- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#214
Spoiler for Part 70:
Part 70
"Weeeyy..., mau kemana lu?"
Langkahku terhenti setelah mendengar devan memanggilku dari belakang.
"Balik gue van"
Devan berjalan menghampiriku.
"Balik mulu lu akhir-akhir ini, mau kemana emang?"
"Gue liat-liat lu udah baikan nih sama beby, mau kerumah beby kan lu?"
Aku hanya menatap heran devan setelah mendengar pertanyaannya barusan.
"Hebat banget lu, belajar ama dukun dimana?"
Devan terkekeh setelah mendengarku balik bertanya kepadanya.
Devan: "kata viny kemaren lu abis jalan ber 3"
Aku: "lah, lu chat-chatan sama viny?"
Devan: "iyaa, kenapa emang?"
Aku: "buset dah, sejak kapan?"
Devan kembali terkekeh setelah melihat gelagat panik pada diriku.
Devan: "ya....,baru 2 mingguan sih, kenapa?, cemburu lu?"
Aku: "ya kagaklah, cuma heran aja gue, gak pernah tau soalnya"
Ya..... sebenarnya memang ada sedikit perasaan yang mengganjal di hatiku setelah mengetahui bahwa devan dan viny yang akhir-akhir ini ternyata cukup sering untuk saling bertukar pesan.
Tapi aku langsung membuang jauh-jauh perasaan itu, lagipula viny sudah kuanggap seperti kakakku sendiri, dia juga salah satu sahabat beby, sangat tidak etis jika aku sampai berani memiliki perasaan kepadanya.
Devan: "oooohhh..., kali aja"
Aku: "terus..., veranda lu kemanain?"
Devan kembali terkekeh setelah mendengar pertanyaanku barusan.
"Gak dikemana-kemanain nat, cuma nyari suasana baru aja"
Pletaaakkk.......
"Yeee...., awas lu kalau sampe bikin viny baper"
Tawa devan langsung pecah setelah mendengar ancamanku barusan.
"Lu cemburu kan?...."
Kali ini devan bertanya sambil menunjukkan wajah tengilnya.
"Kagak gitu juga bego..., dia udah banyak bantuin gue, jadi gue juga mau bantu dia buat ngindarin buaya-buaya kayak lu.."
Lagi-lagi tawanya pecah setelah mendengar kalimat terakhir yang baru saja keluar dari mulutku.
"Yaelah nat...., santai..., tenang aja nat, gue gak bakal bikin viny baper"
"Cuma seru-seruan doang nat, lagian viny orangnya asyik banget kalo diajak chat-chatan"
Aku mencoba menyembunyikan wajah kesalku, aku tidak mau devan mengira kalau aku cemburu dengan kedekatannya dan viny.
"Eh, btw, shani apa kabar nat?"
Sontak pertanyaan devan barusan membuatku teringat dengan shani.
Ya...., akhir-akhir ini aku dan shani sudah tidak pernah lagi bertemu, jangankan bertemu, kami juga sudah tidak lagi saling menelpon ataupun saling memgirim pesan seperti sebelum-sebelumnya.
Kami memang sudah sama-sama sepakat, bahwa kami tetap bisa berteman setelah malam itu shani mengetahui semuanya.
Tapi aku rasa dia masih perlu waktu untuk menyendiri, dia masih buruh waktu untuk melupakan semia perasaannya.
Oleh karena itu aku tidak ada niatan sama sekalo untuk menghubungi shani dalam waktu dekat.
"Yaaa....., gitulah van, tapi kita masih tetep temenan kok"
Devan menganggukkan kepalanya untuk merespon jawaban yang baru saja kulontarkan.
"Yaudahlah nat, yang penting lu udah baikan sama beby, jadi lu gak perluk galau-galuan lagi kayak kemaren"
"Ekhhmm...., nat"
"Berarti..... gue boleh dong deketin shani"
Pletaaaakkk......
"Yeee...., enak aja lu..., semuanya mau lu embat, kagakkk!!!"
Devan kembali terkekeh setelah mendengar jawabanku.
Devan: "yang penting beby gak gue embat nat, kalau beby khusus buat lu dah"
Aku: "awas aja lu berani deketin beby, niihh!!!..."
Aku mengarahkan kepalan tanganku kearah devan untuk mengancamnya, tentu saja aku hanya bercanda.
"Buset...., galak amat bang, iya iya..."
Devan langsung memasang gestur meminta ampun seraya menanggapi kalimat terakhirku.
Aku: "yaudah van, gue cabut dulu ya..., gak ada kerjaan kan malem ini"
Devan: "kagak nat, iya, hati-hati"
Tanpa berpikir panjang, aku langsung kembali melanjutkan langkahku kearah pintu keluar.
.
.
.
"Mbak, mbak vinynya keluar ya?"
Beby menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan yang baru saja kulontarkan, sedangkan perhatiannya masih terfokus pada layar handphone yang ada di tangannya.
"Kemana mbak?"
Beby hanya menganggkat kedua pundaknya untuk memberi isyarat bahwa dia tidak mengetahui kemana perginya viny malam ini.
"Mbak...., gak bosen apa di rumah terus?"
Beby hanya menggelengkan kepalanya, dia belum mngeluarkan sepatah katapun malam ini.
"Mbak..., pernah kebukit bintang gak?"
Beby kembali menggelengkan kepalanya setelah mendengar pertanyaanku.
"Serius?!, masa udah 4 tahun di jogja belum pernah kesana?"
Beby hanya menaggukkan kepalanya seraya menaikkan kedua alisnya.
"Kesana yuk mbak, aku lagi sumpek banget niih...."
Beby menolehkan kepalanya setelah mendengar ajakanku barusan.
