- Beranda
- Stories from the Heart
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
...
TS
princebanditt
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120128450195.png)
Quote:
Keluarga, menurut gue adalah sekelompok orang yang tinggal bersama, mempunyai struktur peran dan jabatan masing masing, ayah, ibu, kakak dan adik.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
Spoiler for Keluarga Kecil:
Quote:
Berbahagialah kalian yang lahir dari keluarga yang harmonis, dipenuhi kebahagiaan, canda tawa, dan kadang suka duka kalian lalui bersama sama, saling menguatkan satu dengan yang lainnya.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Keluargaku, Neraka Bagiku
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Quote:
”plakkk..”suara tamparan keras malam itu.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
Quote:
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Karna kekerasan akan menimbulkan trauma dan membangun kekerasan yang lainnya.
Spoiler for Ratenya GanSis:
Selamat Membaca
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
UPDATE BERJALAN..
BAB 1, BAB 2, BAB 3, BAB 4, BAB 5, BAB 6, BAB 7, BAB 8, BAB 9, BAB 10, BAB 11, BAB 12, BAB 13, BAB 14, BAB 15
Spoiler for Kunjungi Thread Lainnya,:
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian MerekaHot Thread
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
Bersambung
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120127520747.png)
Diubah oleh princebanditt 25-01-2021 19:10
itkgid dan 139 lainnya memberi reputasi
138
102K
Kutip
608
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
princebanditt
#125
BAB X HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
Spoiler for Ilustrasi Mirna dan Murni:

Quote:
Hai Maaf ya baru update lagi, maaf membuat kalian lama menunggu, penulis cuma ingin mengucapkan,
Oh iya buat yang sering berkunjung ke trit ini atau cerita lainnya, ane sangat berharap jika ada yang menemukan orang lain copy paste cerita ini, tolong diinfokan ya.
karna ane cuma tulis ini di kaskus versi mentahnya, dan wattpad untuk versi matangnya cerita-cerita ane.
Selamat Membaca..
Mohon Maaf Lahir Batin 🙏.
maaf jika ada kata yang menyinggung dan melukai perasaan kalian.
Semoga kita semua dimudahkan segala urusan dan dilancarkan rezekinya ya.
maaf jika ada kata yang menyinggung dan melukai perasaan kalian.
Semoga kita semua dimudahkan segala urusan dan dilancarkan rezekinya ya.
Oh iya buat yang sering berkunjung ke trit ini atau cerita lainnya, ane sangat berharap jika ada yang menemukan orang lain copy paste cerita ini, tolong diinfokan ya.
karna ane cuma tulis ini di kaskus versi mentahnya, dan wattpad untuk versi matangnya cerita-cerita ane.
Selamat Membaca..
Quote:
Malam itu gue ngerasain jenuh, bosen dengan aktifitas gue, tatapan sinis para santri, kamar gue, pokoknya gue bosen segalanya yang terlihat monoton setiap harinya.
“Mending nyari angin deh diluar, lumayan masih punya sisa rokok beberapa batang” bisik gue pelan lalu mengambil sebatang rokok di tumpukan pakaian dalam lemari.
“Liat tuh mau kemana dia malam-malam”
“paling juga mau main sama Ghoib nya”
“Emang beneran anak dukun si Aryo?”
“Klo manusia biasa, ga mungkin Yusuf bisa celaka seperti itu..”
terdengar mereka berbisik ketika gue berjalan melewati kamar sebelah gue. Kejadian yang gue sama Yusuf alami memang membingungkan, gue yang jelas-jelas ada didepannya aja ga tau detail kejadian itu, mungkin karna gelap. Selain beberapa tangan yang mencoba menggapai Yusuf, gue ga liat apapun lagi.
“Bodoamat lah” ucap gue santai.
Sambil terus berjalan, ga sadar ternyata kaki membawa gue ke Masjid. Teras Masjid lebih tepatnya, tatapan kosong gue mengingatkan sejak peristiwa Yusuf tersebut, gue udah jarang duduk disini lagi. “Kemana ya anak itu?” batin gue.
