- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
...
TS
rendyprasetyyo
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
Quote:
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
SELAMAT DATANG DI CERITA KITA UNTUK SELAMANYA SERIES.
Quote:
Sinopsis:
Ditahun 2025 terjadi kekacauan besar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pandemi virus yang semakin memburuk, serangan teror, unjuk rasa, banyak orang harus kehilangan keluarga dan mata pencarian, sampai akhirnya pemerintah menetapkan status darurat nasional untuk menghentikan semua aktifitas yang dapat membahayakan warga. Ditengah kekacauan ini, Rendy dan Bianca bertemu dengan Mr.Klaus yang akan merubah hidup mereka dan membawa mereka pada petualangan baru di Desa Praijing, Sumba. Siapakah yang akan memperbaiki keadaan tersebut? Apakah kekacauan tersebut bisa diselesaikan? Siapakah sebenernya Mr.Klaus?
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Pembukanya gak usah panjang-panjang. sebelum baca series ketiga ini gue rekomendasikan untuk baca dulu dua series sebelumnya ya biar gak bingung dan gak banyak nanya lagi. Tapi kalau mau lanjut kesini aja juga boleh. langsung aja, enjoy the story hehe.
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
--------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Quote:
--------------------------------------------------------------------------------------------
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 3 : CATAPHILES
PROLOG
Tahun 2026
Disebuah negeri entah berantah.
“Bi..? ini beneran kamu?”
Gue buka mata gue perlahan sambil menegakkan tubuh gue yang serasa rontok disemua bagian. Tangan kiri gue berasa perih dan samar-samar terlihat aliran darah beku menghitam diarea pergelangannya. Bibir atas dan lutut kaki sebelah kanan gue juga menimbulkan sensasi sakit luar biasa tiap kali gue mencoba untuk menggerakkan tubuh. Samar-samar terlihat bayangan bibi ketika pertama kali gue membuka mata tadi. Sekarang setelah sepenuhnya sadar, gue makin bingung dengan keadaan yang tejadi karena gak cuma ada Bibi disini. Ada seorang wanita lain terlihat sedang membalut luka ditungkai kaki seorang pria yang terlihat mengeluarkan darah cukup banyak.
“Iya, Rendy. Ini aku” Bibi menjawab sambil mengulurkan beberapa obat penghilang rasa sakit dan penambah darah untuk gue minum. “Minum nih kalau masih kerasa sakit, untung aja gak apa-apa kan.”
“Gak apa-apa apanya sih bi?” gue mengambil obat dari tangan bibi dan segera meminum obat tersebut dengan beberapa teguk air yang ada digelas di sisi lain tubuh gue. “Emang kita dimana? Kenapa ada mereka juga?”
Gue dan Bibi sekarang ada disebuah pondok kayu kecil berukuran 3x4 m dengan satu jendela persegi kecil bertirai kain hitam lusuh jadi tempat lewat mentari pagi berada disisi belakang tubuh bibi. Sang wanita asing yang tadi sedang sibuk memperban seorang laki-laki sekarang terlihat menatap Bibi dari kejauhan. Luka yang sedang diperban dari tungkai cowok tersebut pun terlihat sudah berhenti mengalirkan darah. Ruangan kumuh ini lembab dengan hanya satu alas tidur jadi tempat beristirahat lelaki dengan perban didaerah tungkai. Samar gue lihat kalau laki-laki ini terlihat familiar dengan rambut ikal panjangnya.
“hufft” bibi menjawab sambil menghela nafas panjang dan membereskan beberapa peralatan yang sebelumnya dipakai untuk mengobati gue. “dugaan aku bener kan, kamu bakal lupa semuanya setelah semalam kepala kamu kebentur. Untung ada mereka yang nolongin”
Terlihat sang wanita tersenyum tipis sambil melambaikan tangan kearah gue.
“Mereka siapa be?” gue bertanya pelan kearah bibi sambil meringis.
“Astaga Rendy kamu beneran gak inget apa-apa ya. Yang cewek namanya Sydney dan yang cowok namanya Will” Bibi menjawab. “Kita disini bareng-bareng karena harus ngumpulin informasi tentang apapun yang berhubungan sama organisasi Cataphiles, seenggaknya itu perintah yang dikasih atasan kemaren. Tapi karena kecerobohan kamu rencana kita gagal semalem dan harus sembunyi ditempat ini sekarang.”
