- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
...
TS
rendyprasetyyo
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
Quote:
TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.
SELAMAT DATANG DI CERITA KITA UNTUK SELAMANYA SERIES.
Quote:
Sinopsis:
Ditahun 2025 terjadi kekacauan besar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pandemi virus yang semakin memburuk, serangan teror, unjuk rasa, banyak orang harus kehilangan keluarga dan mata pencarian, sampai akhirnya pemerintah menetapkan status darurat nasional untuk menghentikan semua aktifitas yang dapat membahayakan warga. Ditengah kekacauan ini, Rendy dan Bianca bertemu dengan Mr.Klaus yang akan merubah hidup mereka dan membawa mereka pada petualangan baru di Desa Praijing, Sumba. Siapakah yang akan memperbaiki keadaan tersebut? Apakah kekacauan tersebut bisa diselesaikan? Siapakah sebenernya Mr.Klaus?
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Pembukanya gak usah panjang-panjang. sebelum baca series ketiga ini gue rekomendasikan untuk baca dulu dua series sebelumnya ya biar gak bingung dan gak banyak nanya lagi. Tapi kalau mau lanjut kesini aja juga boleh. langsung aja, enjoy the story hehe.
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
--------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile
The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Quote:
--------------------------------------------------------------------------------------------
CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 3 : CATAPHILES
PROLOG
Tahun 2026
Disebuah negeri entah berantah.
“Bi..? ini beneran kamu?”
Gue buka mata gue perlahan sambil menegakkan tubuh gue yang serasa rontok disemua bagian. Tangan kiri gue berasa perih dan samar-samar terlihat aliran darah beku menghitam diarea pergelangannya. Bibir atas dan lutut kaki sebelah kanan gue juga menimbulkan sensasi sakit luar biasa tiap kali gue mencoba untuk menggerakkan tubuh. Samar-samar terlihat bayangan bibi ketika pertama kali gue membuka mata tadi. Sekarang setelah sepenuhnya sadar, gue makin bingung dengan keadaan yang tejadi karena gak cuma ada Bibi disini. Ada seorang wanita lain terlihat sedang membalut luka ditungkai kaki seorang pria yang terlihat mengeluarkan darah cukup banyak.
“Iya, Rendy. Ini aku” Bibi menjawab sambil mengulurkan beberapa obat penghilang rasa sakit dan penambah darah untuk gue minum. “Minum nih kalau masih kerasa sakit, untung aja gak apa-apa kan.”
“Gak apa-apa apanya sih bi?” gue mengambil obat dari tangan bibi dan segera meminum obat tersebut dengan beberapa teguk air yang ada digelas di sisi lain tubuh gue. “Emang kita dimana? Kenapa ada mereka juga?”
Gue dan Bibi sekarang ada disebuah pondok kayu kecil berukuran 3x4 m dengan satu jendela persegi kecil bertirai kain hitam lusuh jadi tempat lewat mentari pagi berada disisi belakang tubuh bibi. Sang wanita asing yang tadi sedang sibuk memperban seorang laki-laki sekarang terlihat menatap Bibi dari kejauhan. Luka yang sedang diperban dari tungkai cowok tersebut pun terlihat sudah berhenti mengalirkan darah. Ruangan kumuh ini lembab dengan hanya satu alas tidur jadi tempat beristirahat lelaki dengan perban didaerah tungkai. Samar gue lihat kalau laki-laki ini terlihat familiar dengan rambut ikal panjangnya.
“hufft” bibi menjawab sambil menghela nafas panjang dan membereskan beberapa peralatan yang sebelumnya dipakai untuk mengobati gue. “dugaan aku bener kan, kamu bakal lupa semuanya setelah semalam kepala kamu kebentur. Untung ada mereka yang nolongin”
Terlihat sang wanita tersenyum tipis sambil melambaikan tangan kearah gue.
“Mereka siapa be?” gue bertanya pelan kearah bibi sambil meringis.
