- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#234
Spoiler for Part 78:
Part 78
Beberapa helai rambut sampingnya sesekali terayun karena hembusan angin pantai yang cukup kencang sore hari ini, pipi tirusnya yang dihiasi beberapa butiran pasir dan bulir keringat, lesung pipinya yang terbentuk akibat kedua sudut bibirnya yang tertarik kearah atas.
Semua pemandangan indah yang hanya dapat kunikmati jika aku menoleh kearah kanan, sebenarnya tidak harus menoleh, aku juga bisa menikmati semua itu dengan cara menggerakkan kedua bola mataku kearah kanan.
Tapi kegugupan ini berhasil menghalangiku untuk bisa menikmati itu semua secara paripurna, sesekali kedua bola mataku bergerak kearah kanan untuk menangkap semua itu, tapi itu tidak bertahan lama, bola mataku seperti dipaksa untuk kembali ketempat asalnya setelah mengingat sesuatu yang harus aku lakukan setelah ini.
Hanya suara deburan ombak yang mengisi kesunyian di antara kami, aku hanya bisa menatap setengah kakiku yang masih terkubur gundukan pasir sambil sesekali memperhatikan ombak yang silih berganti datang menghampiri kami.
"Nat....."
Sontak aku langsung menoleh kearahnya setelah mendengar dia memanggil namaku.
"Kenapa mbak?"
Dia langsung menoleh kearahku setelah mendengar aku merespon panggilannya.
"Waktu kecil kamu pernah bayangin gak di ujung sana itu ada apa?"
Dia berhasil membuatku terkekeh dengan pertanyaan anehnya.
"Iya mbak, siapa sih yang gak pernah bayangin itu"
"Dulu aku mikirnya kalau kita udah di ujung sana, aku bisa megang langit"
Aku berhasil dibuat tertawa oleh kalimatku sendiri, begitu juga dia, tawanya langsung pecah setelah mendengar jawaban yang baru saja kuucapkan.
"Sama nat, malah aku mikirnya kalo kita udah sampe ujung dan kita masih maju terus, kita bisa sampe keluar angkasa"
ya...., aku yakin, siapapun yang pernah mengunjungi pantai pada saat masa kanak-kanak, pasti pernah memiliki pikiran yang sama dengan kami.
"Tapi ternyata gak sesederhana itu ya..."
Dia kembali menatap kearah depan setelah menyelesaikan kalimatnya.
"Namanya juga anak kecil mbak, gak punya banyak pengetahuan, pasti nyimpulin sesuatu dari apa yang dia liat langsung"
Tatapannya kembali mengarah kepadaku, masih dengan senyuman yang sedari tadi sangat betah menghiasi wajahnya.
"Iya, jadi anak kecil itu enak, selain masalah pengetahuan, dengan pengalaman hidup yang minim, anak kecil juga gak pernah takut buat punya mimpi dan cita-cita yang tinggi"
Pandangannya kembali menatap objek pembicaraan kami bertepatan dengan selesainya kalimat yang dia ucapkan.
"Kalo gitu......, kenapa kita gak jadi anak kecil aja mbak?"
"Maksudnya?"
Dia kembali menatapku seraya menanyakan maksud dari ucapanku sebelumnya.
"Ya..... gakusah takut sama apapun, baik itu saat kita mau punya mimpi, cita-cita, atapun saat kita mau mengungkapkan sesuatu dan ngambil suatu keputusan"
"Tanpa ada rasa takut itu, mereka bisa merasa bahagia setiap saat kan?"
Seutas senyum kembali mengembang dari bibirnya.
"Kalo buat umur kita sekarang..... susah banget buat melihat dunia dengan cara sederhana kayak gitu nat....."
"Gimana caranya orang-orang seumuran kita bisa kayak anak kecil, gak takut sama apapun, berani menantang dunia, seolah-olah semua ini berjalan sesuai keinginannya"
Terdengar suara tarikan nafas yang cukup panjang selama kalimatnya masih terjeda.
"Sedangkan pengalaman yang kita lewatin udah banyak, banyak hal-hal yang udah kita tau dari pengalaman itu, banyak pengetahuan yang bisa kita dapat dari pengalaman itu"
"Dan yang jelas...... sekarang kita udah tau, gak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan kita"
Suara deburan ombak kembali mengisi keheningan yang lagi-lagi tercipta di antara kami, pandangan kami kembali beralih kearah langit yang berada di ujung sana.
