- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
...
TS
rendyprasetyyo
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
Quote:
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
SELAMAT DATANG DI CERITA KITA UNTUK SELAMANYA SERIES.
Quote:
Sinopsis:
Ditahun 2025 terjadi kekacauan besar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pandemi virus yang semakin memburuk, serangan teror, unjuk rasa, banyak orang harus kehilangan keluarga dan mata pencarian, sampai akhirnya pemerintah menetapkan status darurat nasional untuk menghentikan semua aktifitas yang dapat membahayakan warga. Ditengah kekacauan ini, Rendy dan Bianca bertemu dengan Mr.Klaus yang akan merubah hidup mereka dan membawa mereka pada petualangan baru di Desa Praijing, Sumba. Siapakah yang akan memperbaiki keadaan tersebut? Apakah kekacauan tersebut bisa diselesaikan? Siapakah sebenernya Mr.Klaus?
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Pembukanya gak usah panjang-panjang. sebelum baca series ketiga ini gue rekomendasikan untuk baca dulu dua series sebelumnya ya biar gak bingung dan gak banyak nanya lagi. Tapi kalau mau lanjut kesini aja juga boleh. langsung aja, enjoy the story hehe.
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
--------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Quote:
--------------------------------------------------------------------------------------------
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 3 : CATAPHILES
PROLOG
Tahun 2026
Disebuah negeri entah berantah.
“Bi..? ini beneran kamu?”
Gue buka mata gue perlahan sambil menegakkan tubuh gue yang serasa rontok disemua bagian. Tangan kiri gue berasa perih dan samar-samar terlihat aliran darah beku menghitam diarea pergelangannya. Bibir atas dan lutut kaki sebelah kanan gue juga menimbulkan sensasi sakit luar biasa tiap kali gue mencoba untuk menggerakkan tubuh. Samar-samar terlihat bayangan bibi ketika pertama kali gue membuka mata tadi. Sekarang setelah sepenuhnya sadar, gue makin bingung dengan keadaan yang tejadi karena gak cuma ada Bibi disini. Ada seorang wanita lain terlihat sedang membalut luka ditungkai kaki seorang pria yang terlihat mengeluarkan darah cukup banyak.
“Iya, Rendy. Ini aku” Bibi menjawab sambil mengulurkan beberapa obat penghilang rasa sakit dan penambah darah untuk gue minum. “Minum nih kalau masih kerasa sakit, untung aja gak apa-apa kan.”
“Gak apa-apa apanya sih bi?” gue mengambil obat dari tangan bibi dan segera meminum obat tersebut dengan beberapa teguk air yang ada digelas di sisi lain tubuh gue. “Emang kita dimana? Kenapa ada mereka juga?”
Gue dan Bibi sekarang ada disebuah pondok kayu kecil berukuran 3x4 m dengan satu jendela persegi kecil bertirai kain hitam lusuh jadi tempat lewat mentari pagi berada disisi belakang tubuh bibi. Sang wanita asing yang tadi sedang sibuk memperban seorang laki-laki sekarang terlihat menatap Bibi dari kejauhan. Luka yang sedang diperban dari tungkai cowok tersebut pun terlihat sudah berhenti mengalirkan darah. Ruangan kumuh ini lembab dengan hanya satu alas tidur jadi tempat beristirahat lelaki dengan perban didaerah tungkai. Samar gue lihat kalau laki-laki ini terlihat familiar dengan rambut ikal panjangnya.
“hufft” bibi menjawab sambil menghela nafas panjang dan membereskan beberapa peralatan yang sebelumnya dipakai untuk mengobati gue. “dugaan aku bener kan, kamu bakal lupa semuanya setelah semalam kepala kamu kebentur. Untung ada mereka yang nolongin”
Terlihat sang wanita tersenyum tipis sambil melambaikan tangan kearah gue.
“Mereka siapa be?” gue bertanya pelan kearah bibi sambil meringis.
