- Beranda
- Stories from the Heart
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
...
TS
princebanditt
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
Quote:
Keluarga, menurut gue adalah sekelompok orang yang tinggal bersama, mempunyai struktur peran dan jabatan masing masing, ayah, ibu, kakak dan adik.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
Spoiler for Keluarga Kecil:
Quote:
Berbahagialah kalian yang lahir dari keluarga yang harmonis, dipenuhi kebahagiaan, canda tawa, dan kadang suka duka kalian lalui bersama sama, saling menguatkan satu dengan yang lainnya.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Keluargaku, Neraka Bagiku
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Quote:
”plakkk..”suara tamparan keras malam itu.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
Quote:
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Karna kekerasan akan menimbulkan trauma dan membangun kekerasan yang lainnya.
Spoiler for Ratenya GanSis:
Selamat Membaca
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
UPDATE BERJALAN..
BAB 1, BAB 2, BAB 3, BAB 4, BAB 5, BAB 6, BAB 7, BAB 8, BAB 9, BAB 10, BAB 11, BAB 12, BAB 13, BAB 14, BAB 15
Spoiler for Kunjungi Thread Lainnya,:
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian MerekaHot Thread
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
Bersambung
Diubah oleh princebanditt 25-01-2021 12:10
aipereeng365 dan 138 lainnya memberi reputasi
137
97.7K
Kutip
607
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.5KThread•41.6KAnggota
Tampilkan semua post
TS
princebanditt
#162
BAB XIV HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
Quote:
gue ikuti petunjuk Murni dan memejamkan mata.
“Ingat Aryo, tenangkan hati dan pikiranmu. Lepaskan segala rasa yang membebanimu, buang semua itu dari pikiranmu.
Bertindaklah dengan mengikuti apa kata hatimu, jangan biarkan pikiran dan nafsu menguasai dirimu, bedakan antara pikiran dan hati yang berbicara.” terang Murni lembut menjelaskan kata perkata dengan jelas.
“Semua hal di dunia ini adalah fana, apapun yang kamu dapatkan adalah cobaan, maka bijaklah dalam berpikir dan memutuskan, hanya dengan ketenangan dan ketajaman hati, kamu akan membuka Tabir Kehidupan, kamu akan mengetahui mana yang hak dan batil” lanjutnya.
gue yang dari tadi mendengarkan ocehan Murni merasa heran. “Kenapa Murni sekarang berbicara seperti Kakek? ceramah mulu!” tanya gue dalem hati.
“Trus gue harus gimana lagi Murni!” tanya gue jengkel dari tadi disuruh tutup mata terus.
“Fokuskan apa yang akan kamu rasakan Aryo, ikuti dan jangan melawan” terang Murni.
Lalu badan gue mulai menghangat didaerah bawah tulang ekor, sesuatu seakan berjalan merambat dari bawah. Terus menjalar naik dan rasanya semakin panas, seperti ada Ular didalam badan gue.
“Jangan takut Aryo, Tarik napas panjang rasakan alirannya” perintah Murni lagi.
Rasanya Ular itu berjalan naik keatas punggung gue, jejaknya meninggalkan hawa panas yang terus bertambah panas.
Tulang ekor, Lambung, Jantung, tenggorokan hingga dipertengahan kedua alis gue.
Seakan mereka hidup dan berdenyut pelan.
Membuat gue merasakan hawa yang sangat panas disekujur badan, seolah dunia berputar dan gue yang menjadi porosnya. semua seperti berguncang dan bergerak terjatuh. dan akhirnya membuat gue mual dan terjatuh menahan getaran yang gue rasain.
“Sudah selesai, hanya itu yang bisa kuberikan saat ini Aryo, semoga dapat membimbingmu hingga waktunya nanti” suara itu menghilang diketinggian.
“Cih dasar Kakek sialan, beraninya dia berpura-pura menjadi diriku untuk membohongi Aryo” Murni mengumpat melihat dari kejauhan,
Tepat disaat Aryo dan Ustad Aulia berbincang, Kakek mendatangi halaman masjid, berubah menjadi Murni dan menunggu ditempat yang Murni janjikan.
Kakek membentengi seluruh halaman masjid dengan ilmu yang dimilikinya agar Murni tidak bisa mengganggu siasatnya saat itu untuk Aryo.
Mirna dan Murni berusaha masuk kedalam benteng Kakek tapi apa daya umur dan ilmunya sangat jauh berbeda. Jadi mereka hanya bisa menunggu sampai Kakek menyelesaikan urusannya dengan Aryo.
“Haaahh.. Haaahh.. Haaahh..” terdengar suara nafas Aryo memburu.
“Ini apaan Murni? kenapa rasanya pusing dan capek banget! padahal gue ga ngapa-ngapain” jawab gue mencoba membuka mata.
gue ngeliat banyak banget kunang-kunang berwarna warni, dan rasanya sangat ramai seperti sedang dikerumunan orang banyak.
terdengar juga suara seperti berbincang-bincang dengan bahasa yang aneh, bukan Arab, Indonesia ataupun Inggris.
