- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#233
Spoiler for Part 77:
Part 77
"Udah ada yang ngirim jawabannya bil?"
Saat ini aku, nabil dan dyo sedang berada di lab untuk mengerjakan soal ujian take home yang sudah di berikan beberapa hari yang lalu.
"Tau nih nat, bocah-bocah belum ada yang ngerjain kayaknya"
Ya..., seperti mahasiswa pada umumnya, kami selalu mengerjakan tugas setelah menyadari bahwa hari pengumpulan tugas tersebut sudah sangat dekat, sebenarnya tugas ini sudah di berikan 5 hari yang lalu saat jam kuliah terakhir mata kuliah yang akan diujikan besok, dan kami harus mengumpulkan tugasnya pada saat ujian berlangsung.
Bahkan, saat ini aku dan nabil malah asyik bermain game di komputer, kami hanya menunggu jawaban dari teman-teman kami yang lain.
Jangankan aku dan nabil, dyo yang notabene lebih rajin daripada kami, belum sama sekali menyentuh soal yang sudah diberikan, dia malah asyik fokus dengan layar handphonnya hingga sekarang.
Aku: "jam 7 gua balik yaa, entar kalo ada kirim ke gua ya bil"
Nabil: "balik apa balik lu???"
Aku hanya terkekeh setelah mendengar pertanyaan nabil.
"Yaaaa... lu tau lah..., tolong ya..., malboro 1 kotak deh..."
Nabil menarik nafasnya dalam-dalam.
"Yaudahlah..., gue lagi bokek juga nih"
Akhirnya nabil menyetujui permintaanku seraya menghembuskan nafasnya.
Aku: "hehehe, gitu dong...."
Nabil: "bucin banget lu!!!"
Aku: "yaa gimana lagi bil, namanya juga usaha"
Nabil kembali menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Udah gua bilang, sama shani aja, lu gak perlu lagi repot-repot gini"
Aku hanya bisa terkekeh setelah mendengar pernyataan yang baru saja dilontarkan nabil.
"Gimana lagi bil..., gua sukanya sama beby"
Nabil langsung menoleh kearahku dengan raut wajah yang terlihat bersemangat.
"Yaudah, shani buat gua ya nat?"
"Bagi kontaknya sini"
Lagi-lagi aku terkekeh setelah nabil berkata seperti itu.
"Yaudah, coba aja kalo bisa..."
Sambil berkata seperti itu aku menyalakan layar handphoneku untuk memberikan kontak shani kepada nabil.
Aku berani melakukannya karena aku merasa nabil pasti tidak serius dengan ucapannya, kalaupun dia serius, belum tentu shani mau kan?.
Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk.
Lagipula aku merasa tidak semudah itu untuk nabil meninggalkan gaby, ya...., aku tahu cerita mereka mulai awal dekat hingga saat ini mereka sudah menjalin hubungan selama 2 tahun lebih.
Dulu aku sering memertawakannya ketika dia mengalami masa-masa galau seperti yang saat ini aku rasakan.
Aku menertawakannya karena dulu aku merasa nabil sangat payah, bagaimana tidak, dia berhasil dibuat menangis sejadi-jadinya di hadapan kami saat gaby meminta nabil untuk mengkhiri hubungan karena dia ketahuan selingkuh.
Yaa....., yang namanya manusia, kalau belum merasakan sesuatu, pasti selalu menganggap remeh masalah yang diakibatkan oleh sesuatu itu, menganggap payah semua orang yang sedang sedih karenanya.
Dan sekarang aku mengalaminya secara langsung, sekarang aku paham bagaimana rumitnya suatu masalah ketika hati ini sudah benar-benar terpaut dengan seseorang.
.
.
.
"Tumben nih bawa makanan, ada acara apaan nat?"
Viny langsung membongkar kantung plastik yang baru saja aku letakkan di atas meja makan.
"Emang kenapa?, kalo mbak gak mau juga gakpapa"
Viny langsung menarik kotak donat yang baru saja dia ambil.
"Mau kok!!!"
Aku dibuat terkekeh dengan tingkah laku viny barusan.
Aku: "mbak bebynya di kamar mbak?"
Viny: "iya nat, lagi tidur, kecapean kayaknya, tadi kan kita ngirim barang-barang beby kebandung"
Viny langsung memakan donat yang ada di tangannya setelah menjawab pertanyaanku.
Aku: "sorry mbak, aku UAS 2 matkul hari ini"
Viny: "iwya nat, gwakpwapwa"
Viny menjawab pertanyaanku dengan mulut yang masih oenuh dengan donat yang belum dia telan.