"Mau nggak?, daripada di rumah terus, mbak pasti sumpek juga kan?"
Aku kembali mempertegas ajakanku seraya membalas tatapannya.
Keadaan sempat hening sejenak, kami hanya saling menatap, tidak ada sepatah katapun yang berhasil keluar dari mulut kami.
"Mbak...., mau ya?....., please...."
Akhirnya aku memilih untuk memohon kepada beby agar dia mau menerima ajakanku.
"Yaudah, aku siap-siap dulu"
Deeeeggggg........
Aku langsung bersorak dalam hati setelah mendengar jawaban beby barusan, aku tidak menyangka, beby mau menerima ajakanku malam ini.
"Serius mbak?!"
Beby hanya mengangguk kecil untuk meng iya kan pertanyaanku, setelah itu dia langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju kamar untuk mengganti pakaiannya.
.
.
.
"Hati-hati mbak"
Aku mengulurkan tanganku untuk membantu beby menuruni tangga, ada beberapa anak tangga yang harus kami turuni untuk menuju spot utama yang nantinya akan menjadi tempat kami menikmati pemandangan kota jogja malam ini.
Beby menyambut uluran tanganku, dia menuruni setiap anak tangga dengan hati-hati.
Ya...., kami memang harus berhati-hati, mengingat tangga yang saat ini sedang kami turuni bisa dibilang lumayan curam, selain itu, anak tangga yang kami lalui juga terlihat sedikit basah, mungkin tempat ini baru saja diguyur hujan.
"Duduk di atas aja ya mbak"
Beby hanya mengangguk kecil untuk meng iya kan ajakanku.
Sekarang kami sudah sampai di warung yang memang menjadi spot utama dari tempat ini.
Warung ini menyediakan tempat yang berbentuk seperti rooftop, warung ini juga berbatasan langsung dengan jurang yang ada di depannya, dari tempat ini kami bisa melihat kota jogja dari ketinggian, sehingga kami bisa melihat setiap sudut kota jogja dengan jelas.
Karena malam ini bukan hari weekend, tempat ini jadi terlihat agak sepi, seingatku, dulu saat aku mengunjungi tempat ini bersama devan dan nabil, orang-orang yang berkunjung kesini bisa di bilang lumayan banyak, ya... memang sih, aku biasanya berkunjung kesini jika sedang hari weekend.
Karena semua pengunjung yang berkunjung malam ini memilih untuk mengambil tempat di lantai bawah, aku memutuskan untuk mengajak beby duduk di lantai atas agar kami bisa saling berinteraksi dengan lebih leluasa.
"Dingin ya mbak, kayaknya habis ujan deh disini"
Setelah berkata seperti itu, aku memilih untuk membersihkan meja yang kami tempati dari embun-embun yang ada di atasnya dengan menggunakan beberapa lembar tisu yang sudah kusiapkan.
Beby terlihat menggosokkan kedua telapak tangannya sambil sesekali meniupnya, sepertinya beby merasa kedinginan, bagimana tidak, saat ini kami sedang berada di daerah dataran tinggi yang sepertinya baru saja diguyur hujan.
Selain itu, malam ini beby hanya menggunakan sweater yang bahannya tidak terlalu tebal.
Padahal, sebelum kami berangkat aku sudah memintanya untuk mengenakan jaket, tapi dia menolak permintaanku mentah-mentah, dan..... aku hanya bisa pasrah saat beby menolaknya.
"Tuh kan..., kan udah aku bilang, di sini dingin mbak"
Beby langsung membuang pandangannya kearah lain sambil terus menggosokkan kedua tangannya.
Akupun memutuskan untuk berpindah tempat, aku yang awalnya duduk di seberang beby, kini berpindah untuk duduk di sampingnya, selain karena ingin lebih dekat dengan beby, dengan posisi ini, aku bisa melihat pemandangan kota jogja yang awalnya berada di belakangku.
"Mbak, kalo dingin pake jaket aku nih"
Seraya berkata seperti itu, aku juga melepas jaket bomber yang kukenakan, lalu menyodorkannya kearah beby.
"Gak usah nat"
Aku langsung meletakkan jaket yang ada di tanganku keatas punggung beby setelah mendengar penolakannya.
"Udah mbak, gak usah malu-malu"
"Apa kata orang-orang nanti kalau liat aku biarin bidadari kedinginan"
Beby hanya menatapku dengan tatapan malas, lalu dia kembali membuang pandangannya kearah lain.
"Basi"
Aku hanya terkekeh melihat respon beby barusan, sepertinya aku sudah terbiasa dengan sikap cuek yang akhir-akhir ini selalu dia tunjukkan kepadaku.
"Tapi sayang banget mbak, bintangnya gak terlalu keliatan, habis ujan sih"
Beby mengalihkan pandangannya keatas setelah mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari mulutku.
Lagi-lagi beby tidak menanggapi kalimat terakhirku, dia asyik memandangi pemandangan langit malam dan kota jogja yang tersaji di depannya.
"Mbaak......"
Huuuhhhh.....
Sejujurnya aku memang sudah merencanakan semua ini, aku memang ingin menyelesaikan masalah yang membuat hubungan kami akhir-akhir ini menjadi renggang, bahkan penyakit bipolar beby sempat kambuh karena masalah ini, ya.... itulah alasanku mengajak beby untuk mengunjungi tempat ini.
Aku mau menjelaskan semuanya malam ini juga, sejelas-jelasnya!!!, aku ingin menghilangkan kesalahpahaman yang masih ada di antara kami.