Will? Sydney? Organisasi Cataphiles? Perintah atasan? Semua hal yang bibi bicarakan terdengar imajinatif karena seinget gue semalem sebelum tidur gue masih ada dikosan, ngobrol sama mas kosan tentang kemungkinan gue untuk pindah kerja. Gue dan bibipun udah lama gak ketemu dan sekarang tiba-tiba kita berdua sedang berada di tempat antah berantah sama dua orang asing dan katanya sedang menjalani sebuah misi.
“Bentar-bentar” gue mencoba menelaah perkataan bibi. “kamu bisa ceritain dari awal? Dari awal banget?”
“Dari awal kita ketemu?” bibi menjawab. “apa dari awal kita ada ditempat ini? by the way, kita sekarang lagi di perbatasan sisi timur kota Paris”
“Dari awal terbentuk galaksi bimasakti juga boleh aku dengerin” gue menjawab perkataan bibi sambil membenarkan posisi lutut kanan gue yang telihat lebam membiru dengan ukuran cukup besar. “semalem aku tidur masih dikosan kok tiba-tiba ada disini ya wajar dong bingung. Bentar, kamu bilang PARIS?”
“hah? Tidur dikosan?” bibi menjawab sambil mengernyitkan dahi.”bener-bener makin bodoh setelah kepalanya terbentur nih orang. ya udah sini diceritain dari awal...”
Dan bibi mulai bercerita tentang kejadian awal kenapa semua jadi seperti ini. Di kejauhan gue liat sydney terlihat tersenyum karena obrolan gue dan bibi barusan.
Index:
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
BUDAYAKAN MENINGGALKAN JEJAK SUPAYA KITA BISA SALING KENAL
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
lebih enak baca di kaskus atau wattpad?
Diubah oleh rendyprasetyyo 11-06-2023 20:12
nomorelies dan 39 lainnya memberi reputasi
38
20.9K
524
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rendyprasetyyo
#34
Chapter 13
“Kenapa sih gak dibunuh aja sekalian ya, sicowok misterius tadi?” Gue bertanya pada Bibi tentang keberadaan pria misterius yang menyerang gue shubuh tadi. Tadi diperjalanan menuju bandara, Mr.K menginstruksikan untuk membuang pria tersebut ke jalanan dengan keadaan tangan dan kaki masih terikat. “Nanti kan kalau orang itu ngelapor ke atasannya bisa jadi ribet lagi urusan”
“Justru bakal lebih ribet kalau cowok itu dibunuh Rendy” Dengan menyeret koper milik Ina yang berukuran cukup besar, Bibi berjalan disamping gue sambil memakan snack coklat yang barusan dia beli dikantin Bandara. Sekarang gue dan Bibi sedang di area tunggu Bandara Husein Sastranegara untuk berangkat menuju Nusa Tenggara Timur, tempat dimana gue dan Bibi bakal bersembunyi bersama Mr.K. Bandara dalam keadaan sepi tapi beberapa fasilitas tetap buka untuk melayani penumpang yang akan berpergian. Fasilitas-fasilitas ini, kantin salah satunya, menerapkan aturan isolasi ketat seperti pelayan harus melayani konsumen menggunakan masker dan sarung tangan, setiap konsumen selesai transaksi harus disemprot handsanitizer, dan hanya akan menerima pembayaran non-cas h untuk menekan jumlah kasus penyebaran virus. “Mereka bakal lebih sadis kalau tahu anggotanya dibunuh”
“Gak ada penjahat yang gak sadis Bibku” sambil membawa Ransel berukuran 55 liter gue menjawab perkataan Bibi. Mr.K sekarang terlihat sedang berbicara dengan salah satu petugas di salah satu gate beberapa meter didepan tempat gue dan Bibi berdiri. “Mau dibunuh atau gak sama aja tingkat kesadisan mereka, kalau ada kesempatan pasti bakal bunuh kita juga pada akhirnya. jadi mending kita yang bunuh aja sekalian sih kalau kata aku be. Eh, by the way, kita belum dikasih boarding pass sama sekali. Aneh banget nih pak tua”
“Gak perlu boarding pass deh kayaknya” Bibi menjawab sambil terus menguyah snack coklatnya dan memperhatikan Mr.K yang sekilas terlihat menunjuk kearah gue dan Bibi. “Rendy, kamu percaya sama bapak itu?”