"Ya...., memang sekarang kita tau lebih banyak hal mbak....., tapi itu juga yang sering bikin kita merasa sok tau...."
Tatapan herannya langsung mengarah kepadaku setelah mendengar pernyataan yang baru saja kulontarkan.
"Iya...., terlalu banyak memperkirakan apa yang akan terjadi kedepannya, membuat ketakutan sendiri, dengan asumsi-asumsi yang kebenarannya belum tentu pasti"
"Ada banyak kebahagian kita yang terhambat karena semua itu mbak"
"Ya... meskipun anak kecil juga sering berasumsi, tapi mereka gak pernah takut buat ambil tindakkan untuk melihat secara langsung apa yang sudah mereka asumsikan"
Kedua sudut bibirnya kembali tertarik keatas dan membentuk seutas senyuman di wajahnya.
"Bener juga ya...., kita terlalu sering berasumsi akan sesuatu, tapi kita gak pernah berani ngambil tindakkan untuk membuktikan semuanya secara langsung"
"Sampai-sampai lupa sama kebahagiaan yang sebenarnya sudah ada di depan mata"
"Beda sama anak kecil, mereka gak mau sok tau kayak kita"
Kedua sudut bibirku ikut tertarik kearah atas setelah melihat senyumannya.
"Malah..... waktu kecil dulu, orang tua udah sering ngewanti-wanti, jangan ini, jangan itu...."
"Kalo kamu gini nanti bakal blablabalabla...., tapi makin dilarang malah makin penasaran, apa yang dilarang akhirnya kita lakuin diem-diem"
"Mbak dulu gitu juga kan?"
Tawa kami kembali pecah setelah aku menyelesaikan kalimatku, seolah-olah dia juga sangat setuju dengan pernyataan yang baru saja kulontarkan.
"Yaa..... namanya juga anak kecil nat..."
Pandangannya kembali beralih kearah matahari yang sudah mulai tenggelam di ujung sana, menyinari kami yang ada di seberangnya dengan cahaya jingga.
"Makanya mbak, kita jangan mau kalah sama anak kecil"
"Sekarang aku mau nyoba jadi anak kecil mbak"
Dia langsung menoleh dengan tatapan dan senyuman heran kearahku.
"Tapi syaratnya sekarang mbak harus mau nyoba jadi anak kecil juga, gimana?"
Wajah herannya semakin menjadi-jadi setelah mendengar lanjutan dari kalimatku sebelumnya.
"Maksudnya nat?"
Aku kembali dibuat terkekeh setelah melihat wajah bingungnya yang selalu terlihat lucu.
"Iya mbak...., apapun kalimat yang kita omongin dan keputusan yang kita ambil setelah ini, kita lakuin semuanya kayak apa yang anak kecil biasa lakuin"
"Aku janji, kita akan bahagia setelah ngelakuin itu hari ini, seperti anak kecil yang selalu bahagia setiap setiap saat mbak"
"Gimana?"
.
.
.
Beberapa helai rambut sampingnya sesekali terayun karena hembusan angin pantai yang cukup kencang sore hari ini, pipi tirusnya yang dihiasi beberapa butiran pasir dan bulir keringat, lesung pipinya yang terbentuk akibat kedua sudut bibirnya yang tertarik kearah atas.
Semua pemandangan indah yang hanya dapat kunikmati jika aku menoleh kearah kanan, sebenarnya tidak harus menoleh, aku juga bisa menikmati semua itu dengan cara menggerakkan kedua bola mataku kearah kanan.
Tapi kegugupan ini berhasil menghalangiku untuk bisa menikmati itu semua secara paripurna, sesekali kedua bola mataku bergerak kearah kanan untuk menangkap semua itu, tapi itu tidak bertahan lama, bola mataku seperti dipaksa untuk kembali ketempat asalnya setelah mengingat sesuatu yang harus aku lakukan setelah ini.
Spoiler for Flashback:
"Denger-denger ada yang mau kepantai niiihhhh....."
Kalimat yang diucapkan oleh viny berhasil mengalihkan perhatianku kearahnya, karena merasa tidak perlu menanggapinya, aku kembali mengalihkan pandanganku kearah sepiring nasi goreng yang baru saja sampai.
