- Beranda
- Stories from the Heart
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
...
TS
princebanditt
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120128450195.png)
Quote:
Keluarga, menurut gue adalah sekelompok orang yang tinggal bersama, mempunyai struktur peran dan jabatan masing masing, ayah, ibu, kakak dan adik.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
Spoiler for Keluarga Kecil:
Quote:
Berbahagialah kalian yang lahir dari keluarga yang harmonis, dipenuhi kebahagiaan, canda tawa, dan kadang suka duka kalian lalui bersama sama, saling menguatkan satu dengan yang lainnya.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Keluargaku, Neraka Bagiku
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Quote:
”plakkk..”suara tamparan keras malam itu.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
Quote:
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Karna kekerasan akan menimbulkan trauma dan membangun kekerasan yang lainnya.
Spoiler for Ratenya GanSis:
Selamat Membaca
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
UPDATE BERJALAN..
BAB 1, BAB 2, BAB 3, BAB 4, BAB 5, BAB 6, BAB 7, BAB 8, BAB 9, BAB 10, BAB 11, BAB 12, BAB 13, BAB 14, BAB 15
Spoiler for Kunjungi Thread Lainnya,:
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian MerekaHot Thread
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
Bersambung
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120127520747.png)
Diubah oleh princebanditt 25-01-2021 19:10
itkgid dan 139 lainnya memberi reputasi
138
102K
Kutip
608
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
princebanditt
#71
BAB VI HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
•Pribadi Baru di Dunia Baru•
Spoiler for Mulustrasi:
Quote:
”aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh tolooongggg.” gue teriak histeris sambil menutup mata.
mungkin bisa dibilang sangat beruntung karena tepat disaat gue teriak kencang, ada seorang ustad sedang berjalan ke masjid, tiba-tiba mendengar teriakan gue dan berlari menuju kamar tempat gue menjerit ketakutan.
“hey.. kamu kenapa.?” tanya ustad tersebut.
“ini ustad, udah jangan teriak, kamu kenapa, dibuka matanya liat ini ustad.” sambil dia mengguncangkan badan dan mencoba untuk menenangkan gue.
“ada perempuan tad, disana ada perempuan mau deketin aku.” jawab gue menunjuk kearah tadi gue liat itu mahluk, sambil tetap memejamkan mata.
“mana?? ga ada kok, coba buka deh mata kamu, ga ada siapa-siapa disini.” jawabnya meyakinkan.
ga lama gue coba buka mata gue pelan-pelan, dan ternyata ga ada apa-apa. Gue perhatiin sekitar kamar yang masih gelap karena mati lampu itu, dan memang ga ada apa-apa.
“tadi ada perempuan disana tad, sumpah aku ga bohong.” gue coba menjelaskan apa yang gue liat barusan,
“kamu salah lihat kali, disana kan banyak baju bergantung tuh, ditambah lagi mati lampu gini kan.” jawabnya.
gue tetep ga percaya dan coba liat lagi sekitar gue, takut klo itu perempuan tiba-tiba dateng lagi.
“yaudh ustad kemasjid dulu ya, ga ada apa-apa kok, biar ustad nyalahin lilin dulu deh biar kamu ga takut.” lalu ustad mencari lilin disekitar kamar gue.
setelah lilin dinyalakan,
“udah terang kan, ustad tinggal ya.?” tanyanya sambil melihat ke arah gue.
“jangan tad, tolong aku takut, temenin sampe ustad aulia dateng ya tad.” pinta gue ketakutan sambil memegang sarung yang ustad pakai.
Mungkin karena ga tega liat gue, akhirnya ustad itu memutuskan sholat dikamar biar gue ga ketakutan, lalu ga lama gue tertidur.
dari kejadian malam itu, gue percaya mungkin gue salah liat, mungkin itu cuma halusinasi anak kecil, tapi ternyata ga seperti yang para ustad bilang dan gue yakinin.
Sejak malam itu gue selalu dibayangi dengan ketakutan ketika malam tiba.
Gue jadi takut banget sama gelap, selalu sosok itu yang muncul dipikiran gue ketika malam hari, baik itu menjelang tidur ataupun tiba-tiba terjadi mati lamu lagi.
dan semenjak saat itu gue jadi gampang sakit, gue lebih sering bengong, ga nafsu makan, dikepala gue penuh sama sosok perempuan itu.
Pernah suatu hari gue jatuh sakit, seperti biasa yang lain pada berangkat ke Masjid, tinggalah gue dikamar sendirian.
Walaupun gue udah memohon sambil menangis sama Ustad Aulia buat nemenin dan jagain gue dikamar, Dia tetep pergi ninggalin gue.