Gue coba berjalan menjauhi kunang-kunang tersebut. “Ini ada apaan sih? aneh banget!” tanya gue kebingungan.
“Aryo..”
“Sini..”
Gue menengok ke kanan dan kiri gue, mencari asal sumber suara lalu menggaruk kepala bingung.
“Aku dipohon, sini”
Tepat disebelah kiri gue ada Pohon Cempedak yang sangat besar, dengan batang dan ranting besar menjulang keatas. Lengkap beberapa buahnya yang berwarna kuning keemasan hampir matang.
“Lihat ke Atas Aryo”
Gue tengok keatas pohon, ada dua sosok perempuan menggunakan terusan panjang berwarna putih, mereka menggoyang-goyangkan kakinya seperti sedang menikmati duduk diatas sana.
Dengan Wajah yang pucat berwarna biru, rambut mengembang panjang dan sekitar matanya yang berwarna hitam. Mereka tersenyum seram ke arah gue “ hhihihihihihihihi” terdengar tawa cekikikan
gue yang ngeliat hal itu rasanya pengen banget lari, tapi kaki seperti diikat dan rasanya seluruh badan gue jadi, gemetar karena dingin dan lemas.
“Brukk”
untuk kedua kalinya gue terjatuh.
“Pergi kalian!!!” teriak murni keras, membuat kedua sosok diatas pohon itu tertawa cekikikan terbang menghilang diangkasa.
“Murni? terima kasih” jawab gue lemas karena syok melihat mahluk menyeramkan itu.
“Kamu jangan takut Aryo, ada aku disini” ucap murni keluar dari belakang pohon itu.
“kkaa..aaamm..mmuu??” ucap gue terbata-bata melihat sosok Murni yang selama ini selalu mengganggu gue ternyata adalah Perempuan kecil yang udah gue cari beberapa tahun lalu.
anak perempuan yang pertama kalinya dalam hidup gue tersenyum ramah dan melambaikan tangannya buat gue. Itu adalah Murni!
“Murni??” tanya gue memastikan dengan apa yang gue liat saat ini.
Murni tersenyum dan gue inget betul senyuman ini yang selalu gue tunggu, senyuman yang membuat gue selalu ingin melihatnya.
akhirnya pecah tangis gue entah ini tangis haru bahagia apa tangisan kekeselan gue terhadap Murni, yang gue rasain semua campur aduk saat itu.
“Maafin aku ya” ucap Murni menghampiri dan berdiri di hadapan gue.
“Aku yang minta maaf Murni, maaf sudah kasar selama ini” jawab gue menyesal.
mendengar ucapan gue, murni tertawa lalu “Ini bukan wujudku Aryo, kamu jangan meminta maaf kepadaku, aku hanya tidak ingin membuatmu takut akan wujud asliku” Murni menjelaskan.
“Lalu wujud aslimu seperti apa?” tanya gue sambil menghapus air mata dengan punggung tangan gue.
“Aku seperti mereka yang baru aja kamu lihat” jawab murni menunjuk kearah pohon cempedak.
“Kaa..aammuu.. see..rii..uus?” jawab gue takut mengingat kejadian tadi.
Murni malah tertawa terkekeh melihat gue saat itu, “Iyaa, aku seperti mereka Aryo” jawabnya.
“Tolong jangan kamu berubah seperti wujud menyeramkan itu Murni” sahut gue memohon ketakutan.
“Sepertinya Kakek berhasil membuatku sedikit kesulitan untuk berbincang denganmu Aryo” terang murni terlihat sedikit kecewa.
“Kakek?? Maksudnya??” tanya gue penasaran.
“Kakek yang berpura-pura menjadi diriku di halaman masjid tadi telah membuka dan menajamkan semua panca indramu Aryo, aku takut nanti kamu dapat melihat wujud asliku” Murni menjelaskan.
“Sialann!! itu semua ulah Kakek?? apa maksudnya dia membohongi ku?” tanya gue geram.
“Aku tidak tau Aryo, kamu lihat itu?” tanya Murni menunjukan kunang-kunang berwarna warni dihalaman Masjid.
“oohh itu kunang-kunang” jawab gue santai sambil tertawa.
“Itu bukan kunang-kunang Aryo, itu Bangsa ku mereka lebih tua dan lebih halus lagi, hanya beberapa orang yang sanggup untuk melihatnya. Dan kamu salah satu yang beruntung bisa melihat mereka” terangnya.
“Mereka bangsa mu? lebih tua? halus? duh aku bingung Murni” jawab gue tidak mengerti dengan penjelasannya.
“Eh eh liat tuh si Aryo”
“Ngapain dia disitu?”
“emang dasar gila itu orang”
“iya ya masa ngobrol sendirian sama pohon”
“trus dia ketawa sendiri lagi”
gue mendengar sayup-sayup suara orang lagi ngomongin gue.