"Dalam rangka apa nih kamu ngajak beby kepantai?"
Aku hanya menatapnya sekilas ketika viny kembali membuka suaranya, kedua alisnya yang naik turun dan mata sipit yang terbentuk akibat senyum jahilnya seolah-olah memintaku melakukan semua yang selalu dia katakan akhir-akhir ini.
"Iiiiiihhhh....., dicuekin lagi!!!, ngeseliiiin!!!"
Aku hanya terkekeh setelah melihat wajah kesal viny, masih belum ada niatan sama sekali untuk menggubris pembicaraannya.
"Yaudahlah...., aku pulang aja..."
Dia langsung beranjak dar tempat duduknya, seolah-olah ingin merealisasikan kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya.
"Jalan kaki?"
Setelah menghembuskan nafas kasar, dia kembali duduk di kursinya, tentu saja dia memasang wajah kesal yang sepertinya tidak dibuat-buat.
"Udahlah mbak..., jangan bahas itu dulu..."
Kalimat yang diucapkan oleh viny berhasil mengalihkan perhatianku kearahnya, karena merasa tidak perlu menanggapinya, aku kembali mengalihkan pandanganku kearah sepiring nasi goreng yang baru saja sampai.
"Dalam rangka apa nih kamu ngajak beby kepantai?"
Aku hanya menatapnya sekilas ketika viny kembali membuka suaranya, kedua alisnya yang naik turun dan mata sipit yang terbentuk akibat senyum jahilnya seolah-olah memintaku melakukan semua yang selalu dia katakan akhir-akhir ini.
"Iiiiiihhhh....., dicuekin lagi!!!, ngeseliiiin!!!"
Aku hanya terkekeh setelah melihat wajah kesal viny, masih belum ada niatan sama sekali untuk menggubris pembicaraannya.
"Yaudahlah...., aku pulang aja..."
Dia langsung beranjak dar tempat duduknya, seolah-olah ingin merealisasikan kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya.
"Jalan kaki?"
Setelah menghembuskan nafas kasar, dia kembali duduk di kursinya, tentu saja dia memasang wajah kesal yang sepertinya tidak dibuat-buat.
"Udahlah mbak..., jangan bahas itu dulu..."
Hanya suara deburan ombak yang mengisi kesunyian di antara kami, aku hanya bisa menatap setengah kakiku yang masih terkubur gundukan pasir sambil sesekali memperhatikan ombak yang silih berganti datang menghampiri kami.
"Nat....."
Sontak aku langsung menoleh kearahnya setelah mendengar dia memanggil namaku.
"Kenapa mbak?"
Dia langsung menoleh kearahku setelah mendengar aku merespon panggilannya.
"Waktu kecil kamu pernah bayangin gak di ujung sana itu ada apa?"
Dia berhasil membuatku terkekeh dengan pertanyaan anehnya.
"Iya mbak, siapa sih yang gak pernah bayangin itu"
"Dulu aku mikirnya kalau kita udah di ujung sana, aku bisa megang langit"
Aku berhasil dibuat tertawa oleh kalimatku sendiri, begitu juga dia, tawanya langsung pecah setelah mendengar jawaban yang baru saja kuucapkan.
"Sama nat, malah aku mikirnya kalo kita udah sampe ujung dan kita masih maju terus, kita bisa sampe keluar angkasa"
ya...., aku yakin, siapapun yang pernah mengunjungi pantai pada saat masa kanak-kanak, pasti pernah memiliki pikiran yang sama dengan kami.
"Tapi ternyata gak sesederhana itu ya..."
Dia kembali menatap kearah depan setelah menyelesaikan kalimatnya.
"Namanya juga anak kecil mbak, gak punya banyak pengetahuan, pasti nyimpulin sesuatu dari apa yang dia liat langsung"
Tatapannya kembali mengarah kepadaku, masih dengan senyuman yang sedari tadi sangat betah menghiasi wajahnya.
"Iya, jadi anak kecil itu enak, selain masalah pengetahuan, dengan pengalaman hidup yang minim, anak kecil juga gak pernah takut buat punya mimpi dan cita-cita yang tinggi"
Pandangannya kembali menatap objek pembicaraan kami bertepatan dengan selesainya kalimat yang dia ucapkan.