"Jorok banget sih..., abisin dulu kali"
Viny langsung menutup mulut seraya menghabiskan donat yang masih memenuhi mulutnya.
"Hehehe..., sorry nat, iya, gakpapa kok, kan kamu udah bilang kemaren"
Viny kembali memakan potongan donat yang masih tersisa di tangannya.
Tiiiiiingggg.....
Aku langsung mengambil handphoneku yang baru saja berbunyi di saku celana jeans bagian belakang.
Setelah aku membuka layar handphoneku, ternyata bunyi tadi berasal dari aplikasi chat di handphoneku.
Nabil mengirimkan pesan kepadaku yang berisi jawaban soal ujian take home yang sudah sedari tadi kami tunggu-tunggu.
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengeluarkan selembar kertas folio dan sebuah pulpen dari dalam tas.
"Mau ngerjain apa nat?"
Tentu saja kegiatanku yang baru saja kulakukan berhasil menarik perhatian viny.
Aku: "UAS take home mbak, baru dikirim jawabannya"
Viny: "iiisshh...., enak banget tinggal nyalin, harusnya kerjain sendiri dong"
Aku hanya terkekeh setelah mendengar respon viny atas jawabanku barusan.
"Yee..., semuanya gitu juga mbak, kita harus manfaatin anak-anak yang ambis lah"
"Kalo bisa nggak mikir ngapain mikir mbak, iya nggak?"
Viny hanya bisa berdecak seraya menggeleng-gelenggan kepalanya setelah mendengar alasan yang baru saja keluar dari mulutku.
"Oh iya, btw UAS kamu besok 1 matkul ini doang?"
Aku hanya mengangguk kecil untuk menjawab pertanyaan yang baru saja dilontarkan viny.
Keadaan menjadi hening setelah aku menganggukkan kepalaku.
Sekarang aku benar-benar fokus menyalin setiap tulisan dari foto yang sudah dikirimkan nabil keatas kertas folio agar aku bisa menyelesaikannya dengan cepat.
"Ciee..., serius banget sih"
Suara yang baru saja keluar dari mulut viny berhasil memecah keheningan yang ada di antara kami.
Aku: "iyalah mbak, supaya cepet kelar nih"
Viny: "oh iya, UASmu yang kemaren-kemaren gimana?"
Aku menatap heran kearah viny yang baru saja bertanya tentang ujian akhir semester yang sedang kujalani.
Aku: "gimaana apanya mbak?"
Viny: "bisa gak ngerjainnya?"
Aku: "ya bisalah...., kenapa emang mbak?"
Viny menarik nafas dalam setelah mendengar aku yang bertanya balik kepadanya.
Viny: "ya.... gakpapa sih nat, aku bingung aja, kayaknya tiap malem kamu kesini, belajarnya kapan?"
Aku: "udah pinter mbak, ngapain belajar?"
Viny menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.
"Naat..., aku tau kok..., kamu mau serius sama beby, tapi jangan sampe lupa sama kepentingan kamu sendiri, kalo emang butu waktu buat belajar ya belajar dulu aja, jangan dipaksain kesini"
"Aku yakin kok...., beby pasti ngerti kalo kamu jelasin sama dia"
Aku dibuat terkekeh setelah mendengar viny yang baru saja memberi sedikit nasehat kepadaku.
"Sebelum kesini aku udah belajar dikit kok mbak..., santai aja udah..., toh kalo jelek masih bisa diulang"
"Dan juga kalo nilai aku jelek mbak gak rugi apa-apa kan?"
Viny tidak membalas pertanyaa yang baru saja kulontarkan, dia hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar sambil kembali mengambil donat yang ada di dalam kotak.
Keadaan kembali hening setelah viny sama sekali tidak meresponku, aku memilih untuk kembali fokus dengan pekerjaanku, sementara viny asyik memakan donat yang saat ini sudah berada di tangannya.
"Pengen juga deh diseriusin..."
Setelah hampir 20 menit berlalu, suara yang keluar dari mulut viny kembali berhasil memecah keheningan yang kali ini berlangsung cukup lama.
"Maksudnya mbak?"
Sontak aku langsung mengalihkan pandanganku kearah viny yang ternyata sedang menatapku.
"Iyaa..., pengen punya cowok yang seriusin aku kayak kamu seriusin beby sekarang"
Viny berkata seperti itu sambil menopang dagu dan menatap lurus kearah bawah.
"Halaaah..., gakusah basa basi mbak, bilang aja mbak juga mau sama aku kan?"
