kawmdwarfaAvatar border
TS
kawmdwarfa
Sang Pemburu (Fiksi)
Halo buat semua agan-aganwati di dunia perkaskusan ini. Salam kenal dari saya selaku newbie yang juga ingin ikut meramaikan tulisan-tulisan di forum SFTH. Berhubung masih belajar dan ini juga thread pertama, mohon maaf kalau ada kesalahan di sana-sini. Monggo kalau ada agan-aganwati yang ingin ngasih saran dan juga kritik.

Ini ceritanya murni fiksi, hasil dari ngelamun pas di kamar tidur sama di WC emoticon-Big Grin emoticon-Big Grin. Kalau soal update saya nggak bisa kasih jadwal. Semoga aja amanah buat nerusin ceritanya sampe selesai.
Segitu dulu aja ya, Gan. Maaf kalau terlalu formal bahasanya.

Selamat menikmati.

[SPOILER=Index]
PART 1
PART 2 : Warehouse Tragedy
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7 : Ikmal 'The Master'
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11 : Hendro and the Asses
PART 12
PART 13
PART 14 : Kuterima Suratmu
PART 15
PART 16
PART 17 : Pensi Part I I Pensi Part II
PART 18
PART 19 : Perpisahan
PART 20
PART 21 : A man with Gun
PART 22
PART 23 : Bon Bin
PART 24 : Malam yang Nggak Terlupakan Part I I Part II
PART 25
Part 26 : The Dog
PART 27
PART 28 : Wiwid, Mita dan Yesi
PART 29
PART 30 : Rob 'The Jackal' Part I Part II
PART 31
PART 32 : The Sparrow
PART 33
PART 34 : REUNION
PART 35
PART 36 : THE BARKING DOG
PART 37
PART 38
Diubah oleh kawmdwarfa 03-06-2022 02:00
tet762
sunshii32
anton2019827
anton2019827 dan 20 lainnya memberi reputasi
19
33.6K
115
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
kawmdwarfaAvatar border
TS
kawmdwarfa
#90
PART 38


Sebuah ruangan lima kali enam setengah meter dipenuhi orang-orang yang bermain kartu. Asap rokok mengepul, melayang-layang di udara seperti tak punya jalan keluar. Di sudut ruangan seorang laki-laki tua berjaga dengan membaca surat kabar pagi tadi. Sigaret tercepit di ujung bibirnya dan topi baret menutupi kepalanya yang telah mengalami kebotakan.

Dari luar tempat itu orang-orang kemudian datang. Sendiri, berdua, atau berkelompok. Mereka tidak datang untuk ikut berjudi, mereka akan menyapa pak tua, menampakkan sebuah tiket yang telah mereka dapatkan secara khusus, dan dengan begitu pak tua akan membukakan pintu yang akan membawa mereka ke tempat bersenang-senang di dalamnya.

Mereka berada di sana malam itu, tidak banyak yang perlu mereka urus di luar dan karena itulah mereka ditempatkan di sana: Yohan, Kenny dan Udin Bandot. Tidak perlu seperti pos militer yang mengharuskan mereka berdiri seperti patung di tiga penjuru. Selama batang hidung mereka terlihat mereka boleh saja menghabiskan waktu jaga mereka di bar seperti yang dilakukan Yohan dan Kenny. Udin Bandot juga berada di sana tadi, sebentar, karena ia merasa lebih nyaman untuk berkeliling melihat-lihat.

"Kau minum terus. Jangan sampai kau mabuk."

"Hey, Aku tidak lemah sepertimu. Aku tidak akan mabuk," kata Kenny. Untuk satu ini Kenny tidak sedang membual. Jika ada yang bisa membuatnya unggul dari Yohan dan Udin Bandot, maka itu adalah toleransi alkohol yang dimilikinya. Seorang Kenny tentu juga bisa mabuk, tapi jumlah yang dibutuhkan untuk membuatnya ambruk tergolong tidak wajar. Udin Bandot sampai pernah berkata kalau dengan kemampuan seperti itu Kenny bisa mengalahkan siapapun dan mendapatkan uang banyak dari museum rekor nasional.

