- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
...
TS
rendyprasetyyo
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
Quote:
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
SELAMAT DATANG DI CERITA KITA UNTUK SELAMANYA SERIES.
Quote:
Sinopsis:
Ditahun 2025 terjadi kekacauan besar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pandemi virus yang semakin memburuk, serangan teror, unjuk rasa, banyak orang harus kehilangan keluarga dan mata pencarian, sampai akhirnya pemerintah menetapkan status darurat nasional untuk menghentikan semua aktifitas yang dapat membahayakan warga. Ditengah kekacauan ini, Rendy dan Bianca bertemu dengan Mr.Klaus yang akan merubah hidup mereka dan membawa mereka pada petualangan baru di Desa Praijing, Sumba. Siapakah yang akan memperbaiki keadaan tersebut? Apakah kekacauan tersebut bisa diselesaikan? Siapakah sebenernya Mr.Klaus?
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Pembukanya gak usah panjang-panjang. sebelum baca series ketiga ini gue rekomendasikan untuk baca dulu dua series sebelumnya ya biar gak bingung dan gak banyak nanya lagi. Tapi kalau mau lanjut kesini aja juga boleh. langsung aja, enjoy the story hehe.
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
--------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Quote:
--------------------------------------------------------------------------------------------
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 3 : CATAPHILES
PROLOG
Tahun 2026
Disebuah negeri entah berantah.
“Bi..? ini beneran kamu?”
Gue buka mata gue perlahan sambil menegakkan tubuh gue yang serasa rontok disemua bagian. Tangan kiri gue berasa perih dan samar-samar terlihat aliran darah beku menghitam diarea pergelangannya. Bibir atas dan lutut kaki sebelah kanan gue juga menimbulkan sensasi sakit luar biasa tiap kali gue mencoba untuk menggerakkan tubuh. Samar-samar terlihat bayangan bibi ketika pertama kali gue membuka mata tadi. Sekarang setelah sepenuhnya sadar, gue makin bingung dengan keadaan yang tejadi karena gak cuma ada Bibi disini. Ada seorang wanita lain terlihat sedang membalut luka ditungkai kaki seorang pria yang terlihat mengeluarkan darah cukup banyak.
“Iya, Rendy. Ini aku” Bibi menjawab sambil mengulurkan beberapa obat penghilang rasa sakit dan penambah darah untuk gue minum. “Minum nih kalau masih kerasa sakit, untung aja gak apa-apa kan.”
“Gak apa-apa apanya sih bi?” gue mengambil obat dari tangan bibi dan segera meminum obat tersebut dengan beberapa teguk air yang ada digelas di sisi lain tubuh gue. “Emang kita dimana? Kenapa ada mereka juga?”
Gue dan Bibi sekarang ada disebuah pondok kayu kecil berukuran 3x4 m dengan satu jendela persegi kecil bertirai kain hitam lusuh jadi tempat lewat mentari pagi berada disisi belakang tubuh bibi. Sang wanita asing yang tadi sedang sibuk memperban seorang laki-laki sekarang terlihat menatap Bibi dari kejauhan. Luka yang sedang diperban dari tungkai cowok tersebut pun terlihat sudah berhenti mengalirkan darah. Ruangan kumuh ini lembab dengan hanya satu alas tidur jadi tempat beristirahat lelaki dengan perban didaerah tungkai. Samar gue lihat kalau laki-laki ini terlihat familiar dengan rambut ikal panjangnya.
“hufft” bibi menjawab sambil menghela nafas panjang dan membereskan beberapa peralatan yang sebelumnya dipakai untuk mengobati gue. “dugaan aku bener kan, kamu bakal lupa semuanya setelah semalam kepala kamu kebentur. Untung ada mereka yang nolongin”
Terlihat sang wanita tersenyum tipis sambil melambaikan tangan kearah gue.
“Mereka siapa be?” gue bertanya pelan kearah bibi sambil meringis.