“Astaga Rendy kamu beneran gak inget apa-apa ya. Yang cewek namanya Sydney dan yang cowok namanya Will” Bibi menjawab. “Kita disini bareng-bareng karena harus ngumpulin informasi tentang apapun yang berhubungan sama organisasi Cataphiles, seenggaknya itu perintah yang dikasih atasan kemaren. Tapi karena kecerobohan kamu rencana kita gagal semalem dan harus sembunyi ditempat ini sekarang.”
Will? Sydney? Organisasi Cataphiles? Perintah atasan? Semua hal yang bibi bicarakan terdengar imajinatif karena seinget gue semalem sebelum tidur gue masih ada dikosan, ngobrol sama mas kosan tentang kemungkinan gue untuk pindah kerja. Gue dan bibipun udah lama gak ketemu dan sekarang tiba-tiba kita berdua sedang berada di tempat antah berantah sama dua orang asing dan katanya sedang menjalani sebuah misi.
“Bentar-bentar” gue mencoba menelaah perkataan bibi. “kamu bisa ceritain dari awal? Dari awal banget?”
“Dari awal kita ketemu?” bibi menjawab. “apa dari awal kita ada ditempat ini? by the way, kita sekarang lagi di perbatasan sisi timur kota Paris”
“Dari awal terbentuk galaksi bimasakti juga boleh aku dengerin” gue menjawab perkataan bibi sambil membenarkan posisi lutut kanan gue yang telihat lebam membiru dengan ukuran cukup besar. “semalem aku tidur masih dikosan kok tiba-tiba ada disini ya wajar dong bingung. Bentar, kamu bilang PARIS?”
“hah? Tidur dikosan?” bibi menjawab sambil mengernyitkan dahi.”bener-bener makin bodoh setelah kepalanya terbentur nih orang. ya udah sini diceritain dari awal...”
Dan bibi mulai bercerita tentang kejadian awal kenapa semua jadi seperti ini. Di kejauhan gue liat sydney terlihat tersenyum karena obrolan gue dan bibi barusan.
Index:
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
PART 1 :Tragedi
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
PART 2 : Preparasi
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
PART 3 : Akurasi
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27 - Special Chapter
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
PART 4 : Memori
Soon
Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :
BUDAYAKAN MENINGGALKAN JEJAK SUPAYA KITA BISA SALING KENAL
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
lebih enak baca di kaskus atau wattpad?
Diubah oleh rendyprasetyyo 11-06-2023 20:12
nomorelies dan 39 lainnya memberi reputasi
38
20.9K
524
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.4KAnggota
Tampilkan semua post
TS
rendyprasetyyo
#22
Chapter 8
Disuatu tempat
Seorang pria berdiri dibawah gelapnya malam disalah satu puncak gedung di Jakarta. Lalu lintas dijalanan dibawah gedung tampak sepi. Bintang-bintang terlihat berkilauan di gelapnya malam, memberi sedikit cahaya untuk membentuk bayangan pria tersebut yang tampak kekar mengenakan mantel hitam panjang. Pria ini tampak memegang sebuah cerutu ditangan kanannya dan foto seorang perempuan berambut panjang dan berkacamata ditangan yang lain. Dibelakangnya terlihat seorang pemuda berdiri dengan setelan jas hitam seakan-akan menunggu perintah dari pria misterius tersebut.
“Jadi dimana perempuan ini sekarang?” sang pria berkata sambil menghisap cerutunya dalam-dalam.
“Dia berhasil keluar dari Jakarta.” sang pemuda menjawab tenang.
“Tetap awasi perempuan ini apapun yang terjadi” sang pria misterius lanjut berkata. “Dari sekian banyak pihak yang sudah kita kuasai, cuma perempuan ini yang punya kesempatan untuk menggagalkan semuanya.”