“Kamu dengar itu Aryo?” tanya Murni.
“Iya, dimana ya orangnya?” jawab gue mengangguk lalu melirik kanan dan kiri mencari suara tersebut.
“Mereka disamping Lapangan Basket” ucap Murni memberitahu gue.
gue liat ada dua orang sedang mengawasi gue dari balik semak dibelakang lapangan itu.
“Kok kedengeran? kan jauh?” tanya gue menaikan sebelah alis kepada Murni.
“Itu contoh Panca Indramu sudah menjadi lebih peka Aryo” jawab Murni dingin.
Malam itu Murni banyak sekali menjelaskan tentang sesuatu, dan gue seneng banget. Gue bisa terus ada disamping sosok perempuan kecil yang gue kagumi bertahun-tahun.
“Aku melihat apa yang Mulyadi, Yusuf dan Isa lakukan kepadamu” Murni menjelaskan apa yang telah Ia lihat dan dengar waktu itu.
“Jadi ini semua ulah Mulyadi???” tanya gue kesal setelah mendengarkan penjelasan Murni.
“Kamu tenang saja, biar aku balas satu persatu manusia itu” janjinya kepada gue
“Oh iya, kemana kakak kamu? Mirna?” tanya gue mengingat Murni mempunyai seorang kakak.
Murni terlihat kaget gue menanyakan kakaknya,
“Kakak masih malu bertemu kamu Aryo, dia malu dengan bentuk wujudnya” jawab Murni tertawa riang.
“Bentuk wujudnya?” tanya gue heran
“Iyaa.. Kakak takut nanti kamu malah pingsan melihatnya” canda Murni kepada gue.
“Hhmm..” gue mendengus sebal.
“Yaudah udah malem, istirahat Aryo” Murni mengingatkan malam itu sudah pukul 12.00 Malam.
“Terima kasih sudah mau menjadi temanku Murni” sahut gue dengan wajah yang bahagia.
Murni hanya tersenyum lalu menghilang perlahan. Melihat Murni yang menghilang tiba-tiba membuat gue masih sedikit takut, “mungkin belom terbiasa” batin gue mencoba menghilangkan rasa takut.
Kakek malam itu mengawasi dari kejauhan, memperhatikan Murni berbincang dengan Aryo dan Mirna yang berdiri didalam pohon.
“Ternyata mereka tidak sejahat yang aku kira..” bisik Kakek lalu tersenyum.
Malam itu Mirna dan Murni berbincang didalam pohon,
“Sudah puas bertemu dengan Aryo mu, Adik kesayanganku??” canda Mirna saat itu.
“Maaf ya Kak jadi merepotkanmu” jawab Murni sedih melihat keadaan Mirna.
“Apapun untukmu aku lakukan Murni” ucap tegas sang kakak.
“Makasi ya Kak Mirna” jawabnya manja.
“Jadi selanjutnya apa yang akan kita lakukan Dek?” tanya Mirna penasaran tentang apa yang diinginkan Murni kemudian.
“Kita balas Yusuf dan Isa Kak!!” jawabnya mengingat nama Yusuf dan Isa selalu membuat Murni sangat marah, itu mengubahnya menjadi sosok kuntilanak merah yang menyeramkan.
Berbeda dengan Mirna, Murni sangat diselimuti oleh dendam jauh ketika Ia masih hidup dahulu.
“Tenang Dek, Mari kita lakukan” Mirna berusaha menenangkan Adik kesayangannya itu.
“Isa biar aku yang beri pelajaran Kak” pesan Murni penuh dengan kebencian.
Merekapun keluar dari pohon diiringi tawa yang menggema dipelosok penjuru dapur menuju sasarannya masing-masing.
Mirna melihat yusuf sudah tertidur pulas,
“DAARR”
suara pintu kayu terbuka dengan kencang membentur tembok.
Yusuf yang saat itu tengah tertidur tiba-tiba terbangun kaget mendengar pintu kayu dibuka dan dibanting dengan kasar.
“Hey siapa disana!! jangan usil!” teriak Yusuf yang menyangka petugas jaga malam lah yang usil mengganggunya, seperti Dia mengganggu orang lain ketika jaga malam.
beberapa menit Yusuf menunggu, tidak ada jawaban sama sekali, lalu dia turun dari kasurnya untuk menutup kembali pintu tersebut.
ketika Yusuf memegang handle pintu, Ia melihat seorang perempuan memanggil namanya.
“Yusuf.. hihihi”
perempuan tersebut berlari melewati kamarnya.
“Kamu siapa??” teriak Yusuf mengejar perempuan itu berlari menuju kamar mandi tapi sosok itu sudah menghilang.
“Tadi kayanya masuk kamar mandi, kok ga ada?” tanya yusuf mulai merinding takut akan perempuan yang diliatnya tadi.
