- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#230
Spoiler for Part 75:
Part 75
"Kamu gak belajar buat besok nat?"
Setelah memasukkan mie kedalam sebuah panci yang berisi rebusan air, beby berbalik kearahku yang sedari tadi sedang duduk di meja makan.
"Udah kok mbak tadi"
Setelah mendengar jawabanku, beby berjalan kearah kulkas untuk mengambil 2 buah telur.
"Iiiissshhhh....., kamu aja dari tadi sore udah disini kok"
Aku hanya terkekeh setelah mendengar tanggapan beby mengenai jawabanku sebelumnya.
"Kalo nilainya anjlok aja baru tau rasa"
Beby membalas kekehanku dengan sebuah cibiran sembari mengaduk-aduk mie yang sedang dibuatnya.
"Aku udah pinter kok mbak, tenang aja...."
Beby mengangkat kedua pundaknya untuk menanggapi pernyataanku barusan.
Huuuuhhh.....
Ujian Akhir Semesterku akan dimulai besok, dan akan terus berlanjut sampai akhir minggu ini, ya.... hari jumat.
Berarti...... setelah nanti ujian berakhir, aku akan pulang kesamarinda, begitu juga dengan beby, tapi.....
Arrrggghhhhhh.....
Rasa frustasiku semakin bertambah setiap harinya karena hal ini, ya..... setelah ini, mungkin aku tidak bisa lagi sedekat ini dengan beby, dia akan pulang.
Ya.... bandung, kota asalnya, setelah ini dia akan pulang kebandung.
"Nih...., makan nat"
Beby meletakkan semangkok mie rebus dan segelas air putih tepat di hadapanku, setelah itu, beby langsung memgambil tempat untuk duduk di seberangku.
Beby mulai memakan semangkuk mie yang ada di hadapannya, sedangkan aku malah asyik memperhatikan beby tanpa sama-sekali menyentuh mie yang tadi dia sodorkan.
Huuuuhhh.....
Bebanku semakin bertambah ketika mendapat penolakan dari beby beberapa hari yang lalu, bahkan dia sudah menolakku sebelum aku mengatakan maksudku yang sebenarnya.
Entahlah, sekarang keadaan seolah-olah berbalik, sekarang akulah yang sangat berharap agar aku dan beby bisa meresmikan hubungan ini, tapi.... justru beby yang saat ini beby yang menolak untuk berkomitmen.
Aku tidak tahu pastinya, ketakutan apa yang saat ini dimiliki oleh beby, tapi.... yang jelas, jika memang ketakutan dan keraguan yang menyebabkan beby seperti ini, itu semua sudah jelas karena ulahku kemaren.
Tapi..... seperti yang kukatakan sebelumnya, jika penolakan ini hanya karena ketakutan dan keraguan, aku tidak akan pernah mempersalahkannya, aku siap menunggu. Toh, aku masih memiliki pertanyaan yang sampai saat ini belum bisa kujawab.
Tapi..... jika penolakan ini karena sudah ada rasa yang hilang......, entahlah, itulah ketakutan terbesarku saat ini.
Yaa..... memang benar, ketakutan yang kurasakan saat ini mampu membuatku lupa dengan ketakutan dan keraguan yang aku miliki sebelumnya.
Aku yakin...., kalian pasti pernah merasakan apa yang aku rasakan saat ini, kadang-kadang ketakutan baru yang muncul akan membuat ketakutan yang lama terlihat biasa saja.
"Wihh...., enak nih"
Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba viny merampok dan langsung memakan semangkuk mie yang belum sempat kumakan sama sekali. .
"Lah...., main ambil-ambil aja, bikin sendiri dong"
Viny langsung memasang wajah tengilnya untuk mengejekku.
"Kamu kan udah kenyang nat, kenyang ngeliatin beby makan"
Dia kembali memasukkan sesendok mie kedalam mulutnya setelah dia selesai berbicara.
"Awas aja ya kamu mbak...., entar aku bales"
Viny memilih mengambil tempat untuk duduk di samping beby yang masih belum buka suara sama sekali setelah tadi dia menyuguhkanku semangkuk mie.
Huuuhhh......