“Dimana-mana naik pesawat butuh boarding pass” gue menjawab perkataan Bibi sambil memperhatikan keadaan sekeliling sekarang. Waspada. “Gak be, aku gak percaya, belum sekarang. Yang aku tahu kita gak punya pilihan sih, seenggaknya kita tetep barengan dan kita bisa pergi jauh sekarang. Bahaya be soalnya kalau kita terus disini”
“Iya sih” Sambil mencari-cari area tempat pembuangan sampah, Bibi menjawab perkataan gue. “Gak ada tong sampah, nih simpen dulu, kantongin aja ya sayang”
“Dih, yaudah sini” gue mengambil bungkusan sisa snack Bibi dan meremasnya dengan tangan kanan gue. “Nanti kalau lewat tempat sampah aku yang buangin.”
“Gitu dong” bibi menjawab sambil mengalihkan pandangannya ke wajah gue yang penuh dengan luka lebam. “Kamu masih kerasa sakit? Minum obat lagi mau? Tutupin deh mending mukanya pake apa kek biar gak malu diliat orang.”
Bibi bener, gue seharusnya menutup wajah gue yang penuh luka lebam ini dengan sesuatu dari awal supaya gak jadi pusat perhatian orang. Sejak gue masuk bandara gue udah ngerasa pandangan-pandangan yang melihat sinis kearah gue akibat lebam diwajah gue.
“Masih Be, kalau bisa tidur sih sekarang aku pengen nya tidur aja” Gue menjawab lemas. Mr.K terlihat mendatangi gue dan Bibi dari kejauhan. “Nanti aja dipesawat sebelum take off aku minum obat lagi ya supaya langsung bisa tidur”
“Oke” Bibi menjawab tepat sebelum Mr.K sampai dihadapan gue.
“Kalian siap?” Mr.K bertanya. “Kita bakal jalan jauh loh sekarang, Ke Wamena Papua Barat”
“Loh kok ganti lagi tujuannya?” gue bertanya cepat. “Perasaan tadi shubuh bilangnya mau ke Sumba. Sekarang bilangnya mau ke Wamena, nanti dipesawat tiba-tiba lo mau ngomong kalau pesawat kita berubah haluan menuju neraka? Mati dong namanya Bapak.”
“Kita bakal tetep ke Desa Praijing, itu tempat tujuan akhir kita” Mr.K menjawab. Tanpa membawa satu barang pun, Mr.K tetap terlihat tenang walaupun katanya banyak orang yang mengincar keberadaan gue dan Bibi sekarang. “Sekarang kita bakal ke Taman Nasional Lorentz dulu, itu spot yang pas buat lo dan bibi belajar ilmu baru. Landscape lengkap, ada suku Dani yang hidup berdampingan meski beda agama, sama yang terpenting tempat itu belum terjamah.”
“Oke fine” gue menjawab cepat sambil melirik dengan tatapan curiga kearah Mr.K. “Terus pesawatnya mana? Boarding passnya mana?”
“Gak perlu boarding pass kali naik pesawat pribadi” Mr.K menjawab cepat. “Mangkanya gue tanya lo sama Bibi udah siap belom? Kalau udah ayo kita berangkat”
“Ya kalau gak siap gak bakal ada disini lah, Silvester” sambil menghirup nafas panjang gue jawab perkataan Mr.K.
“Ya udah yuk cus” Mr.K mulai berjalan kearah boarding gate yang tadi dia hampiri. Gue dan Bibi menyusulnya dari belakang.
Petugas yang tadi bercakapan dengan Mr.K terlihat memberi hormat singkat ketika Mr.K melewatinya. Gue dan Bibi terus berjalan mengikuti Mr.K melewati koridor sampai akhirnya kami bertiga turun di area parkir pesawat dimana banyak pesawat terlihat tidak terpakai sekarang sejak keputusan isolasi ditetapkan. Mr.K tiba-tiba berhenti dan menunjuk satu pesawat berukuran kecil yang terlihat sudah siap terbang beberapa meter didepannya. Gue mengangguk dan menggengam tangan Bibi erat untuk berjalan bersamaan menuju pesawat tersebut.
Dibawah undakan menuju pintu masuk pesawat berdiri seorang pria setengah baya yang memakai jas dan celana panjang hitam menyambut Mr.K, gue dan Bibi dengan senyum hangat sambil berkata “Semoga selamat sampai tujuan, Pak” yang disambut dengan senyuman hangat Mr.K yang belum pernah gue liat sebelumnya.