“Astaga Rendy kamu beneran gak inget apa-apa ya. Yang cewek namanya Sydney dan yang cowok namanya Will” Bibi menjawab. “Kita disini bareng-bareng karena harus ngumpulin informasi tentang apapun yang berhubungan sama organisasi Cataphiles, seenggaknya itu perintah yang dikasih atasan kemaren. Tapi karena kecerobohan kamu rencana kita gagal semalem dan harus sembunyi ditempat ini sekarang.”
Will? Sydney? Organisasi Cataphiles? Perintah atasan? Semua hal yang bibi bicarakan terdengar imajinatif karena seinget gue semalem sebelum tidur gue masih ada dikosan, ngobrol sama mas kosan tentang kemungkinan gue untuk pindah kerja. Gue dan bibipun udah lama gak ketemu dan sekarang tiba-tiba kita berdua sedang berada di tempat antah berantah sama dua orang asing dan katanya sedang menjalani sebuah misi.
“Bentar-bentar” gue mencoba menelaah perkataan bibi. “kamu bisa ceritain dari awal? Dari awal banget?”
“Dari awal kita ketemu?” bibi menjawab. “apa dari awal kita ada ditempat ini? by the way, kita sekarang lagi di perbatasan sisi timur kota Paris”
“Dari awal terbentuk galaksi bimasakti juga boleh aku dengerin” gue menjawab perkataan bibi sambil membenarkan posisi lutut kanan gue yang telihat lebam membiru dengan ukuran cukup besar. “semalem aku tidur masih dikosan kok tiba-tiba ada disini ya wajar dong bingung. Bentar, kamu bilang PARIS?”
“hah? Tidur dikosan?” bibi menjawab sambil mengernyitkan dahi.”bener-bener makin bodoh setelah kepalanya terbentur nih orang. ya udah sini diceritain dari awal...”
Dan bibi mulai bercerita tentang kejadian awal kenapa semua jadi seperti ini. Di kejauhan gue liat sydney terlihat tersenyum karena obrolan gue dan bibi barusan.
Index:
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
BUDAYAKAN MENINGGALKAN JEJAK SUPAYA KITA BISA SALING KENAL
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
lebih enak baca di kaskus atau wattpad?
Diubah oleh rendyprasetyyo 11-06-2023 20:12
nomorelies dan 39 lainnya memberi reputasi
38
20.9K
524
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rendyprasetyyo
#26
Chapter 10
“Bintangnya keren” Bibi berkata sambil menatap langit malam. Setelah seharian berkaraoke dilanjut dengan makan malam pakai telor, nugget, dan sosis yang digoreng Bibi seadanya, gue dan Bibi memutuskan untuk melihat langit malam di rooftop. Rumah gue memang punya satu area atap yang dibuat khusus oleh ayah untuk menjemur pakaian dan untuk duduk-duduk santai disore hari. Rooftop sederhana ini gak sebesar rooftop kosan gue waktu di Jakarta memang, tapi ya cukuplah untuk melihat bintang berdua Bibi sebelum tidur. Romantis. “Kira-kira Ben sama keluarga kamu disana lagi ngapain?”
“Gak tau Be” gue jawab Bibi sambil menghirup udara malam. Gue udah gak bisa ngerokok sejak ada Bibi karena Bibi pasti bakal marah tiap liat gue nyemburin asap rokok keluar dari mulut gue. Dan sekarang gue ngerti alasannya kenapa banyak orang susah buat berhenti ngerokok, adiksi yang ditimbulkan terlalu besar, saking besarnya gak ada yang bisa bertahan menahan keinginan buat gak ngerokok kecuali motivasinya besar banget. Dan motivasi gue sekarang besar banget sih emang, karena gak mau kehilangan Bibi lagi. “Mereka lagi istirahat disana setelah mengarungi hidup. Persis kayak liburan. Tapi liburannya gak bisa balik lagi ke Bumi.”