Yasudahlah, sebenarnya aku tidak terlalu berminat juga untuk memakan mie yang sudah di ambil viny, sebenarnya niat aku hanya ingin mengikuti beby yang memamg sedang ingin memasak mie, agar aku punya alasan untuk mengikutinya kedapur, aku memutuskan untuk menerima tawaran dari beny untuk makan mie bersama-sama.
Ya......, akhir-akhir ini aku memang selalu mengikuti beby kemana-mana jika aku sedang berkunjung kerumahnya, KECUALI KAMAR MANDI.
Ya.... mungkin ini adalah implementasi perasaan takut yang akhir-akhir ini selalu kurasakan, sehingga aku memutuskan untuk selalu menjadi inisiator agar hubungan antara aku dan dia bisa berjalan dengan intens.
Huuuuuhhh....
Aku memutuskan meminum segelas air putih yang berada di hadapanku untuk sekedar menenangkan pikiran.
"Beb...., kapan kamu mulai packing?"
Pertanyaan yang baru saja dilontarkan viny hampir berhasil membuatku menyemburkan semua air yang belum kutelan.
Sontak suara batukku membuat viny dan beby langsung menoleh kearahku.
"Hehehehe..., sorry ya nat, lupa kalo ada kamu"
Bisa-bisanya viny terkekeh dan tersenyum kearahku tanpa sama sekali menunjukkan rasa bersalanya setelah bertanya seperti itu kepada beby di hadapanku.
"Besok aja deh vin, masih mager nih..."
Beby kembali fokus kepada makanannya setelah menjawab pertanyaan viny.
"Ooohh...., yaudah kalo gitu, entar bantuin ya nat..."
Viny menolehlan kepalanya kearahku setelah berkata seperti itu.
Sesekali aku melirik kearah beby untuk melihat responnya terhadap perpisahan kami yang sebentar lagi akan terjadi.
Ya...., aku memang berharap akan menemukan kekhawatiran di wajahnya setelah dia menyadari itu.
Tapi..... aku sama sekali tidak menemukan gelagat khawatir pada beby saat ini, dengan wajah santainya dia masih fokus menikmati mie yang ada di hadapannya.
.
.
.
"Nat...., kira-kira selasa depan beby udah balik ke bandung lhoo....."
Saat ini hanya tersisa aku dan viny yang sedang asyik menonton televisi di ruang tamu setelah beby pamit untuk tidur lebih dulu.
"Iya mbak, tau kok, kan mbak udah pernah bilang, mbak beby pulang kebandung habis aku UAS"
Aku menjawab pertanyaan viny tanpa membalas tatapannya, perhatianku masih benar-benar fokus kepada layar televisi.
"Terus...., kamu mau ngapain?"
Kali ini aku hanya mengangkat kedua bahuku keatas untuk menjawab pertanyaan viny.
"Gak ada rencana mau ngapain gitu?"
Huuuuhhhh......
Jujur aku sangat malas jika harus membahas soal ini sekarang, oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi dilontatkan viny tidak kutanggapi dengan seriusserius, bahkan aku tidak menanggapi pertanyaan terakhir yang keluar dati mulutnya.
"Naaaattt!!!......., iissshhh!!!....., dikacaning lagi!!!"
Setelah mendengar viny yang sedang uring-uringan, akhirnya aku memutuskan untuk menoleh kearahnya.
"Kenapa sih mbak...., kok marah-marah"
Sekarang aku dapat melihat wajah masam viny.
"Lagian...., aku nanya, kamunya malah asyik nonton TV!!!"
Aku mencoba tersenyum agar tidak terlihat sedih di hadapan viny.
"Hehehehe...., gakusah bahas itu dulu ya mbak, lagi males"
Viny menarik nafas dalam setelah mendengar tanggapanku barusan.
"Mau dibahas kapan lagi nat?!, waktu kamu tinggal 1 minggu lhoo...."
Aku kembali mengalihkan pandanganku kearah televisi yang berada di hadapan kami.
"Yaudahlah mbak..., nanti-nanti kan bisa, kalo emang mau nembak juga gak harus pas aku sama dia masih sama-sama di jogja kan?"
Viny menghembuskan nafasnya dengan kasar setelah mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulutku.
"Emang ada apa nat?, bukannya waktu itu kamu ngebet banget mau nyatain cinta ke beby?"
Kali ini viny bertanya dengan nada yang lebih lembut dan berhati-hati.