Yusuf berjalan kembali menuju kamarnya, dia liat dipintu kamarnya perempuan itu memasuki kamar Yusuf. “Hey!!” teriak Yusuf mengikuti sosok perempuan itu.
didalam kamar kembali Yusuf tidak menemukan perempuan itu.
“Dasar setan sialan!!” Yusuf berdengus kesal.
“DAARR”
Pintu tertutup kasar dengan sendirinya, hampir membuat Yusuf mati kena serangan jantung.
“Yusuf..”
suara itu terdengar disamping telinganya, jantung Yusuf mulai memburu dengar namanya dipanggil berulang-ulang dengan nada yang begitu menakutkan.
Ia segera berlari menaiki kasurnya dan membenamkan kepalanya dibalik bantal, tubuhnya gemetaran, terasa sebuah tangan meraba dari ujung kakinya berjalan perlahan naik.
Yusuf mulai komat-kamit membaca doa-doa pendek yang dihafalnya.
tangan itu telah sampai disekitar tubuhnya, beberapa kali kuku tajam menebus baju mengenai kulit Yusuf, “Pergii!! jangan ganggu gue!! pergii!!” teriak Yusuf malam itu.
“Hiihihihihihihi” tawa nyaring seakan memenuhi ruangan kamar Yusuf.
Keadaan malam itu semakin mencekam dan menakutkan. seolah menahan udara yang ingin memasuki dada Yusuf, membuatnya kesulitan untuk bernafas.
Tangan itu meraba kembali menelusuri bagian tangan Yusuf, Ia merasakan tangan dingin itu mencakar dan menarik lengannya.
Beberapa kali Yusuf coba menepis dan melepaskan tangan itu tanpa berani melihatnya, tapi usahanya percuma, tangan tersebut mencengkram erat lengan Yusuf dengan kuku tajamnya, menimbulkan rasa perih di kulit.
Yusuf terus ditarik menuju bawah ranjangnya dan akhirnya Dia terjatuh. betapa kagetnya Yusuf melihat sosok perempuan dengan mata melotot seakan marah menatap dirinya, matanya mengeluarkan darah membuat bola matanya terlepas menggelinding percis didepan mata Yusuf mencium aroma amis darah dan bau bangkai yang sudah lama membusuk.
“Tolong titip mataku, Yusuf hhihihihihihi”
Lalu perempuan itu tertawa menakutkan.
“aaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”
Teriak Yusuf kemudian tidak sadarkan diri.
sedangkan Murni yang mendatangi Isa terlihat geram. sosok manusia itu sedang membaca ayat suci.
“Tok..Tok..Tok..”
terdengar ketukan dipintu kamar Isa.
“Iya siapa??”
Tanya Isa menghentikan bacaan kitab sucinya.
“Tok..Tok..Tok..”
Lagi-lagi pintu kamarnya diketuk.
“Masuk saja, pintunya tidak saya kunci” teriak Isa
“Tok..Tok..Tok..”
“Keluar kamu Isa!”
terdengar suara wanita memanggil namanya lantang.
“siapa malam-malam gini memanggil saya?” tanyanya penasaran lalu menghampiri pintu dan membukanya.
Diteras halaman kamarnya, Isa melihat seorang wanita sedang membelakanginya.
“Maaf Ibu cari siapa ya?” tanya Isa sopan.
wanita tersebut tidak bergeming.
“Bu?” Isa coba memastikan kembali wanita tersebut.
“Hiks.. Huuuuhuu.. Hiks.. Hhuuuhuu.”
wanita itu mulai menangis sedih, suaranya terdengar menyayat hati, merasakan kesedihan yang mendalam.
Isa menyadari sosok yang dilihat bukanlah wanita biasa, lalu “Siapa kamu?” hardiknya kasar.
“hhhiihihihihihihi..”
wanita tersebut berhenti menangis, menjadi tertawa menyeramkan.
“Akan saya bacakan Ayat Suci klo kamu ga mau pergi, biar kamu terbakar sekalian”
Seperti tertantang, Isa mencoba mengancam wanita itu.
Lalu Isa membaca Ayat Suci mengusir Jin.
wujud wanita itu berubah, setelan panjangnya berubah menjadi merah darah, punggungnya mengeluarkan belatung-belatung dan mulai berjatuhan, sebagian tulangnya terlihat akibat digerogotin belatung lainnya.
wanita itu membalikan badannya menghadap Isa yang sedang membaca surat Ayat Suci pengusir Jin.
“Ayat Suci yang kau baca tidak sesuci hatimu Isa, percuma kau baca itu, aku tidak takut padamu!!” bentak wanita itu lalu tertawa menghina Isa.
Isa bergidik, hatinya mulai ragu dengan apa yang sedang dibacanya.
“Apa mau mu wahai Jin?” tanya Isa waspada.
“Aku ingin Kakimu Isa! aku akan mencelakai mu!” ancam wanita itu.
semakin lama, semakin banyak belatung yang berjatuhan, wajahnya terlihat luka disekitar pelipis dahinya, memperlihatkan daging busuk yang terus mengeluarkan darah, menetes sampai kelantai.
