- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...


TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 21-07-2020 21:29






kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
32.8K
Kutip
452
Balasan


Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!

Stories from the Heart
32.3KThread•47.9KAnggota
Tampilkan semua post


TS
akmal162
#231
Spoiler for Part 76:
Part 76
"Lu kemana aja tadi malem?, kenapa gak ikut belajar bareng lu?"
Saat ini aku dan devan sedang berjalan menuju warung bi idah setelah selesai melaksanakan ujian akhir semester pertama kami.
"Di kos gua"
Devan langsung menghentikan langkahnya setelah mendengar jawabanku, akupun langsung menoleh kearah devan.
"Halah tai..., di rumah beby kan lu?"
Aku menjawab pertanyaan devan dengan sebuah kekehan kecil.
"Yeee....., dasar lu!!!, bucin!!!"
Devan kembali melanjutkan langkahnya dan berjalan mendahuluiku.
"Sadar diri lu!!!"
Aku juga melanjutkan langkahku untuk mengikuti devan yang sudah berada di depanku.
"Bi..., nasi campur 1"
Devan langsung mengambil tempat untuk duduk setelah memesan makan siangnya.
"Bi...., kalo saya lalapan ayam aja, kubisnya digoreng ya bi"
Setelah memesan makanan, aku langsung menghampiri devan yang sudah duduk di salah satu meja.
Devan: "yang lain pada belom kelar ya?"
Aku: "belom deh kayaknya"
Devan: "kok lama banget dah?"
Aku: "lu kayak gak tau kelasnya pak umar aja, soalnya emang susah"
Devan: "iyasih...., untung gue ngikut lu dulu"
Aku: "yeee..., inget gak, lu dulu kekeh mau ngikut mereka"
Devan terkekeh setelah aku mengucapkan kalimat terakhirku.
Tidak selang beberapa menit kemudian, makanan yang tadi kami pesan sudah datang, tanpa menunggu lama, aku dan devan memilih untuk menyantap makanan yang sudah tersaji di hadapan kami terlebih dahulu sebelum kembali melanjutkan obrolan.
Tidak butuh waktu lama untuk kami menyelesaikan kegiatan makan siang kali ini, tidak sampai 5 menit, makanan yang ada di hadapan kami sudah benar-benar habis tanpa ada sisa.
"Nat, korek dong..."
Aku langsung menyodorkan korek yang ada di tanganku kearah devan, devanpun langsung mengambilnya, lalu menyulut sebatang rokok yang ada di tangannya.
Kondisi di warung bi idah siang ini bisa di bilang cukup sepi, mungkin karena belum masuk waktu makan siang.
Ya...., saat ini waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi.
"Van...."
Devan hanya mengangkat kedua alisnya untuk merespon panggilanku.
"Kenapa lu gak pernah takut ditolak tiap kali lu nembak veranda?"
Devan langsung menatapku dengan tatapan heran setelah mendengar pertanyaanku.
"Lu kenapa sih?, dari kemaren nanyain gituan mulu dah?, ada apaan sih?"
Sembari bertanya balik, tatapan heran devan masih terus ditujukan kearahku.
"Y y yaa..., gakpapa sih, gue kepengen tau aja"
Semakin kesini, wajah heran devan perlahan-lahan mulai berganti dengan senyum jahil.
"Lu mau nembak beby ya?"
Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Iyaa..., udah malah"
Seketika ekspresi terkejut langsung muncul dari wajahnya setelah mendengar jawabanku.
"Dan gue yakin pasti beby gak mau jawab pas lu nembak dia, iya kan?"
Aku hanya mengangguk pasrah saat devan menebak apa yang terjadi denganku saat ini.
"Wkwkwkwkwkwkwkwkwk"
Sontak suara tawa devan langsung memenuhi warung bi idah.
"Woooyy...., puas banget lu ngetawain gua"
Suara tawa devan memancing perhatian bi idah dan beberapa pengunjung lain yang sudah mulai berdatangan.
"Aduhh..., sorry sorry, kocak banget anjing..."
Devan masih berusaha menghabiskan sisa-sisa tawa dari mulutnya.
"Sering ngeledekin gue sih lu, tau rasa kan lu sekarang...."
"Mampuss!!!"
"Lu juga kemaren-kemaren gantungin si beby sih, kena karma kan lu....."
"Wkwkwkwkwkwkwkwk"
Aku hanya bisa pasrah ketika devan terus memberondongku dengan berbagai macam ledekan, tawanya juga kembali pecah setelah dia menyelesaikan kalimat terakhirnya.