"Apa gara-gara kamu merasa belum bisa buktiin janji kamu itu?"
Aku langsung menyenderkan tubuhku di dinding sofa untuk mencari posisi yang lebih nyaman.
"Gak juga sih mbak, aku udah berusaha, aku udah yakin juga...."
Aku kembali menghebuskan nafas dengan kasar sebelum melanjutkan kalimatku.
"Tapi.... kalo bukan aku yang gak mau, aku bisa apa?"
Viny menganggukkan kepalanya untuk memberi tanda bahwa dia sudah mengerti dengan keadaan hubunganku dan beby saat ini.
"Kamu udah pernah ngomongin ini sama beby ya?"
Aku hanya menganggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut viny.
Keadaan sempat menjadi hening setelah aku menjawab pertanyaannya, kami sama-sama larut dengan pikiran masing-masing.
"Kalo boleh tau nat...., kapan?, gimana kamu ngungkapin itu ke beby?"
Kali ini pertanyaan viny berhasil memecah keheningan yang sudah sedari tadi tercipta di ruangan ini.
"M m maaf ya nat, bukannya kepo atau gimana, kamu kan rada-rada bego sama gak pekaan tuh....., hehehe...., sorry ya..."
"Aku takut kalo ternyata kemaren cara kamu menyampaikan itu kebeby agak keliru"
"Bukan apa-apa sih nat, siapa tau aku bisa bantu kamu"
Aku terkekeh kecil setelah mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari mulut viny.
Kalau dipikir-pikir viny benar juga, dan aku rasa bercerita kepada viny adalah ide yang bagus, siapa tau dia bisa membantuku dalam masalah ini.
"Hehehe..., jadi gini..."
Akupun kembali menegakkan posisi dudukku dan mulai menceritakan kejadian di taman pelangi malam itu kepada viny.
Ya...., pada saat itu beby menolak ajakkanku untuk membicarakan masalah ini, dan.... pada saat itu dia menyatakan bahwa dirinya masih belum siap jika harus berkomitmen.
"Hmmmm....., kalau aku denger dari cerita kamu barusan, kayaknya sih gak ada yang salah...."
Viny terlihat berpikir setelah menanggapi ceritaku barusan.
"Ya gitulah mbak...., mungkin dia udah gak mau lagi sama aku"
Seraya berkata seperti itu, aku juga kembali menyenderkan tubuhku di dinding sofa.
"Kok kamu bisa nyimpulin kayak gitu?"
Aku kembali menghembuskan nafas dengan kasar setelah mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan viny.
"Apa lagi emang mbak?"
Ya...., aku berani menyimpulkan seperti itu karena melihat hubungan kami yang tidak mengalami kemajuan sama sekali.
"Baru ditolak sekali aja langsun nyerah, payah kamu nat!!!"
Kali ini viny menjawab pertanyaanku dengan nada yang terdengar sedikit mengejek.
"Flashdisk ajanharus 3x nyoba dulu baru bisa masuk"
Aku dibuat agak sedikit heran dengan pernyataan viny baru saja keluar dari mulut viny.
"Mbak kira masalah ini sesederhana itu?"
Viny langsung menegakkan tubuhnya setelah mendengar pertanyaanku barusan.
"Iyalah nat!!!....., sekarang masalahnya kamu mau nyoba lagi apa enggak?!"
"Kalo kamu cuma nyoba nyolokin flashdisk sekali doang dan gakbisa, kamu langsung nyerah, nganggep flasdisk itu emang gak cocok sama lobang USB yang ada di laptopmu, dan kamu gak nyoba nyari tau masalahnya"
"Siapa tau masalah ini cuma sesederhana itu, masalahnya cuma kamu kebalik waktu nyolokin flashdisknya"
Aku kembali menegakkan tubuhku, lalu mencondongkan tubuhku kearah viny.
"Ya kalo ternyata enggak?!"
Tidak mau kalah, viny juga mencondongkan tubuhnya kearahku.
"Ya mana aku tau!!!, kamu aja belum nyoba!!!"
Mata kami cukup lama saling beradu, dengan tatapan yang sudah kami buat setajam mungkin untuk mengintimidasi dan menyalahkan pendapat satu sama lain.
Huuuuhhh.....