"Kalo gitu......, kenapa kita gak jadi anak kecil aja mbak?"
Spoiler for Flashback:
"Ngehindar aja terus....."
Viny mengerlingkan matanya yang terlihat sayu untuk menunjukkan perasaan dongkolnya.
"Mau sampai kapan?!, sampai dia pulang?!, habis itu kalian lost contact?!"
Aku kembali menatapnya, namun kali ini aku menatapnya dengan tatapan heran.
"Ngomong apaan sih mbak?, emang kalo kita misah kota pasti lost contact gitu?, ya enggak lah....."
"Lost contact bisa aja terjadi sama orang yang udah pacaran, sama aja mbak!!!"
"Lagian kan masih ada mbak, gak mungkin kan mbak lost contact sama dia, secara kalian temen baik, aku tinggal tanya sama mbak aja kalo dia ngilang"
"Beres!!!!"
Entahlah, aku tidak tau kenapa viny berkata seperti itu, aku rasa pendapatnya barusan tidak bisa langsung diterima begitu saja, tidak ada dasaran yang jelas.
"Kita gak tau apa yang bakal terjadi....."
Aku langsung memotong kalimatnya.
"Dan sekarang mbak seolah-olah udah tau sama yang bakal terjadi nanti?!"
Viny langsung memejamkan matanya seraya menarik nafas panjang setelah mendengar tanggapanku.
"Enggak gitu nat...."
"Seenggaknya kalo udah ada janji yang keluar dari mulut kalian masing-masing, kalian bisa sama-sama saling menuntut nat...."
Pernyataan terakhir viny berhasil membuatku terkekeh setelah mendengarnya.
"Emang harus banget ya?, semua orang bisa aja dengan gampangnya berkomitmen mbak, bahkan yang sudah berkomitmen pun banyak yang berkhianat kok"
"Kenapa sih dari kemaren mbak maksa aku terus buat nembak dia?"
Senyum remehnya langsung muncul setelah mendengar semua jawabanku.
"Kok jadi aku sih yang maksa?!, bukannya itu yang selama ini kamu pengen?!"
"Aku cuma bantu supaya keinginan kamu yang sebenarnya bisa kamu ungkapin!!!"
Viny mengerlingkan matanya yang terlihat sayu untuk menunjukkan perasaan dongkolnya.
"Mau sampai kapan?!, sampai dia pulang?!, habis itu kalian lost contact?!"
Aku kembali menatapnya, namun kali ini aku menatapnya dengan tatapan heran.
"Ngomong apaan sih mbak?, emang kalo kita misah kota pasti lost contact gitu?, ya enggak lah....."
"Lost contact bisa aja terjadi sama orang yang udah pacaran, sama aja mbak!!!"
"Lagian kan masih ada mbak, gak mungkin kan mbak lost contact sama dia, secara kalian temen baik, aku tinggal tanya sama mbak aja kalo dia ngilang"
"Beres!!!!"
Entahlah, aku tidak tau kenapa viny berkata seperti itu, aku rasa pendapatnya barusan tidak bisa langsung diterima begitu saja, tidak ada dasaran yang jelas.
"Kita gak tau apa yang bakal terjadi....."
Aku langsung memotong kalimatnya.
"Dan sekarang mbak seolah-olah udah tau sama yang bakal terjadi nanti?!"
Viny langsung memejamkan matanya seraya menarik nafas panjang setelah mendengar tanggapanku.
"Enggak gitu nat...."
"Seenggaknya kalo udah ada janji yang keluar dari mulut kalian masing-masing, kalian bisa sama-sama saling menuntut nat...."
Pernyataan terakhir viny berhasil membuatku terkekeh setelah mendengarnya.
"Emang harus banget ya?, semua orang bisa aja dengan gampangnya berkomitmen mbak, bahkan yang sudah berkomitmen pun banyak yang berkhianat kok"
"Kenapa sih dari kemaren mbak maksa aku terus buat nembak dia?"
Senyum remehnya langsung muncul setelah mendengar semua jawabanku.
"Kok jadi aku sih yang maksa?!, bukannya itu yang selama ini kamu pengen?!"
"Aku cuma bantu supaya keinginan kamu yang sebenarnya bisa kamu ungkapin!!!"
"Maksudnya?"
Dia kembali menatapku seraya menanyakan maksud dari ucapanku sebelumnya.