“Astaga Rendy kamu beneran gak inget apa-apa ya. Yang cewek namanya Sydney dan yang cowok namanya Will” Bibi menjawab. “Kita disini bareng-bareng karena harus ngumpulin informasi tentang apapun yang berhubungan sama organisasi Cataphiles, seenggaknya itu perintah yang dikasih atasan kemaren. Tapi karena kecerobohan kamu rencana kita gagal semalem dan harus sembunyi ditempat ini sekarang.”
Will? Sydney? Organisasi Cataphiles? Perintah atasan? Semua hal yang bibi bicarakan terdengar imajinatif karena seinget gue semalem sebelum tidur gue masih ada dikosan, ngobrol sama mas kosan tentang kemungkinan gue untuk pindah kerja. Gue dan bibipun udah lama gak ketemu dan sekarang tiba-tiba kita berdua sedang berada di tempat antah berantah sama dua orang asing dan katanya sedang menjalani sebuah misi.
“Bentar-bentar” gue mencoba menelaah perkataan bibi. “kamu bisa ceritain dari awal? Dari awal banget?”
“Dari awal kita ketemu?” bibi menjawab. “apa dari awal kita ada ditempat ini? by the way, kita sekarang lagi di perbatasan sisi timur kota Paris”
“Dari awal terbentuk galaksi bimasakti juga boleh aku dengerin” gue menjawab perkataan bibi sambil membenarkan posisi lutut kanan gue yang telihat lebam membiru dengan ukuran cukup besar. “semalem aku tidur masih dikosan kok tiba-tiba ada disini ya wajar dong bingung. Bentar, kamu bilang PARIS?”
“hah? Tidur dikosan?” bibi menjawab sambil mengernyitkan dahi.”bener-bener makin bodoh setelah kepalanya terbentur nih orang. ya udah sini diceritain dari awal...”
Dan bibi mulai bercerita tentang kejadian awal kenapa semua jadi seperti ini. Di kejauhan gue liat sydney terlihat tersenyum karena obrolan gue dan bibi barusan.
Index:
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
BUDAYAKAN MENINGGALKAN JEJAK SUPAYA KITA BISA SALING KENAL
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
lebih enak baca di kaskus atau wattpad?
Diubah oleh rendyprasetyyo 11-06-2023 20:12
nomorelies dan 39 lainnya memberi reputasi
38
20.9K
524
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rendyprasetyyo
#33
PART II : PREPARASI
Chapter 12
Gue, Bibi, dan Mr.K duduk di meja makan yang ada di dapur untuk mendiskusikan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Sebelumnya, Setelah gue buka pintu kamar, gue dapati Bibi sedang duduk di tepi tempat tidur dengan piyama tidur dan terlihat matanya agak sedkit sembab. Melihat gue dalam kondisi babak belur, Bibi menghampiri gue dan memeluk gue sambil menangis sampai akhirnya bisa ditenangkan oleh Mr. K dengan memberi penjelasan singkat. Sementara kondisi ruang tamu sekarang masih berantakan. Pria misterius yang menyerang gue juga sudah diikat dan luka tusukan dipahanya sudah gue balut seadanya dengan bantuan Bibi dan sekarang pria ini sedang dikunci di Gudang.
Setelahnya, Mr.K, pria tua yang rambut ikalnya sudah memutih dibanyak bagian, tampak sedang merokok sambil menikmati teh manis panas yang sebelumnya telah Bibi siapkan. Mantel hitam panjang dan topi yang sebelumnya dia gunakan sudah dilepas bersisa sehelai kaos dan jeans hitam polos ditubuhnya yang sudah termakan usia. Disisi sebelah kanan kaus hitamnya terdapat logo “C” berwarna emas berukuran cukup besar, persis seperti gantungan kunci yang selalu ayah gunakan. Gue perkirakan Mr.K berumur 50-60 tahun, seumur dengan Ayah. Terkesan agak slengek-an, gue melihat sekilas kalau Mr.K ini bukan orang sembarangan sewaktu muda dulu. Dia duduk disebrang tempat gue yang duduk berdampingan dengan Bibi.
