Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

r.malaAvatar border
TS
r.mala
A story About GADIS BERBAU BANGKAI
GADIS BERBAU BANGKAI


#gadis_berbau_bangkai

By Ratih Kumala Sari

Aku tengah menyeruput kopi bersama sahabatku, Tondi di sebuah kafe kecil yang terletak di seberang jalan ketika gawaiku berdering. Kulihat layar, 'My Beloved' yang merupakan panggilan sayang kepada isteriku.

"Assalamualaikum, Sayang," sapaku begitu kutekan tombol hijau.

"Waalaikumsalam, Mas. Lagi dimana?" tanyanya padaku.

"Lagi ngopi sama Tondi, nih. Kenapa sayang?"

"Kalau sudah selesai cepet balik, ya. Ada yang mau aku omongin, penting!"

"Apaan sih?" tanyaku penasaran.

"Udah nanti di rumah aja. Oke! Assalamualaikum," jawabnya seraya langsung memutuskan panggilan.

"Waalaikumsalam," jawabku seraya menggeleng-geleng sambil tersenyum kecil.

Isteriku memang selalu seperti itu, suka membuat orang penasaran.

Di usia pernikahan yang hampir menginjak 13 tahun ini tak sedikit pun mengurangi kemesraan kami. Walaupun ada perasaan sedih karena sampai saat ini kami belum dikaruniai keturunan.

Aku tak boleh memperlihatkan kesedihanku, terlebih di hadapan Mahira, isteriku. Karena aku tahu, bagaimana pun besarnya kesedihanku, tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan kesedihannya.

Aku tahu, selama ini dia telah berusaha berobat kemana-mana demi mendapatkan momongan. Bahkan aku pernah melarangnya karena dia sudah seperti orang gila saja hanya untuk mendapatkan seorang anak.

Kulihat ia sering melamun, terkadang dalam salat malamya dia selalu menangis tersedu-sedu mengadu kepada-Nya. Belum lagi cibiran orang-orang yang menganggap rendah dirinya karena belum hamil juga.

Bukan hanya orang luar, kedua orang tuaku terutama ibu pun acapkali mendesaknya jika kami berkunjung kesana.

Kulihat Mahira hanya tersenyum menanggapi celotehan ibu, malah aku yang sebal dibuatnya.

Pernah suatu hari ibu berkata bahwa Mahira adalah perempuan mandul, dan untuk pertama kalinya dalam hidupku aku menentang ibu. Karena kami juga sudah berobat ke medis dan dokter pun telah menyatakan bahwa kami berdua baik-baik saja.

Aku sangat marah dan langsung mengamit tangan Mahira, mengajaknya pulang. Padahal kami belum lama tiba. Hingga akhirnya ibu datang ke rumah dan minta maaf serta berjanji tidak akan mengungkit hal itu lagi.

"Isterimu?" Tondi membuyarkan lamunan.

"Iya nih."

"Ya udah pulang sana, lagian urusan kita kan udah kelar. Kasihan dia minta jatah tuh hahaha," Tondi tertawa terbahak-bahak. Dia adalah sahabat karibku semenjak SMA, bahkan sudah seperti saudara. Selalu ada dalam suka dan duka.

"Hahaha dasar lo mesum," aku tertawa kecil.

Aku pun berpamitan padanya setelah membayar tagihan.

Sesampainya di rumah aku melihat lampu teras mati, entah Mahira lupa atau bagaimana. Aku langsung masukkan motorku ke dalam garasi, lalu mengetuk pintu samping.

"Assalamualaikum, Sayang. Mas pulang nih," kuucap salam sembari mengetuk pintu.

Tak ada jawaban, hingga berkali-kali aku mengetuk pintu. Kubuka tasku dan mencoba mengambil kunci cadangan. Aih, ternyata aku lupa membawanya. Mau menelepon pun hapeku mati karena kehabisan daya, lowbat.

Hampir setengah jam aku menunggu sambil sesekali tetap mencoba memanggilnya. Kucoba bertanya kepada para tetangga namun mereka tidak tahu juga.

Aku duduk di teras rumah, kulirik jam di pergelangan tanganku, pukul 6 dan Mahira pun tak kuketahui keberadaannya.

Lamat-lamat aku mulai tertidur, lelah menunggunya. Hingga sebuah guncangan di pundak mengejutkanku.

"Mas, bangun Mas. Bangun," ternyata Mahira sudah ada di hadapanku.

"Astaghfirullah," aku terkejut dan refleks bangkit.

Bagaimana tidak, melihat penampilannya yang seperti itu. Rambut dikuncir sedikit di belakang yang kalau dilihat dari depan seperti tergerai agak berantakan, ditambah gaun terusan putih gading yang dikenakannya membuatnya seperti hantu, apalagi dengan ekspresi melotot seperti itu.

"Maaf ya Mas nunggu sampai ketiduran gitu, udah lama ya?" tanyanya dengan penuh rasa bersalah.

Kulirik arlojiku, "Udah sejam lebih."

"Kamu dari mana kok baru pulang?" tanyaku lagi.

Mahira duduk di sebelahku, untuk beberapa saat dia bergeming dan menarik napas panjang.

"Aku habis dari rumah Bu Retni, anak gadisnya melahirkan," Mahira memandang ke depan dengan tatapan kosong.

"Risna? Loh kok bisa?" aku refleks berteriak.

"Ssst, pelan aja kali, Mas. Iya si Risna," Mahira mencubit pinggangku karena kesal.

"Bukannya dia belum menikah ya?" aku sungguh tak percaya, karena dia adalah gadis pendiam dan tidak macam-macam, bahkan banyak orang yang memuji kepintarannya.

"Memang. Makanya waktu dia mau lahiran sembunyi-sembunyi. Bu Retno sendiri yang 'mbidani', padahal dia kan bukan bidan."

"Begitu kepalanya udah keluar, udah gak ada rangsangan lagi. Si bayi gak ada pergerakan dan Risna gak ngerasain sakit lagi. Makanya bu Retno nyuruh orang manggil aku," aku mendengarkan dengan seksama.

Isteriku memang seorang bidan dan selalu diandalkan di kampung ini. Bukan hanya orang melahirkan, orang yang menderita penyakit lain pun pasti mendatanginya.

"Terus gimana?" tanyaku penasaran.

Isteriku kembali menarik napas. Raut wajahnya semakin sedih.

"Gitu aku datang, kucoba dorong perutnya dan bayinya keluar. Tapi gak ada tangisan sama sekali. Tapi yang anehnya, gak ada plasenta dan pusarnya bagus gitu."

"Tapi ada lagi, pas aku membelakangi si bayi yang ada di sebelah ibunya, bayinya udah gak ada. Padahal cuma kami bertiga yang ada di kamar itu," jelas isteriku lagi.

"Udah coba kami cari-cari tapi..."

Duarrrr!!
Kami mendengar seperti suara ledakan di atap rumah.

****

Bersambung
A story About GADIS BERBAU BANGKAI
Diubah oleh r.mala 22-03-2020 07:56
ganggawf
Gimi96
NadarNadz
NadarNadz dan 2 lainnya memberi reputasi
3
694
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Supranatural
SupranaturalKASKUS Official
15.6KThread11KAnggota
Tampilkan semua post
sipandiaAvatar border
sipandia
#2
Masih mantengin neh...dah segitu aja gan???emoticon-Sundul
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.