Setelah memperhatikan keadaan Masjid dan sekitarnya, gue putuskan untuk duduk dipinggirnya lalu membakar sebatang rokok yang gue simpan disaku. “hhhmmm hhuuuuhh” gue hembuskan kasar asap rokok yang hampir memenuhi paru-paru gue.
Malam itu sungguh sunyi, tanpa kehadiran santri lain, dan kakek aneh yang biasa muncul tiba-tiba.
hanya terdengar suara jangkrik dan hembusan angin mengenai pepohonan, itu adalah suasana yang paling gue suka, karna ketenangan membuat gue bisa berpikir dengan baik dan jernih.
“Ternyata kamu masih ingat dan nunggu aku ya?”
Suara itu tiba-tiba terdengar, memecahkan keheningan malam itu. Membuat rokok yang gue pegang harus terjatuh dari tangan gue.
“Lo siapa?” tanya gue sambil memungut rokok yang tadi jatuh, pandangan gue mengekor diujung mata mencoba mencari asal suara.
“Kamu ga usah cari aku, kemanapun kamu pergi aku selalu ada didekat kamu Aryo”
“Lo kaya Kakek aneh itu ya?” batin gue sambil menghisap rokok santai. Memang setelah Kakek aneh itu sering coba ngomong ke gue, akhirnya gue bisa membedakan antara suara gue ataupun kakek itu didalam hati.
Gue juga ga ngerti gimana caranya, tapi ketika Kakek itu yang bicara, gue liat mulutnya tertutup diam namun suaranya terdengar dihati gue.
Dan kali ini suara yang lagi ngobrol sama gue seperti Kakek itu terdengar didalam hati, dan nada suaranya menunjukan klo dia perempuan.
“Kakek itu ya? iya dia juga jagain kamu, klo sekarang ada dia disini, aku ga bakal berani ngomong sama kamu aryo” suaranya terdengar terkekeh ketika membahas Kakek itu.
“Kenapa? Kakek galak sama kamu?” tanya gue sambil memijit kening, masih ga percaya klo malem ini gue ngomong sendirian dan itu terjadi didalam hati.
“Hihi gpp kok, Kakek baik.”
“Kamu kenapa duduk disini? ada yang ganggu kamu lagi?”
“Murni!! aku udah bilang kamu jangan ikut ngomong!”
“Aku kan ga nakutin Aryo, Kak”
“Hey? kalian berdua? siapa Murni?” tanya gue heran, karna tiba-tiba ada suara perempuan lainnya dengan nada yang lebih renyah.
“Itu Adikku Murni, Maaf ya klo dia membuat kamu takut..” jawabnya dengan nada yang sedikit lebih rendah khawatir gue bakal ketakutan kayanya.
“Oh kalian bersaudara? kalian dimana sih? gue mau liat dong” pinta gue penasaran sambil mencari mereka berdua kesegala arah.
“Belom waktunya Aryo, aku ga mau setelah kamu liat kami, kamu ga mau lagi berteman dengan kami” nadanya terdengar sedih.
“Yaudah aku pergi dulu ya, oh iya aku Mirna. Kamu panggil aja namaku klo ada masalah apapun ya”
“Woi.. Mirna, Murni? gue belom selesai ngomong” teriak gue didalem hati. Seperti nya mereka sudah pergi karna gue ga denger jawaban apapun.
“Mirna dan Murni. eh! Mirna apa Marni ya lupa gue” ucap gue pelan garuk kepala sambil cekikikan sendiri.
Akhirnya gue rebahkan badan dilantai itu, sambil terus berpikir kejadian barusan.
“Aneh juga, gue gila ga sih?” batin gue terheran-heran membayangkan kembali obrolan sama Mirna dan Murni, suara mereka mirip seperti anak kembar. dan rasanya kaya ngobrol sama temen lama, padahal buat ngobrol sama orang lain aja gue males.
“Ternyata enak banget ya punya temen” ucap gue sambil membayangkan Gue, Mirna dan Murni bercanda dan tertawa bareng.