“Tidak ada Jin yang mampu mencelakai Manusia” Ucap Isa bergetar melihat penampakan didepan matanya.
“Hahahahah.. Itu hanya berlaku untuk beberapa golongan manusia saja, wahai orang munafik. Itu tidak berlaku bagimu” jawabnya tertawa dengan sinis.
“Kita lihat apakah Tuhanmu akan menyelamatkanmu Isa!!” lalu wanita itu tertawa dan terbang menembus atap halaman kamar Isa.
Isa yang mendengar ancaman itu hanya bisa membuang nafas berat lalu terduduk lemas didepan kamarnya.
“Ingat Aryo, tenangkan hati dan pikiranmu. Lepaskan segala rasa yang membebanimu, buang semua itu dari pikiranmu.
Bertindaklah dengan mengikuti apa kata hatimu, jangan biarkan pikiran dan nafsu menguasai dirimu, bedakan antara pikiran dan hati yang berbicara.” terang Murni lembut menjelaskan kata perkata dengan jelas.
“Semua hal di dunia ini adalah fana, apapun yang kamu dapatkan adalah cobaan, maka bijaklah dalam berpikir dan memutuskan, hanya dengan ketenangan dan ketajaman hati, kamu akan membuka Tabir Kehidupan, kamu akan mengetahui mana yang hak dan batil” lanjutnya.
gue yang dari tadi mendengarkan ocehan Murni merasa heran. “Kenapa Murni sekarang berbicara seperti Kakek? ceramah mulu!” tanya gue dalem hati.
“Trus gue harus gimana lagi Murni!” tanya gue jengkel dari tadi disuruh tutup mata terus.
“Fokuskan apa yang akan kamu rasakan Aryo, ikuti dan jangan melawan” terang Murni.
Lalu badan gue mulai menghangat didaerah bawah tulang ekor, sesuatu seakan berjalan merambat dari bawah. Terus menjalar naik dan rasanya semakin panas, seperti ada Ular didalam badan gue.
“Jangan takut Aryo, Tarik napas panjang rasakan alirannya” perintah Murni lagi.
Rasanya Ular itu berjalan naik keatas punggung gue, jejaknya meninggalkan hawa panas yang terus bertambah panas.
Tulang ekor, Lambung, Jantung, tenggorokan hingga dipertengahan kedua alis gue.
Seakan mereka hidup dan berdenyut pelan.
Membuat gue merasakan hawa yang sangat panas disekujur badan, seolah dunia berputar dan gue yang menjadi porosnya. semua seperti berguncang dan bergerak terjatuh. dan akhirnya membuat gue mual dan terjatuh menahan getaran yang gue rasain.
“Sudah selesai, hanya itu yang bisa kuberikan saat ini Aryo, semoga dapat membimbingmu hingga waktunya nanti” suara itu menghilang diketinggian.
“Cih dasar Kakek sialan, beraninya dia berpura-pura menjadi diriku untuk membohongi Aryo” Murni mengumpat melihat dari kejauhan,
Tepat disaat Aryo dan Ustad Aulia berbincang, Kakek mendatangi halaman masjid, berubah menjadi Murni dan menunggu ditempat yang Murni janjikan.
Kakek membentengi seluruh halaman masjid dengan ilmu yang dimilikinya agar Murni tidak bisa mengganggu siasatnya saat itu untuk Aryo.
Mirna dan Murni berusaha masuk kedalam benteng Kakek tapi apa daya umur dan ilmunya sangat jauh berbeda. Jadi mereka hanya bisa menunggu sampai Kakek menyelesaikan urusannya dengan Aryo.
“Haaahh.. Haaahh.. Haaahh..” terdengar suara nafas Aryo memburu.
“Ini apaan Murni? kenapa rasanya pusing dan capek banget! padahal gue ga ngapa-ngapain” jawab gue mencoba membuka mata.
gue ngeliat banyak banget kunang-kunang berwarna warni, dan rasanya sangat ramai seperti sedang dikerumunan orang banyak.
terdengar juga suara seperti berbincang-bincang dengan bahasa yang aneh, bukan Arab, Indonesia ataupun Inggris.
Gue coba berjalan menjauhi kunang-kunang tersebut. “Ini ada apaan sih? aneh banget!” tanya gue kebingungan.
“Aryo..”
“Sini..”
Gue menengok ke kanan dan kiri gue, mencari asal sumber suara lalu menggaruk kepala bingung.
“Aku dipohon, sini”
Tepat disebelah kiri gue ada Pohon Cempedak yang sangat besar, dengan batang dan ranting besar menjulang keatas. Lengkap beberapa buahnya yang berwarna kuning keemasan hampir matang.
“Lihat ke Atas Aryo”
Gue tengok keatas pohon, ada dua sosok perempuan menggunakan terusan panjang berwarna putih, mereka menggoyang-goyangkan kakinya seperti sedang menikmati duduk diatas sana.