“Ini pertama kalinya kalian bakal naik pesawat pribadi” sambil menaiki undakan, Mr.K memberi beberapa instruksi ke gue. “Gue punya ruangan sendiri dibagian depan pesawat, kalian bisa pake ruangan kedua untuk berdua. Nanti ada tempat tidur, layar untuk nonton, kamar mandi, apapun tinggal pencet bel dan bakal ada yang datang menghampiri kalian berdua. Mau lanjut honeymoon lagi silahkan, tapi gue sarankan supaya lo istirahat rendy, ini perjalanan panjang, hampir 12 jam. Kalau mau simpen tenaga mending dari sekarang”
Mr.K telah tiba dipintu masuk ruangan pertama yang menjadi ruangan pribadinya nanti. Gue dan Bibi masih harus berjalan menuju pintu lain yang letaknya tidak jauh dari pintu pertama ini.
“Satu lagi” Mr.K tiba-tiba berkata. “Jangan berisik, gue mau tidur, gue belum tidur semaleman”
“O-oke” gue dan Bibi menjawab bersamaan dengan senyum tipis.
“Kenapa sih gak dibunuh aja sekalian ya, sicowok misterius tadi?” Gue bertanya pada Bibi tentang keberadaan pria misterius yang menyerang gue shubuh tadi. Tadi diperjalanan menuju bandara, Mr.K menginstruksikan untuk membuang pria tersebut ke jalanan dengan keadaan tangan dan kaki masih terikat. “Nanti kan kalau orang itu ngelapor ke atasannya bisa jadi ribet lagi urusan”
“Justru bakal lebih ribet kalau cowok itu dibunuh Rendy” Dengan menyeret koper milik Ina yang berukuran cukup besar, Bibi berjalan disamping gue sambil memakan snack coklat yang barusan dia beli dikantin Bandara. Sekarang gue dan Bibi sedang di area tunggu Bandara Husein Sastranegara untuk berangkat menuju Nusa Tenggara Timur, tempat dimana gue dan Bibi bakal bersembunyi bersama Mr.K. Bandara dalam keadaan sepi tapi beberapa fasilitas tetap buka untuk melayani penumpang yang akan berpergian. Fasilitas-fasilitas ini, kantin salah satunya, menerapkan aturan isolasi ketat seperti pelayan harus melayani konsumen menggunakan masker dan sarung tangan, setiap konsumen selesai transaksi harus disemprot handsanitizer, dan hanya akan menerima pembayaran non-cas h untuk menekan jumlah kasus penyebaran virus. “Mereka bakal lebih sadis kalau tahu anggotanya dibunuh”
“Gak ada penjahat yang gak sadis Bibku” sambil membawa Ransel berukuran 55 liter gue menjawab perkataan Bibi. Mr.K sekarang terlihat sedang berbicara dengan salah satu petugas di salah satu gate beberapa meter didepan tempat gue dan Bibi berdiri. “Mau dibunuh atau gak sama aja tingkat kesadisan mereka, kalau ada kesempatan pasti bakal bunuh kita juga pada akhirnya. jadi mending kita yang bunuh aja sekalian sih kalau kata aku be. Eh, by the way, kita belum dikasih boarding pass sama sekali. Aneh banget nih pak tua”
“Gak perlu boarding pass deh kayaknya” Bibi menjawab sambil terus menguyah snack coklatnya dan memperhatikan Mr.K yang sekilas terlihat menunjuk kearah gue dan Bibi. “Rendy, kamu percaya sama bapak itu?”
“Dimana-mana naik pesawat butuh boarding pass” gue menjawab perkataan Bibi sambil memperhatikan keadaan sekeliling sekarang. Waspada. “Gak be, aku gak percaya, belum sekarang. Yang aku tahu kita gak punya pilihan sih, seenggaknya kita tetep barengan dan kita bisa pergi jauh sekarang. Bahaya be soalnya kalau kita terus disini”
“Iya sih” Sambil mencari-cari area tempat pembuangan sampah, Bibi menjawab perkataan gue. “Gak ada tong sampah, nih simpen dulu, kantongin aja ya sayang”
“Dih, yaudah sini” gue mengambil bungkusan sisa snack Bibi dan meremasnya dengan tangan kanan gue. “Nanti kalau lewat tempat sampah aku yang buangin.”
“Gitu dong” bibi menjawab sambil mengalihkan pandangannya ke wajah gue yang penuh dengan luka lebam. “Kamu masih kerasa sakit? Minum obat lagi mau? Tutupin deh mending mukanya pake apa kek biar gak malu diliat orang.”