"Hei sayang."

Suara itu menembus bising sampai ke telinga mereka, dan ternyata di belakang mereka telah hadir sesosok perempuan dengan harum tubuh yang mengikat kelenjar penciuman mereka. May.

"Kau sedang apa di sini?"

"Memangnya kenapa? Aku sedang kosong. Lagipula kamu tidak setiap malam berada di sini. Apa salahnya aku bicara denganmu."

"Jangan dengarkan dia, manis. Kamu tentu boleh di sini," kata Kenny. "Kamu bisa menemaniku kalau sedang kosong."

"Tentu. Tapi kamu sudah tahu, kan, hargaku tidak murah."

"Mungkin kamu bisa memberiku sedikit potongan."

"Dasar laki-laki miskin."

"HAHAHAHA. Aku bercanda, manis. Aku tidak akan memintamu menemaniku. Aku tidak mau dihajar laki-laki ini."

"Benarkah? Sayang, kamu marah jika aku kencan dengannya?"

"Kenny, bicara apa kau sialan?" kata Yohan. Ia tak tahu mengapa Kenny seusil itu dengannya. Sementara May mungkin menganggap serius apa yang Kenny katakan itu. Untuk May pribadi mudah saja ia mendapatkan keyakinan itu saat mereka berdua menghabiskan malam di hotel. May memang bukan perempuan baik-baik tapi bagaimanapun May tetap seorang perempuan. Manakala ada tabir-tabir tertentu dari seorang laki-laki, ia mampu merasakannya.

"Bagaimana kalau temani aku berdansa?" kata May seraya memeluk Yohan dari belakang.

"Tidak."

"Kau bisa berdansa denganku, manis."

Mereka tidak begitu jauh dari Yohan dan karena itu Yohan dapat melihat mereka berdansa. Dan, terungkap sebuah fakta baru bahwa Kenny bukan hanya unggul dalam hal minum, tapi juga menari. Kenny tidak tampak seperti penari namun gerakan tubuhnya cukup luwes dan tidak kaku. Sementara May dengan pakaiannya yang minim dan ketat menggerakkan pinggulnya dengan daya yang mampu meletupkan gairah. Dan di saat Yohan terus menatap padanya, May menyadari itu dan ia kian bergoyang erotis, seperti hendak menegaskan jika merupakan kesalahan telah mengabaikan ajakannya. Yohan tentu saja memiliki sebuah tanggapan atas apa yang tersaji di depan mata, yakni sebuah perasaan aneh yang semakin ia menolak semakin ia kan dihantam bertalu-talu. Sungguh, ia tak mengerti betapa Tuhan senang mengolok-oloknya dengan menciptakan seorang May.

Tiba-tiba keramaian itu membelah karena kemunculan sekelompok orang. Yohan tidak tahu jika mereka, organisasi itu, akan datang. Oscar membawa beberapa orangnya termasuk tangan kanannya yang juga seseorang yang bengis: Hendri. Pertamakali mereka bertemu, firasat itu benar. Yohan menanyai beberapa orang di organisasi. Hendri memang memiliki seorang adik bernama Hendro
.
Mereka terus berjalan dan sepertinya baik Oscar maupun orang-orang kelompoknya tak memerhatikan Yohan sama sekali. Oscar dan Hendri kemudian naik ke lantai dua tempat Rob berada sementara beberapa orang lagi berjaga di bawah tangga. Sepertinya ada pembahasan penting atau sebuah transaksi. Pemandangan itu bukan hal asing karena faktanya kedua organisasi mereka telah berdampingan. Ada hal-hal yang tidak dimiliki Rob namun dimiliki Oscar, pun sebaliknya. Bersama-sama mereka menjadikan kota ini sebagai sapi perah. Mereka berbagi lahan dan tidak saling mengganggu, sebuah kondisi yang menyelamatkan Yohan namun di saat yang sama juga menyulitkannya.