“Jangan kamu deket-deket dengan wanita itu Aryo..” suara Kakek menghilangkan khayalan indah gue. “hhmm, seperti biasa dateng selalu ngagetin” jawab gue dalem hati.
“Wanita itu ga baik, mereka punya dendam yang tinggi Aryo, kalian berbeda!” pesan kakek sedikit menekan kalimat berbeda.
Gue cuma mengangkat sebelah alis, “Trus bedanya sama Kakek apa?” dengan nada meledek.
“Jangan sampai kamu salah jalan, Aryo” suaranya berubah seperti Ia ucapkan tepat disamping telinga gue, buru-buru bangun lalu melihat disebelah gue tiduran.
Ga lama suara kakek udah ga kedengeran lagi, mungkin dia marah, mungkin juga dia nyari Mirna dan Murni mau diomelin. “badan gue pada pegel semua, heran kaya abis nyapu Masjid aja, padahal gue cuma santai-santai disini” bisik gue kesal.
Akhirnya ga sadar gue tertidur diteras Masjid,
“Kamu ikut Kakek..” perintahnya ke gue.
gue cuma liat tangan gue dipegang sama Kakek itu, dan rasanya dingin! tangan Kakek dingin sekali.
“Mau kemana Kek?” tanya gue penasaran sambil terus melihat Kakek menarik gue. yang ga habis pikir posisi gue ditarik, ternyata gue diseret terbang, mata gue terbelalak ngeliat pemandangan aneh itu. “Kakek?” gue coba memanggilnya. Dia tidak bergeming sama sekali.
Gue hafal tempat ini, gue dibawa ke dapur. “Kenapa gue diajak ke dapur??” batin gue keheranan. “Kamu perhatikan!” seru Kakek dengan wajah dingin.
Dari kejauhan gue liat ada dua orang sedang berjalan kedapur, karna terlalu gelap gue ga bisa liat itu siapa, mereka mulai memasuki tangga dapur.
“Sini Lo, coba liat mana ada setan? liat sini!”
“Jawab! ada ga setan?”
“aa..aadaa mereka ad..ada”
“hahahaha.. emang lo tuh orang gila ya??”
Kaki gue tiba-tiba bergetar mendengar suara itu, gue teringat kejadian di dapur waktu itu. Dan suara itu. Suara Yusuf yang membentak gue didapur, “sebenarnya ada apa ini? kenapa gue ga bisa ngeliat bayangan yang suaranya seperti Yusuf? gue cuma bisa ngeliat sosok dua bayangan tersebut.” batin gue lemas.
“Jangan takut Aryo, tenangin hati kamu, buang rasa takut kamu Nak, nanti kamu bisa melihat dengan jelas kejadian yang sedang kamu saksikan.” Kakek coba mengarahkan.
Gue ikutin semua saran Kakek tadi, lalu tiba-tiba disekeliling gue berubah menjadi terang, entah cahaya datang dari mana. Tapi cahaya itu berwarna biru tua dan banyak sekali kabut disekitar gue.
Bayangan yang tadi gue liat ternyata benar itu Yusuf dan gue yang sedang di dapur. Sekarang Kakek membawa gue mendekati Yusuf, tepat berada disamping Yusuf.
“Sampe lo bilang setan itu ga ada, baru gue lepasin ya!” ucap Yusuf mulai mengikat gue ditiang. pengen gue ngebantu ngelepasin tali yang mengikat diri gue sendiri agar bisa pergi dari Yusuf saat itu, tapi Kakek mencegah gue bergerak.
“Kamu perhatikan baik-baik Aryo” Kakek memegang pundak gue.
kembali gue terdiam mengawasi setiap gerak gerik Yusuf saat itu.
“Aaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!” suara jeritan perempuan mengagetkan gue, dan suara perempuan itu berasal dari belakang tiang tempat gue diiket. lalu muncul dua sosok perempuan dari kanan dan kiri gue saat itu.
Dengan Wajah membiru, terlihat urat disekitar mata dan lehernya berwarna hitam membesar seperti ingin keluar dari dalam kulit. dari mulutnya keluar darah berwarna hitam pekat membasahi bagian mulut dan dagunya lalu menetes kelantai. Menjijikan!
