikepalanya. Kedua pengawal terlihat masing-masing membawa tombak kayu setinggi 1.5 meter dan besi runcing diujungnya memakai pakaian dengan warna daun tua dirajut seadanya dari daun-daun kering.
Lama Mr.K bertatapan dengan Kepala Suku dalam diam ketika mereka berhasil menghampiri posisi kami sekarang.
“Kamu orang sudah lama sampai kah!” Kepala suku tiba-tiba berkata dengan nada marah. “Kita orang su lama menunggu!”
“Jalan tadi macet sekali hahaha” Mr.K menjawab dengan tawa memecah suasana. “Apa kabar Ko, Yani Mabela? Su lama kita tak berjumpa toh”
“Su lama sekali haha” Kepala suku menjawab sambil menjulurkan lengan untuk memeluk Mr.K. “Sa hampir lupa kapan kita terakhir bertemu!”
“Ko sehat kah?” Mr.K bertanya sambil membalas pelukan Yani Mabela, sang kepala suku, sambil menepuk punggungnya beberapa kali. “Sa bawa Rendy dan teman-temannya juga”
“Sa sehat, sehat sekali” Kepala suku berkata sambil melepas pelukan Mr.K dan terus tertawa. “Ko istirahat dulu saja ditenda sekarang, hari su hampir malam.”
“Ya. Boleh” Mr.K menyetujui ajakan kepala suku. “Banyak sekali yang ingin sa bicarakan dengan ko”
“Kita punya waktu semalaman toh” Kepala suku melangkah sambil tersenyum kearah pemukiman berdampingan dengan Mr.K. “Kita santai dulu saja sekarang”
Mr.K dan Yani Mabela terlihat sangat akrab. Mereka terus berbincang-bincang sambil melangkah pelan menuju pintu masuk desa yang dari kejauhan terlihat dijaga oleh beberapa orang.
“Kaka, silahkan ikut” Salah seorang pengawal berbicara kearah Bibi dan Karin sambil mempersilahkan mereka untuk mengikuti kepala suku.
Bibi dan Karin terdiam cukup lama mendapat ajakan ini Mereka kemudian saling bertatapan sesaat dan memutuskan untuk melangkahkan kaki mengikuti Mr.K menuju kearah pemukiman sambil diikuti oleh kedua pengawal. Gue gak dianggep sekarang, gak dianggep sama sekali.
“Ko rendy kah?” Dikejauhan kepala suku tiba-tiba berhenti dan berteriak sambil mengacungkan tombaknya kearah gue yang masih terdiam tidak bergerak. “Ko bawa semua barang-barang ke tenda, sendiri saja bisa toh?”
“B-bi-bisa” gue menjawab terbata-bata, di acuhkan oleh kepala suku yang langsung berjalan kembali menuju pemukiman. “B-bisa banget s-endiri”
Suram sudah nasib gue.
Danau Hebbema, Lembah Baliem
“Selamat datang di Danau Hebbema” Mr.K berkata setelah turun dari mobil jeep besar yang membawa gue, Bibi, dan Karin selama beberapa jam terakhir untuk melintasi jalan berbatu yang dikelilingi hutan, tebing yang terjal, dan medan ekstrim. Bibi dan Karin sekarang terlihat shock, ini mungkin jadi perjalanan terburuk yang pernah terjadi di hidup mereka selama ini.
Setelah turun dari mobil mengikuti Mr.K, gue terkagum sejenak karena melihat keindahan pemandangan yang belum pernah gue lihat sebelumnya. Dihadapan Mr.K tampak dari kejauhan sebuah Danau besar yang dikelilingi oleh banyak rumah-rumah terbuat dari dedaunan kering berbentuk seperti jamur raksasa yang diatur sedemikian rupa dengan jarak-jarak tertentu. Rumah-rumah ini berdiri diatas hamparan padang rumput luas dengan radius 200 meter dari sisi danau sebelum akhirnya ditemukan deretan pohon tinggi yang berdiri membentuk hutan yang tampak tak berpenghuni. Rumah-rumah dan danau ini dibatasi oleh pagar-pagar kayu setinggi 5 meter membentang mengelilingi danau dengan beberapa menara pengawas di tiap sudutnya.
Waktu menunjukkan hampir pukul 3 sore. Permukaan Danau dari kejauhan tampak menyilau akibat sinaran matahari sore. Disekeliling danau tampak beberapa pegunungan mulai ditutupi kabut-kabut awan, hanya menyisakan sedikit ujung dari Puncak Jaya dengan ketinggain hampir 5000 meter terlihat bersama tumpukan-tumpukan salju diatasnya.