“Dia sedang berada di Bandung” sang pemuda menjawab. “Perempuan tersebut sepertinya aman, dia tidak akan berbicara tentang apapun dalam waktu dekat. Agen memberi kabar kalau pengiriman vaksin baru akan terjadi 6 bulan, sementara waktu kita tidak bisa melakukan apa-apa supaya tidak menyita perhatian publik. Rencana sejauh ini berjalan lancar karena terjadi chaos diberbagai tempat setelah teror ledakan kemarin. Pemerintah mulai goyah. Kita tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengeksekusi rencana akhir agar tujuan kita tercapai.”
“Bagus” sang pria misterius menjawab. “tetap jalankan semuanya sesuai rencana. Dalam waktu 2 hari kedepan eksekusi perempuan tersebut sebelum semuanya terlambat. Jangan tinggalkan jejak apapun, buat seolah-olah terjadi karena tindakan anarkis akibat pemberontakan terhadap pemerintah.”
“Baik, pak” sang pemuda menjawab.
“Eksekusi langsung dengan tanganmu sendiri, Leo” sang pria misterius melanjutkan. “Jangan sampai gagal dan jangan libatkan siapapun”
“Baik, Pak” sang pemuda menjawab tenang lalu melangkah pergi meninggalkan gedung.
“Atlas, Klaus” sang pria misterius berkata sambil menghisap cerutunya diantara hembusan angin malam. Angin malam yang berhembus cukup kencang diatas gedung tersebut membuat mantel sang pria terombang-ambing. “Sampai bertemu di alam berbeda”
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi ini gue bangun dengan perasaan sedikit membaik setelah hampir semalaman bibi tidur dengan memeluk gue dari belakang. Perasaan gue sedikit lebih tenang sekarang setelah sebelumnya dipenuhi emosi marah dan sedih dengan kapasitas yang tidak pernah gue rasakan. Semalam Bibi benar-benar memberi kehangatan. Berada sepanjang malam disamping perempuan yang gue kenal 10 tahun ini membuat gue sadar kalau gue gak sendirian sekarang. Gak pernah gue bayangkan sebelumnya kalau gue dan Bibi bakal melewati momen berat seperti ini dan akan saling menghibur seperti yang kami lakukan tadi malam.
Gue mulai merasakan kalau pagi mulai tiba. Tidak beberapa lama yang lalu gue mendengar suara ayam berkokok dan adzan shubuh dikumandangkan. Cahaya mentari pagi mulai masuk melalui celah jendela yang tidak tertutup tirai.
“Ren bangun” Bibi tiba-tiba bergumam. Tangannya yang sedang memeluk pinggang gue tiba-tiba sedikit bergerak. “Udah pagi tau”
“Kamu yang belum bangun, Bianca” gue menjawab sambil memutar tubuh gue agar saling berhadapan dengan tubuh Bibi. Rambut hitam panjangnya, bibir tipisnya, dan matanya yang indah terlihat polos dengan ekspresi yang belum pernah gue liat selama 10 tahun gue kenal Bibi. “Bangun sih, tapi kalau mau tetep tidur gak apa-apa. Kamu cantik Bi kalau lagi tidur”
“Ah?” Bibi membuka mata secara cepat setelah mendengar kata cantik sambil tangan kirinya meraba-raba meja tempat menaruh kaca mata yang letaknya ada disamping tempat tidur. “Kamu bilang aku cantik? Huuhu so sweet. Pengen lagi yah kayak semalem? Ngaku”
“Dari awal kenal kan aku emang bilang kamu cantik, dih. Aku pernah nulis kamu mirip Maudy Ayunda” gue menjawab sambil tetap memperhatikan ekspresi bibi yang baru bangun. “kamu udah gak pernah baca ceritanya lagi sih, aku nulis bertahun-tahun padahal. kayak semalem? pengeeeen. Aku selalu pengen kalau berdua sama kamu”
“Hehehe gaplok juga nih, gak bakal aku kasih kamu kesempatan kayak gini sering-sering, inget ya. Aku inget, gak bisa lupa lah kalau udah ditulis terus dikasih judul CERITA KITA UNTUK SELAMANYA hahahaa. Tiap kamu nyebelin aku selalu baca curhatan kamu disana. Lucu” Bibi menjawab sambil memakai kacamata yang berhasil dia temukan dimeja sebelah tempat tidur dengan hanya meraba-raba. Mata gue dan dia saling bertatapan sekarang. Jantung gue dagdigdug untuk kesekian kalinya dalam beberapa jam terakhir. “Hari ini kita sarapan bareng, masak bareng, beres-beres bareng, ah banyak banget kegiatannya, tapi yang penting kita mandi dulu yuk sekarang?”