Mereka mendekati Yusuf dengan tatapan seperti ingin melahapnya, mulai tercium aroma tidak sedap, seperti bau bangkai yang menusuk hidung tajam. Kepala wanita itu mulai mengeluarkan darah segar membasahi kepalanya dan tercampur dengan darah yang hitam tadi disekitar mulutnya.
Sedangkan perempuan satunya lagi, berjalan mendekati Yusuf dengan terseok-seok. terdengan suara tulang beradu setiap wanita itu berjalan, bunyinya sungguh membuat ngilu siapapun yang mendengar. tangan sebelah kirinya bengkok seperti sengaja dia patahkan. Sedangkan tangan kanannya mencoba menggapai Yusuf.
Kukunya panjang sekali dan berwarna hitam, Kepalanya dimiringkan sebelah kiri, matanya hitam pekat mengeluarkan darah.
melihat kejadian itu seakan membuat jantung dan darah gue berhenti, sekedar menarik nafas aja gue ga mampu. Tenggorokan terasa kering membuat gue susah untuk bersuara.
Gue perlahan mencoba untuk mundur karena perempuan itu mereka tepat berada di hadapan Yusuf, dan Ia tidak bergerak. “Apa mungkin ini yang udah di liat Yusuf waktu itu??” tanya gue dalem hati.
Perempuan itu lalu menjerit sekencang-kencangnya sampai gendang telinga gue terasa tertusuk oleh jeritannya. Salah satu dari mereka memasuki badan Yusuf, yang satu lagi memegang tangan Yusuf dan menariknya menghantam meja makan, tepat mendarat di dadanya Yusuf.
Lalu Yusuf tertawa terbahak-bahak, bukannya kesakitan, wajahnya terlihat gembira menikmatinya.
“Sudah jelas maksud Kakek?”
Ucapannya membuat gue mengedipkan mata, melihat kejadian yang begitu mengerikan.
“Jangan berteman dengannya, itu Mirna dan Murni. Mereka punya dendam yang sangat dalam” tegas Kakek.
“Mirna dan Murni????? itu mereka??? wajahnya??? kenapa tadi suara mereka terdengar lembut ketika berbicara sama gue?? jadi mereka adalah??? ” banyak sekali pikiran-pikiran yang terus berputar di kepala gue.
“Sudah cukup, kamu harus kembali Aryo, belom waktunya Kakek membuka semuanya” Kakek menarik kasar tangan gue, lalu semua terasa begitu cepat, gue terlempar entah kemana.
“Aww.. sakit..” tangan gue mengusap kepala gue yang membentur tembok. Lalu membuka mata, “Gue di Masjid?” ucap gue keheranan.
“trus tadi didapur?? kakek??” gue mengernyitkan alis mencoba mengingat kejadian yang baru aja gue alami.
“Mungkin itu mimpi, semoga aja jangan sampe kejadian deh” batin gue ngeri dengan adegan tadi.
“Pelajari dan pahami apa yang baru saja kamu alami Aryo” terdengar pesan Kakek didalam hati gue.
“Mending nyari angin deh diluar, lumayan masih punya sisa rokok beberapa batang” bisik gue pelan lalu mengambil sebatang rokok di tumpukan pakaian dalam lemari.
“Liat tuh mau kemana dia malam-malam”
“paling juga mau main sama Ghoib nya”
“Emang beneran anak dukun si Aryo?”
“Klo manusia biasa, ga mungkin Yusuf bisa celaka seperti itu..”
terdengar mereka berbisik ketika gue berjalan melewati kamar sebelah gue. Kejadian yang gue sama Yusuf alami memang membingungkan, gue yang jelas-jelas ada didepannya aja ga tau detail kejadian itu, mungkin karna gelap. Selain beberapa tangan yang mencoba menggapai Yusuf, gue ga liat apapun lagi.
“Bodoamat lah” ucap gue santai.
Sambil terus berjalan, ga sadar ternyata kaki membawa gue ke Masjid. Teras Masjid lebih tepatnya, tatapan kosong gue mengingatkan sejak peristiwa Yusuf tersebut, gue udah jarang duduk disini lagi. “Kemana ya anak itu?” batin gue.