"Ya..... gakusah takut sama apapun, baik itu saat kita mau punya mimpi, cita-cita, atapun saat kita mau mengungkapkan sesuatu dan ngambil suatu keputusan"
"Tanpa ada rasa takut itu, mereka bisa merasa bahagia setiap saat kan?"
Seutas senyum kembali mengembang dari bibirnya.
"Kalo buat umur kita sekarang..... susah banget buat melihat dunia dengan cara sederhana kayak gitu nat....."
"Gimana caranya orang-orang seumuran kita bisa kayak anak kecil, gak takut sama apapun, berani menantang dunia, seolah-olah semua ini berjalan sesuai keinginannya"
Terdengar suara tarikan nafas yang cukup panjang selama kalimatnya masih terjeda.
"Sedangkan pengalaman yang kita lewatin udah banyak, banyak hal-hal yang udah kita tau dari pengalaman itu, banyak pengetahuan yang bisa kita dapat dari pengalaman itu"
"Dan yang jelas...... sekarang kita udah tau, gak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan kita"
Suara deburan ombak kembali mengisi keheningan yang lagi-lagi tercipta di antara kami, pandangan kami kembali beralih kearah langit yang berada di ujung sana.
"Ya...., memang sekarang kita tau lebih banyak hal mbak....., tapi itu juga yang sering bikin kita merasa sok tau...."
Spoiler for Flashback:
"Sok tau!!!"
Aku kembali mengambil sendok dan kembali melanjutkan aktivitas makan siangku yang sempat tertunda.
"Kamu yang sok tau nat!!!"
"Dari tadi banyak banget alesan!!!, bilang aja kamu takut ditolak kan?!"
"Tau dari mana kamu beby bakal nolak kamu?!"
"Nyoba buat negesin perasaan dan kemauan mu ke beby aja gakpernah!!!"
"Keraguan kamu sendiri yang bikin dia ragu jug sama kamu!!!"
Tanpa berniat merespon pernyataan demi pernyataan yang keluar dari mulut viny, aku terus melahap suapan demi suapan nasi goreng kedalam mulutku.
"Kamu sendiri kan yang bilang, kalau ketakutan kamu untuk kehilangan beby berhasil menyamarkan ketakutan kamu sebelumnya?!"
"Itu terjadi karena kamu takut banget kehilangan dia kan?!"
"Aku cuma gak mau kalau suatu saat nanti ketakutanmu itu bener-bener kejadian nat!!!"
Aku masih sibuk mengunyah habis nasi goreng yang baru saja masuk kedalam mulutku sambil menatap viny dengan tatapan datar.
"Iya"
Lagi-lagi viny hanya bisa menghembuskan nafas kasar setelah mendengar jawabanku.
"Yaudahlah!!!, terserah!!!"
Tanpa berniat melanjutkan perdebatan kami siang ini, viny kembali mengalihkan fokus kearah sepiring nasi goreng yang masih utuh karena sama sekali belum tersentuh.
Jreeeeegggg........
Suara gesekan antara kursi plastik dan kerikil-kerikil kecil yang ada di bawahnya berhasil menarik perhatian kami, 2 orang berseragam putih biru dengan jenis kelamin yang berbeda menjadi pemandangan pertama yang kami lihat saat mata kami mencari sumber suara yang baru saja muncul.
"Bentar ya ta, aku pesenin dulu"
Salah satu anak yang berjenis kelamin laki-laki menghampiri penjual nasi goreng untuk memesan makanannya.
Karena tidak merasa ada sesuatu hal yan menarik, aku dan viny kembali melanjutkan kegiatan makan siang kami, masih sama seperti sebelumnya, tidak ada salah satu diantara kami yang buka suara setelah tadi viny mengakhiri perdebatan kami.
"Ta, kamu idah baca surat yang aku kasih?"
Aku kembali melirik kearah samping setelah mendengar anak laki-laki tadi mengakhiri kalimantnya.
"Udah kok di"
Mataku dan viny sempat bertemu saat aku kembali mengarahkan pandanganku kearah depan, tatapan kami tidak berlangsung lama, aku dan viny kembali melirik kearah kedua anak yang duduk di meja yang terletak tepat di samping meja yang kami duduki.