Aku langsung memasang wajah jahilku untuk menggoda viny.
"Iiihhh....., aku bilang mau diseriusin juga ya...., bukan mau punya cowok kayak kamu!!!"
Aku berhasil dibuat tertawa setelah melihat wajah kesal viny ketika menjawab pertanyaanku.
"Iya.... iya...., lagian aku gak bakal mau juga sama mbak, mending sama mbak beby, atau kalo enggak, mending sama shani"
"Mereka itu udah baik, perhatian, cantik lagi, cewek idaman lah pokoknya"
Viny langsung memanyunkan bibirnya setelah mendengar kalimat yang baru saja kuucapkan.
"Jadi aku gak baik nat?, gak perhatian?, gak cantik juga?, aku bukan cewek idaman ya?"
Awalnya aku hanya berniat membuat viny kesal dengan berkata seperti itu, tapi..... entah kenapa aku jadi merasa salah karena sudah berbicara seperti itu di depan viny, dari raut wajahnya sepertinya ucapanku tadi menyinggung perasaan viny.
Ya...., aku baru ingat, perempuan paling tidak suka dibanding-bandingkan dengan perempuan lainnya.
"E e e eehhh...., mbak gak gitu kok, tadi aku cuma becanda...., bukannya aku gak suka sama mbak, tapi mbak udah aku anggep kayak kakak soalnya"
Tiba-tiba tawa viny langsung pecah setelah mendengar aku membujuknya.
"Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk"
"Apaan sih nat, serius banget...., santai aja kali....., siapa yang marah...."
Setelah berkata seperti itu, viny kembali melanjutkan tawanya yang sepertinya belum usai.
"Lagian ya nat......"
"Aku males banget kalo harus punya adek kayak kamu...."
Lagi-lagi viny melanjutkan tawanya setelah tadi sempat menyambung kalimat sebelumnya.
"Yeee...., siapa juga yang mau punya kakak kayak mbak!!!...."
"Tadi cuma becanda!!!, aku cuma gak mau mbak sedih karena udah aku tolak mentah-mentah!!!"
Tawa viny semakin keras setelah mendengar pembelaan yang kuucapkan dengan sedikit tergesa-gesa.
"Udahlah nat...., gakpapa kalo kamu mau nganggep aku kakak"
Viny berkata seperti itu sambil berusaha menghabiskan sisa-sisa tawa yang masih keluar dari mulutnya.
"Yaa.... meskipun sejujurnya aku ogah banget kalo harus punya adek kayak kamu"
"Tapi gakpapalah, yang penting kamu seneng"
Viny langsung menyunggingkan senyum jahil setelah dia menyelesaikan kalimatnya.
"Enggak!!!, aku juga ogah punya kakak kayak mbak!!!"
Karena merasa malu setelah viny memanfaatkan pernyataan blunder yang tidak sengaja kuucapkan untuk mengejekku, aku memilih untuk kembali mengambil pulpen dan melanjutkan kembali kegiatan menyalinku tanpa menghiraukan ejekan dan godaan yang terus menerus dilancarkan oleh viny.
"Dedek....."
Viny kembali melancarkan godaannya untuk membuyarkan konsentrasiku.
"Dedek..., serius banget sih ngerjainnya, liat kakak dong...."
Aku berhasil dibuat merasa sangat terusik setelah mendengar viny mengucapkan kalimat terakhirnya.
Bagaimana tidak, kalimat itu terdengar sungguh sangat menggelikan di telingaku.
"Mbak!!!, udah ah..., geli tau..."
Viny kembali terkekeh setelah melihat responku barusan.
"Eleeuuhh...., dedeknya galak banget sih"
Kali ini aku sudah benar-benar tidak tahan dengan perlakuan viny, jika seperti ini terus, kegiatan menyalin yang saat ini sedang aku lakukan tidak akan selesai.
"Mbak...., udah ya...., please...., gak kelar-kelar nanti ini"
Aku memohon kepada viny sambil menunjukkan kertas folio yang terletak di atas meja.
"Hehehe...., iya... iya..., semangat ya dedek...., kakak mau kedapur dulu"
Setelah berkata seperti itu viny langsung beranjak dari tempat duduknya dengan sedikit tergesa-gesa, dia juga masih menyunggingkan senyum jahilnya untuk mengejekku.
Aku hanya bisa menarik nafas dalam setelah melihat kelakuan viny barusan, tanpa pikir panjang, aku langsung melanjutkan kegiatan menyalinku setelah viny meninggalkanku untuk pergi kedapur.
Cekleeekkk......