Aku: "udah?, puas lu ngeledekin gue?"
Devan: "hehehe, sorry, lucu aja soalnya"
Aku: "yaudah, jawab dulu pertanyaan gua tadi!!!"
Devan memilih untuk diam sambil mencoba memikirkan jawaban yang pas untuk pertanyaanku.
"Oke...., karena gue udah tau ceritanya, gue simpulin bisa simpulin...."
"Lu nanya kayak tadi soalnya lu mau nembak dia lagi kan???, tapi lu juga takut kalo nanti dia nolak lu lagi, iya kan???"
Aku menghisap sebatang rokok yang ada di tanganku dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar seraya menganggukkan kepalaku untuk meng iya kan pertanyaan devan.
"Kalo boleh tau nih, beby bilang gak, kenapa dia nolak lu?"
Aku menarik nafas panjang terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan devan"
"Jadi gini......"
Akhirnya aku menceritakan semuanya kepada devan, mulai dari percakapan aku dan beby di bukit bintang malam itu, hingga percakapan aku dan beby di taman pelangi beberapa hari yang lalu.
"Hmmmmm...., kalo yang gue tangkep dari cerita lu barusan, kayaknya beby kecewa sama lu, dia takut buat nyoba ngarepin lu lagi, lu ngerasain nggak?"
Aku mengnggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan devan.
"Ya..., gue ngerasin kok"
Devan kembali menghisap rokok yang ada di tangannya.
"Oh iya, apa aja yang udah lu lakuin buat nepatin janji-janji sampah lu itu?"
Aku kembali dibuat terkekeh setelah mendengar pertanyaan devan.
"Udah van, bahkan udah gua lakuin langsung setelah gua sama dia baikan di bukit bintang malam itu"
Devan hanya menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawabanku.
Keadaan sempat menjadi hening, kami fokus melamun sambil menikmati sebatang rokok yang ada di tangan kami masing-masing.
"Kalo gue sih, setiap gue mau nembak veranda, gue selalu instropeksi diri"
Tiba-tiba dengan buka suara untuk mengisi keheningan yang sedari tadi menyelimuti kami.
"Tiap kali gue nembak dia, pasti udah ada hal yang udah gue lakuin buat bikin dia tambah yakin sama gue"
"Tapi...., ya.... gitu lah nat, lu tau sendiri, ampe sekarang dia belom nerima gue"
"Berarti dia masih liat sesuatu yang salah atau kurang dalam diri gue, sesuatu yang bikin dia gak mau nerima gue jadi pacarnya"
Devan memilih untuk menghisap rokok yang ada di tangannya terlebih dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Tapi.... lu tau sendirikan prinsip gue, apapun yang terjadi, gue bakal selalu nembak dia, minta dia supaya mau sama gue, sampai dia mau!!!"
"Kalo ditanya kenapa gue gak takut ditolak......."
Devan sempat terkekeh kecil sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Ya...., ibaratnya kayak revisi laporan lah nat, ngumpulin, salah, revisi"
"Udah di revisi, eh, masih ada yang salah, revisi lagi"
"Cuma itu yang bisa praktikan lakuin supaya laporan praktikum mereka bisa kita ACC"
"Lebih baik salah kan?, daripada gak ngumpulin sama sekali?, udah gugur tuh kalo ada praktikan kayak gitu"
Devan kembali menghisap rokoknya sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Ya...., kalo kata gue sih, gak masalah kalo lu mau nembak beby lagi"
"Harus malah, ya.... itu kalo lu emang serius sayang sama dia sih...."
"Daripada lu nanti bener-bener kehilangan dia kan?"
Huuuhhh......
Sama dengan apa yang kemaren aku dengar dari viny, intinya mereka berdua menyarankanku untuk kembali mencoba menyatakan cinta kepada beby.
Ya..., aku rasa tidak ada yang salah dari saran mereka berdua, lebih baik sakit hati karena ditolak daripada sakit hati karena tidak pernah mengungkapkan.
"Tapi lu juga harus inget nat....., waktu dulu kita jadi praktikan, kalo kita majuin laporan tadi gak ada perkembangan apa-apa..."
"Pasti langsung kena semprot sama mas-mas asisten, bisa-bisa kita langsung diusir keluar lab"
Keadaan kembali hening, aku masih mencoba mencerna kalimat demi kalimat yang baru saja diucapkan devan.
"Berarti apa yang harus gue revisi?"