Ya...., meskipun aku sudah cukup terbiasa dengan sikap cuek beby yang akhir-akhir ini selalu ditunjukannya, tapi...... aku sangat merindukan sikap manja dan bawelnya, aku juga rindu dengan perhatian-perhatian kecil yang dulu selalu ditunjukannya.
Intinya aku mau beby yang dulu!!!!!, beby yang manja, beby yang bawel, beby yang memaksaku untuk menuruti semua keinginannya, beby yang sering menyuapiku, entah itu gulali, popcorn, saat aku sakit, ataupum saat kami bertemu shani di restoran cepat saji malam itu.
Pokoknya malam ini aku harus bisa menyelesaikan semuanya!!!, titik.
"Mbaaaakkk......"
Setelah dua kali aku memanggilnya, akhirnya beby mau menoleh kearahku.
"Aku boleh nanya mbak?"
Beby menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.
"Apa?"
Jawaban singkat dari beby berhasil membuat nyaliku menjadi ciut seketika.
Huuuuhhh....
"Kira-kira..... apa yang bisa aku lakuin buat balikin keadaan kita jadi kayak dulu lagi?"
Beby langsung menoleh kearahku, sementara aku langsung membuang tatapanku kearah lain, aku terlalu takut untuk membalas tatapannya.
"M m maaf mbak, aku bener-bener bingung"
"Aku bukan orang yang pinter buat bujukin orang yang lagi marah, apalagi cewek"
Aku mengusap wajahku dengan kasar sebelum kembali melanjutkan kalimatku.
"Aku udah nyoba semua cara yang aku tau selama ini"
"Y y yaa.... mungkin sekarang aku lagi nyoba salah satu cara yang ada di pikiran aku"
"Ngajak mbak jalan-jalan kayak sekarang"
"T t tapi..... sampai sekarang mbak masih nyuekin aku kayak gini"
"Aku kan jadi gak tau apa yang mbak mau"
Beby mengalihkan tatapannya kearah depan.
"Mmmm..... k k kalau mbak memang butuh penjelasan...."
Aku memilih menjeda kalimatku, aku mencoba mengatur nafas dan detak jantungku yang benar-benar sudah tidak karuan.
"P p p penjelasan tentang masalah kita malam itu, a a aku mau jelasin semuanya"
Seketika keadaan menjadi hening setelah aku menyelesaikan kalimat terakhirku.
"Iya mbak, sebelum kejadian itu, aku emang udah sering jalan sama shani"
Karena beby tidak kunjung merespon pertanyaan demi pertanyaan yang sedari tadi kulontrkan, aku memutuskan mulai menyampaikan semua penjelasanku tanpa persetujuannya.
"Bukan cuma jalan, aku juga sering telponan dan chat-chatan sama dia, dan itu semua tanpa sepengetahuan mbak"
"T t t tapi... meskipun ku sempet beberapa kali main kekosannya, aku gak pernah ngelakuin hal yang macem-macem kok mbak sama shani, serius deh"
Karena takut beby semakin salah paham, aku mencoba menjelaskan bahwa aku tidak pernah melakukan hal yang berlebihan saat bersama shani.
Ya.... meskipun aku sempat hampir kelepasan sih.
"Aku tau mbak, aku salah, selama ini aku udah gantungin perasaan mbak, dan pada saat itu juga aku udah deket sama cewek lain di belakang mbak"
"Aku tau..., semua itu bikin mbak sakit hati, mungkin mbak sekarang juga benci sama aku"
"Apalagi setelah kemaren aku sempet bener-bener ninggalin mbak"
Kalimatku kembali terhenti, aku mencoba untuk menunggu respon dari beby, tapi..... hasilnya ternyataa nihil, beby masih saja bungkam.
Huuuuhhhh......
"Mbak...., aku tau kok, kalau ada benda yang udah rusak, kemungkinannya cuma ada dua"
"Diperbaiki supaya bisa difungsikan sesuai fungsi sebelumnya, atau..... dibiarin aja sampai akhirnya benda itu jadi barang rongsokan"
"Aku tau mbak, aku udah ngerusak kepercayaan mbak, tapi..... selama ini aku selalu mencoba buat memperbaikinya mbak, aku gak mau biarin masalah ini terus berlarut-larut, aku gak mau kepercayaan mbak bener-bener rusak, bahkan hilang untuk selama-lamanya"
Aku kembali menoleh kearah beby, dia masih menatap lurus kedepan, dia juga masih diam, entahlah, semakin kesini aku jadi semakin takut, takut jika semuanya tidak akan pernah kembali seperti dulu.
"Yaa..., aku tau kok mbak, kalau ada barang yang rusak, lalu kita coba buat perbaiki, kemungkinannya juga ada 2"
"Bisa diperbaiki, atu.... gak bisa sama sekali"
"Aku juga tau mbak, kalaupun bisa, kondisinya gak akan sebagus kondisi sebelumnya"
"Aku gak masalah mbak kalo mbak gak bisa percaya sama aku kayak dulu setelah ini"
"Tapi aku mohon mbak...., kasih tau aku cara memperbaikinya"
Kali ini aku benar-benar memohon kepada beby, entahlah, aku sudah tidak tahu lagi.... aku sudah tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan agar beby mau merespon semua penjelasanku malam ini.
"Aku kangen sama kamu yang dulu mbak, aku pengen mbak kayak dulu lagi"
"Aku mau mbak perhatiin lagi, mbak bawelin lagi, aku mau mbak manja-manjaan kayak dulu lagi"
Entahlah, sebelumnya aku tidak pernah berbicara seperti itu kepada beby, selama ini aku selalu merasa malu, ya...., aku malu jika dia tahu bahwa aku senang dengan sifatnya yang manja, bawel dan kekanak-kanakan, aku suka dengan perhatian-perhatian kecilnya.