Gue cuma bisa duduk ketakutan diujung kasur, lalu kemudian anak kecil lewat didepan kamar, gue bener-bener perhatiin dia lewat dan keliatan berjalan diluar jendela dari arah kamar mandi menuju kekamar disebelah kamar gue.
“apa dikamar sebelah ada yang sakit juga ya?” pikir gue.
karna gue takut sendirian, gue putusin buat pindah ke kamar sebelah, lumayan jadi ada temennya ga sendirian sampe ustad pulang pikir gue.
lalu gue berjalan menuju kamar sebelah, lampu nyalah jadi gue ga terlalu takut, apa lagi tadi gue liat dikamar ini ada orangnya.
“assalamualaikum..” sambil gue mengetuk pintu.
gue tunggu ga ada jawaban, karna gue penasaran, mungkin dia ga denger kali, akhirnya gue masuk kekamar itu.
tiap kamar punya ranjang tingkat, ada 10 ranjang dan lemari kayu kecil untuk masing masing santri, jadi ada santri yang tidur diatas dan ada yang dibawah, dan dikamar itu selalu ada ruangan khusus untuk ustad penjaga kami.
gue lihat setiap ranjang dikamar itu, “kemana itu anak ya, kok ga ada?, padahal tadi gue liat dia lewat.” tanya gue dalem hati.
Dipesantren itu per blok cuma ada dua kamar, dan satu kamar diisi 10 Santri serta 1 Ustad pembimbing jadi ada 11 Orang.
jadi anak itu klo bukan dari kamar gue, pasti dari kamar sebelah.
ga lama kemudian, “kreekk” bunyi suara lemari kebuka dari pojok ruangan.
karna posisi lemari dibelakang kamar ustad pembimbing, gue coba samperin, mungkin dia ada di sana lagi ganti baju, pikir gue dalem hati.
Bener ternyata dia ada didepan lemari, lagi menghadap ke arah lemari, dan dia ga pake baju.
“aku numpang duduk disini ya, boleh?” tanya gue ke dia,
dia ga jawab apapun, “kamu lagi sakit juga? aku takut klo dikamar sendirian, nanti klo ustad dateng aku pulang kok kekamar aku” sambil gue perhatiin dia.
Gue liat badannya berwarna pucat agak kebiruan, rambutnya pencek tebal, dan ada beberapa bekas luka kering disekitaran pinggangnya, dia cuma memakai celana panjang berwarna hitam.
Kemudian, terdengar dia tertawa kecil, tetap menghadap kerah lemari, dia terus tertawa. “kaa.. kaamu kee.. keena..naapa?” tanya gue mulai agak ketakutan karena dia terus saja tertawa.
kemudian sambil terus tertawa dia membalikan badannya, gue liat mukanya penuh dengan luka, dia tersenyum bahagia tapii matanya ga keliatan, matanya hitam bolong dengan bibir tersenyum dia mengeluarkan suara tertawa yang semakin kencang.
gue kaget dan ketakutan, lalu mencoba berlari keluar kamar itu, tapi gue nabrak besi ranjang kepala gue terbentur dan terjatuh, dan gue ga inget apapun.
Ketika terbangun gue liat Ustad Aulia lagi ngobrol dengan ustad lainnya dikamar dan gue udh ada diranjang.
ngeliat gue udah bangun, mereka nyamperin gue. “kamu abis ngapain lagi yo?” tanya ustad aulia.
“ada itu tad, dikamar sebelah” jawab gue takut.
“ada apaan?” tanyanya lagi penasaran.
“anak kecil, kirain itu anak baru yang lagi sakit juga dikamar sebelah, tapii mukanya..”
“udah.. udah.. kamu istirahat aja yo” jawabnya memotong kalimat yang mau gue katakan.
Lalu mereka berbincang menjauh dari kamar gue.
gue juga ga denger apa yang mereka omongin, besoknya dan beberapa hari kedepannya ustad selalu nemenin gue, selesai sholat dikamar gue, dia juga selalu ngaji disamping gue, malah ketika hujan turun, gue selalu diajak dia tiduran diluar dengan posisi kepala gue deket ke pinggir jalan, sampai kepala gue kena cipratan air hujan.
ustad selalu nemenin tanpa gue harus meminta seperti kemaren, mungkin sampai gue tidur baru dia masuk kekamarnya, malah kadang dia tidur dilantai disamping kasur gue.
akhirnya gue sembuh, selama sakit gue selalu mikirin apa yang udh gue lalui beberapa malam kemaren, kejadian-kejadian aneh yang gue liat, dan gue juga mikirin perempuan manis diseberang pagar masjid itu, jadi gue berusaha biar keliatan sehat lagi jadi bisa duduk dipinggir masjid nungguin dia dateng.
habis kejadian itu semua keliatan aneh, gue ga pernah ngeliat perempuan diseberang masjid, gue malah terus ngeliat kejadian-kejadian aneh, dan semua yang gue liat terlihat menyeramkan.