Saat aku sedang asyik menyalin tugasku yang sempat tertunda karena ulah viny, tiba-tiba terdengar suara pintu yang baru saja dibuka dari arah kamar beby.
"Udah lama nat?"
Wajahku langsung sumringah ketika melihat orang yang sedari tadi aku tunggu berjalan menghampiriku menuju ruang tamu.
"Lumayan mbak, oh iya, tadi aku bawa makanan, punya mbak ada di atas meja makan tuh"
Sesampainya dia di ruang tamu, beby langsung mengambil tempat untuk duduk di hadapanku .
"Iya nat, gampang, kamu lagi ngerjain apa?"
Meskipun wajahnya masih sedikit kucel akibat baru saja terbangun dari tidurnya, tapi malam ini dia tetap terlihat cantik di mataku, beby berhasil membuatku senyum-senyum sendiri setelah melihat wajah ngantuknya.
Aku: "UAS take home mbak"
Beby: "dikumpulin besok?"
Aku: "iya mbak, tapi ini udah mau kelar kokkok, dikit lagi nih"
Aku memilih untuk kembali fokus menyelesaikan pekerjaanku, sementara beby memilih untuk beranjak, lalu berjalan kearah dapur untuk mengambil sekotak donat yang sudah kusiapkan untuknya.
Setelah itu beby kembali keruang tamu, lalu dia kembali mengambil tempat untuk duduk dengan posisi yang sama seperti sebelumnya.
"Dah...., selesai"
Aku menghembuskan nafas lega seraya menyenderkan tubuhku di atas dinding sofa setelah berhasil menyelesaikan ujian take home yang harus di kumpulkan besok pagi.
"Mau nggak nat?"
Beby menyodorkan sebuah donat kearahku.
"Enggak deh mbak, aku udah tadi, masih kenyanh"
Beby hanya menganggukkan kepalanya setelah mendengar aku menolak tawarannya, dia memilih untuk memakan donat yang tadi disodorkannya kearahku.
Aku: "gimana tadi ngirim barangnya mbak?, lancar?"
Beby: "aman kok nat"
Aku: "maaf ya mbak gak ikut bantuin, tadi masih ujian soalnya"
Karena masih mengunyah donat yang ada di mulutnya, beby hanya menjawab pertanyaanku dengan sebuah anggukkan kecil.
Beby: "viny dimana nat?"
Aku: "tau mbak, tadi katanya kedapur, lagi cuci-cuci mungkin"
Keheningan sempat terjadi setelah beby tidak menanggapi jawabanku sama sekali.
"Mbaaakk......"
Beby kembali menoleh kearahku setelah aku memanggilnya.
"Nanti..... hari sabtu atau minggu mbak ada kegiatan nggak?"
Beby langsung mengalihkan pandangannya kearah lain setelah mendengar pertanyaanku.
"Emang kenapa nat?"
Aku memilih untuk menarik nafas terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan beby, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.
"K k kan dulu kita pernah janjian mau kepantai berdua mbak, tapi sampai sekarang gak pernah kesampaian...."
"Sebelum mbak pulang..... boleh nggak kalo aku nepatin janji itu"
Aku langsung mengalihkan pandanganku kearah lain setelah beby kembali menatapku.
Rasanya aku sangat tidak siap jika beby menolak ajakanku kali ini.
"Mau hari sabtu atau minggu jadinya?"
Sontak aku langsung kembali mengalihkan pandanganku kearah beby setelah dia balik bertanya kepadaku.
Aku: "t t terserah mbak, a a aku sih bebas"
Beby: "yang teges dong!!!, kan kamu yang ngajak"
Rasa gugupku bertambah ketika beby melontarkan kalimat terakhirnya dengan nada yang penuh penekanan.
"E e eehh..., sabtu mbak, bisa kan?"
Beby kembali mengalihkan pandangannya kearah lain, sepertinya dia sedang mempertimbangkan jawaban yang akan dilontarkannya setelah ini.
Huuuuuuuhhhh......
Entahlah, akhir-akhir ini aku selalu gugup ketika menunggu jawaban dari beby setiap kali aku menawarkan sesuatu kepadanya.
Mungkin pengalamanku 2 malam itu, ya.... malam dimana aku menerima penolakan.
Eh..., bukan penolakan sepertinya, mungkin ketidakpastian adalah kata yang lebih tepat untuk menggambarkan apa yang beby berikan kepadaku di 2 malam itu, ya.... bukit bintang dan taman pelangi menjadi saksi atas ketidakpastian yang kuterima.
.
.
.