“Turut berduka buat Ayah dan Ben” Mr.K tiba-tiba berkata setelah menghisap dalam-dalam rokoknya. “Semuanya memang lagi kacau sekarang, tapi se-enggaknya kalian berdua bisa honeymoon sekarang. Ya gak?”
Gue dan Bibi terdiam mendengar perkataan Mr.K. Darimana Mr.K tahu semuanya?
“Ehem..” gue berdeham sebelum melontarkan pertanyaan pertanyaan untuk mr.K. “Monmaap nih, tapi bapak siapa ya?”
“Klaus” Mr.K menjawab. “Panggil aja Mr.K”
“Bukan, bagian yang itu udah” sambil menahan rasa sakit, gue terus berupaya meng-introgasi Mr.K. “Maksudnya lebih ke pekerjaannya apa, disini lagi ngapain, terus kenapa mau nolong. Sama satu lagi, gak ada nama yang lebih Indonesia lagi selain Klaus? Kayak Ahmad atau Tony atau Silvester?”
“Silvester bukan nama Indonesia kali rendy” Bibi menekan kompresan di wajah gue kuat-kuat sambil berbisik perlahan.
“Duh, duh” gue bergidik dan melirik kearah bibi sambil berbisik. “Tapi temen aku ada yang namanya Silvester bibku”
“Ehem” gue melanjutkan pertanyaan gue ke Mr.K. “Terus kenapa sebelum shubuh kami berdua harus pergi darisini? Disini lagi enak menikmati hidup kenapa harus pergi ketempat yang gak tau dimana dan tujuannya apa?”
Mr. Klaus masih terus menghisap rokoknya sambil sesekali menyeruput teh yang dibuatkan Bibi. Dia selalu kelihatan tenang.
“Gak ada waktu buat menjawab pertanyaan kayak gitu” Mr.K berkata.”Sebelum shubuh kita harus pergi darisini karena mereka pasti bakal datang lagi buat mencari kalian berdua dengan jumlah orang yang lebih banyak. Mereka gak bakal berenti sampe ngedapetin Bibi. Paham?”
“Masuk akal sih” gue berbisik kearah Bibi yang sekarang sedang mengamati Mr.K. “Kalau seandainya memang harus pergi, kenapa gue dan Bibi harus ikut bapak? Gue dan Bibi bisa pergi kemana aja gak perlu ikut siapa-siapa.”
“Nah kan pinter” Sambil terus menghisap rokoknya, Mr K menjawab pertanyaan gue dengan tenang. “Masalahnya adalah, denger baik-baik ya, kemanapun kalian pergi kalian gak akan aman karena orang-orang ini punya jaringan yang luas. Kalian juga gak punya opsi berpindah karena semua akses jalanan ditutup akibat isolasi, lupa?”
“Gak, gak lupa. Artinya gak bisa kemana-mana kan?” Rasa sakit akibat perkelahian masih terus gue rasakan sekarang. Bibi yang tahu gue sedang menahan rasa sakit tiba-tiba menjulurkan beberapa obat penahan sakit untuk gue minum.”Tapi kenapa kita berdua harus percaya Bapak, kenal aja gak? Bisa aja kalian komplotan yang sama kan?”
“Gak ada ceritanya komplotan yang sama malah saling ngerusak rencana kayak gini” Mr.K menjawab.
“Bisa, aja.” gue menjawab setelah meminum obat yang Bibi berikan. “Banyak contohnya, di film-film”
“Rendy, kamu mirip banget sama ayah kamu yah” Mr. K menjawab sambil mematikan rokoknya dan mengeluarkan selembar foto tua hitam putih dari dompet tuanya. Foto tua ini tampak lusuh termakan waktu. Didalam foto berdiri 3 orang pemuda dengan latar belakang menara Eiffel di Paris.”Coba liat foto ini dan bilang ada siapa aja didalemnya?”