gue jadi ga berani buat mandi paling terakhir, karena waktu itu pas gue mandi terakhir, dari bak kamar mandi keluar potongan tangan dan banyak bercak darahnya yang mencoba mencari dan memegang tangan gue, lalu gue menjerit ketakutan manggil ustad.
pernah juga terbangun malem hari kebelet kencing, dikamar mandi gue ngeliat ada anak kecil nangis sendirian sambil jongkok, gue ngejerit lari ketakutan bangunin ustad, dan gue ajak kekamar mandi, anak itu udah ga ada.
dan masih banyak kejadian aneh lainnya, sampe pernah gue malah diomelin dan disangka berbohong untuk mencari perhatian.
beberapa santri lainnya mulai meledek dan memanggil gue orang gila, mereka mendorong gue sampai terjatuh dan mentertawakan gue,
mereka juga mencoret-coret lemari gue, menuliskan kata gila dilemari gue, membuang baju gue ke WC dan merobek kasur gue.
kadang gue ngadu ke ustad, lalu mereka dihukum dan diomelin, tapi tetap saja perbuatan mereka tidak pernah berubah ke gue.
“ayah, aku kangen.”
“kakek, aku kangen.”
“aku kesepian.”
“aku ga betah disini yah, kek, aku mau pulang.” cuma itu yang bisa gue ucapin dalam hati sambil menangis, setiap mereka selesai mengganggu gue.
dan gue juga selalu ingat sama ibu,
“ini semua gara-gara ibu, ibu ga pernah peduli dan sayang sama gue, ibu cuma mau pisahin gue sama ayah dan kakek, sampe mati gue ga bakal mau ketemu sama ibu lagi” ucap gue penuh dendam dalem hati.
mungkin bisa dibilang sangat beruntung karena tepat disaat gue teriak kencang, ada seorang ustad sedang berjalan ke masjid, tiba-tiba mendengar teriakan gue dan berlari menuju kamar tempat gue menjerit ketakutan.
“hey.. kamu kenapa.?” tanya ustad tersebut.
“ini ustad, udah jangan teriak, kamu kenapa, dibuka matanya liat ini ustad.” sambil dia mengguncangkan badan dan mencoba untuk menenangkan gue.
“ada perempuan tad, disana ada perempuan mau deketin aku.” jawab gue menunjuk kearah tadi gue liat itu mahluk, sambil tetap memejamkan mata.
“mana?? ga ada kok, coba buka deh mata kamu, ga ada siapa-siapa disini.” jawabnya meyakinkan.
ga lama gue coba buka mata gue pelan-pelan, dan ternyata ga ada apa-apa. Gue perhatiin sekitar kamar yang masih gelap karena mati lampu itu, dan memang ga ada apa-apa.
“tadi ada perempuan disana tad, sumpah aku ga bohong.” gue coba menjelaskan apa yang gue liat barusan,
“kamu salah lihat kali, disana kan banyak baju bergantung tuh, ditambah lagi mati lampu gini kan.” jawabnya.
gue tetep ga percaya dan coba liat lagi sekitar gue, takut klo itu perempuan tiba-tiba dateng lagi.
“yaudh ustad kemasjid dulu ya, ga ada apa-apa kok, biar ustad nyalahin lilin dulu deh biar kamu ga takut.” lalu ustad mencari lilin disekitar kamar gue.
setelah lilin dinyalakan,
“udah terang kan, ustad tinggal ya.?” tanyanya sambil melihat ke arah gue.
“jangan tad, tolong aku takut, temenin sampe ustad aulia dateng ya tad.” pinta gue ketakutan sambil memegang sarung yang ustad pakai.
Mungkin karena ga tega liat gue, akhirnya ustad itu memutuskan sholat dikamar biar gue ga ketakutan, lalu ga lama gue tertidur.
dari kejadian malam itu, gue percaya mungkin gue salah liat, mungkin itu cuma halusinasi anak kecil, tapi ternyata ga seperti yang para ustad bilang dan gue yakinin.
Sejak malam itu gue selalu dibayangi dengan ketakutan ketika malam tiba.
Gue jadi takut banget sama gelap, selalu sosok itu yang muncul dipikiran gue ketika malam hari, baik itu menjelang tidur ataupun tiba-tiba terjadi mati lamu lagi.
dan semenjak saat itu gue jadi gampang sakit, gue lebih sering bengong, ga nafsu makan, dikepala gue penuh sama sosok perempuan itu.
Pernah suatu hari gue jatuh sakit, seperti biasa yang lain pada berangkat ke Masjid, tinggalah gue dikamar sendirian.
Walaupun gue udah memohon sambil menangis sama Ustad Aulia buat nemenin dan jagain gue dikamar, Dia tetep pergi ninggalin gue.