“Iya, mereka lagi istirahat” suara Bibi terdengar diantara alunan musik jazz lawas yang gue setel lewat handphone malam ini dirooftop. Langit malam ini memang cerah, banyak bintang berkilauan diatas sana membentuk berbagai rasi. “Aku kapan ya bisa istirahat juga”
“Nanti ada waktunya Be” gue menjawab sambil melihat dari atas kalau suasana tenang menyelimuti perumahan yang gue tempati sekarang. Beberapa hari terakhir gue belum liat keadaan luar rumah dan gak juga menyetel TV untuk melihat berita, mungkin keadaan sudah mulai kondusif lagi sekarang. Tapi kesimpulan ini harus gue tepiskan karena beberapa rumah disekitar rumah gue masih dalam keadaan gelap seperti tak berpenghuni. “Belum sekarang, masih ada tugas yang harus kamu kerjain, aku juga.”
“Ren” Bibi berkata dengan pelan dan tiba-tiba merangkul lengan gue. “Kalau kamu pergi, aku juga pergi. Aku gak mau tinggal sendiri di Bumi tanpa kamu, Ben, orangtua aku. Aku gak akan bisa.”
“Yakin?” gue jawab sambil melirik kearah bibi dan gue kecup bibirnya singkat. “Aku gak bakal kemana-mana bebe. Eh tapi kalau aku gak ada tapi kamu dijagain Iron man mau?”
“Gak mau” Bibi menjawab cepat. “Iron man cuma ada di film, bukan didunia nyata”
“Tapi kan berasa real banget” gue berkata. “Siapa tahu emang ada iron man diluar sana cuma kita gak tau aja”
“Belum ada yang bisa bikin teknologi kayak gitu” Bibi menjawab. “Bikin Siri sama Google Assistant aja masih banyak kekurangannya. 100 tahun lagi mungkin Iron man baru beneran ada di Bumi”
“Mudah-mudahan aja virusnya udah ilang 100 tahun lagi dan kita berdua masih hidup jadi bisa liat iron man bareng” gue menjawab perkataan Bibi sambil tersenyum. “Eh tapi, kayaknya bakal gak ilang sih Bi virus ini sementara urusan vaksin aja gak kelar-kelar.”
“Tuh kan aku jadi inget sesuatu” Bibi tiba-tiba berkata. “Kamu mau tahu gimana virus ini bisa ada? Dari awal banget?”
“Gimana Gimana coba ceritain” Gue merapatkan duduk gue dan menatap kearah bibi sekarang.“ kamu udah janji mau cerita sama aku kemaren”
“Gini” Bibi memulai ceritanya. “Beberapa tahun yang lalu sempet ada isu kalau virusnya ini buatan manusia kan? Jawabannya baru aku dapet dalam beberapa bulan terakhir, waktu atasan aku bilang kalau vaksinnya udah tinggal finishing dan dalam setahun bakal didistribusi kesemua negara. Aku seneng dong denger berita ini.”
“Wah beneran?” Gue menjawab dengan antusias, gue baru tau sih info detail ini sekarang, sebelumnya Bibi cuma ngasih info-info singkat ke gue lewat chat. “Tapi kok ya heran kenapa gak ada satupun berita tentang vaksin yang disiarin TV? Kalau beneran beberapa bulan lagi bakal didistribusi harusnya kan rakyat berhak tahu biar gak ada chaos dan salah paham sama pemerintah.”
“Nah itu masalahnya” Bibi menjawab. “Setelah ngomong vaksin bakal didistribusi setahun lagi, atasan aku bilang kalau berita ini gak boleh kesebar kesiapapun. Aku awalnya bingung persis kayak reaksi kamu sekarang, berita baik kok gak perlu disebar ya gak. aku pikir sih mungkin karena pihak industri takut ada kemunduran jadwal atau hasil uji klinik yang gak sesuai yang bisa bikin jadwal tertunda, tapi ternyata ada alasan lain dibalik semuanya Rendy”
“Apa alasannya be?” gue bertanya ke Bibi, dikejauhan gue denger suara jangkrik khas malam hari saling bersahutan di kegelapan malam.