“Aku mager Be” gue menjawab perkataan Bibi sambil tetap menatap matanya dalam-dalam. “Kamu aja sendiri aku tidur disini boleh?”
“Dih kamu gak denger aku barusan ngomong apa? Bareng. Semua bakal kita lakuin bareng” bibi menjawab sambil tersenyum jahat. “Tapi kalau kamu mau kita tetep dikamar aja seharian juga boleh. Paling ya nanti dapur berantakan bekas semalem. Barang Ibu dan Ayah gak ada yang beresin...”
“Ah, serba salah yah” gue menjawab perkataan Bibi cepat. Kondisi kamar masih remang karena tirai dan lampu belum dinyalakan sama sekali. Melihat Bibi dalam kondisi remang seperti ini menggoda gue untuk tetap stay dikamar berdua dalam beberapa jam kedepan, tapi terlalu banyak hal yang harus diselesaikan hari ini karena gue dan Bibi masih harus mengirim doa untuk keluarga gue dan Ben.”Bener kata kamu kita mandi dulu terus sarapan sekarang. Setelah itu kita beres-beres terus kirim doa buat keluarga aku sama Ben. Berdua aja”
“Gitu dong. Iya, berdua aja” bibi menjawab sambil tersenyum dan bangkit dari atas tempat tidur. “mandi dulu terus kita happy-happy hari ini.”
“Iya” gue menjawab sambil menatap punggung Bibi yang tertutupi rambut panjangnya
“Ya udah aku ke kamar Ina dulu” bibi menjawab sambil merapikan pakaian. “terus nanti kita ketemu didapur buat bikin sarapan bareng”
“Iya, Bianco” gue menjawab singkat, masih dalam posisi tidur di atas tempat tidur.
“Kamu bangun dong” setelah merapikan pakaian, Bibi menundukkan tubuhnya kearah gue dan mencium pipi gue cepat. “Makasih udah nemenin aku semalem ya”
“Iya, Bi.” Jawab gue sambil bangun dari tempat tidur setelah bibi berjalan menuju pintu kamar. “Sayang kamu” gue berkata sebelum bibi menutup pintu untuk keluar kamar.
Hubungan gue dan Bibi memang complicated dari awal. Tapi se-complicatednya hubungan ini, gue gak pernah kehilangan perasaan sayang gue ke dia, ini hal yang coba gue pahami bertahun-tahun kebelakang. Dan semalem gue dapet jawabannya, setelah menatap wajah bibi diremang cahaya malam.
Disuatu tempat
Seorang pria berdiri dibawah gelapnya malam disalah satu puncak gedung di Jakarta. Lalu lintas dijalanan dibawah gedung tampak sepi. Bintang-bintang terlihat berkilauan di gelapnya malam, memberi sedikit cahaya untuk membentuk bayangan pria tersebut yang tampak kekar mengenakan mantel hitam panjang. Pria ini tampak memegang sebuah cerutu ditangan kanannya dan foto seorang perempuan berambut panjang dan berkacamata ditangan yang lain. Dibelakangnya terlihat seorang pemuda berdiri dengan setelan jas hitam seakan-akan menunggu perintah dari pria misterius tersebut.