Setelah memperhatikan keadaan Masjid dan sekitarnya, gue putuskan untuk duduk dipinggirnya lalu membakar sebatang rokok yang gue simpan disaku. “hhhmmm hhuuuuhh” gue hembuskan kasar asap rokok yang hampir memenuhi paru-paru gue.
Malam itu sungguh sunyi, tanpa kehadiran santri lain, dan kakek aneh yang biasa muncul tiba-tiba.
hanya terdengar suara jangkrik dan hembusan angin mengenai pepohonan, itu adalah suasana yang paling gue suka, karna ketenangan membuat gue bisa berpikir dengan baik dan jernih.
“Ternyata kamu masih ingat dan nunggu aku ya?”
Suara itu tiba-tiba terdengar, memecahkan keheningan malam itu. Membuat rokok yang gue pegang harus terjatuh dari tangan gue.
“Lo siapa?” tanya gue sambil memungut rokok yang tadi jatuh, pandangan gue mengekor diujung mata mencoba mencari asal suara.
“Kamu ga usah cari aku, kemanapun kamu pergi aku selalu ada didekat kamu Aryo”
“Lo kaya Kakek aneh itu ya?” batin gue sambil menghisap rokok santai. Memang setelah Kakek aneh itu sering coba ngomong ke gue, akhirnya gue bisa membedakan antara suara gue ataupun kakek itu didalam hati.
Gue juga ga ngerti gimana caranya, tapi ketika Kakek itu yang bicara, gue liat mulutnya tertutup diam namun suaranya terdengar dihati gue.
Dan kali ini suara yang lagi ngobrol sama gue seperti Kakek itu terdengar didalam hati, dan nada suaranya menunjukan klo dia perempuan.
“Kakek itu ya? iya dia juga jagain kamu, klo sekarang ada dia disini, aku ga bakal berani ngomong sama kamu aryo” suaranya terdengar terkekeh ketika membahas Kakek itu.
“Kenapa? Kakek galak sama kamu?” tanya gue sambil memijit kening, masih ga percaya klo malem ini gue ngomong sendirian dan itu terjadi didalam hati.
“Hihi gpp kok, Kakek baik.”
“Kamu kenapa duduk disini? ada yang ganggu kamu lagi?”
“Murni!! aku udah bilang kamu jangan ikut ngomong!”
“Aku kan ga nakutin Aryo, Kak”
“Hey? kalian berdua? siapa Murni?” tanya gue heran, karna tiba-tiba ada suara perempuan lainnya dengan nada yang lebih renyah.
“Itu Adikku Murni, Maaf ya klo dia membuat kamu takut..” jawabnya dengan nada yang sedikit lebih rendah khawatir gue bakal ketakutan kayanya.
“Oh kalian bersaudara? kalian dimana sih? gue mau liat dong” pinta gue penasaran sambil mencari mereka berdua kesegala arah.
“Belom waktunya Aryo, aku ga mau setelah kamu liat kami, kamu ga mau lagi berteman dengan kami” nadanya terdengar sedih.
“Yaudah aku pergi dulu ya, oh iya aku Mirna. Kamu panggil aja namaku klo ada masalah apapun ya”
“Woi.. Mirna, Murni? gue belom selesai ngomong” teriak gue didalem hati. Seperti nya mereka sudah pergi karna gue ga denger jawaban apapun.
“Mirna dan Murni. eh! Mirna apa Marni ya lupa gue” ucap gue pelan garuk kepala sambil cekikikan sendiri.
Akhirnya gue rebahkan badan dilantai itu, sambil terus berpikir kejadian barusan.
“Aneh juga, gue gila ga sih?” batin gue terheran-heran membayangkan kembali obrolan sama Mirna dan Murni, suara mereka mirip seperti anak kembar. dan rasanya kaya ngobrol sama temen lama, padahal buat ngobrol sama orang lain aja gue males.
“Ternyata enak banget ya punya temen” ucap gue sambil membayangkan Gue, Mirna dan Murni bercanda dan tertawa bareng.
