Habis dilamar gimana rasanya,La? Ummm so so tuh. Biaso bae. Ga ada yang berubah. Terus,kapan lu tying knotsnya? Well..planningnya setahun dari senja di Hukilau sih..so Desember 2015.

Sampai gw lolos tahap 3 beasiswa, gw lom cerita ke Didit. Entah deh...gw belum siap aja lihat responnya. Sempat sih gw mau cerita, eh keputus sama telpon yang berhubungan sama bisnisnya. So waktunya ga pas aja. Jadilah gw dan rahasia kecil gw.

Januari awal, masa semester anyar di sekolah. Planningnya kami para crew yang sehari-hari berjibaku dengan pendidikan dasarnya anak-anak pejabat dan orang berada di Bandar Lampung dihadiahi outing. Kiluan sepertinya punya pesona warbiasa kala itu. Jadilah kami rencananya Maret akan ke sana. Tapi, kudu di survey dulu lah supaya ga kecewa. Kiluan bukan satu-satunya tujuan. Kami dibagi jadi beberapa tim untuk survey. Kebetulan gw kebagian tim Kiluan.

Ahem...bisa nengokin doi nih. Awalnya, sekolah minta gw hubungi Didit dan booking homestay nya. Tapi nanti deh setelah gw survey aja. Dan..gw mau jadi kejutan..jadilah gw diam-diam ga bilang dia.

Akhir Januari, gw baru sempat untuk survey. Biasalah awal semester lumayan ribet. Waktu dan fokus gw tersita ke homecomingnya anak-anak, administrasi perangkat, de es be yang yakin deh ga menarik buat lu.

Sabtu pagi, gw dan tim cus ke Kiluan. Jalan kota yang mulus mulai ditingkahi lubang-lubang kala masuk wilayah pantai-pantai di perbatasan kota. Perjalanan kami masih jauh. Tiba tengah hari, kami mampir isi perut dan tunaikan kewajiban sebagai hamba.

Hampir senja kami tiba di Kiluan. Ah ya cakep memang. Karena keburu ingin lihat sunset, kami ringkas-ringkas dengan segera. Dari beragam paket yang ditawarkan, kami pilih tidur di tenda. Oh ya, gw ga bekerjasama dengan Didit ya waktu itu, kan ceritanya mau kasih kejutan. Kelar beresin tenda..kami lari menyongsong matahari yang menyisakan bias jingga.

Malam itu kami bakar ikan. Menikmati liburan yang jarang dihabiskan sama-sama sebelum besok siang kudu balik ke kota. Survey penginapan biarlah besok pagi saja.

Gw bangun subuh banget..berharap bisa lihat sunrise. Jalan sendirian sepanjang sisian pantai. It was beautiful. Perlahan Apollo mulai menggiring kencananya ke arah langit. Bumi mulai punya warna.

Kaki gw terus melangkah. Beberapa langkah di depan sana, ada sosok tinggi berbahu lebar dengan rambut yang mulai memanjang. Hanya bahu dan kepalanya yang nampak karena kami terpisah karang. Sosok yang gw kenal dan gw rindukan.

Cengengesan gw mendekat. Hampir gw panggil namanya, sebelum gw dengan suara lain menemaninya. Mereka asik berbincang. Suara yang gw juga kenal.

Di balik karang itu, ada seseorang yang duduk di samping Didit yang menjulang. Seseorang dengan tubuh 160 cm dan berisi, dengan rambut panjang warna rambut jagung yang dibonding. Tawanya...suaranya...celotehnya...meningkahi suara celoteh Didit.

MARA...