Kami memilih untuk sama-sama menajuhkan tubuh masing-masing, keheningan kembali tercipta saat tubuh kami susah sama-sama bersandar di dinding sofa.
"Kalau emang mbak beby udah bener-bener gakmau, aku harus gimana mbak?"
Viny kembali menarik nafas panjang setelah mendengar pertanyaanku.
"Seharusnya bukan itu yang sekarang kamu pikirin nat...."
"Harusnya kamu mikir, apa penyebab beby kemaren nolak kamu, kamu juga harusnya mikir, gimana cara supaya beby bisa nerima dan percaya sama kamu"
Aku kembaki menoleh kearah viny setelah dia selesai berbicara.
"Iya sih...., apa yang mbak bilang ada benernya, mungkin mbak beby masih takut sakit hati lagi, dia masih belum bisa percaya sama aku"
Ya....., mungkin itu ketakutan yang selama ini dirasakan beby, bahkan dia sudah mengatkannya secara gamblang saat kami mengunjungi bukit bintang malam itu, tapi aku terlalu bodoh untuk menyadari sumber masalah kami saat ini.
Ya...., beby masih takut dan belum siap untuk sakit hati lagi.
Ketakutan itu muncul karena ulahku, dan.... sumber masalahku saat ini adalah ketakutan yang sudah kubuat sendiri dalam diri beby.
Apa yang kita dapat saat ini, adalah hasil dari apa yang sebelumnya kita tanam, yaaa....., mungkin kalimat diatas dapat menggambarkan semua kejadian yang baru saja kualami saat ini.
Dan, jika aku diminta menggambarkan apa yang kualami saat ini dengan satu kata....., kata itu adalah.... karma.
"Ya...., berarti memang butuh waktu lama mbak buat memperbaiki semuanya"
Mungkin benar kata beby, sebagian pertanyaan memang belum tentu bisa langsung dijawab saat ini juga.
Mungkin..... usaha yang selama ini sudah kulakukan masih belum terlihat cukup di matanya.
"Gak salah sih nat....., tapi aku mau ngasih tau aja, kalo beby di bandung, dia bisa jadi lebih deket sama sakti lhoo...."
Deeeegggg.........
.
.
.
"Kamu gak belajar buat besok nat?"
Setelah memasukkan mie kedalam sebuah panci yang berisi rebusan air, beby berbalik kearahku yang sedari tadi sedang duduk di meja makan.
"Udah kok mbak tadi"
Setelah mendengar jawabanku, beby berjalan kearah kulkas untuk mengambil 2 buah telur.
"Iiiissshhhh....., kamu aja dari tadi sore udah disini kok"
Aku hanya terkekeh setelah mendengar tanggapan beby mengenai jawabanku sebelumnya.
"Kalo nilainya anjlok aja baru tau rasa"
Beby membalas kekehanku dengan sebuah cibiran sembari mengaduk-aduk mie yang sedang dibuatnya.
"Aku udah pinter kok mbak, tenang aja...."
Beby mengangkat kedua pundaknya untuk menanggapi pernyataanku barusan.
Huuuuhhh.....
Ujian Akhir Semesterku akan dimulai besok, dan akan terus berlanjut sampai akhir minggu ini, ya.... hari jumat.
Berarti...... setelah nanti ujian berakhir, aku akan pulang kesamarinda, begitu juga dengan beby, tapi.....
Arrrggghhhhhh.....
Rasa frustasiku semakin bertambah setiap harinya karena hal ini, ya..... setelah ini, mungkin aku tidak bisa lagi sedekat ini dengan beby, dia akan pulang.
Ya.... bandung, kota asalnya, setelah ini dia akan pulang kebandung.
"Nih...., makan nat"
Beby meletakkan semangkok mie rebus dan segelas air putih tepat di hadapanku, setelah itu, beby langsung memgambil tempat untuk duduk di seberangku.
Beby mulai memakan semangkuk mie yang ada di hadapannya, sedangkan aku malah asyik memperhatikan beby tanpa sama-sekali menyentuh mie yang tadi dia sodorkan.
Huuuuhhh.....
Bebanku semakin bertambah ketika mendapat penolakan dari beby beberapa hari yang lalu, bahkan dia sudah menolakku sebelum aku mengatakan maksudku yang sebenarnya.