“Pengen muntah tapi sayang abis makan udang selingkuh” Dibelakang gue, Karin bergumam sambil memegang perut seperti menahan keinginan untuk muntah setelah turun dari mobil. “Dalam beberapa bulan kedepan kayaknya kita gak bakal nemu makanan enak lagi.”
“Kayaknya sih” Gue menjawab singkat.
Karin bener, firasat gue juga gak enak tentang hal ini. Mr.K sengaja menyogok gue dan yang lain dengan makanan enak sebelum akhirnya dia menyiksa kami semua beberapa bulan kedepan. Beberapa bulan ke depan bisa dipastikan gak ada lagi yang namanya makan enak, tidur nyenyak, dan aktifitas unfaedah lain yang bisa gue lakukan. Beberapa bulan kedepan hidup gue bakal kayak neraka.
Udara semakin terasa dingin. Beberapa orang suku Dani dari kejauhan mulai bersiap mengembalikan hewan ternak mereka ke kandang menjelang malam hari. Beberapa lelaki dewasa terlihat keluar dari area hutan menuju pemukiman sambil membawa hewan buruan dipunggung mereka. Wanita dan anak-anak dikejauhan mulai terlihat masuk ke rumah jamur mereka sambil membawa beberapa umbi-umbian dalam keranjang kayu kecil. Mereka semua tampak sama, memakai pakaian-pakaian dari dedaunan untuk menutupi tubuh sekedarnya.
Gue mencoba menganalisa diketinggian berapa gue dan yang lain berdiri sekarang dan firasat gue bilang kalau tempat ini sekarang memiliki ketinggian antara 3000 - 3500 m diatas permukaan laut.
“Bi kamu gak apa-apa?” Gue lihat Bibi turun dari mobil dengan ekspresi lemas, dengan sigap gue menyambut tubuhnya supaya tidak terjatuh ke tanah. “Udah sampe kok, tuh tempatnya”
Bibi terdiam sebentar dan mengalihkan pandangan kearah telunjuk gue. Terlihat sekilas kalau dia masih mabuk perjalanan akibat kondisi jalan yang kami lalui barusan.
“Keren banget” setelah beberapa menit diam, bibi tiba-tiba berkata sambil menarik pegangan tangan gue dan berjalan kearah Karin. “Ini Danau Hebbema?”
“Iya” Karin menjawab dengan nada sedikit antusias dan terlihat sudah bisa menguasai diri sambil memandang ke arah pemukiman suku Dani yang terletak mengelilingi sisi danau. “Ini Danau tertinggi di Indonesia, dianggap mistis oleh suku Dani karena punya kekuatan menyembuhkan dan memberi kemakmuran”
“Kereen” Bibi menjawab lagi sambil memperhatikan keindahan landscape yang ada diwilayah lembah ini. “Ini bukan Indonesia sih kayaknya, belum pernah liat wilayah kayak gini dimana-dimana”
“Ini belum seberapa” Karin menambahkan. “Banyak wilayah disekitar sini belum terjamah sama sekali. masih jadi misteri”
“Bener-bener tempat yang pas buat nyiksa orang” Gue mencoba mendekati mereka berdua dan mulai mengingatkan kembali tujuan awal ke tempat ini. “Se-enggaknya beberapa bulan kedepan kita gak bisa tidur enak lagi.”
Bibi dan Karin terdiam, berusaha mencerna maksud perkataan gue.
“Kita?” Bibi berpaling kearah gue. “Kamu aja rendoy, aku sama Karin mau happy-happy nanti.”
“Iya betul” Karin meyetujui ucapan Bibi. “Yang bakal disiksa cuma rendy, kita bakal happy-happy disini, Bi. Mr. K sendiri yang bilang”
“Mr.K bilang gitu?” gue bertanya cepat.
“Iya” Bibi dan Karin menjawab bersamaan.
Sekarang giliran gue yang terdiam dengan pandangan pasrah ke arah mereka. Gue gak bisa menyanggah perkataan mereka karena apa yang mereka bilang itu masuk akal. Apalagi setelah ada konfirmasi kalau mereka dapet info itu dari Mr.K sendiri. Kenapa gue gak pernah kepikiran sebelumnya kalau dikelompok ini gue lah satu-satunya target penyiksaan Mr.K beberapa bulan kedepan?