“Jadi dimana perempuan ini sekarang?” sang pria berkata sambil menghisap cerutunya dalam-dalam.
“Dia berhasil keluar dari Jakarta.” sang pemuda menjawab tenang.
“Tetap awasi perempuan ini apapun yang terjadi” sang pria misterius lanjut berkata. “Dari sekian banyak pihak yang sudah kita kuasai, cuma perempuan ini yang punya kesempatan untuk menggagalkan semuanya.”
“Dia sedang berada di Bandung” sang pemuda menjawab. “Perempuan tersebut sepertinya aman, dia tidak akan berbicara tentang apapun dalam waktu dekat. Agen memberi kabar kalau pengiriman vaksin baru akan terjadi 6 bulan, sementara waktu kita tidak bisa melakukan apa-apa supaya tidak menyita perhatian publik. Rencana sejauh ini berjalan lancar karena terjadi chaos diberbagai tempat setelah teror ledakan kemarin. Pemerintah mulai goyah. Kita tinggal menunggu waktu yang tepat untuk mengeksekusi rencana akhir agar tujuan kita tercapai.”
“Bagus” sang pria misterius menjawab. “tetap jalankan semuanya sesuai rencana. Dalam waktu 2 hari kedepan eksekusi perempuan tersebut sebelum semuanya terlambat. Jangan tinggalkan jejak apapun, buat seolah-olah terjadi karena tindakan anarkis akibat pemberontakan terhadap pemerintah.”
“Baik, pak” sang pemuda menjawab.
“Eksekusi langsung dengan tanganmu sendiri, Leo” sang pria misterius melanjutkan. “Jangan sampai gagal dan jangan libatkan siapapun”
“Baik, Pak” sang pemuda menjawab tenang lalu melangkah pergi meninggalkan gedung.
“Atlas, Klaus” sang pria misterius berkata sambil menghisap cerutunya diantara hembusan angin malam. Angin malam yang berhembus cukup kencang diatas gedung tersebut membuat mantel sang pria terombang-ambing. “Sampai bertemu di alam berbeda”
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi ini gue bangun dengan perasaan sedikit membaik setelah hampir semalaman bibi tidur dengan memeluk gue dari belakang. Perasaan gue sedikit lebih tenang sekarang setelah sebelumnya dipenuhi emosi marah dan sedih dengan kapasitas yang tidak pernah gue rasakan. Semalam Bibi benar-benar memberi kehangatan. Berada sepanjang malam disamping perempuan yang gue kenal 10 tahun ini membuat gue sadar kalau gue gak sendirian sekarang. Gak pernah gue bayangkan sebelumnya kalau gue dan Bibi bakal melewati momen berat seperti ini dan akan saling menghibur seperti yang kami lakukan tadi malam.
Gue mulai merasakan kalau pagi mulai tiba. Tidak beberapa lama yang lalu gue mendengar suara ayam berkokok dan adzan shubuh dikumandangkan. Cahaya mentari pagi mulai masuk melalui celah jendela yang tidak tertutup tirai.