“Ini, ayah?” Setelah mencermati foto tersebut dengan seksama, gue yakin kalau pria yang berdiri ditengah adalah Ayah. “Dan ini Bapak?” gue menjawab sambil menunjuk pria yang berdiri disebelah kanan Ayah.
“Iya” Mr.K menjawab singkat. “Gue dan Ayah lo teman sewaktu muda dulu. Dia gak bakal cerita. Gue juga gak bakal cerita tentang itu sekarang. Yang harus dikerjakan sekarang adalah pergi dari tempat ini secepat mungkin.”
Gue terdiam, Bibi juga. Mr.K benar. Gue dan Bibi memang gak punya pilihan lain sekarang selain mencari perlindungan dari Mr.K.
“Bi, kamu diem aja daritadi?” gue menatap mata Bibi sekarang. “Kamu kenapa?”
“Gak apa-apa Rendy” bibi menjawab sambil tersenyum. “Aku ikut kamu aja ya”
“Yakin?” gue melontarkan pertanyaan untuk Bibi dengan wajah penuh luka lebam.
“Iya” bibi menjawab sambil merangkul lengan gue.
“Oke kita pergi dari sini sekarang” gue menjawab ajakan Mr.K dengan nada suara yang diturunkan. “Tapi kita mau kemana? Kan akses jalanan udah ditutup semua”
“Akses jalanan ditutup buat umum iya, tapi buat orang kayak gue gak semua jalan ditutup” Mr.K menjawab. “Kita bakal pergi jauh dari sini. Gue bakal latih kalian langsung supaya bisa jaga diri sendiri. Pengiriman vaksin bakal terjadi 6 bulan lagi, bener kan Bi? Kita punya banyak waktu.”
“Mohon maaf, dilatih?” gue memotong perkataan Mr.K cepat. “Bapak polisi? Gue bakal dilatih jadi polisi?”
“Bukan, lo bakal gue kasih dasar-dasar menjadi seorang intelijen. Kehidupan lo yang penyendiri, punya analisa tajam, gives zero fuck tentang apapun, semua memenuhi syarat buat jadi intelijen hebat” Mr.K menghidupkan rokok kedua nya pagi ini, kemungkinan sekarang sudah pukul 4 pagi. “Kalau kalian mau, asisten gue bakal menyiapkan semuanya. Siang nanti kita akan terbang ke Denpasar dengan izin penerbangan khusus tanpa diketahui siapapun dan bersembunyi di salah satu desa selama 4 bulan sebagai tempat latihan kalian”
“Bentar, kenapa gak bawa yang udah terlatih aja? Kenapa harus ngelatih orang baru kayak gue dan Bibi?” gue kembali memotong perkataan Mr.K. “kenapa harus kita berdua? Bukannya intel banyak?”
“Gak ada yang bisa dipercaya” Mr.K menjawab cepat. “Kalau lo bener mau ngejaga Bibi ini satu-satunya kesempatan. Jalan didepan bakal berat, kalau sekarang takut mending mundur dan ikhlasin Bibi dari sekarang. Ikhlasin nyawa lo sendiri.”
Gue merasakan rangkulan lengan Bibi semakin erat sekarang. Situasi semakin rumit, gak hanya harus bersembunyi, gue sekarang juga harus bersiap-siap dengan kehidupan yang lebih rumit kedepannya karena sudah berhubungan dengan orang-orang jahat.
“Jadi itu alasan bapak nolong kita berdua?” Gue bertanya.