“Alasannya karena ada pihak-pihak yang mau ngambil keuntungan dari keberadaan vaksin ini” Bibi menjawab. “Kamu bayangin aja di situasi chaos kayak gini, yang punya vaksin pasti yang berkuasa. Gak cuma memonopoli vaksin, pihak ini jugalah yang katanya bertanggung jawab atas keberadaan virus ini dari awal”
“Pihak siapa maksud kamu? Organisasi yang diTV itu bukan sih?” gue bertanya penuh rasa ingin tahu. “Cataphiles ya?”
“Iya, katanya mereka. Aku juga gak tau pasti. Aku pernah denger atasan aku nyebut nama Shadow gitu berkali-kali tiap ditelfon” Bibi menjawab. “Atasan aku gak punya pilihan lain dan terus ngasih aku info terupdate karena cuma aku yang bisa dipercaya buat bantu dia. Tapi gak tau kenapa tiap dia ngasih info tiap itu juga aku selalu berasa dimata-matai. Sampe akhirnya beberapa hari sebelum teror itu aku dapet info penting kalau vaksin benar bakal dikirim 6 bulan lagi, tapi jumlah akan dibatasi oleh pemerintah, cuma untuk beberapa pihak tertentu aja.”
“Maksudnya?” gue bertanya. “Yang gak ngedukung bakal mati sia-sia dong kalau jumlahnya terbatas. Bentar, kok pemerintah ikut-ikutan?”
“Mungkin kayak gitu. Ada yang salah juga sama pemerintah kayaknya. Gak tau Presiden tau berita tentang vaksin ini atau beliau lagi sibuk ngurusin urusan lain.” Bibi menjawab cepat. “Tapi aku udah bikin file backup sembunyi-sembunyi untuk informasi pengiriman vaksin tadi. Pas hari jumat sore sebelum aku masuk parkiran apartemen, tiba-tiba apartemen aku meledak, dan Ben jadi korban. Setelahnya aku bingung dan aku lari kesini”
“Jadi mereka nutup-nutupin keberadaan vaksin supaya penggunaannya bisa dimonopoli untuk kepentingan mereka?” gue menyimpulkan cerita Bibi. “Terus teror-teror itu sengaja supaya situasi jadi chaos dan pemerintah keliatan gak becus?”
“Iya” bibi menjawab singkat. “Kemungkinan kayak gitu, Rendoy”
“Tapi apa tujuannya ditutup-tutupin ya be?” gue melanjutkan kebingungan gue. “Maksud aku, buat apa juga toh kalau rakyat chaos mereka juga yang bakal rugi dan didemo”
“Semua bakal masuk akal kalau bikin rakyat chaos emang jadi tujuan mereka” Bibi melanjutkan. “Coba pikir deh, rakyat chaos, minta presiden turun, terus tanpa pemilu ditunjuk presiden baru. Mulai keliatan kan arahnya kemana?”
“Nah, aku juga baru mau ngomong gitu.” Gue berkilah atas kebodohan gue yang gak pernah kepikiran sampai kesana. “Bibku kamu pinter banget sekarang”
“Makasih Rendy, udah ah ngomongin itu kan kita sekarang udah janji mau happy-happy aja.” Bibi tiba-tiba berkata, masih dengan merangkul lengan gue. Udara malam bandung memang terasa agak dingin sekarang. ”Eh, kita berasa honeymoon gak sih? Berdua, gak diganggu siapa-siapa, ngelewatin momen romantis, karaoke bareng, masak bareng.”