Tapi.... malam ini, semua pengakuan itu keluar begitu saja dari mulutku dengan gampangnya.
Huuuuhhh.....
Tapi.... setelah aku menyatakan semuanya, beby masih tetap diam, bahkan dia tidak menoleh kearahku.
Apakah dia sudah tidak mau memberiku kesempatan lagi?, kesempatan untuk mengembalikan seluruh kepercayaannya?, kesempatan untuk memperbaiki hubungan kami?.
Aku kembali menghirup nafas dalam-dalam untuk meminimalisir kegugupan dan ketakutan yang sedari tadi memghinggapiku.
"Apa kepercayaan mbak emang udah gak bisa diperbaikin lagi?, apa semuanya gak akan pernah kembali kayak dulu mbak?"
Arrrrgggghhhhh......
Aku benar-benar merasa sangat frustasi saat ini, bagimana tidak, aku sudah menjelaskan semuanya, bahkan aku sudah blak-blakan menyampaikan semua perasaan yang selama ini selalu kupendam.
Tapi...... melihat beby yang tidak kunjung memberi respon, aku menjadi semakin putus asa.
Mungkin benar, semuanya tidak akan pernah kembali, aku tidak bisa memperbaiki kepercayaan beby, sekarang kepercayaan beby sama halnya dengan benda rongsokan yang tidak akan pernah berfungsi lagi, mungkin dia sudah membuang benda itu jauh-jauh, mungkin bukan cuma kepercayaannya, tapi.... perasaannya juga.
Tiba-tiba beby menoleh kearahku.
"Nat...."
Bruuuuukkkkk.......
Saat itu juga beby langsung mengahmbur memelukku, isak tangisnya samar-samar mulai terdengar.
"Kamu jahat nat....."
"K k kamu gak pernah mikirin perasaan aku"
"A a aku gakpernah ngelarang kamu temenan sama siapapun, bahkan shani...."
Kalimat beby kembali terhenti, isak tangis kembali keluar dari mulutnya.
"Tapi.... tapi kenapa kamu gak penah cerita sama akuu???!!!! "
"Dengan kayak gitu aku merasa seolah-olah kamu emang gak suka sama dia, kamu bikin aku percaya kalau kalian gak lebih deket dari sekedar temen"
"P p padahal......"
Lagi-lagi kalimat beby terhenti, dia kembali terisak, suara tangisnya makin lama terdengar semakin keras.
"Padahal, kalau kamu suka sama shanipun aku gak masalah, aku masih bisa terima kok"
"Aku gak ada hak buat ngatur-ngatur kamu"
"T t t tapi aku cuma pengen kamu ngomong nat..., harusnya kamu bilang itu dari awal"
"Kamu gak mikirin gimana sakitnya aku.... gimana sakitnya aku yang selama ini gantungin semua harapan aku kekamu"
"Aku kan gak tau kalau kamu sukanya sama shani nat...., makanya aku berani ngasih semua harapan aku ke kamu selama ini"
"Tapi aku salah nat....."
"Kamu malah matiin semua harapan aku..."
"Kamu jahaaaat......"
Beby tidak lagi melanjutkan kalimatnya, dia memilih untuk melanjutkan tangisannya di dalam pelukanku.
Entahlah, aku tidak tahu harus merasa senang atau merasa sedih saat ini, aku senang, akhirnya beby mau berbicara panjang lebar untuk pertama kalinya setelah kejadian malam itu.
Tapi..... semua yang dikatakan oleh beby memang benar adanya, rasa bersalah kembali menyeruak masuk kedalam dada dan kepalaku.
Bagimana tidak, aku baru sadar, ternyata.... aku sudah membawa harapan beby terbang setinggi-tingginya, lalu..... aku menjatuhkannya begitu saja.
Tentu rasanya akan lebih sakit, mungkin, jika kita jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi, sakit dan luka yang kita rasakan tidak seberapa.
Tapi..... jika jatuh dari tempat yang tinggi, sakit dan luka yang kita rasakan akan semakin banyak, bahkan bisa menyebabkan kematian, dan..... aku berhasil membunuh semua harapan yang dititipkan beby kepadaku.
Huuuuuhhh.....
Yang aku bisa lakukan saat ini hanya membalas pelukannya, aku tidak tahu lagi harus berkata apa, aku rasa, kata maaf tidak akan cukup untuk mengobati luka yang ada di hatinya.
Tangisan beby perlahan-lahan mulai mereda, sesekalo dia masih terisak di dalam pelukanku, suara tangisannyapun sudah mulai mengecil.
Posisi kami masih belum berubah, bahkan saat beby sudah benar-benar berhenti menangis.
Sesekali beby berusaha menjauhkan tubuhnya dari pelukanku, tapi..... entah kenapa aku selalu menahannya, aku merasa sangat enggan untuk melepaskannya.
Ya...., sekarang aku benar-benar merasa takut jika harus kehilangan beby, dan...... pelukan eratku kali ini seolah-olah merepresentasikan semua perasaan takut yang kurasakan.
"Misi mas, mbak, ini pesenannya"
Sontak aku dan beby langsung saling mendorong agar pelukan kami terlepas setelah menyadari kehadiran seseorang di dekat kami.
"E e eehhh...., maaf mas, mbak, gak maksud ganggu kok, monggo dilanjut, hehehe"
Anjiiiing laahh!!!!, wajah mas-mas penjaga warung yang ada di hadapanku saat ini entah kenapa terlihat sangat menyebalkan.
Rasanya ingin kulempar dia kedalam jurang yang saat ini ada di hadapan kami.
.
.
.