“Iya” Mr.K menjawab dengan nada yang sudah terbiasa sekarang. “Selain karena gue udah janji ke orang tua lo sebelum mereka pergi. Ledakan ini sudah direncanakan rendy, semuanya, termasuk siapa aja yang bakal jadi korban. Kalian berdua beruntung karena bisa selamat. Lo gak bakal bisa ngadepin ini kalau sendirian. Gimana? Terima kesempatan ini gak?”
Gue tatap mata Bibi sekarang. Mr.K benar, gue butuh bantuan kalau memang gue pengen terus bareng sama Bibi. Malam ini gue yakin gue bakal terbunuh kalau Mr.K gak nolongin gue. Gue harus terima tawaran ini.
“Oke” gue menjawab setelah melakukan beberapa pertimbangan. “Gue ngelakuin ini cuma untuk ngejaga Bibi, gak lebih. Kalau emang ini jalan yang terbaik gue bakal lakuin sebisanya, demi Bibi. Gue setuju dengan syarat gue gak dipisahin sama Bibi. Gimana? Terus? kemana kita bakal pergi sekarang?”
“Deal. Kita bakal ke Sumba, Desa Praijing” Mr.K menjawab singkat. “Lo bakal gue tempa disana biar gak menye-menye lagi. Satu lagi, stop panggil gue Bapak, gue bukan Ayah lo. Sekarang cepet siap-siap”.
Chapter 12
Gue, Bibi, dan Mr.K duduk di meja makan yang ada di dapur untuk mendiskusikan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Sebelumnya, Setelah gue buka pintu kamar, gue dapati Bibi sedang duduk di tepi tempat tidur dengan piyama tidur dan terlihat matanya agak sedkit sembab. Melihat gue dalam kondisi babak belur, Bibi menghampiri gue dan memeluk gue sambil menangis sampai akhirnya bisa ditenangkan oleh Mr. K dengan memberi penjelasan singkat. Sementara kondisi ruang tamu sekarang masih berantakan. Pria misterius yang menyerang gue juga sudah diikat dan luka tusukan dipahanya sudah gue balut seadanya dengan bantuan Bibi dan sekarang pria ini sedang dikunci di Gudang.
Setelahnya, Mr.K, pria tua yang rambut ikalnya sudah memutih dibanyak bagian, tampak sedang merokok sambil menikmati teh manis panas yang sebelumnya telah Bibi siapkan. Mantel hitam panjang dan topi yang sebelumnya dia gunakan sudah dilepas bersisa sehelai kaos dan jeans hitam polos ditubuhnya yang sudah termakan usia. Disisi sebelah kanan kaus hitamnya terdapat logo “C” berwarna emas berukuran cukup besar, persis seperti gantungan kunci yang selalu ayah gunakan. Gue perkirakan Mr.K berumur 50-60 tahun, seumur dengan Ayah. Terkesan agak slengek-an, gue melihat sekilas kalau Mr.K ini bukan orang sembarangan sewaktu muda dulu. Dia duduk disebrang tempat gue yang duduk berdampingan dengan Bibi.
“Turut berduka buat Ayah dan Ben” Mr.K tiba-tiba berkata setelah menghisap dalam-dalam rokoknya. “Semuanya memang lagi kacau sekarang, tapi se-enggaknya kalian berdua bisa honeymoon sekarang. Ya gak?”
Gue dan Bibi terdiam mendengar perkataan Mr.K. Darimana Mr.K tahu semuanya?
“Ehem..” gue berdeham sebelum melontarkan pertanyaan pertanyaan untuk mr.K. “Monmaap nih, tapi bapak siapa ya?”
“Klaus” Mr.K menjawab. “Panggil aja Mr.K”
“Bukan, bagian yang itu udah” sambil menahan rasa sakit, gue terus berupaya meng-introgasi Mr.K. “Maksudnya lebih ke pekerjaannya apa, disini lagi ngapain, terus kenapa mau nolong. Sama satu lagi, gak ada nama yang lebih Indonesia lagi selain Klaus? Kayak Ahmad atau Tony atau Silvester?”