“Ren bangun” Bibi tiba-tiba bergumam. Tangannya yang sedang memeluk pinggang gue tiba-tiba sedikit bergerak. “Udah pagi tau”
“Kamu yang belum bangun, Bianca” gue menjawab sambil memutar tubuh gue agar saling berhadapan dengan tubuh Bibi. Rambut hitam panjangnya, bibir tipisnya, dan matanya yang indah terlihat polos dengan ekspresi yang belum pernah gue liat selama 10 tahun gue kenal Bibi. “Bangun sih, tapi kalau mau tetep tidur gak apa-apa. Kamu cantik Bi kalau lagi tidur”
“Ah?” Bibi membuka mata secara cepat setelah mendengar kata cantik sambil tangan kirinya meraba-raba meja tempat menaruh kaca mata yang letaknya ada disamping tempat tidur. “Kamu bilang aku cantik? Huuhu so sweet. Pengen lagi yah kayak semalem? Ngaku”
“Dari awal kenal kan aku emang bilang kamu cantik, dih. Aku pernah nulis kamu mirip Maudy Ayunda” gue menjawab sambil tetap memperhatikan ekspresi bibi yang baru bangun. “kamu udah gak pernah baca ceritanya lagi sih, aku nulis bertahun-tahun padahal. kayak semalem? pengeeeen. Aku selalu pengen kalau berdua sama kamu”
“Hehehe gaplok juga nih, gak bakal aku kasih kamu kesempatan kayak gini sering-sering, inget ya. Aku inget, gak bisa lupa lah kalau udah ditulis terus dikasih judul CERITA KITA UNTUK SELAMANYA hahahaa. Tiap kamu nyebelin aku selalu baca curhatan kamu disana. Lucu” Bibi menjawab sambil memakai kacamata yang berhasil dia temukan dimeja sebelah tempat tidur dengan hanya meraba-raba. Mata gue dan dia saling bertatapan sekarang. Jantung gue dagdigdug untuk kesekian kalinya dalam beberapa jam terakhir. “Hari ini kita sarapan bareng, masak bareng, beres-beres bareng, ah banyak banget kegiatannya, tapi yang penting kita mandi dulu yuk sekarang?”
“Aku mager Be” gue menjawab perkataan Bibi sambil tetap menatap matanya dalam-dalam. “Kamu aja sendiri aku tidur disini boleh?”
“Dih kamu gak denger aku barusan ngomong apa? Bareng. Semua bakal kita lakuin bareng” bibi menjawab sambil tersenyum jahat. “Tapi kalau kamu mau kita tetep dikamar aja seharian juga boleh. Paling ya nanti dapur berantakan bekas semalem. Barang Ibu dan Ayah gak ada yang beresin...”
“Ah, serba salah yah” gue menjawab perkataan Bibi cepat. Kondisi kamar masih remang karena tirai dan lampu belum dinyalakan sama sekali. Melihat Bibi dalam kondisi remang seperti ini menggoda gue untuk tetap stay dikamar berdua dalam beberapa jam kedepan, tapi terlalu banyak hal yang harus diselesaikan hari ini karena gue dan Bibi masih harus mengirim doa untuk keluarga gue dan Ben.”Bener kata kamu kita mandi dulu terus sarapan sekarang. Setelah itu kita beres-beres terus kirim doa buat keluarga aku sama Ben. Berdua aja”
“Gitu dong. Iya, berdua aja” bibi menjawab sambil tersenyum dan bangkit dari atas tempat tidur. “mandi dulu terus kita happy-happy hari ini.”
“Iya” gue menjawab sambil menatap punggung Bibi yang tertutupi rambut panjangnya
“Ya udah aku ke kamar Ina dulu” bibi menjawab sambil merapikan pakaian. “terus nanti kita ketemu didapur buat bikin sarapan bareng”
“Iya, Bianco” gue menjawab singkat, masih dalam posisi tidur di atas tempat tidur.
“Kamu bangun dong” setelah merapikan pakaian, Bibi menundukkan tubuhnya kearah gue dan mencium pipi gue cepat. “Makasih udah nemenin aku semalem ya”
“Iya, Bi.” Jawab gue sambil bangun dari tempat tidur setelah bibi berjalan menuju pintu kamar. “Sayang kamu” gue berkata sebelum bibi menutup pintu untuk keluar kamar.
Hubungan gue dan Bibi memang complicated dari awal. Tapi se-complicatednya hubungan ini, gue gak pernah kehilangan perasaan sayang gue ke dia, ini hal yang coba gue pahami bertahun-tahun kebelakang. Dan semalem gue dapet jawabannya, setelah menatap wajah bibi diremang cahaya malam.
regmekujo dan maresad memberi reputasi
2