"Weeeyy..., mau kemana lu?"
Langkahku terhenti setelah mendengar devan memanggilku dari belakang.
"Balik gue van"
Devan berjalan menghampiriku.
"Balik mulu lu akhir-akhir ini, mau kemana emang?"
"Gue liat-liat lu udah baikan nih sama beby, mau kerumah beby kan lu?"
Aku hanya menatap heran devan setelah mendengar pertanyaannya barusan.
"Hebat banget lu, belajar ama dukun dimana?"
Devan terkekeh setelah mendengarku balik bertanya kepadanya.
Devan: "kata viny kemaren lu abis jalan ber 3"
Aku: "lah, lu chat-chatan sama viny?"
Devan: "iyaa, kenapa emang?"
Aku: "buset dah, sejak kapan?"
Devan kembali terkekeh setelah melihat gelagat panik pada diriku.
Devan: "ya....,baru 2 mingguan sih, kenapa?, cemburu lu?"
Aku: "ya kagaklah, cuma heran aja gue, gak pernah tau soalnya"
Ya..... sebenarnya memang ada sedikit perasaan yang mengganjal di hatiku setelah mengetahui bahwa devan dan viny yang akhir-akhir ini ternyata cukup sering untuk saling bertukar pesan.
Tapi aku langsung membuang jauh-jauh perasaan itu, lagipula viny sudah kuanggap seperti kakakku sendiri, dia juga salah satu sahabat beby, sangat tidak etis jika aku sampai berani memiliki perasaan kepadanya.
Devan: "oooohhh..., kali aja"
Aku: "terus..., veranda lu kemanain?"
Devan kembali terkekeh setelah mendengar pertanyaanku barusan.
"Gak dikemana-kemanain nat, cuma nyari suasana baru aja"
Pletaaakkk.......
"Yeee...., awas lu kalau sampe bikin viny baper"
Tawa devan langsung pecah setelah mendengar ancamanku barusan.
"Lu cemburu kan?...."
Kali ini devan bertanya sambil menunjukkan wajah tengilnya.
"Kagak gitu juga bego..., dia udah banyak bantuin gue, jadi gue juga mau bantu dia buat ngindarin buaya-buaya kayak lu.."
Lagi-lagi tawanya pecah setelah mendengar kalimat terakhir yang baru saja keluar dari mulutku.
"Yaelah nat...., santai..., tenang aja nat, gue gak bakal bikin viny baper"
"Cuma seru-seruan doang nat, lagian viny orangnya asyik banget kalo diajak chat-chatan"
Aku mencoba menyembunyikan wajah kesalku, aku tidak mau devan mengira kalau aku cemburu dengan kedekatannya dan viny.
"Eh, btw, shani apa kabar nat?"
Sontak pertanyaan devan barusan membuatku teringat dengan shani.
Ya...., akhir-akhir ini aku dan shani sudah tidak pernah lagi bertemu, jangankan bertemu, kami juga sudah tidak lagi saling menelpon ataupun saling memgirim pesan seperti sebelum-sebelumnya.
Kami memang sudah sama-sama sepakat, bahwa kami tetap bisa berteman setelah malam itu shani mengetahui semuanya.
Tapi aku rasa dia masih perlu waktu untuk menyendiri, dia masih buruh waktu untuk melupakan semia perasaannya.
Oleh karena itu aku tidak ada niatan sama sekalo untuk menghubungi shani dalam waktu dekat.
"Yaaa....., gitulah van, tapi kita masih tetep temenan kok"
Devan menganggukkan kepalanya untuk merespon jawaban yang baru saja kulontarkan.
"Yaudahlah nat, yang penting lu udah baikan sama beby, jadi lu gak perluk galau-galuan lagi kayak kemaren"
"Ekhhmm...., nat"
"Berarti..... gue boleh dong deketin shani"
Pletaaaakkk......
"Yeee...., enak aja lu..., semuanya mau lu embat, kagakkk!!!"
Devan kembali terkekeh setelah mendengar jawabanku.
Devan: "yang penting beby gak gue embat nat, kalau beby khusus buat lu dah"
Aku: "awas aja lu berani deketin beby, niihh!!!..."
Aku mengarahkan kepalan tanganku kearah devan untuk mengancamnya, tentu saja aku hanya bercanda.
"Buset...., galak amat bang, iya iya..."
Devan langsung memasang gestur meminta ampun seraya menanggapi kalimat terakhirku.
Aku: "yaudah van, gue cabut dulu ya..., gak ada kerjaan kan malem ini"
Devan: "kagak nat, iya, hati-hati"
Tanpa berpikir panjang, aku langsung kembali melanjutkan langkahku kearah pintu keluar.
.
.
.
"Mbak, mbak vinynya keluar ya?"
Beby menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan yang baru saja kulontarkan, sedangkan perhatiannya masih terfokus pada layar handphone yang ada di tangannya.
"Kemana mbak?"
Beby hanya menganggkat kedua pundaknya untuk memberi isyarat bahwa dia tidak mengetahui kemana perginya viny malam ini.
"Mbak...., gak bosen apa di rumah terus?"
Beby hanya menggelengkan kepalanya, dia belum mngeluarkan sepatah katapun malam ini.
"Mbak..., pernah kebukit bintang gak?"
Beby kembali menggelengkan kepalanya setelah mendengar pertanyaanku.
"Serius?!, masa udah 4 tahun di jogja belum pernah kesana?"
Beby hanya menaggukkan kepalanya seraya menaikkan kedua alisnya.
"Kesana yuk mbak, aku lagi sumpek banget niih...."
Beby menolehkan kepalanya setelah mendengar ajakanku barusan.