“Hmm kayaknya kamu udah mau tidur dari arah pembicaraannya” gue menjawab perkataan bibi sambil menggenggam tangan bibi yang ada dirangkulan lengan gue. “Tidur yuk? Udah malem juga”
“Aku sih hayu aja kalau mau turun sekarang” bibi menjawab. “Tapi aku maunya digendong sampai kamar”
“Jalan sendiri bisa kali” gue berkata dengan nada dewasa. “Aku sih mau aja gendong kamu dari sini sampe Zimbabwe, aku gak mau kamu jadi terbiasa manja aja nanti”
“Yakin bisa gendong aku sampe zimbabwe?” Bibi berkata dengan nada manja dan menatap mata gue. “Tapi aku lagi pengen dimanja gimana dong?”
“Yaudah sini” gue menjawab dengan mengambil nafas panjang sambil sedikit menunduk agar Bibi bisa naik ke punggung gue. “Aku sekalian olahraga juga udah lama gak olahraga”
“Gitu dong” Bibi dengan antusias meloncat dengan memeluk punggung gue dengan erat. “Ayo pak supir antar aku ke kamar buat tidur”
“Dibayarnya pake apa nanti?” gue bertanya ke bibi sebelum melangkahkan kaki untuk turun kebawah.
“Pake cinta, mau? Hehe” bibi menjawab singkat.
------------------------------------------
note: update selanjutnya setelah lebaran guys
“Bintangnya keren” Bibi berkata sambil menatap langit malam. Setelah seharian berkaraoke dilanjut dengan makan malam pakai telor, nugget, dan sosis yang digoreng Bibi seadanya, gue dan Bibi memutuskan untuk melihat langit malam di rooftop. Rumah gue memang punya satu area atap yang dibuat khusus oleh ayah untuk menjemur pakaian dan untuk duduk-duduk santai disore hari. Rooftop sederhana ini gak sebesar rooftop kosan gue waktu di Jakarta memang, tapi ya cukuplah untuk melihat bintang berdua Bibi sebelum tidur. Romantis. “Kira-kira Ben sama keluarga kamu disana lagi ngapain?”
“Gak tau Be” gue jawab Bibi sambil menghirup udara malam. Gue udah gak bisa ngerokok sejak ada Bibi karena Bibi pasti bakal marah tiap liat gue nyemburin asap rokok keluar dari mulut gue. Dan sekarang gue ngerti alasannya kenapa banyak orang susah buat berhenti ngerokok, adiksi yang ditimbulkan terlalu besar, saking besarnya gak ada yang bisa bertahan menahan keinginan buat gak ngerokok kecuali motivasinya besar banget. Dan motivasi gue sekarang besar banget sih emang, karena gak mau kehilangan Bibi lagi. “Mereka lagi istirahat disana setelah mengarungi hidup. Persis kayak liburan. Tapi liburannya gak bisa balik lagi ke Bumi.”
“Iya, mereka lagi istirahat” suara Bibi terdengar diantara alunan musik jazz lawas yang gue setel lewat handphone malam ini dirooftop. Langit malam ini memang cerah, banyak bintang berkilauan diatas sana membentuk berbagai rasi. “Aku kapan ya bisa istirahat juga”
“Nanti ada waktunya Be” gue menjawab sambil melihat dari atas kalau suasana tenang menyelimuti perumahan yang gue tempati sekarang. Beberapa hari terakhir gue belum liat keadaan luar rumah dan gak juga menyetel TV untuk melihat berita, mungkin keadaan sudah mulai kondusif lagi sekarang. Tapi kesimpulan ini harus gue tepiskan karena beberapa rumah disekitar rumah gue masih dalam keadaan gelap seperti tak berpenghuni. “Belum sekarang, masih ada tugas yang harus kamu kerjain, aku juga.”
“Ren” Bibi berkata dengan pelan dan tiba-tiba merangkul lengan gue. “Kalau kamu pergi, aku juga pergi. Aku gak mau tinggal sendiri di Bumi tanpa kamu, Ben, orangtua aku. Aku gak akan bisa.”
“Yakin?” gue jawab sambil melirik kearah bibi dan gue kecup bibirnya singkat. “Aku gak bakal kemana-mana bebe. Eh tapi kalau aku gak ada tapi kamu dijagain Iron man mau?”