Bibi bener, gue seharusnya menutup wajah gue yang penuh luka lebam ini dengan sesuatu dari awal supaya gak jadi pusat perhatian orang. Sejak gue masuk bandara gue udah ngerasa pandangan-pandangan yang melihat sinis kearah gue akibat lebam diwajah gue.
“Masih Be, kalau bisa tidur sih sekarang aku pengen nya tidur aja” Gue menjawab lemas. Mr.K terlihat mendatangi gue dan Bibi dari kejauhan. “Nanti aja dipesawat sebelum take off aku minum obat lagi ya supaya langsung bisa tidur”
“Oke” Bibi menjawab tepat sebelum Mr.K sampai dihadapan gue.
“Kalian siap?” Mr.K bertanya. “Kita bakal jalan jauh loh sekarang, Ke Wamena Papua Barat”
“Loh kok ganti lagi tujuannya?” gue bertanya cepat. “Perasaan tadi shubuh bilangnya mau ke Sumba. Sekarang bilangnya mau ke Wamena, nanti dipesawat tiba-tiba lo mau ngomong kalau pesawat kita berubah haluan menuju neraka? Mati dong namanya Bapak.”
“Kita bakal tetep ke Desa Praijing, itu tempat tujuan akhir kita” Mr.K menjawab. Tanpa membawa satu barang pun, Mr.K tetap terlihat tenang walaupun katanya banyak orang yang mengincar keberadaan gue dan Bibi sekarang. “Sekarang kita bakal ke Taman Nasional Lorentz dulu, itu spot yang pas buat lo dan bibi belajar ilmu baru. Landscape lengkap, ada suku Dani yang hidup berdampingan meski beda agama, sama yang terpenting tempat itu belum terjamah.”
“Oke fine” gue menjawab cepat sambil melirik dengan tatapan curiga kearah Mr.K. “Terus pesawatnya mana? Boarding passnya mana?”
“Gak perlu boarding pass kali naik pesawat pribadi” Mr.K menjawab cepat. “Mangkanya gue tanya lo sama Bibi udah siap belom? Kalau udah ayo kita berangkat”
“Ya kalau gak siap gak bakal ada disini lah, Silvester” sambil menghirup nafas panjang gue jawab perkataan Mr.K.
“Ya udah yuk cus” Mr.K mulai berjalan kearah boarding gate yang tadi dia hampiri. Gue dan Bibi menyusulnya dari belakang.
Petugas yang tadi bercakapan dengan Mr.K terlihat memberi hormat singkat ketika Mr.K melewatinya. Gue dan Bibi terus berjalan mengikuti Mr.K melewati koridor sampai akhirnya kami bertiga turun di area parkir pesawat dimana banyak pesawat terlihat tidak terpakai sekarang sejak keputusan isolasi ditetapkan. Mr.K tiba-tiba berhenti dan menunjuk satu pesawat berukuran kecil yang terlihat sudah siap terbang beberapa meter didepannya. Gue mengangguk dan menggengam tangan Bibi erat untuk berjalan bersamaan menuju pesawat tersebut.
Dibawah undakan menuju pintu masuk pesawat berdiri seorang pria setengah baya yang memakai jas dan celana panjang hitam menyambut Mr.K, gue dan Bibi dengan senyum hangat sambil berkata “Semoga selamat sampai tujuan, Pak” yang disambut dengan senyuman hangat Mr.K yang belum pernah gue liat sebelumnya.
“Ini pertama kalinya kalian bakal naik pesawat pribadi” sambil menaiki undakan, Mr.K memberi beberapa instruksi ke gue. “Gue punya ruangan sendiri dibagian depan pesawat, kalian bisa pake ruangan kedua untuk berdua. Nanti ada tempat tidur, layar untuk nonton, kamar mandi, apapun tinggal pencet bel dan bakal ada yang datang menghampiri kalian berdua. Mau lanjut honeymoon lagi silahkan, tapi gue sarankan supaya lo istirahat rendy, ini perjalanan panjang, hampir 12 jam. Kalau mau simpen tenaga mending dari sekarang”
Mr.K telah tiba dipintu masuk ruangan pertama yang menjadi ruangan pribadinya nanti. Gue dan Bibi masih harus berjalan menuju pintu lain yang letaknya tidak jauh dari pintu pertama ini.
“Satu lagi” Mr.K tiba-tiba berkata. “Jangan berisik, gue mau tidur, gue belum tidur semaleman”
“O-oke” gue dan Bibi menjawab bersamaan dengan senyum tipis.
Diubah oleh rendyprasetyyo 27-05-2020 01:40
maresad memberi reputasi
1