"Gimana ta?, sekarang udah 2 hari semenjak kamu baca surat itu, tapi kamu belum ngasih aku jawaban sampai sekarang"
Terlihat anak perempuan yang duduk di seberangnya hanya menunduk setelah anak laki-laki tersebut mengakhiri kalimatnya.
"Ta, kasih aku kepastian dong, kalo kamu mau bilang iya, kalo kamu nggak mau bilang enggak"
Aku kembali melirik kearah viny, lagi-lagi kedua bola mata kami saling bertemu satu sama lain, kali ini dibarengi dengan seutas senyum yang sama-sama menghiasi bibir kami, masih sama seperti sebelumnya, kami kembali melirik kearah 2 bocah SMP yang sedang membicarakan hal yang terdengar agak lucu bagiku.
"Aku siap kok denger apapun jawaban yang akan kamu kasih"
Akhirnya anak perempuan itu mengangkat kepalanya setelah untuk kesekian kalinya anak laki-laki tersebut mengakhiri kalimatnya.
"Iya di, aku mau"
Jawaban itu diakhiri dengan seutas senyuman yang kini mulai muncul menghiasi wajah mereka.
"Berarti sekarang kita pacaran kan?"
Anak perempuan itu langsung tersipu malu seraya menganggukkan kepalanya.
"Gakusah malu-malu gitu dong sayang..., kan sekarang kita udah pacaran"
Yeee....., dasar bocah kont*l!!!!!!!......
Aku kembali melirik kearah viny, ternyata viny masih asyik memperhatikan kedua anak SMP yang sedang dimabuk asmara tersebut.
Aku kembali mengambil sendok dan kembali melanjutkan aktivitas makan siangku yang sempat tertunda.
"Kamu yang sok tau nat!!!"
"Dari tadi banyak banget alesan!!!, bilang aja kamu takut ditolak kan?!"
"Tau dari mana kamu beby bakal nolak kamu?!"
"Nyoba buat negesin perasaan dan kemauan mu ke beby aja gakpernah!!!"
"Keraguan kamu sendiri yang bikin dia ragu jug sama kamu!!!"
Tanpa berniat merespon pernyataan demi pernyataan yang keluar dari mulut viny, aku terus melahap suapan demi suapan nasi goreng kedalam mulutku.
"Kamu sendiri kan yang bilang, kalau ketakutan kamu untuk kehilangan beby berhasil menyamarkan ketakutan kamu sebelumnya?!"
"Itu terjadi karena kamu takut banget kehilangan dia kan?!"
"Aku cuma gak mau kalau suatu saat nanti ketakutanmu itu bener-bener kejadian nat!!!"
Aku masih sibuk mengunyah habis nasi goreng yang baru saja masuk kedalam mulutku sambil menatap viny dengan tatapan datar.
"Iya"
Lagi-lagi viny hanya bisa menghembuskan nafas kasar setelah mendengar jawabanku.
"Yaudahlah!!!, terserah!!!"
Tanpa berniat melanjutkan perdebatan kami siang ini, viny kembali mengalihkan fokus kearah sepiring nasi goreng yang masih utuh karena sama sekali belum tersentuh.
Jreeeeegggg........
Suara gesekan antara kursi plastik dan kerikil-kerikil kecil yang ada di bawahnya berhasil menarik perhatian kami, 2 orang berseragam putih biru dengan jenis kelamin yang berbeda menjadi pemandangan pertama yang kami lihat saat mata kami mencari sumber suara yang baru saja muncul.
"Bentar ya ta, aku pesenin dulu"
Salah satu anak yang berjenis kelamin laki-laki menghampiri penjual nasi goreng untuk memesan makanannya.
Karena tidak merasa ada sesuatu hal yan menarik, aku dan viny kembali melanjutkan kegiatan makan siang kami, masih sama seperti sebelumnya, tidak ada salah satu diantara kami yang buka suara setelah tadi viny mengakhiri perdebatan kami.
"Ta, kamu idah baca surat yang aku kasih?"
Aku kembali melirik kearah samping setelah mendengar anak laki-laki tadi mengakhiri kalimantnya.
"Udah kok di"
Mataku dan viny sempat bertemu saat aku kembali mengarahkan pandanganku kearah depan, tatapan kami tidak berlangsung lama, aku dan viny kembali melirik kearah kedua anak yang duduk di meja yang terletak tepat di samping meja yang kami duduki.