Entahlah, sekarang keadaan seolah-olah berbalik, sekarang akulah yang sangat berharap agar aku dan beby bisa meresmikan hubungan ini, tapi.... justru beby yang saat ini beby yang menolak untuk berkomitmen.
Aku tidak tahu pastinya, ketakutan apa yang saat ini dimiliki oleh beby, tapi.... yang jelas, jika memang ketakutan dan keraguan yang menyebabkan beby seperti ini, itu semua sudah jelas karena ulahku kemaren.
Tapi..... seperti yang kukatakan sebelumnya, jika penolakan ini hanya karena ketakutan dan keraguan, aku tidak akan pernah mempersalahkannya, aku siap menunggu. Toh, aku masih memiliki pertanyaan yang sampai saat ini belum bisa kujawab.
Tapi..... jika penolakan ini karena sudah ada rasa yang hilang......, entahlah, itulah ketakutan terbesarku saat ini.
Yaa..... memang benar, ketakutan yang kurasakan saat ini mampu membuatku lupa dengan ketakutan dan keraguan yang aku miliki sebelumnya.
Aku yakin...., kalian pasti pernah merasakan apa yang aku rasakan saat ini, kadang-kadang ketakutan baru yang muncul akan membuat ketakutan yang lama terlihat biasa saja.
"Wihh...., enak nih"
Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba viny merampok dan langsung memakan semangkuk mie yang belum sempat kumakan sama sekali. .
"Lah...., main ambil-ambil aja, bikin sendiri dong"
Viny langsung memasang wajah tengilnya untuk mengejekku.
"Kamu kan udah kenyang nat, kenyang ngeliatin beby makan"
Dia kembali memasukkan sesendok mie kedalam mulutnya setelah dia selesai berbicara.
"Awas aja ya kamu mbak...., entar aku bales"
Viny memilih mengambil tempat untuk duduk di samping beby yang masih belum buka suara sama sekali setelah tadi dia menyuguhkanku semangkuk mie.
Huuuhhh......
Yasudahlah, sebenarnya aku tidak terlalu berminat juga untuk memakan mie yang sudah di ambil viny, sebenarnya niat aku hanya ingin mengikuti beby yang memamg sedang ingin memasak mie, agar aku punya alasan untuk mengikutinya kedapur, aku memutuskan untuk menerima tawaran dari beny untuk makan mie bersama-sama.
Ya......, akhir-akhir ini aku memang selalu mengikuti beby kemana-mana jika aku sedang berkunjung kerumahnya, KECUALI KAMAR MANDI.
Ya.... mungkin ini adalah implementasi perasaan takut yang akhir-akhir ini selalu kurasakan, sehingga aku memutuskan untuk selalu menjadi inisiator agar hubungan antara aku dan dia bisa berjalan dengan intens.
Huuuuuhhh....
Aku memutuskan meminum segelas air putih yang berada di hadapanku untuk sekedar menenangkan pikiran.
"Beb...., kapan kamu mulai packing?"
Pertanyaan yang baru saja dilontarkan viny hampir berhasil membuatku menyemburkan semua air yang belum kutelan.
Sontak suara batukku membuat viny dan beby langsung menoleh kearahku.
"Hehehehe..., sorry ya nat, lupa kalo ada kamu"
Bisa-bisanya viny terkekeh dan tersenyum kearahku tanpa sama sekali menunjukkan rasa bersalanya setelah bertanya seperti itu kepada beby di hadapanku.
"Besok aja deh vin, masih mager nih..."
Beby kembali fokus kepada makanannya setelah menjawab pertanyaan viny.
"Ooohh...., yaudah kalo gitu, entar bantuin ya nat..."
Viny menolehlan kepalanya kearahku setelah berkata seperti itu.
Sesekali aku melirik kearah beby untuk melihat responnya terhadap perpisahan kami yang sebentar lagi akan terjadi.
Ya...., aku memang berharap akan menemukan kekhawatiran di wajahnya setelah dia menyadari itu.
Tapi..... aku sama sekali tidak menemukan gelagat khawatir pada beby saat ini, dengan wajah santainya dia masih fokus menikmati mie yang ada di hadapannya.
.
.
.
"Nat...., kira-kira selasa depan beby udah balik ke bandung lhoo....."