"Udah ada yang ngirim jawabannya bil?"
Saat ini aku, nabil dan dyo sedang berada di lab untuk mengerjakan soal ujian take home yang sudah di berikan beberapa hari yang lalu.
"Tau nih nat, bocah-bocah belum ada yang ngerjain kayaknya"
Ya..., seperti mahasiswa pada umumnya, kami selalu mengerjakan tugas setelah menyadari bahwa hari pengumpulan tugas tersebut sudah sangat dekat, sebenarnya tugas ini sudah di berikan 5 hari yang lalu saat jam kuliah terakhir mata kuliah yang akan diujikan besok, dan kami harus mengumpulkan tugasnya pada saat ujian berlangsung.
Bahkan, saat ini aku dan nabil malah asyik bermain game di komputer, kami hanya menunggu jawaban dari teman-teman kami yang lain.
Jangankan aku dan nabil, dyo yang notabene lebih rajin daripada kami, belum sama sekali menyentuh soal yang sudah diberikan, dia malah asyik fokus dengan layar handphonnya hingga sekarang.
Aku: "jam 7 gua balik yaa, entar kalo ada kirim ke gua ya bil"
Nabil: "balik apa balik lu???"
Aku hanya terkekeh setelah mendengar pertanyaan nabil.
"Yaaaa... lu tau lah..., tolong ya..., malboro 1 kotak deh..."
Nabil menarik nafasnya dalam-dalam.
"Yaudahlah..., gue lagi bokek juga nih"
Akhirnya nabil menyetujui permintaanku seraya menghembuskan nafasnya.
Aku: "hehehe, gitu dong...."
Nabil: "bucin banget lu!!!"
Aku: "yaa gimana lagi bil, namanya juga usaha"
Nabil kembali menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Udah gua bilang, sama shani aja, lu gak perlu lagi repot-repot gini"
Aku hanya bisa terkekeh setelah mendengar pernyataan yang baru saja dilontarkan nabil.
"Gimana lagi bil..., gua sukanya sama beby"
Nabil langsung menoleh kearahku dengan raut wajah yang terlihat bersemangat.
"Yaudah, shani buat gua ya nat?"
"Bagi kontaknya sini"
Lagi-lagi aku terkekeh setelah nabil berkata seperti itu.
"Yaudah, coba aja kalo bisa..."
Sambil berkata seperti itu aku menyalakan layar handphoneku untuk memberikan kontak shani kepada nabil.
Aku berani melakukannya karena aku merasa nabil pasti tidak serius dengan ucapannya, kalaupun dia serius, belum tentu shani mau kan?.
Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk.
Lagipula aku merasa tidak semudah itu untuk nabil meninggalkan gaby, ya...., aku tahu cerita mereka mulai awal dekat hingga saat ini mereka sudah menjalin hubungan selama 2 tahun lebih.
Dulu aku sering memertawakannya ketika dia mengalami masa-masa galau seperti yang saat ini aku rasakan.
Aku menertawakannya karena dulu aku merasa nabil sangat payah, bagaimana tidak, dia berhasil dibuat menangis sejadi-jadinya di hadapan kami saat gaby meminta nabil untuk mengkhiri hubungan karena dia ketahuan selingkuh.
Yaa....., yang namanya manusia, kalau belum merasakan sesuatu, pasti selalu menganggap remeh masalah yang diakibatkan oleh sesuatu itu, menganggap payah semua orang yang sedang sedih karenanya.
Dan sekarang aku mengalaminya secara langsung, sekarang aku paham bagaimana rumitnya suatu masalah ketika hati ini sudah benar-benar terpaut dengan seseorang.
.
.
.
"Tumben nih bawa makanan, ada acara apaan nat?"
Viny langsung membongkar kantung plastik yang baru saja aku letakkan di atas meja makan.
"Emang kenapa?, kalo mbak gak mau juga gakpapa"
Viny langsung menarik kotak donat yang baru saja dia ambil.
"Mau kok!!!"
Aku dibuat terkekeh dengan tingkah laku viny barusan.
Aku: "mbak bebynya di kamar mbak?"
Viny: "iya nat, lagi tidur, kecapean kayaknya, tadi kan kita ngirim barang-barang beby kebandung"
Viny langsung memakan donat yang ada di tangannya setelah menjawab pertanyaanku.
Aku: "sorry mbak, aku UAS 2 matkul hari ini"
Viny: "iwya nat, gwakpwapwa"
Viny menjawab pertanyaanku dengan mulut yang masih oenuh dengan donat yang belum dia telan.