"Gimana ta?, sekarang udah 2 hari semenjak kamu baca surat itu, tapi kamu belum ngasih aku jawaban sampai sekarang"
Terlihat anak perempuan yang duduk di seberangnya hanya menunduk setelah anak laki-laki tersebut mengakhiri kalimatnya.
"Ta, kasih aku kepastian dong, kalo kamu mau bilang iya, kalo kamu nggak mau bilang enggak"
Aku kembali melirik kearah viny, lagi-lagi kedua bola mata kami saling bertemu satu sama lain, kali ini dibarengi dengan seutas senyum yang sama-sama menghiasi bibir kami, masih sama seperti sebelumnya, kami kembali melirik kearah 2 bocah SMP yang sedang membicarakan hal yang terdengar agak lucu bagiku.
"Aku siap kok denger apapun jawaban yang akan kamu kasih"
Akhirnya anak perempuan itu mengangkat kepalanya setelah untuk kesekian kalinya anak laki-laki tersebut mengakhiri kalimatnya.
"Iya di, aku mau"
Jawaban itu diakhiri dengan seutas senyuman yang kini mulai muncul menghiasi wajah mereka.
"Berarti sekarang kita pacaran kan?"
Anak perempuan itu langsung tersipu malu seraya menganggukkan kepalanya.
"Gakusah malu-malu gitu dong sayang..., kan sekarang kita udah pacaran"
Yeee....., dasar bocah kont*l!!!!!!!......
Aku kembali melirik kearah viny, ternyata viny masih asyik memperhatikan kedua anak SMP yang sedang dimabuk asmara tersebut.
Tatapan herannya langsung mengarah kepadaku setelah mendengar pernyataan yang baru saja kulontarkan.
"Iya...., terlalu banyak memperkirakan apa yang akan terjadi kedepannya, membuat ketakutan sendiri, dengan asumsi-asumsi yang kebenarannya belum tentu pasti"
"Ada banyak kebahagian kita yang terhambat karena semua itu mbak"
"Ya... meskipun anak kecil juga sering berasumsi, tapi mereka gak pernah takut buat ambil tindakkan untuk melihat secara langsung apa yang sudah mereka asumsikan"
Kedua sudut bibirnya kembali tertarik keatas dan membentuk seutas senyuman di wajahnya.
"Bener juga ya...., kita terlalu sering berasumsi akan sesuatu, tapi kita gak pernah berani ngambil tindakkan untuk membuktikan semuanya secara langsung"
"Sampai-sampai lupa sama kebahagiaan yang sebenarnya sudah ada di depan mata"
"Beda sama anak kecil, mereka gak mau sok tau kayak kita"
Kedua sudut bibirku ikut tertarik kearah atas setelah melihat senyumannya.
"Malah..... waktu kecil dulu, orang tua udah sering ngewanti-wanti, jangan ini, jangan itu...."
"Kalo kamu gini nanti bakal blablabalabla...., tapi makin dilarang malah makin penasaran, apa yang dilarang akhirnya kita lakuin diem-diem"
"Mbak dulu gitu juga kan?"
Tawa kami kembali pecah setelah aku menyelesaikan kalimatku, seolah-olah dia juga sangat setuju dengan pernyataan yang baru saja kulontarkan.
"Yaa..... namanya juga anak kecil nat..."
Pandangannya kembali beralih kearah matahari yang sudah mulai tenggelam di ujung sana, menyinari kami yang ada di seberangnya dengan cahaya jingga.
"Makanya mbak, kita jangan mau kalah sama anak kecil"
Spoiler for Flashback:
"Jangan mau kalah sama anak kecil nat..."
Senyum penuh kemenangan sedang menghiasi wajahnya saat ini.
"Anak laki-laki tadi aja berani minta kepastian, masa kamu enggak?"
Aku hanya bisa membuang nafas kasar setelah viny terus menatapku dengan tatapan yang samgat mengintimidasi, apalagi setelah kedua bocah sialan tadi secara tidak langsung memberi contoh mengenai tindakan apa yang harus aku lakukan setelah ini.
"Udah ah mbak...., mending cepetan pake helmnya"
Anehnya dia tidak terlihat kesal saat aku berbicara kepadanya dengan nada ketus, senyum penuh kemenangan itu masih betah menghiasa wajahnya.