Dengan Wajah yang pucat berwarna biru, rambut mengembang panjang dan sekitar matanya yang berwarna hitam. Mereka tersenyum seram ke arah gue “ hhihihihihihihihi” terdengar tawa cekikikan
gue yang ngeliat hal itu rasanya pengen banget lari, tapi kaki seperti diikat dan rasanya seluruh badan gue jadi, gemetar karena dingin dan lemas.
“Brukk”
untuk kedua kalinya gue terjatuh.
“Pergi kalian!!!” teriak murni keras, membuat kedua sosok diatas pohon itu tertawa cekikikan terbang menghilang diangkasa.
“Murni? terima kasih” jawab gue lemas karena syok melihat mahluk menyeramkan itu.
“Kamu jangan takut Aryo, ada aku disini” ucap murni keluar dari belakang pohon itu.
“kkaa..aaamm..mmuu??” ucap gue terbata-bata melihat sosok Murni yang selama ini selalu mengganggu gue ternyata adalah Perempuan kecil yang udah gue cari beberapa tahun lalu.
anak perempuan yang pertama kalinya dalam hidup gue tersenyum ramah dan melambaikan tangannya buat gue. Itu adalah Murni!
“Murni??” tanya gue memastikan dengan apa yang gue liat saat ini.
Murni tersenyum dan gue inget betul senyuman ini yang selalu gue tunggu, senyuman yang membuat gue selalu ingin melihatnya.
akhirnya pecah tangis gue entah ini tangis haru bahagia apa tangisan kekeselan gue terhadap Murni, yang gue rasain semua campur aduk saat itu.
“Maafin aku ya” ucap Murni menghampiri dan berdiri di hadapan gue.
“Aku yang minta maaf Murni, maaf sudah kasar selama ini” jawab gue menyesal.
mendengar ucapan gue, murni tertawa lalu “Ini bukan wujudku Aryo, kamu jangan meminta maaf kepadaku, aku hanya tidak ingin membuatmu takut akan wujud asliku” Murni menjelaskan.
“Lalu wujud aslimu seperti apa?” tanya gue sambil menghapus air mata dengan punggung tangan gue.
“Aku seperti mereka yang baru aja kamu lihat” jawab murni menunjuk kearah pohon cempedak.
“Kaa..aammuu.. see..rii..uus?” jawab gue takut mengingat kejadian tadi.
Murni malah tertawa terkekeh melihat gue saat itu, “Iyaa, aku seperti mereka Aryo” jawabnya.
“Tolong jangan kamu berubah seperti wujud menyeramkan itu Murni” sahut gue memohon ketakutan.
“Sepertinya Kakek berhasil membuatku sedikit kesulitan untuk berbincang denganmu Aryo” terang murni terlihat sedikit kecewa.
“Kakek?? Maksudnya??” tanya gue penasaran.
“Kakek yang berpura-pura menjadi diriku di halaman masjid tadi telah membuka dan menajamkan semua panca indramu Aryo, aku takut nanti kamu dapat melihat wujud asliku” Murni menjelaskan.
“Sialann!! itu semua ulah Kakek?? apa maksudnya dia membohongi ku?” tanya gue geram.
“Aku tidak tau Aryo, kamu lihat itu?” tanya Murni menunjukan kunang-kunang berwarna warni dihalaman Masjid.
“oohh itu kunang-kunang” jawab gue santai sambil tertawa.
“Itu bukan kunang-kunang Aryo, itu Bangsa ku mereka lebih tua dan lebih halus lagi, hanya beberapa orang yang sanggup untuk melihatnya. Dan kamu salah satu yang beruntung bisa melihat mereka” terangnya.
“Mereka bangsa mu? lebih tua? halus? duh aku bingung Murni” jawab gue tidak mengerti dengan penjelasannya.
“Eh eh liat tuh si Aryo”
“Ngapain dia disitu?”
“emang dasar gila itu orang”
“iya ya masa ngobrol sendirian sama pohon”
“trus dia ketawa sendiri lagi”
gue mendengar sayup-sayup suara orang lagi ngomongin gue.
“Kamu dengar itu Aryo?” tanya Murni.
“Iya, dimana ya orangnya?” jawab gue mengangguk lalu melirik kanan dan kiri mencari suara tersebut.
“Mereka disamping Lapangan Basket” ucap Murni memberitahu gue.
gue liat ada dua orang sedang mengawasi gue dari balik semak dibelakang lapangan itu.
“Kok kedengeran? kan jauh?” tanya gue menaikan sebelah alis kepada Murni.
“Itu contoh Panca Indramu sudah menjadi lebih peka Aryo” jawab Murni dingin.
Malam itu Murni banyak sekali menjelaskan tentang sesuatu, dan gue seneng banget. Gue bisa terus ada disamping sosok perempuan kecil yang gue kagumi bertahun-tahun.
