- Beranda
- Stories from the Heart
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
...
TS
princebanditt
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120128450195.png)
Quote:
Keluarga, menurut gue adalah sekelompok orang yang tinggal bersama, mempunyai struktur peran dan jabatan masing masing, ayah, ibu, kakak dan adik.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
Spoiler for Keluarga Kecil:
Quote:
Berbahagialah kalian yang lahir dari keluarga yang harmonis, dipenuhi kebahagiaan, canda tawa, dan kadang suka duka kalian lalui bersama sama, saling menguatkan satu dengan yang lainnya.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Keluargaku, Neraka Bagiku
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Quote:
”plakkk..”suara tamparan keras malam itu.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
Quote:
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Karna kekerasan akan menimbulkan trauma dan membangun kekerasan yang lainnya.
Spoiler for Ratenya GanSis:
Selamat Membaca
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
UPDATE BERJALAN..
BAB 1, BAB 2, BAB 3, BAB 4, BAB 5, BAB 6, BAB 7, BAB 8, BAB 9, BAB 10, BAB 11, BAB 12, BAB 13, BAB 14, BAB 15
Spoiler for Kunjungi Thread Lainnya,:
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian MerekaHot Thread
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
Bersambung
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120127520747.png)
Diubah oleh princebanditt 25-01-2021 19:10
itkgid dan 139 lainnya memberi reputasi
138
102K
Kutip
608
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
princebanditt
#96
BAB VIII HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
Quote:
”lepasin wa..” ucap gue datar,
dia tetap memeluk tanpa mendengarkan sama sekali ucapan gue.
“mama, tolong lepasin..” akhirnya gue mengikutin permintaannya untuk menyebutnya mama.
“makasi ya sayang, mama pasti tepatin janji mama buat aryo” ucapnya sambil melepaskan pelukannya dari gue.
gue terharu sebenernya, apalagi selama ini dia yang udah ngebiayain gue, tanggung jawab ibu yang harusnya dilakukan sama ibu gue, ini harus dilakukan oleh kakaknya ibu gue.
“biar mama bukan ibu kandung kamu, mama pasti buktiin klo mama sayang sama kamu, abang sini sayang” dia memanggil anak laki-lakinya.
“tadi katanya kamu punya hadiah buat aryo, kasih dong ke aryo” ungkapnya.
“iyaa ma, aryo ini mainan kesukaan aku, dijaga baik-baik ya” dia memberikan gue mainan mobilan kecil berwarna merah.
“aku hadi, udah jangan nangis lagi ya, kasihan mama” jawabnya sedih sambil memeluk gue.
gue cuma bisa diam, baru kali ini ada orang yang mau memberikan mainannya, mainan yang dari dulu gue impi-impikan sebuah mobilan kecil.
Semenjak ibu sama gue pergi dari rumah ayah, gue selalu minta sama ibu dibelikan mainan, sebuah mobil-mobilan kecil
tapi ibu selalu bilang “nanti ya ibu belom punya uang”.
gue cuma bisa liat anak-anak lain memainkannya, mereka punya banyak sekali mobilan itu, sedangkan satu aja gue ga pernah punya.
hari ini gue dapet mobilan itu, tapi bukan dari seorang ibu melainkan dari seorang anak yang ibunya minta dipanggil mama.
setelah itu kami tidak banyak berbicara, mama berbicaradengan ustad aulia, dan gue duduk ditemani oleh hadi. beberapa kali hadi mencoba mengajak gue bermain, tetapi selalu gue tolak akhirnya dia cuma duduk disamping gue.
“aryoo..” panggil mama
“iya.” jawab gue sambil mendekatinya.
“kamu mau kan sekolah disini lagi?” tanyanya.
gue ga ngejawab cuma menundukan pandangan gue.
“apa kamu mau pulang aja? biar nanti sekolah bareng abang kamu?” ucapnya lagi.
“maaf bu, sayang sekali klo aryo harus pindah dari sini, semua nilai pelajarannya baik, malah diatas teman-temannya” ucap pak ustad kepada mama.
“iya pak saya mengerti, tapi saya juga ga mau paksa aryo untuk tetap disini, makanya biar aryo sendiri yang menentukan aja, jadi kamu mau gimana sayang?” kata mama sambil sesekali mengusap kepala gue.
sebenernya gue pengen jawab iya, tapi gue takut, gue trauma untuk tinggal bareng lagi sama orang lain biarpun itu kakak ibu gue sendiri, dan gue juga belom kenal dia, gue cuma denger beberapa kali ibu dan keluarga ibu menyebut namanya,
maklum dia dan suaminya tidak tinggal dijakarta, mereka tinggal diluar kota mengikuti suaminya bekerja.
“aryo disini aja ma” jawab gue sambil menatap mama
“kamu yakin? jangan takut yo, mama ga bakal jahat sama kamu, mama juga ga mau kamu terpaksa buat tinggal disini” jawabnya coba meyakinkan gue.