"Jorok banget sih..., abisin dulu kali"
Viny langsung menutup mulut seraya menghabiskan donat yang masih memenuhi mulutnya.
"Hehehe..., sorry nat, iya, gakpapa kok, kan kamu udah bilang kemaren"
Viny kembali memakan potongan donat yang masih tersisa di tangannya.
Tiiiiiingggg.....
Aku langsung mengambil handphoneku yang baru saja berbunyi di saku celana jeans bagian belakang.
Setelah aku membuka layar handphoneku, ternyata bunyi tadi berasal dari aplikasi chat di handphoneku.
Nabil mengirimkan pesan kepadaku yang berisi jawaban soal ujian take home yang sudah sedari tadi kami tunggu-tunggu.
Tanpa pikir panjang, aku langsung mengeluarkan selembar kertas folio dan sebuah pulpen dari dalam tas.
"Mau ngerjain apa nat?"
Tentu saja kegiatanku yang baru saja kulakukan berhasil menarik perhatian viny.
Aku: "UAS take home mbak, baru dikirim jawabannya"
Viny: "iiisshh...., enak banget tinggal nyalin, harusnya kerjain sendiri dong"
Aku hanya terkekeh setelah mendengar respon viny atas jawabanku barusan.
"Yee..., semuanya gitu juga mbak, kita harus manfaatin anak-anak yang ambis lah"
"Kalo bisa nggak mikir ngapain mikir mbak, iya nggak?"
Viny hanya bisa berdecak seraya menggeleng-gelenggan kepalanya setelah mendengar alasan yang baru saja keluar dari mulutku.
"Oh iya, btw UAS kamu besok 1 matkul ini doang?"
Aku hanya mengangguk kecil untuk menjawab pertanyaan yang baru saja dilontarkan viny.
Keadaan menjadi hening setelah aku menganggukkan kepalaku.
Sekarang aku benar-benar fokus menyalin setiap tulisan dari foto yang sudah dikirimkan nabil keatas kertas folio agar aku bisa menyelesaikannya dengan cepat.
"Ciee..., serius banget sih"
Suara yang baru saja keluar dari mulut viny berhasil memecah keheningan yang ada di antara kami.
Aku: "iyalah mbak, supaya cepet kelar nih"
Viny: "oh iya, UASmu yang kemaren-kemaren gimana?"
Aku menatap heran kearah viny yang baru saja bertanya tentang ujian akhir semester yang sedang kujalani.
Aku: "gimaana apanya mbak?"
Viny: "bisa gak ngerjainnya?"
Aku: "ya bisalah...., kenapa emang mbak?"
Viny menarik nafas dalam setelah mendengar aku yang bertanya balik kepadanya.
Viny: "ya.... gakpapa sih nat, aku bingung aja, kayaknya tiap malem kamu kesini, belajarnya kapan?"
Aku: "udah pinter mbak, ngapain belajar?"
Viny menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.
"Naat..., aku tau kok..., kamu mau serius sama beby, tapi jangan sampe lupa sama kepentingan kamu sendiri, kalo emang butu waktu buat belajar ya belajar dulu aja, jangan dipaksain kesini"
"Aku yakin kok...., beby pasti ngerti kalo kamu jelasin sama dia"
Aku dibuat terkekeh setelah mendengar viny yang baru saja memberi sedikit nasehat kepadaku.
"Sebelum kesini aku udah belajar dikit kok mbak..., santai aja udah..., toh kalo jelek masih bisa diulang"
"Dan juga kalo nilai aku jelek mbak gak rugi apa-apa kan?"
Viny tidak membalas pertanyaa yang baru saja kulontarkan, dia hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar sambil kembali mengambil donat yang ada di dalam kotak.
Keadaan kembali hening setelah viny sama sekali tidak meresponku, aku memilih untuk kembali fokus dengan pekerjaanku, sementara viny asyik memakan donat yang saat ini sudah berada di tangannya.
"Pengen juga deh diseriusin..."
Setelah hampir 20 menit berlalu, suara yang keluar dari mulut viny kembali berhasil memecah keheningan yang kali ini berlangsung cukup lama.
"Maksudnya mbak?"
Sontak aku langsung mengalihkan pandanganku kearah viny yang ternyata sedang menatapku.
"Iyaa..., pengen punya cowok yang seriusin aku kayak kamu seriusin beby sekarang"
Viny berkata seperti itu sambil menopang dagu dan menatap lurus kearah bawah.
"Halaaah..., gakusah basa basi mbak, bilang aja mbak juga mau sama aku kan?"