Devan kembali terkekeh setelah mendengar pertanyaanku barusan.
"Yaa mana gue tau monyet...., kan elu yang jalanin hubungan itu, lu yang lebih ngerti lah"
Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar setelah mendengar jawaban devan.
Entahlan, aku juga bingung, di satu sisi perpisahan aku dan beby semakin dekat, sedangkan aku tidak tahu lagi apa yang harus aku perbaiki agar beby bisa percaya dan mau menerimaku kembali.
.
.
.
"Kalo buku-buku taroh di kardus yang itu aja nat"
Dengan sigap aku langsung mengikuti instruksi yang baru saja diberikan oleh beby.
Aku: "barang-barang sebanyak ini berarti dikirim duluan kan mbak?"
Beby: "iya nat, kalo barang-barang kayak buku, laptop, beberapa sepatu, sama beberapa tas nanti dikirim dulu sebelum aku balik"
Aku hanya mengangguk setelah beby menjawab pertanyaanku.
"Emang udah selesai semua administrasinya mbak?"
Aku bertanya sambil terus memasukkan tumpukkan buku-buku beby kedalam kardus.
"Udah kok nat, yudisium udah, SKL juga udah keluar, tinggal nunggu wisuda aja"
Ada sedikit perasaan sesak setelah aku mendengar beby yang menjawab pertanyaanku dengan santai, seolah-olah tidak ada beban sama sekali, seolah-olah dia tidak sedih sama sekali.
Aku: "berarti kalo mbak wisuda, mbak kesini lagi dong"
Beby: "iya nat..., tapi cuma bentar doang paling, habis wisuda langsung balik kebandung lagi"
Huuuuuuhhhh.....
Lagi-lagi aku hanya menganggukkan kepalaku setelah mendengar jawaban dari beby.
Aku: "mbak udah coba naroh lamaran buat kerja?"
Beby: "udah sih, beberapa, pokoknya aku naroh lamaran di perusahaan-perusahaan yang domisilinya bandung, kalo nggak jakarta"
Aku: "supaya deket sama ibu ya?"
Beby menganggukkan kepalanya untuk membenarkan pertanyaan yang baru saja kulontatkan.
"Mbaaakkk....."
Beby langsung menoleh saat mendengar suaraku yang memanggilnya.
Aku: "nanti mbak kalo udah pulang bakal sering main kesini nggak?"
Beby: "liat-liat lah nat, kalo lagi pengen ya aku kesini"
Beby masih menjawab pertanyaanku dengan nada suara santai, dia juga kembali mengalihkan pandangannya kearah barang-barang yang ada di hadapannya.
Aku: "mbak gak sedih apa ninggalin jogja?"
Beby: "yaaa...., sedih sih nat, biar gimanapun, aku udah 4 tahun tinggal di sini, pasti kangen lah kalo udah gak di sini lagi"
Keadaan sempat hening sejenak setelah beby menjawab pertanyaanku.
"Kalo sama aku, entar mbak kangen nggak?"
Beby langsung menghentikan kegiatannya setelah mendengar pertanyaanku, dia juga kembali mengalihkan pandangannya kearahku.
Keadaan kembali hening, aku dan beby hanya saling menatap tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Wkwkwkwkwkwkwkwk"
Tiba-tiba, tawa beby memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti kami, dia juga mendorong pelan wajahku dengan telapak tangannya.
"Ada-ada aja sih pertanyaan kamu nat"
Aku hanya bisa menurunkan kedua sudut bibirku kebawah setelah melihat respon dari beby barusan.
Beby: "iiissshhh....., digituin doang ngambek"
Aku: "mana ada, aku kan cuma cemberut, belum tentu ngambek"
Beby terkekeh setelah mendengar jawaban yang baru saja kulontarkan, dia mulai melanjutkan kembali aktifitas beres-beresnya.
Ya...., sebenarnya aku sedikit jijik dengan apa yang kulakukan saat ini, bagaimana tidak, pertanyaan terakhirku, dan juga aku yang pura-pura ngambek karena beby tidak mau menjawab pertanyaanku.....
Arrrrggggghhhhh........
Kalo bahasa kerennya ya, "ini bukan gue banget!!!!!!".
Yaaa......, aku melakukan semua ini hanya karena ingin membuat beby merasa disayangi, aku hanya ingin memberitahu beby, bahwa rasa cinta dan sayangnya selama ini bukan cuma 1 arah, aku ingin memberi tahu, bahwa aku juga merasakan hal yang sama dengannya.
Huuuuuhhh......