"Mau nggak?, daripada di rumah terus, mbak pasti sumpek juga kan?"
Aku kembali mempertegas ajakanku seraya membalas tatapannya.
Keadaan sempat hening sejenak, kami hanya saling menatap, tidak ada sepatah katapun yang berhasil keluar dari mulut kami.
"Mbak...., mau ya?....., please...."
Akhirnya aku memilih untuk memohon kepada beby agar dia mau menerima ajakanku.
"Yaudah, aku siap-siap dulu"
Deeeeggggg........
Aku langsung bersorak dalam hati setelah mendengar jawaban beby barusan, aku tidak menyangka, beby mau menerima ajakanku malam ini.
"Serius mbak?!"
Beby hanya mengangguk kecil untuk meng iya kan pertanyaanku, setelah itu dia langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju kamar untuk mengganti pakaiannya.
.
.
.
"Hati-hati mbak"
Aku mengulurkan tanganku untuk membantu beby menuruni tangga, ada beberapa anak tangga yang harus kami turuni untuk menuju spot utama yang nantinya akan menjadi tempat kami menikmati pemandangan kota jogja malam ini.
Beby menyambut uluran tanganku, dia menuruni setiap anak tangga dengan hati-hati.
Ya...., kami memang harus berhati-hati, mengingat tangga yang saat ini sedang kami turuni bisa dibilang lumayan curam, selain itu, anak tangga yang kami lalui juga terlihat sedikit basah, mungkin tempat ini baru saja diguyur hujan.
"Duduk di atas aja ya mbak"
Beby hanya mengangguk kecil untuk meng iya kan ajakanku.
Sekarang kami sudah sampai di warung yang memang menjadi spot utama dari tempat ini.
Warung ini menyediakan tempat yang berbentuk seperti rooftop, warung ini juga berbatasan langsung dengan jurang yang ada di depannya, dari tempat ini kami bisa melihat kota jogja dari ketinggian, sehingga kami bisa melihat setiap sudut kota jogja dengan jelas.
Karena malam ini bukan hari weekend, tempat ini jadi terlihat agak sepi, seingatku, dulu saat aku mengunjungi tempat ini bersama devan dan nabil, orang-orang yang berkunjung kesini bisa di bilang lumayan banyak, ya... memang sih, aku biasanya berkunjung kesini jika sedang hari weekend.
Karena semua pengunjung yang berkunjung malam ini memilih untuk mengambil tempat di lantai bawah, aku memutuskan untuk mengajak beby duduk di lantai atas agar kami bisa saling berinteraksi dengan lebih leluasa.
"Dingin ya mbak, kayaknya habis ujan deh disini"
Setelah berkata seperti itu, aku memilih untuk membersihkan meja yang kami tempati dari embun-embun yang ada di atasnya dengan menggunakan beberapa lembar tisu yang sudah kusiapkan.
Beby terlihat menggosokkan kedua telapak tangannya sambil sesekali meniupnya, sepertinya beby merasa kedinginan, bagimana tidak, saat ini kami sedang berada di daerah dataran tinggi yang sepertinya baru saja diguyur hujan.
Selain itu, malam ini beby hanya menggunakan sweater yang bahannya tidak terlalu tebal.
Padahal, sebelum kami berangkat aku sudah memintanya untuk mengenakan jaket, tapi dia menolak permintaanku mentah-mentah, dan..... aku hanya bisa pasrah saat beby menolaknya.
"Tuh kan..., kan udah aku bilang, di sini dingin mbak"
Beby langsung membuang pandangannya kearah lain sambil terus menggosokkan kedua tangannya.
Akupun memutuskan untuk berpindah tempat, aku yang awalnya duduk di seberang beby, kini berpindah untuk duduk di sampingnya, selain karena ingin lebih dekat dengan beby, dengan posisi ini, aku bisa melihat pemandangan kota jogja yang awalnya berada di belakangku.
"Mbak, kalo dingin pake jaket aku nih"
Seraya berkata seperti itu, aku juga melepas jaket bomber yang kukenakan, lalu menyodorkannya kearah beby.
"Gak usah nat"
Aku langsung meletakkan jaket yang ada di tanganku keatas punggung beby setelah mendengar penolakannya.
"Udah mbak, gak usah malu-malu"
"Apa kata orang-orang nanti kalau liat aku biarin bidadari kedinginan"
Beby hanya menatapku dengan tatapan malas, lalu dia kembali membuang pandangannya kearah lain.
"Basi"
Aku hanya terkekeh melihat respon beby barusan, sepertinya aku sudah terbiasa dengan sikap cuek yang akhir-akhir ini selalu dia tunjukkan kepadaku.
"Tapi sayang banget mbak, bintangnya gak terlalu keliatan, habis ujan sih"
Beby mengalihkan pandangannya keatas setelah mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari mulutku.
Lagi-lagi beby tidak menanggapi kalimat terakhirku, dia asyik memandangi pemandangan langit malam dan kota jogja yang tersaji di depannya.
"Mbaak......"
Huuuhhhh.....
Sejujurnya aku memang sudah merencanakan semua ini, aku memang ingin menyelesaikan masalah yang membuat hubungan kami akhir-akhir ini menjadi renggang, bahkan penyakit bipolar beby sempat kambuh karena masalah ini, ya.... itulah alasanku mengajak beby untuk mengunjungi tempat ini.
Aku mau menjelaskan semuanya malam ini juga, sejelas-jelasnya!!!, aku ingin menghilangkan kesalahpahaman yang masih ada di antara kami.
Ya...., meskipun aku sudah cukup terbiasa dengan sikap cuek beby yang akhir-akhir ini selalu ditunjukannya, tapi...... aku sangat merindukan sikap manja dan bawelnya, aku juga rindu dengan perhatian-perhatian kecil yang dulu selalu ditunjukannya.