“Silvester bukan nama Indonesia kali rendy” Bibi menekan kompresan di wajah gue kuat-kuat sambil berbisik perlahan.
“Duh, duh” gue bergidik dan melirik kearah bibi sambil berbisik. “Tapi temen aku ada yang namanya Silvester bibku”
“Ehem” gue melanjutkan pertanyaan gue ke Mr.K. “Terus kenapa sebelum shubuh kami berdua harus pergi darisini? Disini lagi enak menikmati hidup kenapa harus pergi ketempat yang gak tau dimana dan tujuannya apa?”
Mr. Klaus masih terus menghisap rokoknya sambil sesekali menyeruput teh yang dibuatkan Bibi. Dia selalu kelihatan tenang.
“Gak ada waktu buat menjawab pertanyaan kayak gitu” Mr.K berkata.”Sebelum shubuh kita harus pergi darisini karena mereka pasti bakal datang lagi buat mencari kalian berdua dengan jumlah orang yang lebih banyak. Mereka gak bakal berenti sampe ngedapetin Bibi. Paham?”
“Masuk akal sih” gue berbisik kearah Bibi yang sekarang sedang mengamati Mr.K. “Kalau seandainya memang harus pergi, kenapa gue dan Bibi harus ikut bapak? Gue dan Bibi bisa pergi kemana aja gak perlu ikut siapa-siapa.”
“Nah kan pinter” Sambil terus menghisap rokoknya, Mr K menjawab pertanyaan gue dengan tenang. “Masalahnya adalah, denger baik-baik ya, kemanapun kalian pergi kalian gak akan aman karena orang-orang ini punya jaringan yang luas. Kalian juga gak punya opsi berpindah karena semua akses jalanan ditutup akibat isolasi, lupa?”
“Gak, gak lupa. Artinya gak bisa kemana-mana kan?” Rasa sakit akibat perkelahian masih terus gue rasakan sekarang. Bibi yang tahu gue sedang menahan rasa sakit tiba-tiba menjulurkan beberapa obat penahan sakit untuk gue minum.”Tapi kenapa kita berdua harus percaya Bapak, kenal aja gak? Bisa aja kalian komplotan yang sama kan?”
“Gak ada ceritanya komplotan yang sama malah saling ngerusak rencana kayak gini” Mr.K menjawab.
“Bisa, aja.” gue menjawab setelah meminum obat yang Bibi berikan. “Banyak contohnya, di film-film”
“Rendy, kamu mirip banget sama ayah kamu yah” Mr. K menjawab sambil mematikan rokoknya dan mengeluarkan selembar foto tua hitam putih dari dompet tuanya. Foto tua ini tampak lusuh termakan waktu. Didalam foto berdiri 3 orang pemuda dengan latar belakang menara Eiffel di Paris.”Coba liat foto ini dan bilang ada siapa aja didalemnya?”
“Ini, ayah?” Setelah mencermati foto tersebut dengan seksama, gue yakin kalau pria yang berdiri ditengah adalah Ayah. “Dan ini Bapak?” gue menjawab sambil menunjuk pria yang berdiri disebelah kanan Ayah.
“Iya” Mr.K menjawab singkat. “Gue dan Ayah lo teman sewaktu muda dulu. Dia gak bakal cerita. Gue juga gak bakal cerita tentang itu sekarang. Yang harus dikerjakan sekarang adalah pergi dari tempat ini secepat mungkin.”
Gue terdiam, Bibi juga. Mr.K benar. Gue dan Bibi memang gak punya pilihan lain sekarang selain mencari perlindungan dari Mr.K.
“Bi, kamu diem aja daritadi?” gue menatap mata Bibi sekarang. “Kamu kenapa?”
“Gak apa-apa Rendy” bibi menjawab sambil tersenyum. “Aku ikut kamu aja ya”
“Yakin?” gue melontarkan pertanyaan untuk Bibi dengan wajah penuh luka lebam.