Kalau keadaannya begini terus, aku semakin yakin, mungkin beby sudah tidak menginginkanku lagi.
.
.
.
"Lu kemana aja tadi malem?, kenapa gak ikut belajar bareng lu?"
Saat ini aku dan devan sedang berjalan menuju warung bi idah setelah selesai melaksanakan ujian akhir semester pertama kami.
"Di kos gua"
Devan langsung menghentikan langkahnya setelah mendengar jawabanku, akupun langsung menoleh kearah devan.
"Halah tai..., di rumah beby kan lu?"
Aku menjawab pertanyaan devan dengan sebuah kekehan kecil.
"Yeee....., dasar lu!!!, bucin!!!"
Devan kembali melanjutkan langkahnya dan berjalan mendahuluiku.
"Sadar diri lu!!!"
Aku juga melanjutkan langkahku untuk mengikuti devan yang sudah berada di depanku.
"Bi..., nasi campur 1"
Devan langsung mengambil tempat untuk duduk setelah memesan makan siangnya.
"Bi...., kalo saya lalapan ayam aja, kubisnya digoreng ya bi"
Setelah memesan makanan, aku langsung menghampiri devan yang sudah duduk di salah satu meja.
Devan: "yang lain pada belom kelar ya?"
Aku: "belom deh kayaknya"
Devan: "kok lama banget dah?"
Aku: "lu kayak gak tau kelasnya pak umar aja, soalnya emang susah"
Devan: "iyasih...., untung gue ngikut lu dulu"
Aku: "yeee..., inget gak, lu dulu kekeh mau ngikut mereka"
Devan terkekeh setelah aku mengucapkan kalimat terakhirku.
Tidak selang beberapa menit kemudian, makanan yang tadi kami pesan sudah datang, tanpa menunggu lama, aku dan devan memilih untuk menyantap makanan yang sudah tersaji di hadapan kami terlebih dahulu sebelum kembali melanjutkan obrolan.
Tidak butuh waktu lama untuk kami menyelesaikan kegiatan makan siang kali ini, tidak sampai 5 menit, makanan yang ada di hadapan kami sudah benar-benar habis tanpa ada sisa.
"Nat, korek dong..."
Aku langsung menyodorkan korek yang ada di tanganku kearah devan, devanpun langsung mengambilnya, lalu menyulut sebatang rokok yang ada di tangannya.
Kondisi di warung bi idah siang ini bisa di bilang cukup sepi, mungkin karena belum masuk waktu makan siang.
Ya...., saat ini waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi.
"Van...."
Devan hanya mengangkat kedua alisnya untuk merespon panggilanku.
"Kenapa lu gak pernah takut ditolak tiap kali lu nembak veranda?"
Devan langsung menatapku dengan tatapan heran setelah mendengar pertanyaanku.
"Lu kenapa sih?, dari kemaren nanyain gituan mulu dah?, ada apaan sih?"
Sembari bertanya balik, tatapan heran devan masih terus ditujukan kearahku.
"Y y yaa..., gakpapa sih, gue kepengen tau aja"
Semakin kesini, wajah heran devan perlahan-lahan mulai berganti dengan senyum jahil.
"Lu mau nembak beby ya?"
Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Iyaa..., udah malah"
Seketika ekspresi terkejut langsung muncul dari wajahnya setelah mendengar jawabanku.
"Dan gue yakin pasti beby gak mau jawab pas lu nembak dia, iya kan?"
Aku hanya mengangguk pasrah saat devan menebak apa yang terjadi denganku saat ini.
"Wkwkwkwkwkwkwkwkwk"
Sontak suara tawa devan langsung memenuhi warung bi idah.
"Woooyy...., puas banget lu ngetawain gua"
Suara tawa devan memancing perhatian bi idah dan beberapa pengunjung lain yang sudah mulai berdatangan.
"Aduhh..., sorry sorry, kocak banget anjing..."
Devan masih berusaha menghabiskan sisa-sisa tawa dari mulutnya.
"Sering ngeledekin gue sih lu, tau rasa kan lu sekarang...."
"Mampuss!!!"
"Lu juga kemaren-kemaren gantungin si beby sih, kena karma kan lu....."
"Wkwkwkwkwkwkwkwk"
Aku hanya bisa pasrah ketika devan terus memberondongku dengan berbagai macam ledekan, tawanya juga kembali pecah setelah dia menyelesaikan kalimat terakhirnya.
Aku: "udah?, puas lu ngeledekin gue?"