Angin sore berhembus kencang dilembah ini sekarang sementara dikejauhan mulai tampak beberapa orang suku Dani berjalan mendekati posisi Mr.K berdiri. Bayangan-bayangan ini sekilas terlihat seperti seorang kepala suku yang dikelilingi 2 pengikutnya dengan masing-masing membawa tombak kayu ditangan mereka.
“Barang-barang gak usah dikeluarin dulu” Mr.K tiba-tiba memberi perintah. Dia tampak terlihat waspada menyambut kedatangan suku-suku Dani yang sedang berjalan di kejauhan.
Gue, Bibi, dan Karin diam dan mengikuti instruksi Mr.K dengan tatapan siaga. Feeling gue gak enak. Beberapa menit lagi bisa aja hal-hal buruk terjadi, bisa aja nanti malem gue dan yang lain jadi hidangan makan malam suku Dani sambil direbus diatas wajan super besar atau bisa aja diantara gue, Bibi, dan Karin, Mr.K bakal menumbalkan gue sebagai jaminan nyawa kalau kelompok ini gak akan berbuat macam-macam di teritori kekuasaan kepala suku dan gue digantung terbalik untuk jadi makanan harimau dihutan.
Siluet mereka terlihat semakin terlihat jelas, 3 orang suku Dani datang mendekati Mr.K dengan raut wajah serius. Kepala suku terlihat dominan diantara 2 pengawal dikanan kirinya dengan badan besar dan raut wajah menua yang dipenuhi coretan berwarna putih dibagian pipi memakai mahkota bulu cendrawasih melingkar dikepalanya. Kedua pengawal terlihat masing-masing membawa tombak kayu setinggi 1.5 meter dan besi runcing diujungnya memakai pakaian dengan warna daun tua dirajut seadanya dari daun-daun kering.
Lama Mr.K bertatapan dengan Kepala Suku dalam diam ketika mereka berhasil menghampiri posisi kami sekarang.
“Kamu orang sudah lama sampai kah!” Kepala suku tiba-tiba berkata dengan nada marah. “Kita orang su lama menunggu!”
“Jalan tadi macet sekali hahaha” Mr.K menjawab dengan tawa memecah suasana. “Apa kabar Ko, Yani Mabela? Su lama kita tak berjumpa toh”
“Su lama sekali haha” Kepala suku menjawab sambil menjulurkan lengan untuk memeluk Mr.K. “Sa hampir lupa kapan kita terakhir bertemu!”
“Ko sehat kah?” Mr.K bertanya sambil membalas pelukan Yani Mabela, sang kepala suku, sambil menepuk punggungnya beberapa kali. “Sa bawa Rendy dan teman-temannya juga”
“Sa sehat, sehat sekali” Kepala suku berkata sambil melepas pelukan Mr.K dan terus tertawa. “Ko istirahat dulu saja ditenda sekarang, hari su hampir malam.”
“Ya. Boleh” Mr.K menyetujui ajakan kepala suku. “Banyak sekali yang ingin sa bicarakan dengan ko”
“Kita punya waktu semalaman toh” Kepala suku melangkah sambil tersenyum kearah pemukiman berdampingan dengan Mr.K. “Kita santai dulu saja sekarang”
Mr.K dan Yani Mabela terlihat sangat akrab. Mereka terus berbincang-bincang sambil melangkah pelan menuju pintu masuk desa yang dari kejauhan terlihat dijaga oleh beberapa orang.
“Kaka, silahkan ikut” Salah seorang pengawal berbicara kearah Bibi dan Karin sambil mempersilahkan mereka untuk mengikuti kepala suku.
Bibi dan Karin terdiam cukup lama mendapat ajakan ini Mereka kemudian saling bertatapan sesaat dan memutuskan untuk melangkahkan kaki mengikuti Mr.K menuju kearah pemukiman sambil diikuti oleh kedua pengawal. Gue gak dianggep sekarang, gak dianggep sama sekali.
“Ko rendy kah?” Dikejauhan kepala suku tiba-tiba berhenti dan berteriak sambil mengacungkan tombaknya kearah gue yang masih terdiam tidak bergerak. “Ko bawa semua barang-barang ke tenda, sendiri saja bisa toh?”
“B-bi-bisa” gue menjawab terbata-bata, di acuhkan oleh kepala suku yang langsung berjalan kembali menuju pemukiman. “B-bisa banget s-endiri”
Suram sudah nasib gue.
regmekujo dan 2 lainnya memberi reputasi
3