“Iya” bibi menjawab sambil merangkul lengan gue.
“Oke kita pergi dari sini sekarang” gue menjawab ajakan Mr.K dengan nada suara yang diturunkan. “Tapi kita mau kemana? Kan akses jalanan udah ditutup semua”
“Akses jalanan ditutup buat umum iya, tapi buat orang kayak gue gak semua jalan ditutup” Mr.K menjawab. “Kita bakal pergi jauh dari sini. Gue bakal latih kalian langsung supaya bisa jaga diri sendiri. Pengiriman vaksin bakal terjadi 6 bulan lagi, bener kan Bi? Kita punya banyak waktu.”
“Mohon maaf, dilatih?” gue memotong perkataan Mr.K cepat. “Bapak polisi? Gue bakal dilatih jadi polisi?”
“Bukan, lo bakal gue kasih dasar-dasar menjadi seorang intelijen. Kehidupan lo yang penyendiri, punya analisa tajam, gives zero fuck tentang apapun, semua memenuhi syarat buat jadi intelijen hebat” Mr.K menghidupkan rokok kedua nya pagi ini, kemungkinan sekarang sudah pukul 4 pagi. “Kalau kalian mau, asisten gue bakal menyiapkan semuanya. Siang nanti kita akan terbang ke Denpasar dengan izin penerbangan khusus tanpa diketahui siapapun dan bersembunyi di salah satu desa selama 4 bulan sebagai tempat latihan kalian”
“Bentar, kenapa gak bawa yang udah terlatih aja? Kenapa harus ngelatih orang baru kayak gue dan Bibi?” gue kembali memotong perkataan Mr.K. “kenapa harus kita berdua? Bukannya intel banyak?”
“Gak ada yang bisa dipercaya” Mr.K menjawab cepat. “Kalau lo bener mau ngejaga Bibi ini satu-satunya kesempatan. Jalan didepan bakal berat, kalau sekarang takut mending mundur dan ikhlasin Bibi dari sekarang. Ikhlasin nyawa lo sendiri.”
Gue merasakan rangkulan lengan Bibi semakin erat sekarang. Situasi semakin rumit, gak hanya harus bersembunyi, gue sekarang juga harus bersiap-siap dengan kehidupan yang lebih rumit kedepannya karena sudah berhubungan dengan orang-orang jahat.
“Jadi itu alasan bapak nolong kita berdua?” Gue bertanya.
“Iya” Mr.K menjawab dengan nada yang sudah terbiasa sekarang. “Selain karena gue udah janji ke orang tua lo sebelum mereka pergi. Ledakan ini sudah direncanakan rendy, semuanya, termasuk siapa aja yang bakal jadi korban. Kalian berdua beruntung karena bisa selamat. Lo gak bakal bisa ngadepin ini kalau sendirian. Gimana? Terima kesempatan ini gak?”
Gue tatap mata Bibi sekarang. Mr.K benar, gue butuh bantuan kalau memang gue pengen terus bareng sama Bibi. Malam ini gue yakin gue bakal terbunuh kalau Mr.K gak nolongin gue. Gue harus terima tawaran ini.
“Oke” gue menjawab setelah melakukan beberapa pertimbangan. “Gue ngelakuin ini cuma untuk ngejaga Bibi, gak lebih. Kalau emang ini jalan yang terbaik gue bakal lakuin sebisanya, demi Bibi. Gue setuju dengan syarat gue gak dipisahin sama Bibi. Gimana? Terus? kemana kita bakal pergi sekarang?”
“Deal. Kita bakal ke Sumba, Desa Praijing” Mr.K menjawab singkat. “Lo bakal gue tempa disana biar gak menye-menye lagi. Satu lagi, stop panggil gue Bapak, gue bukan Ayah lo. Sekarang cepet siap-siap”.
regmekujo dan maresad memberi reputasi
2


