yang namanya manusia tentu tidak terlepas dari kesalahan dalam kehidupan apakah itu perilaku ataupun pengambilan keputusan. walaupun ada beberapa berpandangan benar atau salah gue tidak perduli yang penting idola ane.

salah satu istilah yang baik sering dipergunakan dan memang benar benar baik adalah dua kata yang menjadi satu kita kenal dengan istilah "berprasangka baik".

dalam bahasa Inggris disebut dengan Positif Thinking dan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah husnudhon (ejaan yang benar dalam karya ilmiah silakan dicari sendiri ya).

sayangnya penggunaan istilah positif thinking ini sering dipergunakan untuk mematahkan atau minimal merongrong argumen atau pendapat yang mengkritisi suatu keputusan yang dirasakan tidak wajar banyak mengandung kejanggalan.

misalnya malah membuat gemuk kas suatu perseroan terbatas dengan legal akan tetapi jika dilogika tidak harus dilakukan seperti itu.

atau memberikan keistimewaan kepada warga negara lain dalam pekerjaan padahal masih banyak anak negeri yang bisa diberdayakan dan memerlukan penghasilan guna melangsungkan hidup.

pada tingkat paling sopan adalah dengan membuat narasi tentang positif thinking seperti, kita husnudhon saja pasti maksudnya baik bla bla bla bla.

dengan begitu kesan kritik atau pendapat yang berbeda dengan yang memiliki kuasa dalam mengambil keputusan berada pada posisi seakan akan orang yang berpikiran negatif atau suudhon.

pada dataran lebih tinggi resistensi pembelaan terhadap suatu kelompok yaitu dengan adanya pertanyaan yang bernada konfirmasi kontribusi pengkritik, istilah yang sempat ngetrend yaitu tembak pembawa pesannya, jangan isi pesan yang disampaikan.

contohnya, anda itu siapa? memangnya apa yang sudah anda lakukan untuk RT ini? kalau belum melakukan apapun sebaiknya anda tidak perlu banyak mengucap atau menulis.

itu salah satu contohnya.

adalagi model sumpah serapah penghinaan yang ditujukan kepada yang memberikan pendapat berbeda atau secara jelas memberikan masukan pada berbagai poin yang dirasakan merugikan.

kalau zaman dahulu trend pengusiran dari tanah air, saat ini pembunuhan karakter kritikus film dengan menghina secara ekonomi, martabat, kemampuan maupun yang lain.

misalnya mental pengemis, mental kere, orang pecatan yang sakit hati maupun penghinaan lain yang menjauhkan dari inti yang dibahas malah membahas yang lain.

misalnya ada seorang ibu ibu yang tidak bisa menyetir mobil atau kendaraan roda empat, kemudian dia naik bus.

sopir bus menjalankan kendaraan dengan ugal ugalan, ngebut diatas batas kecepatan, ada lampu merah diterabas, salip kiri kanan mengabaikan situasi, rem mendadak bahkan melawan arus jalan.

sang ibu kemudian memberi tahukan kepada pak sopir, pak menerobos lampu merah itu salah, jangan lawan arus, nyetirnya jangan ugal ugalan.

kemudian ada sebagian kelompok penumpang dalam bus yang mendapatkan keuntungan dari cara menyetir ugal ugalan ini (misalnya penjual spare part atau kaca ataupun pekerja yang hampir telat masuk kerja dan bisa dipecat karena sering telat) memberikan respon, eh elu siapa? kagak bisa nyetir bus saja sok memberi nasehat bagaimana cara mengendarai.

elu positif thinking saja, sopirnya udah jago, jelas lebih ahli dari elu, aye yakin sang sopir lebih pintar daripada sampean yang hanya seorang ibu ibu bisanya komentar dan ngasih saran, jangan jangan suami sampean dulu sopir yang dipecat ya?

atau mental anda mental jalan kura kura tidak berani berjalan cepat? kalau takut dengan mang sopir ini, pindah saja ke bus sebelah sono. hush hush hush pergi sono.

jadi ingat kata kata yang terlontar dari seorang teman yang berbunyi kalimat yang benar akan tetapi dipakai dalam hal yang salah.

jadi benar bahwa kalimat "ibu penumpang tersebut tidak memiliki skill atau kemampuan untuk membawa atau mengendarai bus".

akan tetapi ketidakmampuannya dalam menyetir bus kemudian dipakai untuk perbuatan batil atau perbuatan pembenaran dari perilaku yang tidak benar bertudung ketidakmampuan sang ibu.

"kalimat benar yang dimanfaatkan untuk kejahatan"