“Jangan kamu deket-deket dengan wanita itu Aryo..” suara Kakek menghilangkan khayalan indah gue. “hhmm, seperti biasa dateng selalu ngagetin” jawab gue dalem hati.
“Wanita itu ga baik, mereka punya dendam yang tinggi Aryo, kalian berbeda!” pesan kakek sedikit menekan kalimat berbeda.
Gue cuma mengangkat sebelah alis, “Trus bedanya sama Kakek apa?” dengan nada meledek.
“Jangan sampai kamu salah jalan, Aryo” suaranya berubah seperti Ia ucapkan tepat disamping telinga gue, buru-buru bangun lalu melihat disebelah gue tiduran.
Ga lama suara kakek udah ga kedengeran lagi, mungkin dia marah, mungkin juga dia nyari Mirna dan Murni mau diomelin. “badan gue pada pegel semua, heran kaya abis nyapu Masjid aja, padahal gue cuma santai-santai disini” bisik gue kesal.
Akhirnya ga sadar gue tertidur diteras Masjid,
“Kamu ikut Kakek..” perintahnya ke gue.
gue cuma liat tangan gue dipegang sama Kakek itu, dan rasanya dingin! tangan Kakek dingin sekali.
“Mau kemana Kek?” tanya gue penasaran sambil terus melihat Kakek menarik gue. yang ga habis pikir posisi gue ditarik, ternyata gue diseret terbang, mata gue terbelalak ngeliat pemandangan aneh itu. “Kakek?” gue coba memanggilnya. Dia tidak bergeming sama sekali.
Gue hafal tempat ini, gue dibawa ke dapur. “Kenapa gue diajak ke dapur??” batin gue keheranan. “Kamu perhatikan!” seru Kakek dengan wajah dingin.
Dari kejauhan gue liat ada dua orang sedang berjalan kedapur, karna terlalu gelap gue ga bisa liat itu siapa, mereka mulai memasuki tangga dapur.
“Sini Lo, coba liat mana ada setan? liat sini!”
“Jawab! ada ga setan?”
“aa..aadaa mereka ad..ada”
“hahahaha.. emang lo tuh orang gila ya??”
Kaki gue tiba-tiba bergetar mendengar suara itu, gue teringat kejadian di dapur waktu itu. Dan suara itu. Suara Yusuf yang membentak gue didapur, “sebenarnya ada apa ini? kenapa gue ga bisa ngeliat bayangan yang suaranya seperti Yusuf? gue cuma bisa ngeliat sosok dua bayangan tersebut.” batin gue lemas.
“Jangan takut Aryo, tenangin hati kamu, buang rasa takut kamu Nak, nanti kamu bisa melihat dengan jelas kejadian yang sedang kamu saksikan.” Kakek coba mengarahkan.
Gue ikutin semua saran Kakek tadi, lalu tiba-tiba disekeliling gue berubah menjadi terang, entah cahaya datang dari mana. Tapi cahaya itu berwarna biru tua dan banyak sekali kabut disekitar gue.
Bayangan yang tadi gue liat ternyata benar itu Yusuf dan gue yang sedang di dapur. Sekarang Kakek membawa gue mendekati Yusuf, tepat berada disamping Yusuf.
“Sampe lo bilang setan itu ga ada, baru gue lepasin ya!” ucap Yusuf mulai mengikat gue ditiang. pengen gue ngebantu ngelepasin tali yang mengikat diri gue sendiri agar bisa pergi dari Yusuf saat itu, tapi Kakek mencegah gue bergerak.
“Kamu perhatikan baik-baik Aryo” Kakek memegang pundak gue.
kembali gue terdiam mengawasi setiap gerak gerik Yusuf saat itu.
“Aaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!” suara jeritan perempuan mengagetkan gue, dan suara perempuan itu berasal dari belakang tiang tempat gue diiket. lalu muncul dua sosok perempuan dari kanan dan kiri gue saat itu.