Aku langsung memasang wajah jahilku untuk menggoda viny.
"Iiihhh....., aku bilang mau diseriusin juga ya...., bukan mau punya cowok kayak kamu!!!"
Aku berhasil dibuat tertawa setelah melihat wajah kesal viny ketika menjawab pertanyaanku.
"Iya.... iya...., lagian aku gak bakal mau juga sama mbak, mending sama mbak beby, atau kalo enggak, mending sama shani"
"Mereka itu udah baik, perhatian, cantik lagi, cewek idaman lah pokoknya"
Viny langsung memanyunkan bibirnya setelah mendengar kalimat yang baru saja kuucapkan.
"Jadi aku gak baik nat?, gak perhatian?, gak cantik juga?, aku bukan cewek idaman ya?"
Awalnya aku hanya berniat membuat viny kesal dengan berkata seperti itu, tapi..... entah kenapa aku jadi merasa salah karena sudah berbicara seperti itu di depan viny, dari raut wajahnya sepertinya ucapanku tadi menyinggung perasaan viny.
Ya...., aku baru ingat, perempuan paling tidak suka dibanding-bandingkan dengan perempuan lainnya.
"E e e eehhh...., mbak gak gitu kok, tadi aku cuma becanda...., bukannya aku gak suka sama mbak, tapi mbak udah aku anggep kayak kakak soalnya"
Tiba-tiba tawa viny langsung pecah setelah mendengar aku membujuknya.
"Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk"
"Apaan sih nat, serius banget...., santai aja kali....., siapa yang marah...."
Setelah berkata seperti itu, viny kembali melanjutkan tawanya yang sepertinya belum usai.
"Lagian ya nat......"
"Aku males banget kalo harus punya adek kayak kamu...."
Lagi-lagi viny melanjutkan tawanya setelah tadi sempat menyambung kalimat sebelumnya.
"Yeee...., siapa juga yang mau punya kakak kayak mbak!!!...."
"Tadi cuma becanda!!!, aku cuma gak mau mbak sedih karena udah aku tolak mentah-mentah!!!"
Tawa viny semakin keras setelah mendengar pembelaan yang kuucapkan dengan sedikit tergesa-gesa.
"Udahlah nat...., gakpapa kalo kamu mau nganggep aku kakak"
Viny berkata seperti itu sambil berusaha menghabiskan sisa-sisa tawa yang masih keluar dari mulutnya.
"Yaa.... meskipun sejujurnya aku ogah banget kalo harus punya adek kayak kamu"
"Tapi gakpapalah, yang penting kamu seneng"
Viny langsung menyunggingkan senyum jahil setelah dia menyelesaikan kalimatnya.
"Enggak!!!, aku juga ogah punya kakak kayak mbak!!!"
Karena merasa malu setelah viny memanfaatkan pernyataan blunder yang tidak sengaja kuucapkan untuk mengejekku, aku memilih untuk kembali mengambil pulpen dan melanjutkan kembali kegiatan menyalinku tanpa menghiraukan ejekan dan godaan yang terus menerus dilancarkan oleh viny.
"Dedek....."
Viny kembali melancarkan godaannya untuk membuyarkan konsentrasiku.
"Dedek..., serius banget sih ngerjainnya, liat kakak dong...."
Aku berhasil dibuat merasa sangat terusik setelah mendengar viny mengucapkan kalimat terakhirnya.
Bagaimana tidak, kalimat itu terdengar sungguh sangat menggelikan di telingaku.
"Mbak!!!, udah ah..., geli tau..."
Viny kembali terkekeh setelah melihat responku barusan.
"Eleeuuhh...., dedeknya galak banget sih"
Kali ini aku sudah benar-benar tidak tahan dengan perlakuan viny, jika seperti ini terus, kegiatan menyalin yang saat ini sedang aku lakukan tidak akan selesai.
"Mbak...., udah ya...., please...., gak kelar-kelar nanti ini"
Aku memohon kepada viny sambil menunjukkan kertas folio yang terletak di atas meja.
"Hehehe...., iya... iya..., semangat ya dedek...., kakak mau kedapur dulu"
Setelah berkata seperti itu viny langsung beranjak dari tempat duduknya dengan sedikit tergesa-gesa, dia juga masih menyunggingkan senyum jahilnya untuk mengejekku.
Aku hanya bisa menarik nafas dalam setelah melihat kelakuan viny barusan, tanpa pikir panjang, aku langsung melanjutkan kegiatan menyalinku setelah viny meninggalkanku untuk pergi kedapur.
Cekleeekkk......