Devan: "hehehe, sorry, lucu aja soalnya"
Aku: "yaudah, jawab dulu pertanyaan gua tadi!!!"
Devan memilih untuk diam sambil mencoba memikirkan jawaban yang pas untuk pertanyaanku.
"Oke...., karena gue udah tau ceritanya, gue simpulin bisa simpulin...."
"Lu nanya kayak tadi soalnya lu mau nembak dia lagi kan???, tapi lu juga takut kalo nanti dia nolak lu lagi, iya kan???"
Aku menghisap sebatang rokok yang ada di tanganku dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar seraya menganggukkan kepalaku untuk meng iya kan pertanyaan devan.
"Kalo boleh tau nih, beby bilang gak, kenapa dia nolak lu?"
Aku menarik nafas panjang terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan devan"
"Jadi gini......"
Akhirnya aku menceritakan semuanya kepada devan, mulai dari percakapan aku dan beby di bukit bintang malam itu, hingga percakapan aku dan beby di taman pelangi beberapa hari yang lalu.
"Hmmmmm...., kalo yang gue tangkep dari cerita lu barusan, kayaknya beby kecewa sama lu, dia takut buat nyoba ngarepin lu lagi, lu ngerasain nggak?"
Aku mengnggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan devan.
"Ya..., gue ngerasin kok"
Devan kembali menghisap rokok yang ada di tangannya.
"Oh iya, apa aja yang udah lu lakuin buat nepatin janji-janji sampah lu itu?"
Aku kembali dibuat terkekeh setelah mendengar pertanyaan devan.
"Udah van, bahkan udah gua lakuin langsung setelah gua sama dia baikan di bukit bintang malam itu"
Devan hanya menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawabanku.
Keadaan sempat menjadi hening, kami fokus melamun sambil menikmati sebatang rokok yang ada di tangan kami masing-masing.
"Kalo gue sih, setiap gue mau nembak veranda, gue selalu instropeksi diri"
Tiba-tiba dengan buka suara untuk mengisi keheningan yang sedari tadi menyelimuti kami.
"Tiap kali gue nembak dia, pasti udah ada hal yang udah gue lakuin buat bikin dia tambah yakin sama gue"
"Tapi...., ya.... gitu lah nat, lu tau sendiri, ampe sekarang dia belom nerima gue"
"Berarti dia masih liat sesuatu yang salah atau kurang dalam diri gue, sesuatu yang bikin dia gak mau nerima gue jadi pacarnya"
Devan memilih untuk menghisap rokok yang ada di tangannya terlebih dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Tapi.... lu tau sendirikan prinsip gue, apapun yang terjadi, gue bakal selalu nembak dia, minta dia supaya mau sama gue, sampai dia mau!!!"
"Kalo ditanya kenapa gue gak takut ditolak......."
Devan sempat terkekeh kecil sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Ya...., ibaratnya kayak revisi laporan lah nat, ngumpulin, salah, revisi"
"Udah di revisi, eh, masih ada yang salah, revisi lagi"
"Cuma itu yang bisa praktikan lakuin supaya laporan praktikum mereka bisa kita ACC"
"Lebih baik salah kan?, daripada gak ngumpulin sama sekali?, udah gugur tuh kalo ada praktikan kayak gitu"
Devan kembali menghisap rokoknya sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Ya...., kalo kata gue sih, gak masalah kalo lu mau nembak beby lagi"
"Harus malah, ya.... itu kalo lu emang serius sayang sama dia sih...."
"Daripada lu nanti bener-bener kehilangan dia kan?"
Huuuhhh......
Sama dengan apa yang kemaren aku dengar dari viny, intinya mereka berdua menyarankanku untuk kembali mencoba menyatakan cinta kepada beby.
Ya..., aku rasa tidak ada yang salah dari saran mereka berdua, lebih baik sakit hati karena ditolak daripada sakit hati karena tidak pernah mengungkapkan.
"Tapi lu juga harus inget nat....., waktu dulu kita jadi praktikan, kalo kita majuin laporan tadi gak ada perkembangan apa-apa..."
"Pasti langsung kena semprot sama mas-mas asisten, bisa-bisa kita langsung diusir keluar lab"
Keadaan kembali hening, aku masih mencoba mencerna kalimat demi kalimat yang baru saja diucapkan devan.
"Berarti apa yang harus gue revisi?"
Devan kembali terkekeh setelah mendengar pertanyaanku barusan.
"Yaa mana gue tau monyet...., kan elu yang jalanin hubungan itu, lu yang lebih ngerti lah"
Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar setelah mendengar jawaban devan.