Pertemuan itu hanya berlangsung singkat. Mereka turun, dan tepat ketika mereka akan meninggalkan tempat itu Oscar menyadari keberadaan Yohan dan menghampirinya. Oscar sendiri tidak terkejut ketika mendengar kabar tentang bergabungnya Yohan. Baginya kabar itu justru menarik dan bisa menghiburnya dengan cara tersendiri.

"Kau tahu? Aku berharap bertemu lagi denganmu dan keinginanku akhirnya terkabul. Kita bertemu lagi....dengan kau menjadi bagian dari mereka. Kau sepertinya semakin gagah, bocah. Lihat tatapan tajam itu. Aku berandai-andai siapa sosok yang ada di dalamnya. Apa perempuan itu....."

Yohan sontak maju sebelum Oscar menyelesaikan kalimatnya. Kenny sigap menghentikan Yohan sebelum keadaan bertambah buruk. Oscar tersenyum puas melihat Yohan terprovokasi, melakukan hal semacam itu selalu menjadi kegemarannya.

"Kau ini benar-benar kekanak-kanakan."

Oscar dan orang-orangnya berlalu meninggalkan mereka. Tidak lama setelah itu seorang rekan mereka turun ke bawah untuk menyampaikan jika Rob memanggil Yohan ke atas. Yohan meninggalkan Kenny dan naik ke atas untuk menemui Rob. Di atas, Yohan menemukan ada satu orang lagi selain Rob di dalam ruangan itu. Sama seperti Oscar, Rob juga memiliki seorang tangan kanan yang selalu berada di dekatnya. Tidak banyak yang Yohan ketahui selain orang ini sama pendiamnya dengan Hendri. Pikirnya mengapa setiap sosok tangan kanan harus selalu bertingkah misterius dan tidak banyak bicara.

"Coba," Rob menunjuk koper yang terbuka di atas meja. Di dalamnya terdapat obat-obatan dalam jumlah besar. Mungkin sebanyak satu atau dua kilo. "Kau harus tahu mereka hebat dalam hal seperti ini."

Yohan bergeming dengan permintaan Rob.

"Ayo coba. Don't be shy," kata Rob lagi.

Yohan tak pernah mengira akan diminta menggunakan benda semacam itu, memasukkan racikan kimia tersebut ke dalam darahnya. Ada keraguan besar dalam dirinya, tapi rasanya tak mungkin menolak permintaan Rob. Pada akhirnya Yohan melawan keraguannya menggunakan obat itu. Namun saat ia sudah akan mengambilnya, Rob dalam sekejap mata mencabut belati dari pinggangnya dan menghujamkannya hingga menembus tangan Yohan.

"ARRRRRGHHHHH!!!!!! AARRRGHHHHHHHH!!!! AAAAAARGHHHHHH!!!!"

Rob tak sertamerta berkata perihal sebab Yohan diganjar siksaan seperti itu. Rob membiarkan Yohan meraung-raung sementara ia meracik obatnya dengan ketenangan tersendiri, dan Rob akan menghalangi Yohan yang ingin mencabut sendiri belati itu.

"Jika ada orang yang boleh bunuh dia. It'd be me. You stay away. Or i'll cut you to pieces," kata Rob.
Orang-orang bilang Rob bicara lebih sedikit dibandingkan belati di pinggangnya. Dan selama bergabung dengan mereka, Yohan belum pernah menyaksikan sendiri selain mendengar rumor-rumor...jika belati-belati miliknya tidak hanya digunakan untuk menembus masuk, tapi juga memisahkan bagian-bagian yang kecil. Mungkin jari, telinga, dan…entahlah, pikirnya.

"Look, i have a task for you. Temui orang-orang Oscar di pelabuhan. Jangan mengacau," kata Rob. Tidak lama setelah itu, Rob merasa cukup dan mencabut belatinya. Darah dari tangan Yohan tak ayal mengucur seperti terbukanya sumbat mata air. "Let it go, boy. It wasn't him who has taken your woman. It was you; your weakness." Rob terdengar seperti membujuk, bahwa ada sesuatu di luar pemahaman Yohan yang harus Yohan pelajari sendiri. Namun sayang, menjadi sia-sia karena Yohan tak mengerti apa yang sebenarnya Rob katakan.

***


0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.