“Aku melihat apa yang Mulyadi, Yusuf dan Isa lakukan kepadamu” Murni menjelaskan apa yang telah Ia lihat dan dengar waktu itu.
“Jadi ini semua ulah Mulyadi???” tanya gue kesal setelah mendengarkan penjelasan Murni.
“Kamu tenang saja, biar aku balas satu persatu manusia itu” janjinya kepada gue
“Oh iya, kemana kakak kamu? Mirna?” tanya gue mengingat Murni mempunyai seorang kakak.
Murni terlihat kaget gue menanyakan kakaknya,
“Kakak masih malu bertemu kamu Aryo, dia malu dengan bentuk wujudnya” jawab Murni tertawa riang.
“Bentuk wujudnya?” tanya gue heran
“Iyaa.. Kakak takut nanti kamu malah pingsan melihatnya” canda Murni kepada gue.
“Hhmm..” gue mendengus sebal.
“Yaudah udah malem, istirahat Aryo” Murni mengingatkan malam itu sudah pukul 12.00 Malam.
“Terima kasih sudah mau menjadi temanku Murni” sahut gue dengan wajah yang bahagia.
Murni hanya tersenyum lalu menghilang perlahan. Melihat Murni yang menghilang tiba-tiba membuat gue masih sedikit takut, “mungkin belom terbiasa” batin gue mencoba menghilangkan rasa takut.
Kakek malam itu mengawasi dari kejauhan, memperhatikan Murni berbincang dengan Aryo dan Mirna yang berdiri didalam pohon.
“Ternyata mereka tidak sejahat yang aku kira..” bisik Kakek lalu tersenyum.
Malam itu Mirna dan Murni berbincang didalam pohon,
“Sudah puas bertemu dengan Aryo mu, Adik kesayanganku??” canda Mirna saat itu.
“Maaf ya Kak jadi merepotkanmu” jawab Murni sedih melihat keadaan Mirna.
“Apapun untukmu aku lakukan Murni” ucap tegas sang kakak.
“Makasi ya Kak Mirna” jawabnya manja.
“Jadi selanjutnya apa yang akan kita lakukan Dek?” tanya Mirna penasaran tentang apa yang diinginkan Murni kemudian.
“Kita balas Yusuf dan Isa Kak!!” jawabnya mengingat nama Yusuf dan Isa selalu membuat Murni sangat marah, itu mengubahnya menjadi sosok kuntilanak merah yang menyeramkan.
Berbeda dengan Mirna, Murni sangat diselimuti oleh dendam jauh ketika Ia masih hidup dahulu.
“Tenang Dek, Mari kita lakukan” Mirna berusaha menenangkan Adik kesayangannya itu.
“Isa biar aku yang beri pelajaran Kak” pesan Murni penuh dengan kebencian.
Merekapun keluar dari pohon diiringi tawa yang menggema dipelosok penjuru dapur menuju sasarannya masing-masing.
Mirna melihat yusuf sudah tertidur pulas,
“DAARR”
suara pintu kayu terbuka dengan kencang membentur tembok.
Yusuf yang saat itu tengah tertidur tiba-tiba terbangun kaget mendengar pintu kayu dibuka dan dibanting dengan kasar.
“Hey siapa disana!! jangan usil!” teriak Yusuf yang menyangka petugas jaga malam lah yang usil mengganggunya, seperti Dia mengganggu orang lain ketika jaga malam.
beberapa menit Yusuf menunggu, tidak ada jawaban sama sekali, lalu dia turun dari kasurnya untuk menutup kembali pintu tersebut.
ketika Yusuf memegang handle pintu, Ia melihat seorang perempuan memanggil namanya.
“Yusuf.. hihihi”
perempuan tersebut berlari melewati kamarnya.
“Kamu siapa??” teriak Yusuf mengejar perempuan itu berlari menuju kamar mandi tapi sosok itu sudah menghilang.
“Tadi kayanya masuk kamar mandi, kok ga ada?” tanya yusuf mulai merinding takut akan perempuan yang diliatnya tadi.
Yusuf berjalan kembali menuju kamarnya, dia liat dipintu kamarnya perempuan itu memasuki kamar Yusuf. “Hey!!” teriak Yusuf mengikuti sosok perempuan itu.
didalam kamar kembali Yusuf tidak menemukan perempuan itu.
“Dasar setan sialan!!” Yusuf berdengus kesal.
“DAARR”
Pintu tertutup kasar dengan sendirinya, hampir membuat Yusuf mati kena serangan jantung.
“Yusuf..”
suara itu terdengar disamping telinganya, jantung Yusuf mulai memburu dengar namanya dipanggil berulang-ulang dengan nada yang begitu menakutkan.
Ia segera berlari menaiki kasurnya dan membenamkan kepalanya dibalik bantal, tubuhnya gemetaran, terasa sebuah tangan meraba dari ujung kakinya berjalan perlahan naik.