“gpp ma, aryo punya ustad aulia disini” jawab gue sambil memegang tangan ustad aulia.
“biar aryo selesain dulu aja sekolahnya bu, biar dia lebih paham tentang agama, insya allah saya terus jaga dia” jelas ustad.
“yaudah klo gitu pak ustad, saya titip aryo ya, tolong jagain dia pak, jangan sampe dia ngerasa sendirian pak” pesan mama ke pak ustad dengan wajah yang sedikit kecewa, mungkin karena gue menolak untuk ikut dengannya.
setelah mama mengajak gue membeli keperluan dan kebutuhan gue, dia juga menitipkan uang jajan buat gue, dia bilang uangnya buat beli jajanan yang gue mau, akhirnya dia pulang dan berjanji akan menengok gue dibulan selanjutnya.
“maafin aryo ma, aryo mau ikut mama, tapi aryo takut malah ngerepotin mama, aryo takut itu cuma janji aja seperti janji yang ibu ucapkan” bisik gue dalam hati.
dia tetap memeluk tanpa mendengarkan sama sekali ucapan gue.
“mama, tolong lepasin..” akhirnya gue mengikutin permintaannya untuk menyebutnya mama.
“makasi ya sayang, mama pasti tepatin janji mama buat aryo” ucapnya sambil melepaskan pelukannya dari gue.
gue terharu sebenernya, apalagi selama ini dia yang udah ngebiayain gue, tanggung jawab ibu yang harusnya dilakukan sama ibu gue, ini harus dilakukan oleh kakaknya ibu gue.
“biar mama bukan ibu kandung kamu, mama pasti buktiin klo mama sayang sama kamu, abang sini sayang” dia memanggil anak laki-lakinya.
“tadi katanya kamu punya hadiah buat aryo, kasih dong ke aryo” ungkapnya.
“iyaa ma, aryo ini mainan kesukaan aku, dijaga baik-baik ya” dia memberikan gue mainan mobilan kecil berwarna merah.
“aku hadi, udah jangan nangis lagi ya, kasihan mama” jawabnya sedih sambil memeluk gue.
gue cuma bisa diam, baru kali ini ada orang yang mau memberikan mainannya, mainan yang dari dulu gue impi-impikan sebuah mobilan kecil.
Semenjak ibu sama gue pergi dari rumah ayah, gue selalu minta sama ibu dibelikan mainan, sebuah mobil-mobilan kecil
tapi ibu selalu bilang “nanti ya ibu belom punya uang”.
gue cuma bisa liat anak-anak lain memainkannya, mereka punya banyak sekali mobilan itu, sedangkan satu aja gue ga pernah punya.
hari ini gue dapet mobilan itu, tapi bukan dari seorang ibu melainkan dari seorang anak yang ibunya minta dipanggil mama.
setelah itu kami tidak banyak berbicara, mama berbicaradengan ustad aulia, dan gue duduk ditemani oleh hadi. beberapa kali hadi mencoba mengajak gue bermain, tetapi selalu gue tolak akhirnya dia cuma duduk disamping gue.
“aryoo..” panggil mama
“iya.” jawab gue sambil mendekatinya.
“kamu mau kan sekolah disini lagi?” tanyanya.
gue ga ngejawab cuma menundukan pandangan gue.
“apa kamu mau pulang aja? biar nanti sekolah bareng abang kamu?” ucapnya lagi.
“maaf bu, sayang sekali klo aryo harus pindah dari sini, semua nilai pelajarannya baik, malah diatas teman-temannya” ucap pak ustad kepada mama.
“iya pak saya mengerti, tapi saya juga ga mau paksa aryo untuk tetap disini, makanya biar aryo sendiri yang menentukan aja, jadi kamu mau gimana sayang?” kata mama sambil sesekali mengusap kepala gue.
sebenernya gue pengen jawab iya, tapi gue takut, gue trauma untuk tinggal bareng lagi sama orang lain biarpun itu kakak ibu gue sendiri, dan gue juga belom kenal dia, gue cuma denger beberapa kali ibu dan keluarga ibu menyebut namanya,
maklum dia dan suaminya tidak tinggal dijakarta, mereka tinggal diluar kota mengikuti suaminya bekerja.
“aryo disini aja ma” jawab gue sambil menatap mama
“kamu yakin? jangan takut yo, mama ga bakal jahat sama kamu, mama juga ga mau kamu terpaksa buat tinggal disini” jawabnya coba meyakinkan gue.
“gpp ma, aryo punya ustad aulia disini” jawab gue sambil memegang tangan ustad aulia.
“biar aryo selesain dulu aja sekolahnya bu, biar dia lebih paham tentang agama, insya allah saya terus jaga dia” jelas ustad.
“yaudah klo gitu pak ustad, saya titip aryo ya, tolong jagain dia pak, jangan sampe dia ngerasa sendirian pak” pesan mama ke pak ustad dengan wajah yang sedikit kecewa, mungkin karena gue menolak untuk ikut dengannya.
setelah mama mengajak gue membeli keperluan dan kebutuhan gue, dia juga menitipkan uang jajan buat gue, dia bilang uangnya buat beli jajanan yang gue mau, akhirnya dia pulang dan berjanji akan menengok gue dibulan selanjutnya.