Entahlan, aku juga bingung, di satu sisi perpisahan aku dan beby semakin dekat, sedangkan aku tidak tahu lagi apa yang harus aku perbaiki agar beby bisa percaya dan mau menerimaku kembali.
.
.
.
"Kalo buku-buku taroh di kardus yang itu aja nat"
Dengan sigap aku langsung mengikuti instruksi yang baru saja diberikan oleh beby.
Aku: "barang-barang sebanyak ini berarti dikirim duluan kan mbak?"
Beby: "iya nat, kalo barang-barang kayak buku, laptop, beberapa sepatu, sama beberapa tas nanti dikirim dulu sebelum aku balik"
Aku hanya mengangguk setelah beby menjawab pertanyaanku.
"Emang udah selesai semua administrasinya mbak?"
Aku bertanya sambil terus memasukkan tumpukkan buku-buku beby kedalam kardus.
"Udah kok nat, yudisium udah, SKL juga udah keluar, tinggal nunggu wisuda aja"
Ada sedikit perasaan sesak setelah aku mendengar beby yang menjawab pertanyaanku dengan santai, seolah-olah tidak ada beban sama sekali, seolah-olah dia tidak sedih sama sekali.
Aku: "berarti kalo mbak wisuda, mbak kesini lagi dong"
Beby: "iya nat..., tapi cuma bentar doang paling, habis wisuda langsung balik kebandung lagi"
Huuuuuuhhhh.....
Lagi-lagi aku hanya menganggukkan kepalaku setelah mendengar jawaban dari beby.
Aku: "mbak udah coba naroh lamaran buat kerja?"
Beby: "udah sih, beberapa, pokoknya aku naroh lamaran di perusahaan-perusahaan yang domisilinya bandung, kalo nggak jakarta"
Aku: "supaya deket sama ibu ya?"
Beby menganggukkan kepalanya untuk membenarkan pertanyaan yang baru saja kulontatkan.
"Mbaaakkk....."
Beby langsung menoleh saat mendengar suaraku yang memanggilnya.
Aku: "nanti mbak kalo udah pulang bakal sering main kesini nggak?"
Beby: "liat-liat lah nat, kalo lagi pengen ya aku kesini"
Beby masih menjawab pertanyaanku dengan nada suara santai, dia juga kembali mengalihkan pandangannya kearah barang-barang yang ada di hadapannya.
Aku: "mbak gak sedih apa ninggalin jogja?"
Beby: "yaaa...., sedih sih nat, biar gimanapun, aku udah 4 tahun tinggal di sini, pasti kangen lah kalo udah gak di sini lagi"
Keadaan sempat hening sejenak setelah beby menjawab pertanyaanku.
"Kalo sama aku, entar mbak kangen nggak?"
Beby langsung menghentikan kegiatannya setelah mendengar pertanyaanku, dia juga kembali mengalihkan pandangannya kearahku.
Keadaan kembali hening, aku dan beby hanya saling menatap tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Wkwkwkwkwkwkwkwk"
Tiba-tiba, tawa beby memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti kami, dia juga mendorong pelan wajahku dengan telapak tangannya.
"Ada-ada aja sih pertanyaan kamu nat"
Aku hanya bisa menurunkan kedua sudut bibirku kebawah setelah melihat respon dari beby barusan.
Beby: "iiissshhh....., digituin doang ngambek"
Aku: "mana ada, aku kan cuma cemberut, belum tentu ngambek"
Beby terkekeh setelah mendengar jawaban yang baru saja kulontarkan, dia mulai melanjutkan kembali aktifitas beres-beresnya.
Ya...., sebenarnya aku sedikit jijik dengan apa yang kulakukan saat ini, bagaimana tidak, pertanyaan terakhirku, dan juga aku yang pura-pura ngambek karena beby tidak mau menjawab pertanyaanku.....
Arrrrggggghhhhh........
Kalo bahasa kerennya ya, "ini bukan gue banget!!!!!!".
Yaaa......, aku melakukan semua ini hanya karena ingin membuat beby merasa disayangi, aku hanya ingin memberitahu beby, bahwa rasa cinta dan sayangnya selama ini bukan cuma 1 arah, aku ingin memberi tahu, bahwa aku juga merasakan hal yang sama dengannya.
Huuuuuhhh......
Kalau keadaannya begini terus, aku semakin yakin, mungkin beby sudah tidak menginginkanku lagi.
.
.
.



dinul0011 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Kutip
Balas