“Gak mau” Bibi menjawab cepat. “Iron man cuma ada di film, bukan didunia nyata”
“Tapi kan berasa real banget” gue berkata. “Siapa tahu emang ada iron man diluar sana cuma kita gak tau aja”
“Belum ada yang bisa bikin teknologi kayak gitu” Bibi menjawab. “Bikin Siri sama Google Assistant aja masih banyak kekurangannya. 100 tahun lagi mungkin Iron man baru beneran ada di Bumi”
“Mudah-mudahan aja virusnya udah ilang 100 tahun lagi dan kita berdua masih hidup jadi bisa liat iron man bareng” gue menjawab perkataan Bibi sambil tersenyum. “Eh tapi, kayaknya bakal gak ilang sih Bi virus ini sementara urusan vaksin aja gak kelar-kelar.”
“Tuh kan aku jadi inget sesuatu” Bibi tiba-tiba berkata. “Kamu mau tahu gimana virus ini bisa ada? Dari awal banget?”
“Gimana Gimana coba ceritain” Gue merapatkan duduk gue dan menatap kearah bibi sekarang.“ kamu udah janji mau cerita sama aku kemaren”
“Gini” Bibi memulai ceritanya. “Beberapa tahun yang lalu sempet ada isu kalau virusnya ini buatan manusia kan? Jawabannya baru aku dapet dalam beberapa bulan terakhir, waktu atasan aku bilang kalau vaksinnya udah tinggal finishing dan dalam setahun bakal didistribusi kesemua negara. Aku seneng dong denger berita ini.”
“Wah beneran?” Gue menjawab dengan antusias, gue baru tau sih info detail ini sekarang, sebelumnya Bibi cuma ngasih info-info singkat ke gue lewat chat. “Tapi kok ya heran kenapa gak ada satupun berita tentang vaksin yang disiarin TV? Kalau beneran beberapa bulan lagi bakal didistribusi harusnya kan rakyat berhak tahu biar gak ada chaos dan salah paham sama pemerintah.”
“Nah itu masalahnya” Bibi menjawab. “Setelah ngomong vaksin bakal didistribusi setahun lagi, atasan aku bilang kalau berita ini gak boleh kesebar kesiapapun. Aku awalnya bingung persis kayak reaksi kamu sekarang, berita baik kok gak perlu disebar ya gak. aku pikir sih mungkin karena pihak industri takut ada kemunduran jadwal atau hasil uji klinik yang gak sesuai yang bisa bikin jadwal tertunda, tapi ternyata ada alasan lain dibalik semuanya Rendy”
“Apa alasannya be?” gue bertanya ke Bibi, dikejauhan gue denger suara jangkrik khas malam hari saling bersahutan di kegelapan malam.
“Alasannya karena ada pihak-pihak yang mau ngambil keuntungan dari keberadaan vaksin ini” Bibi menjawab. “Kamu bayangin aja di situasi chaos kayak gini, yang punya vaksin pasti yang berkuasa. Gak cuma memonopoli vaksin, pihak ini jugalah yang katanya bertanggung jawab atas keberadaan virus ini dari awal”
“Pihak siapa maksud kamu? Organisasi yang diTV itu bukan sih?” gue bertanya penuh rasa ingin tahu. “Cataphiles ya?”
“Iya, katanya mereka. Aku juga gak tau pasti. Aku pernah denger atasan aku nyebut nama Shadow gitu berkali-kali tiap ditelfon” Bibi menjawab. “Atasan aku gak punya pilihan lain dan terus ngasih aku info terupdate karena cuma aku yang bisa dipercaya buat bantu dia. Tapi gak tau kenapa tiap dia ngasih info tiap itu juga aku selalu berasa dimata-matai. Sampe akhirnya beberapa hari sebelum teror itu aku dapet info penting kalau vaksin benar bakal dikirim 6 bulan lagi, tapi jumlah akan dibatasi oleh pemerintah, cuma untuk beberapa pihak tertentu aja.”