"Kalaupun tadi dia sedih karena ditolak..."
"Kamu masih keliatan lebih menyedihkan nat, gak mau minta kepastian karena takut ditolak, ciihh...."
Deeeeggggg.......
Aku langsung merebut helm yang ada ditangannya, tepat setelah dia baru saja menyelesaikan kalimatmya.
Tanpa menunggu lama, aku langsung memasangkan helm pada viny, lalu mengaitkannya.
"Iya mbak...., aku emang menyedihkan, udah yuk...., pulang"
Bertepatan dengan berakhirnya kalimat yang keluar dari mulutku, aku langsung naik keatas motor, lalu menyalakannya.
"Mending kamu habis ini pake seragam SMP lagi aja nat"
Seraya berkata seperti itu, viny naik keatas boncenganku.
"Kenapa?"
Aku menoleh kebelakang untuk mendengar jawaban apa yang akan keluar dari mulut viny.
"Supaya berani!!!, gak kebanyakan mikir!!!"
Aku berhasil dibuat terkekeh setelah mendengar kalimat viny barusan.
"Hubungannya apa?"
Hanya suara decakan yang kudengar dari arah belakang setelah aku selesai melontarkan pertanyaan.
"Iya!!!, mending kamu jadi anak kecil aja!!!, makin tua malah makin cemen!!!"
Senyum penuh kemenangan sedang menghiasi wajahnya saat ini.
"Anak laki-laki tadi aja berani minta kepastian, masa kamu enggak?"
Aku hanya bisa membuang nafas kasar setelah viny terus menatapku dengan tatapan yang samgat mengintimidasi, apalagi setelah kedua bocah sialan tadi secara tidak langsung memberi contoh mengenai tindakan apa yang harus aku lakukan setelah ini.
"Udah ah mbak...., mending cepetan pake helmnya"
Anehnya dia tidak terlihat kesal saat aku berbicara kepadanya dengan nada ketus, senyum penuh kemenangan itu masih betah menghiasa wajahnya.
"Kalaupun tadi dia sedih karena ditolak..."
"Kamu masih keliatan lebih menyedihkan nat, gak mau minta kepastian karena takut ditolak, ciihh...."
Deeeeggggg.......
Aku langsung merebut helm yang ada ditangannya, tepat setelah dia baru saja menyelesaikan kalimatmya.
Tanpa menunggu lama, aku langsung memasangkan helm pada viny, lalu mengaitkannya.
"Iya mbak...., aku emang menyedihkan, udah yuk...., pulang"
Bertepatan dengan berakhirnya kalimat yang keluar dari mulutku, aku langsung naik keatas motor, lalu menyalakannya.
"Mending kamu habis ini pake seragam SMP lagi aja nat"
Seraya berkata seperti itu, viny naik keatas boncenganku.
"Kenapa?"
Aku menoleh kebelakang untuk mendengar jawaban apa yang akan keluar dari mulut viny.
"Supaya berani!!!, gak kebanyakan mikir!!!"
Aku berhasil dibuat terkekeh setelah mendengar kalimat viny barusan.
"Hubungannya apa?"
Hanya suara decakan yang kudengar dari arah belakang setelah aku selesai melontarkan pertanyaan.
"Iya!!!, mending kamu jadi anak kecil aja!!!, makin tua malah makin cemen!!!"
"Sekarang aku mau nyoba jadi anak kecil mbak"
Dia langsung menoleh dengan tatapan dan senyuman heran kearahku.
"Tapi syaratnya sekarang mbak harus mau nyoba jadi anak kecil juga, gimana?"
Wajah herannya semakin menjadi-jadi setelah mendengar lanjutan dari kalimatku sebelumnya.
"Maksudnya nat?"
Aku kembali dibuat terkekeh setelah melihat wajah bingungnya yang selalu terlihat lucu.
"Iya mbak...., apapun kalimat yang kita omongin dan keputusan yang kita ambil setelah ini, kita lakuin semuanya kayak apa yang anak kecil biasa lakuin"
"Aku janji, kita akan bahagia setelah ngelakuin itu hari ini, seperti anak kecil yang selalu bahagia setiap setiap saat mbak"
"Gimana?"
.
.
.
Diubah oleh akmal162 28-05-2020 17:36
tariganna dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Kutip
Balas