Intinya aku mau beby yang dulu!!!!!, beby yang manja, beby yang bawel, beby yang memaksaku untuk menuruti semua keinginannya, beby yang sering menyuapiku, entah itu gulali, popcorn, saat aku sakit, ataupum saat kami bertemu shani di restoran cepat saji malam itu.
Pokoknya malam ini aku harus bisa menyelesaikan semuanya!!!, titik.
"Mbaaaakkk......"
Setelah dua kali aku memanggilnya, akhirnya beby mau menoleh kearahku.
"Aku boleh nanya mbak?"
Beby menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.
"Apa?"
Jawaban singkat dari beby berhasil membuat nyaliku menjadi ciut seketika.
Huuuuhhh....
"Kira-kira..... apa yang bisa aku lakuin buat balikin keadaan kita jadi kayak dulu lagi?"
Beby langsung menoleh kearahku, sementara aku langsung membuang tatapanku kearah lain, aku terlalu takut untuk membalas tatapannya.
"M m maaf mbak, aku bener-bener bingung"
"Aku bukan orang yang pinter buat bujukin orang yang lagi marah, apalagi cewek"
Aku mengusap wajahku dengan kasar sebelum kembali melanjutkan kalimatku.
"Aku udah nyoba semua cara yang aku tau selama ini"
"Y y yaa.... mungkin sekarang aku lagi nyoba salah satu cara yang ada di pikiran aku"
"Ngajak mbak jalan-jalan kayak sekarang"
"T t tapi..... sampai sekarang mbak masih nyuekin aku kayak gini"
"Aku kan jadi gak tau apa yang mbak mau"
Beby mengalihkan tatapannya kearah depan.
"Mmmm..... k k kalau mbak memang butuh penjelasan...."
Aku memilih menjeda kalimatku, aku mencoba mengatur nafas dan detak jantungku yang benar-benar sudah tidak karuan.
"P p p penjelasan tentang masalah kita malam itu, a a aku mau jelasin semuanya"
Seketika keadaan menjadi hening setelah aku menyelesaikan kalimat terakhirku.
"Iya mbak, sebelum kejadian itu, aku emang udah sering jalan sama shani"
Karena beby tidak kunjung merespon pertanyaan demi pertanyaan yang sedari tadi kulontrkan, aku memutuskan mulai menyampaikan semua penjelasanku tanpa persetujuannya.
"Bukan cuma jalan, aku juga sering telponan dan chat-chatan sama dia, dan itu semua tanpa sepengetahuan mbak"
"T t t tapi... meskipun ku sempet beberapa kali main kekosannya, aku gak pernah ngelakuin hal yang macem-macem kok mbak sama shani, serius deh"
Karena takut beby semakin salah paham, aku mencoba menjelaskan bahwa aku tidak pernah melakukan hal yang berlebihan saat bersama shani.
Ya.... meskipun aku sempat hampir kelepasan sih.
"Aku tau mbak, aku salah, selama ini aku udah gantungin perasaan mbak, dan pada saat itu juga aku udah deket sama cewek lain di belakang mbak"
"Aku tau..., semua itu bikin mbak sakit hati, mungkin mbak sekarang juga benci sama aku"
"Apalagi setelah kemaren aku sempet bener-bener ninggalin mbak"
Kalimatku kembali terhenti, aku mencoba untuk menunggu respon dari beby, tapi..... hasilnya ternyataa nihil, beby masih saja bungkam.
Huuuuhhhh......
"Mbak...., aku tau kok, kalau ada benda yang udah rusak, kemungkinannya cuma ada dua"
"Diperbaiki supaya bisa difungsikan sesuai fungsi sebelumnya, atau..... dibiarin aja sampai akhirnya benda itu jadi barang rongsokan"
"Aku tau mbak, aku udah ngerusak kepercayaan mbak, tapi..... selama ini aku selalu mencoba buat memperbaikinya mbak, aku gak mau biarin masalah ini terus berlarut-larut, aku gak mau kepercayaan mbak bener-bener rusak, bahkan hilang untuk selama-lamanya"
Aku kembali menoleh kearah beby, dia masih menatap lurus kedepan, dia juga masih diam, entahlah, semakin kesini aku jadi semakin takut, takut jika semuanya tidak akan pernah kembali seperti dulu.
"Yaa..., aku tau kok mbak, kalau ada barang yang rusak, lalu kita coba buat perbaiki, kemungkinannya juga ada 2"
"Bisa diperbaiki, atu.... gak bisa sama sekali"
"Aku juga tau mbak, kalaupun bisa, kondisinya gak akan sebagus kondisi sebelumnya"
"Aku gak masalah mbak kalo mbak gak bisa percaya sama aku kayak dulu setelah ini"
"Tapi aku mohon mbak...., kasih tau aku cara memperbaikinya"
Kali ini aku benar-benar memohon kepada beby, entahlah, aku sudah tidak tahu lagi.... aku sudah tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan agar beby mau merespon semua penjelasanku malam ini.
"Aku kangen sama kamu yang dulu mbak, aku pengen mbak kayak dulu lagi"
"Aku mau mbak perhatiin lagi, mbak bawelin lagi, aku mau mbak manja-manjaan kayak dulu lagi"
Entahlah, sebelumnya aku tidak pernah berbicara seperti itu kepada beby, selama ini aku selalu merasa malu, ya...., aku malu jika dia tahu bahwa aku senang dengan sifatnya yang manja, bawel dan kekanak-kanakan, aku suka dengan perhatian-perhatian kecilnya.