“maafin aryo ma, aryo mau ikut mama, tapi aryo takut malah ngerepotin mama, aryo takut itu cuma janji aja seperti janji yang ibu ucapkan” bisik gue dalam hati.
Quote:
Pelajaran yang amat Berharga
Spoiler for Ilustrasi:
Mulai Tahun Ajaran Baru,
disini gue udah mulai sedikit lebih kuat, gue udah kuat terbiasa dibully, dikucilkan, dijadikan bahan tertawaan.
dan gue juga udah ga teriak ataupun kabur melihat MG, gue mulai berpikir kemanapun gue lari mereka selalu ada disekitar gue, jadi percuma juga kabur, hasilnya gue mulai terima keberadaan mereka.
ternyata hidup gue jadi jauh lebih keras, semenjak gue masuk MTS klo diluar namanya SMP, disini gue mulai mengenal dan mempelajari sifat-sifat manusia, mulai dari serakah, iri, dengki, dusta, ingin diakui, dihormati, menghianati dan lain sebagainya.
dan dari sini juga para santri dilarang berbicara bahasa indonesia, kami diwajibkan berbicara dengan dua bahasa, yaitu Arab dan English.
apabila ada laporan yang sampai ke pengurus kami, yaitu santri kakak kelas kami, maka kami harus siap menerima hukuman berupa, tamparan, sabetan, dan pukulan dibadan kami.
begitu pula dengan bangun pagi dan berangkat ke masjid, saat kami telat bangun dan sampai kemasjid, maka hukuman seperti tadi telah menanti kami sehabis sholat subuh.
Quote:
intinya dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun.
selama kekerasan ada, pasti ada dendam yang menunggu untuk melampiasakan kekerasan tersebut, dan melahirkan dendam dendam baru, Itu salah satu rantai kehidupan yang harus diubah.
selama kekerasan ada, pasti ada dendam yang menunggu untuk melampiasakan kekerasan tersebut, dan melahirkan dendam dendam baru, Itu salah satu rantai kehidupan yang harus diubah.
malam itu lagi-lagi gue harus bertemu dengan kakek aneh itu lagi, dia bukan manusia karna dia ngomong ga pake gerak mulutnya, gue tutup kupingpun tetep kedengeran, jadi setiap gue liat dia, yaudh pasrah.
“yo, pelajarin, setiap yang kamu liat itu adalah ayat” katanya.
gue cuma membuang pandangan gue dari dia, setiap gue liat dia lama-lama selalu merinding, makanya jarang gue liat itu kakek.
“pelajarin setiap kejadian yang kamu liat dari orang lain” ucapnya lagi dihati gue.
“aneh ga ngerti gue, mana ada gue liat tembok jadi ayat, tembok ya tembok, ayat cuma ada di alquran” gue gerutu dalem hati.
“nanti kamu ngerti maksud ucapan kakek” jawabnya lagi.
habis itu gue tengok udah ga ada, emang kebiasaan itu kakek dateng sama pergi suka-suka dia.
tapi ga tau kenapa setiap kakek itu muncul dan ngasih penjelasan yang aneh-aneh, gue jadi kepikiran terus sama ucapannya, gue kaya dipaksa untuk terus mengingat kata-kata itu.
gue jadi sering perhatiin setiap kelakuan orang lain, klo dulu gue sering perhatiin orang lain karna gue ngiri dengan mereka, sekarang gue perhatiin orang lain dengan banyak pertanyaan di kepala gue.
kenapa dia begitu? kok dia begini? apa sih maksudnya begitu? kenapa ya dia bisa begini? dannnnn pertanyaan lainnya.
“gila gue lama-lama!!, kadang nanya sendiri, kadang gue jawab sendiri” ucap gue sendiri sambil marah-marah.
Dan disini juga gue jadi mulai agak sedikit bandel, gue mulai berani keluar dari pesantren diem-diem, sekedar cari angin karna jenuh ngomong sendiri, atau membeli rokok.
gue mulai merokok, awalnya gue dipaksa sama kakak kelas gue, dia memaksa klo gue ga isep itu rokok, gue bakal dipukuli oleh beberapa orang.
dengan terpaksa gue isep itu rokok karena takut akan dipukuli, akhirnya setelah gue isep rokoknya, mereka ramai-ramai melaporkan gue ke kakak pengurus dan ustad pembina, gue harus pasrah dihukum dibotakin kepala gue sama ustad, dan dipukuli sama kakak pengurus sampai badan gue biru-biru.
Bersambung..

Diubah oleh princebanditt 25-05-2020 01:24
itkgid dan 29 lainnya memberi reputasi
30
Kutip
Balas
Tutup
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/11/2657924_202005111152490556.png)
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005121201040685.png)
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120130320424.png)