Yusuf mulai komat-kamit membaca doa-doa pendek yang dihafalnya.
tangan itu telah sampai disekitar tubuhnya, beberapa kali kuku tajam menebus baju mengenai kulit Yusuf, “Pergii!! jangan ganggu gue!! pergii!!” teriak Yusuf malam itu.
“Hiihihihihihihi” tawa nyaring seakan memenuhi ruangan kamar Yusuf.
Keadaan malam itu semakin mencekam dan menakutkan. seolah menahan udara yang ingin memasuki dada Yusuf, membuatnya kesulitan untuk bernafas.
Tangan itu meraba kembali menelusuri bagian tangan Yusuf, Ia merasakan tangan dingin itu mencakar dan menarik lengannya.
Beberapa kali Yusuf coba menepis dan melepaskan tangan itu tanpa berani melihatnya, tapi usahanya percuma, tangan tersebut mencengkram erat lengan Yusuf dengan kuku tajamnya, menimbulkan rasa perih di kulit.
Yusuf terus ditarik menuju bawah ranjangnya dan akhirnya Dia terjatuh. betapa kagetnya Yusuf melihat sosok perempuan dengan mata melotot seakan marah menatap dirinya, matanya mengeluarkan darah membuat bola matanya terlepas menggelinding percis didepan mata Yusuf mencium aroma amis darah dan bau bangkai yang sudah lama membusuk.
“Tolong titip mataku, Yusuf hhihihihihihi”
Lalu perempuan itu tertawa menakutkan.
“aaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”
Teriak Yusuf kemudian tidak sadarkan diri.
sedangkan Murni yang mendatangi Isa terlihat geram. sosok manusia itu sedang membaca ayat suci.
“Tok..Tok..Tok..”
terdengar ketukan dipintu kamar Isa.
“Iya siapa??”
Tanya Isa menghentikan bacaan kitab sucinya.
“Tok..Tok..Tok..”
Lagi-lagi pintu kamarnya diketuk.
“Masuk saja, pintunya tidak saya kunci” teriak Isa
“Tok..Tok..Tok..”
“Keluar kamu Isa!”
terdengar suara wanita memanggil namanya lantang.
“siapa malam-malam gini memanggil saya?” tanyanya penasaran lalu menghampiri pintu dan membukanya.
Diteras halaman kamarnya, Isa melihat seorang wanita sedang membelakanginya.
“Maaf Ibu cari siapa ya?” tanya Isa sopan.
wanita tersebut tidak bergeming.
“Bu?” Isa coba memastikan kembali wanita tersebut.
“Hiks.. Huuuuhuu.. Hiks.. Hhuuuhuu.”
wanita itu mulai menangis sedih, suaranya terdengar menyayat hati, merasakan kesedihan yang mendalam.
Isa menyadari sosok yang dilihat bukanlah wanita biasa, lalu “Siapa kamu?” hardiknya kasar.
“hhhiihihihihihihi..”
wanita tersebut berhenti menangis, menjadi tertawa menyeramkan.
“Akan saya bacakan Ayat Suci klo kamu ga mau pergi, biar kamu terbakar sekalian”
Seperti tertantang, Isa mencoba mengancam wanita itu.
Lalu Isa membaca Ayat Suci mengusir Jin.
wujud wanita itu berubah, setelan panjangnya berubah menjadi merah darah, punggungnya mengeluarkan belatung-belatung dan mulai berjatuhan, sebagian tulangnya terlihat akibat digerogotin belatung lainnya.
wanita itu membalikan badannya menghadap Isa yang sedang membaca surat Ayat Suci pengusir Jin.
“Ayat Suci yang kau baca tidak sesuci hatimu Isa, percuma kau baca itu, aku tidak takut padamu!!” bentak wanita itu lalu tertawa menghina Isa.
Isa bergidik, hatinya mulai ragu dengan apa yang sedang dibacanya.
“Apa mau mu wahai Jin?” tanya Isa waspada.
“Aku ingin Kakimu Isa! aku akan mencelakai mu!” ancam wanita itu.
semakin lama, semakin banyak belatung yang berjatuhan, wajahnya terlihat luka disekitar pelipis dahinya, memperlihatkan daging busuk yang terus mengeluarkan darah, menetes sampai kelantai.
“Tidak ada Jin yang mampu mencelakai Manusia” Ucap Isa bergetar melihat penampakan didepan matanya.
“Hahahahah.. Itu hanya berlaku untuk beberapa golongan manusia saja, wahai orang munafik. Itu tidak berlaku bagimu” jawabnya tertawa dengan sinis.
“Kita lihat apakah Tuhanmu akan menyelamatkanmu Isa!!” lalu wanita itu tertawa dan terbang menembus atap halaman kamar Isa.
Isa yang mendengar ancaman itu hanya bisa membuang nafas berat lalu terduduk lemas didepan kamarnya.
Bersambung..
Diubah oleh princebanditt 12-06-2020 10:55
ferist123 dan 37 lainnya memberi reputasi
38
Kutip
Balas
Tutup