Saat ini hanya tersisa aku dan viny yang sedang asyik menonton televisi di ruang tamu setelah beby pamit untuk tidur lebih dulu.
"Iya mbak, tau kok, kan mbak udah pernah bilang, mbak beby pulang kebandung habis aku UAS"
Aku menjawab pertanyaan viny tanpa membalas tatapannya, perhatianku masih benar-benar fokus kepada layar televisi.
"Terus...., kamu mau ngapain?"
Kali ini aku hanya mengangkat kedua bahuku keatas untuk menjawab pertanyaan viny.
"Gak ada rencana mau ngapain gitu?"
Huuuuhhhh......
Jujur aku sangat malas jika harus membahas soal ini sekarang, oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi dilontatkan viny tidak kutanggapi dengan seriusserius, bahkan aku tidak menanggapi pertanyaan terakhir yang keluar dati mulutnya.
"Naaaattt!!!......., iissshhh!!!....., dikacaning lagi!!!"
Setelah mendengar viny yang sedang uring-uringan, akhirnya aku memutuskan untuk menoleh kearahnya.
"Kenapa sih mbak...., kok marah-marah"
Sekarang aku dapat melihat wajah masam viny.
"Lagian...., aku nanya, kamunya malah asyik nonton TV!!!"
Aku mencoba tersenyum agar tidak terlihat sedih di hadapan viny.
"Hehehehe...., gakusah bahas itu dulu ya mbak, lagi males"
Viny menarik nafas dalam setelah mendengar tanggapanku barusan.
"Mau dibahas kapan lagi nat?!, waktu kamu tinggal 1 minggu lhoo...."
Aku kembali mengalihkan pandanganku kearah televisi yang berada di hadapan kami.
"Yaudahlah mbak..., nanti-nanti kan bisa, kalo emang mau nembak juga gak harus pas aku sama dia masih sama-sama di jogja kan?"
Viny menghembuskan nafasnya dengan kasar setelah mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulutku.
"Emang ada apa nat?, bukannya waktu itu kamu ngebet banget mau nyatain cinta ke beby?"
Kali ini viny bertanya dengan nada yang lebih lembut dan berhati-hati.
"Apa gara-gara kamu merasa belum bisa buktiin janji kamu itu?"
Aku langsung menyenderkan tubuhku di dinding sofa untuk mencari posisi yang lebih nyaman.
"Gak juga sih mbak, aku udah berusaha, aku udah yakin juga...."
Aku kembali menghebuskan nafas dengan kasar sebelum melanjutkan kalimatku.
"Tapi.... kalo bukan aku yang gak mau, aku bisa apa?"
Viny menganggukkan kepalanya untuk memberi tanda bahwa dia sudah mengerti dengan keadaan hubunganku dan beby saat ini.
"Kamu udah pernah ngomongin ini sama beby ya?"
Aku hanya menganggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut viny.
Keadaan sempat menjadi hening setelah aku menjawab pertanyaannya, kami sama-sama larut dengan pikiran masing-masing.
"Kalo boleh tau nat...., kapan?, gimana kamu ngungkapin itu ke beby?"
Kali ini pertanyaan viny berhasil memecah keheningan yang sudah sedari tadi tercipta di ruangan ini.
"M m maaf ya nat, bukannya kepo atau gimana, kamu kan rada-rada bego sama gak pekaan tuh....., hehehe...., sorry ya..."
"Aku takut kalo ternyata kemaren cara kamu menyampaikan itu kebeby agak keliru"
"Bukan apa-apa sih nat, siapa tau aku bisa bantu kamu"
Aku terkekeh kecil setelah mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari mulut viny.
Kalau dipikir-pikir viny benar juga, dan aku rasa bercerita kepada viny adalah ide yang bagus, siapa tau dia bisa membantuku dalam masalah ini.
"Hehehe..., jadi gini..."
Akupun kembali menegakkan posisi dudukku dan mulai menceritakan kejadian di taman pelangi malam itu kepada viny.
Ya...., pada saat itu beby menolak ajakkanku untuk membicarakan masalah ini, dan.... pada saat itu dia menyatakan bahwa dirinya masih belum siap jika harus berkomitmen.
"Hmmmm....., kalau aku denger dari cerita kamu barusan, kayaknya sih gak ada yang salah...."