Dengan Wajah membiru, terlihat urat disekitar mata dan lehernya berwarna hitam membesar seperti ingin keluar dari dalam kulit. dari mulutnya keluar darah berwarna hitam pekat membasahi bagian mulut dan dagunya lalu menetes kelantai. Menjijikan!
Mereka mendekati Yusuf dengan tatapan seperti ingin melahapnya, mulai tercium aroma tidak sedap, seperti bau bangkai yang menusuk hidung tajam. Kepala wanita itu mulai mengeluarkan darah segar membasahi kepalanya dan tercampur dengan darah yang hitam tadi disekitar mulutnya.
Sedangkan perempuan satunya lagi, berjalan mendekati Yusuf dengan terseok-seok. terdengan suara tulang beradu setiap wanita itu berjalan, bunyinya sungguh membuat ngilu siapapun yang mendengar. tangan sebelah kirinya bengkok seperti sengaja dia patahkan. Sedangkan tangan kanannya mencoba menggapai Yusuf.
Kukunya panjang sekali dan berwarna hitam, Kepalanya dimiringkan sebelah kiri, matanya hitam pekat mengeluarkan darah.
melihat kejadian itu seakan membuat jantung dan darah gue berhenti, sekedar menarik nafas aja gue ga mampu. Tenggorokan terasa kering membuat gue susah untuk bersuara.
Gue perlahan mencoba untuk mundur karena perempuan itu mereka tepat berada di hadapan Yusuf, dan Ia tidak bergerak. “Apa mungkin ini yang udah di liat Yusuf waktu itu??” tanya gue dalem hati.
Perempuan itu lalu menjerit sekencang-kencangnya sampai gendang telinga gue terasa tertusuk oleh jeritannya. Salah satu dari mereka memasuki badan Yusuf, yang satu lagi memegang tangan Yusuf dan menariknya menghantam meja makan, tepat mendarat di dadanya Yusuf.
Lalu Yusuf tertawa terbahak-bahak, bukannya kesakitan, wajahnya terlihat gembira menikmatinya.
“Sudah jelas maksud Kakek?”
Ucapannya membuat gue mengedipkan mata, melihat kejadian yang begitu mengerikan.
“Jangan berteman dengannya, itu Mirna dan Murni. Mereka punya dendam yang sangat dalam” tegas Kakek.
“Mirna dan Murni????? itu mereka??? wajahnya??? kenapa tadi suara mereka terdengar lembut ketika berbicara sama gue?? jadi mereka adalah??? ” banyak sekali pikiran-pikiran yang terus berputar di kepala gue.
“Sudah cukup, kamu harus kembali Aryo, belom waktunya Kakek membuka semuanya” Kakek menarik kasar tangan gue, lalu semua terasa begitu cepat, gue terlempar entah kemana.
“Aww.. sakit..” tangan gue mengusap kepala gue yang membentur tembok. Lalu membuka mata, “Gue di Masjid?” ucap gue keheranan.
“trus tadi didapur?? kakek??” gue mengernyitkan alis mencoba mengingat kejadian yang baru aja gue alami.
“Mungkin itu mimpi, semoga aja jangan sampe kejadian deh” batin gue ngeri dengan adegan tadi.
“Pelajari dan pahami apa yang baru saja kamu alami Aryo” terdengar pesan Kakek didalam hati gue.
Quote:
Cerita kali ini ada pelajaran spiritualnya, pastikan bacanya perlahan ya.
Untuk Mirna dan Murni. disini sebatas spoiler aja, cerita asal usul mereka sedang dalam proses pengetikan kemungkinan bakal tayang diawal bulan. dengan judul “KISAH KELAM PENJAGAKU, KUNTILANAK KEMBAR”
Untuk Mirna dan Murni. disini sebatas spoiler aja, cerita asal usul mereka sedang dalam proses pengetikan kemungkinan bakal tayang diawal bulan. dengan judul “KISAH KELAM PENJAGAKU, KUNTILANAK KEMBAR”
Bersambung..

itkgid dan 36 lainnya memberi reputasi
37
Kutip
Balas
Tutup
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/11/2657924_202005111152490556.png)
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005121201040685.png)
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120130320424.png)