Saat aku sedang asyik menyalin tugasku yang sempat tertunda karena ulah viny, tiba-tiba terdengar suara pintu yang baru saja dibuka dari arah kamar beby.
"Udah lama nat?"
Wajahku langsung sumringah ketika melihat orang yang sedari tadi aku tunggu berjalan menghampiriku menuju ruang tamu.
"Lumayan mbak, oh iya, tadi aku bawa makanan, punya mbak ada di atas meja makan tuh"
Sesampainya dia di ruang tamu, beby langsung mengambil tempat untuk duduk di hadapanku .
"Iya nat, gampang, kamu lagi ngerjain apa?"
Meskipun wajahnya masih sedikit kucel akibat baru saja terbangun dari tidurnya, tapi malam ini dia tetap terlihat cantik di mataku, beby berhasil membuatku senyum-senyum sendiri setelah melihat wajah ngantuknya.
Aku: "UAS take home mbak"
Beby: "dikumpulin besok?"
Aku: "iya mbak, tapi ini udah mau kelar kokkok, dikit lagi nih"
Aku memilih untuk kembali fokus menyelesaikan pekerjaanku, sementara beby memilih untuk beranjak, lalu berjalan kearah dapur untuk mengambil sekotak donat yang sudah kusiapkan untuknya.
Setelah itu beby kembali keruang tamu, lalu dia kembali mengambil tempat untuk duduk dengan posisi yang sama seperti sebelumnya.
"Dah...., selesai"
Aku menghembuskan nafas lega seraya menyenderkan tubuhku di atas dinding sofa setelah berhasil menyelesaikan ujian take home yang harus di kumpulkan besok pagi.
"Mau nggak nat?"
Beby menyodorkan sebuah donat kearahku.
"Enggak deh mbak, aku udah tadi, masih kenyanh"
Beby hanya menganggukkan kepalanya setelah mendengar aku menolak tawarannya, dia memilih untuk memakan donat yang tadi disodorkannya kearahku.
Aku: "gimana tadi ngirim barangnya mbak?, lancar?"
Beby: "aman kok nat"
Aku: "maaf ya mbak gak ikut bantuin, tadi masih ujian soalnya"
Karena masih mengunyah donat yang ada di mulutnya, beby hanya menjawab pertanyaanku dengan sebuah anggukkan kecil.
Beby: "viny dimana nat?"
Aku: "tau mbak, tadi katanya kedapur, lagi cuci-cuci mungkin"
Keheningan sempat terjadi setelah beby tidak menanggapi jawabanku sama sekali.
"Mbaaakk......"
Beby kembali menoleh kearahku setelah aku memanggilnya.
"Nanti..... hari sabtu atau minggu mbak ada kegiatan nggak?"
Beby langsung mengalihkan pandangannya kearah lain setelah mendengar pertanyaanku.
"Emang kenapa nat?"
Aku memilih untuk menarik nafas terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan beby, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.
"K k kan dulu kita pernah janjian mau kepantai berdua mbak, tapi sampai sekarang gak pernah kesampaian...."
"Sebelum mbak pulang..... boleh nggak kalo aku nepatin janji itu"
Aku langsung mengalihkan pandanganku kearah lain setelah beby kembali menatapku.
Rasanya aku sangat tidak siap jika beby menolak ajakanku kali ini.
"Mau hari sabtu atau minggu jadinya?"
Sontak aku langsung kembali mengalihkan pandanganku kearah beby setelah dia balik bertanya kepadaku.
Aku: "t t terserah mbak, a a aku sih bebas"
Beby: "yang teges dong!!!, kan kamu yang ngajak"
Rasa gugupku bertambah ketika beby melontarkan kalimat terakhirnya dengan nada yang penuh penekanan.
"E e eehh..., sabtu mbak, bisa kan?"
Beby kembali mengalihkan pandangannya kearah lain, sepertinya dia sedang mempertimbangkan jawaban yang akan dilontarkannya setelah ini.
Huuuuuuuhhhh......
Entahlah, akhir-akhir ini aku selalu gugup ketika menunggu jawaban dari beby setiap kali aku menawarkan sesuatu kepadanya.
Mungkin pengalamanku 2 malam itu, ya.... malam dimana aku menerima penolakan.
Eh..., bukan penolakan sepertinya, mungkin ketidakpastian adalah kata yang lebih tepat untuk menggambarkan apa yang beby berikan kepadaku di 2 malam itu, ya.... bukit bintang dan taman pelangi menjadi saksi atas ketidakpastian yang kuterima.
.
.
.
tariganna dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Kutip
Balas