Tapi.... malam ini, semua pengakuan itu keluar begitu saja dari mulutku dengan gampangnya.
Huuuuhhh.....
Tapi.... setelah aku menyatakan semuanya, beby masih tetap diam, bahkan dia tidak menoleh kearahku.
Apakah dia sudah tidak mau memberiku kesempatan lagi?, kesempatan untuk mengembalikan seluruh kepercayaannya?, kesempatan untuk memperbaiki hubungan kami?.
Aku kembali menghirup nafas dalam-dalam untuk meminimalisir kegugupan dan ketakutan yang sedari tadi memghinggapiku.
"Apa kepercayaan mbak emang udah gak bisa diperbaikin lagi?, apa semuanya gak akan pernah kembali kayak dulu mbak?"
Arrrrgggghhhhh......
Aku benar-benar merasa sangat frustasi saat ini, bagimana tidak, aku sudah menjelaskan semuanya, bahkan aku sudah blak-blakan menyampaikan semua perasaan yang selama ini selalu kupendam.
Tapi...... melihat beby yang tidak kunjung memberi respon, aku menjadi semakin putus asa.
Mungkin benar, semuanya tidak akan pernah kembali, aku tidak bisa memperbaiki kepercayaan beby, sekarang kepercayaan beby sama halnya dengan benda rongsokan yang tidak akan pernah berfungsi lagi, mungkin dia sudah membuang benda itu jauh-jauh, mungkin bukan cuma kepercayaannya, tapi.... perasaannya juga.
Tiba-tiba beby menoleh kearahku.
"Nat...."
Bruuuuukkkkk.......
Saat itu juga beby langsung mengahmbur memelukku, isak tangisnya samar-samar mulai terdengar.
"Kamu jahat nat....."
"K k kamu gak pernah mikirin perasaan aku"
"A a aku gakpernah ngelarang kamu temenan sama siapapun, bahkan shani...."
Kalimat beby kembali terhenti, isak tangis kembali keluar dari mulutnya.
"Tapi.... tapi kenapa kamu gak penah cerita sama akuu???!!!! "
"Dengan kayak gitu aku merasa seolah-olah kamu emang gak suka sama dia, kamu bikin aku percaya kalau kalian gak lebih deket dari sekedar temen"
"P p padahal......"
Lagi-lagi kalimat beby terhenti, dia kembali terisak, suara tangisnya makin lama terdengar semakin keras.
"Padahal, kalau kamu suka sama shanipun aku gak masalah, aku masih bisa terima kok"
"Aku gak ada hak buat ngatur-ngatur kamu"
"T t t tapi aku cuma pengen kamu ngomong nat..., harusnya kamu bilang itu dari awal"
"Kamu gak mikirin gimana sakitnya aku.... gimana sakitnya aku yang selama ini gantungin semua harapan aku kekamu"
"Aku kan gak tau kalau kamu sukanya sama shani nat...., makanya aku berani ngasih semua harapan aku ke kamu selama ini"
"Tapi aku salah nat....."
"Kamu malah matiin semua harapan aku..."
"Kamu jahaaaat......"
Beby tidak lagi melanjutkan kalimatnya, dia memilih untuk melanjutkan tangisannya di dalam pelukanku.
Entahlah, aku tidak tahu harus merasa senang atau merasa sedih saat ini, aku senang, akhirnya beby mau berbicara panjang lebar untuk pertama kalinya setelah kejadian malam itu.
Tapi..... semua yang dikatakan oleh beby memang benar adanya, rasa bersalah kembali menyeruak masuk kedalam dada dan kepalaku.
Bagimana tidak, aku baru sadar, ternyata.... aku sudah membawa harapan beby terbang setinggi-tingginya, lalu..... aku menjatuhkannya begitu saja.
Tentu rasanya akan lebih sakit, mungkin, jika kita jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi, sakit dan luka yang kita rasakan tidak seberapa.
Tapi..... jika jatuh dari tempat yang tinggi, sakit dan luka yang kita rasakan akan semakin banyak, bahkan bisa menyebabkan kematian, dan..... aku berhasil membunuh semua harapan yang dititipkan beby kepadaku.
Huuuuuhhh.....
Yang aku bisa lakukan saat ini hanya membalas pelukannya, aku tidak tahu lagi harus berkata apa, aku rasa, kata maaf tidak akan cukup untuk mengobati luka yang ada di hatinya.
Tangisan beby perlahan-lahan mulai mereda, sesekalo dia masih terisak di dalam pelukanku, suara tangisannyapun sudah mulai mengecil.
Posisi kami masih belum berubah, bahkan saat beby sudah benar-benar berhenti menangis.
Sesekali beby berusaha menjauhkan tubuhnya dari pelukanku, tapi..... entah kenapa aku selalu menahannya, aku merasa sangat enggan untuk melepaskannya.
Ya...., sekarang aku benar-benar merasa takut jika harus kehilangan beby, dan...... pelukan eratku kali ini seolah-olah merepresentasikan semua perasaan takut yang kurasakan.
"Misi mas, mbak, ini pesenannya"
Sontak aku dan beby langsung saling mendorong agar pelukan kami terlepas setelah menyadari kehadiran seseorang di dekat kami.
"E e eehhh...., maaf mas, mbak, gak maksud ganggu kok, monggo dilanjut, hehehe"
Anjiiiing laahh!!!!, wajah mas-mas penjaga warung yang ada di hadapanku saat ini entah kenapa terlihat sangat menyebalkan.
Rasanya ingin kulempar dia kedalam jurang yang saat ini ada di hadapan kami.
.
.
.
Diubah oleh akmal162 17-05-2020 05:09
Herisyahrian dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Kutip
Balas