“Maksudnya?” gue bertanya. “Yang gak ngedukung bakal mati sia-sia dong kalau jumlahnya terbatas. Bentar, kok pemerintah ikut-ikutan?”
“Mungkin kayak gitu. Ada yang salah juga sama pemerintah kayaknya. Gak tau Presiden tau berita tentang vaksin ini atau beliau lagi sibuk ngurusin urusan lain.” Bibi menjawab cepat. “Tapi aku udah bikin file backup sembunyi-sembunyi untuk informasi pengiriman vaksin tadi. Pas hari jumat sore sebelum aku masuk parkiran apartemen, tiba-tiba apartemen aku meledak, dan Ben jadi korban. Setelahnya aku bingung dan aku lari kesini”
“Jadi mereka nutup-nutupin keberadaan vaksin supaya penggunaannya bisa dimonopoli untuk kepentingan mereka?” gue menyimpulkan cerita Bibi. “Terus teror-teror itu sengaja supaya situasi jadi chaos dan pemerintah keliatan gak becus?”
“Iya” bibi menjawab singkat. “Kemungkinan kayak gitu, Rendoy”
“Tapi apa tujuannya ditutup-tutupin ya be?” gue melanjutkan kebingungan gue. “Maksud aku, buat apa juga toh kalau rakyat chaos mereka juga yang bakal rugi dan didemo”
“Semua bakal masuk akal kalau bikin rakyat chaos emang jadi tujuan mereka” Bibi melanjutkan. “Coba pikir deh, rakyat chaos, minta presiden turun, terus tanpa pemilu ditunjuk presiden baru. Mulai keliatan kan arahnya kemana?”
“Nah, aku juga baru mau ngomong gitu.” Gue berkilah atas kebodohan gue yang gak pernah kepikiran sampai kesana. “Bibku kamu pinter banget sekarang”
“Makasih Rendy, udah ah ngomongin itu kan kita sekarang udah janji mau happy-happy aja.” Bibi tiba-tiba berkata, masih dengan merangkul lengan gue. Udara malam bandung memang terasa agak dingin sekarang. ”Eh, kita berasa honeymoon gak sih? Berdua, gak diganggu siapa-siapa, ngelewatin momen romantis, karaoke bareng, masak bareng.”
“Hmm kayaknya kamu udah mau tidur dari arah pembicaraannya” gue menjawab perkataan bibi sambil menggenggam tangan bibi yang ada dirangkulan lengan gue. “Tidur yuk? Udah malem juga”
“Aku sih hayu aja kalau mau turun sekarang” bibi menjawab. “Tapi aku maunya digendong sampai kamar”
“Jalan sendiri bisa kali” gue berkata dengan nada dewasa. “Aku sih mau aja gendong kamu dari sini sampe Zimbabwe, aku gak mau kamu jadi terbiasa manja aja nanti”
“Yakin bisa gendong aku sampe zimbabwe?” Bibi berkata dengan nada manja dan menatap mata gue. “Tapi aku lagi pengen dimanja gimana dong?”
“Yaudah sini” gue menjawab dengan mengambil nafas panjang sambil sedikit menunduk agar Bibi bisa naik ke punggung gue. “Aku sekalian olahraga juga udah lama gak olahraga”
“Gitu dong” Bibi dengan antusias meloncat dengan memeluk punggung gue dengan erat. “Ayo pak supir antar aku ke kamar buat tidur”
“Dibayarnya pake apa nanti?” gue bertanya ke bibi sebelum melangkahkan kaki untuk turun kebawah.
“Pake cinta, mau? Hehe” bibi menjawab singkat.
------------------------------------------
note: update selanjutnya setelah lebaran guys
Diubah oleh rendyprasetyyo 23-05-2020 03:07
regmekujo dan 2 lainnya memberi reputasi
3