Viny terlihat berpikir setelah menanggapi ceritaku barusan.
"Ya gitulah mbak...., mungkin dia udah gak mau lagi sama aku"
Seraya berkata seperti itu, aku juga kembali menyenderkan tubuhku di dinding sofa.
"Kok kamu bisa nyimpulin kayak gitu?"
Aku kembali menghembuskan nafas dengan kasar setelah mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan viny.
"Apa lagi emang mbak?"
Ya...., aku berani menyimpulkan seperti itu karena melihat hubungan kami yang tidak mengalami kemajuan sama sekali.
"Baru ditolak sekali aja langsun nyerah, payah kamu nat!!!"
Kali ini viny menjawab pertanyaanku dengan nada yang terdengar sedikit mengejek.
"Flashdisk ajanharus 3x nyoba dulu baru bisa masuk"
Aku dibuat agak sedikit heran dengan pernyataan viny baru saja keluar dari mulut viny.
"Mbak kira masalah ini sesederhana itu?"
Viny langsung menegakkan tubuhnya setelah mendengar pertanyaanku barusan.
"Iyalah nat!!!....., sekarang masalahnya kamu mau nyoba lagi apa enggak?!"
"Kalo kamu cuma nyoba nyolokin flashdisk sekali doang dan gakbisa, kamu langsung nyerah, nganggep flasdisk itu emang gak cocok sama lobang USB yang ada di laptopmu, dan kamu gak nyoba nyari tau masalahnya"
"Siapa tau masalah ini cuma sesederhana itu, masalahnya cuma kamu kebalik waktu nyolokin flashdisknya"
Aku kembali menegakkan tubuhku, lalu mencondongkan tubuhku kearah viny.
"Ya kalo ternyata enggak?!"
Tidak mau kalah, viny juga mencondongkan tubuhnya kearahku.
"Ya mana aku tau!!!, kamu aja belum nyoba!!!"
Mata kami cukup lama saling beradu, dengan tatapan yang sudah kami buat setajam mungkin untuk mengintimidasi dan menyalahkan pendapat satu sama lain.
Huuuuhhh.....
Kami memilih untuk sama-sama menajuhkan tubuh masing-masing, keheningan kembali tercipta saat tubuh kami susah sama-sama bersandar di dinding sofa.
"Kalau emang mbak beby udah bener-bener gakmau, aku harus gimana mbak?"
Viny kembali menarik nafas panjang setelah mendengar pertanyaanku.
"Seharusnya bukan itu yang sekarang kamu pikirin nat...."
"Harusnya kamu mikir, apa penyebab beby kemaren nolak kamu, kamu juga harusnya mikir, gimana cara supaya beby bisa nerima dan percaya sama kamu"
Aku kembaki menoleh kearah viny setelah dia selesai berbicara.
"Iya sih...., apa yang mbak bilang ada benernya, mungkin mbak beby masih takut sakit hati lagi, dia masih belum bisa percaya sama aku"
Ya....., mungkin itu ketakutan yang selama ini dirasakan beby, bahkan dia sudah mengatkannya secara gamblang saat kami mengunjungi bukit bintang malam itu, tapi aku terlalu bodoh untuk menyadari sumber masalah kami saat ini.
Ya...., beby masih takut dan belum siap untuk sakit hati lagi.
Ketakutan itu muncul karena ulahku, dan.... sumber masalahku saat ini adalah ketakutan yang sudah kubuat sendiri dalam diri beby.
Apa yang kita dapat saat ini, adalah hasil dari apa yang sebelumnya kita tanam, yaaa....., mungkin kalimat diatas dapat menggambarkan semua kejadian yang baru saja kualami saat ini.
Dan, jika aku diminta menggambarkan apa yang kualami saat ini dengan satu kata....., kata itu adalah.... karma.
"Ya...., berarti memang butuh waktu lama mbak buat memperbaiki semuanya"
Mungkin benar kata beby, sebagian pertanyaan memang belum tentu bisa langsung dijawab saat ini juga.
Mungkin..... usaha yang selama ini sudah kulakukan masih belum terlihat cukup di matanya.
"Gak salah sih nat....., tapi aku mau ngasih tau aja, kalo beby di bandung, dia bisa jadi lebih deket sama sakti lhoo...."
Deeeegggg.........
.
.
.
tariganna dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