Gue cuma bisa duduk ketakutan diujung kasur, lalu kemudian anak kecil lewat didepan kamar, gue bener-bener perhatiin dia lewat dan keliatan berjalan diluar jendela dari arah kamar mandi menuju kekamar disebelah kamar gue.
“apa dikamar sebelah ada yang sakit juga ya?” pikir gue.
karna gue takut sendirian, gue putusin buat pindah ke kamar sebelah, lumayan jadi ada temennya ga sendirian sampe ustad pulang pikir gue.
lalu gue berjalan menuju kamar sebelah, lampu nyalah jadi gue ga terlalu takut, apa lagi tadi gue liat dikamar ini ada orangnya.
“assalamualaikum..” sambil gue mengetuk pintu.
gue tunggu ga ada jawaban, karna gue penasaran, mungkin dia ga denger kali, akhirnya gue masuk kekamar itu.
tiap kamar punya ranjang tingkat, ada 10 ranjang dan lemari kayu kecil untuk masing masing santri, jadi ada santri yang tidur diatas dan ada yang dibawah, dan dikamar itu selalu ada ruangan khusus untuk ustad penjaga kami.
gue lihat setiap ranjang dikamar itu, “kemana itu anak ya, kok ga ada?, padahal tadi gue liat dia lewat.” tanya gue dalem hati.
Dipesantren itu per blok cuma ada dua kamar, dan satu kamar diisi 10 Santri serta 1 Ustad pembimbing jadi ada 11 Orang.
jadi anak itu klo bukan dari kamar gue, pasti dari kamar sebelah.
ga lama kemudian, “kreekk” bunyi suara lemari kebuka dari pojok ruangan.
karna posisi lemari dibelakang kamar ustad pembimbing, gue coba samperin, mungkin dia ada di sana lagi ganti baju, pikir gue dalem hati.
Bener ternyata dia ada didepan lemari, lagi menghadap ke arah lemari, dan dia ga pake baju.
“aku numpang duduk disini ya, boleh?” tanya gue ke dia,
dia ga jawab apapun, “kamu lagi sakit juga? aku takut klo dikamar sendirian, nanti klo ustad dateng aku pulang kok kekamar aku” sambil gue perhatiin dia.
Gue liat badannya berwarna pucat agak kebiruan, rambutnya pencek tebal, dan ada beberapa bekas luka kering disekitaran pinggangnya, dia cuma memakai celana panjang berwarna hitam.
Kemudian, terdengar dia tertawa kecil, tetap menghadap kerah lemari, dia terus tertawa. “kaa.. kaamu kee.. keena..naapa?” tanya gue mulai agak ketakutan karena dia terus saja tertawa.
kemudian sambil terus tertawa dia membalikan badannya, gue liat mukanya penuh dengan luka, dia tersenyum bahagia tapii matanya ga keliatan, matanya hitam bolong dengan bibir tersenyum dia mengeluarkan suara tertawa yang semakin kencang.
gue kaget dan ketakutan, lalu mencoba berlari keluar kamar itu, tapi gue nabrak besi ranjang kepala gue terbentur dan terjatuh, dan gue ga inget apapun.
Ketika terbangun gue liat Ustad Aulia lagi ngobrol dengan ustad lainnya dikamar dan gue udh ada diranjang.
ngeliat gue udah bangun, mereka nyamperin gue. “kamu abis ngapain lagi yo?” tanya ustad aulia.
“ada itu tad, dikamar sebelah” jawab gue takut.
“ada apaan?” tanyanya lagi penasaran.
“anak kecil, kirain itu anak baru yang lagi sakit juga dikamar sebelah, tapii mukanya..”
“udah.. udah.. kamu istirahat aja yo” jawabnya memotong kalimat yang mau gue katakan.
Lalu mereka berbincang menjauh dari kamar gue.
gue juga ga denger apa yang mereka omongin, besoknya dan beberapa hari kedepannya ustad selalu nemenin gue, selesai sholat dikamar gue, dia juga selalu ngaji disamping gue, malah ketika hujan turun, gue selalu diajak dia tiduran diluar dengan posisi kepala gue deket ke pinggir jalan, sampai kepala gue kena cipratan air hujan.
ustad selalu nemenin tanpa gue harus meminta seperti kemaren, mungkin sampai gue tidur baru dia masuk kekamarnya, malah kadang dia tidur dilantai disamping kasur gue.
akhirnya gue sembuh, selama sakit gue selalu mikirin apa yang udh gue lalui beberapa malam kemaren, kejadian-kejadian aneh yang gue liat, dan gue juga mikirin perempuan manis diseberang pagar masjid itu, jadi gue berusaha biar keliatan sehat lagi jadi bisa duduk dipinggir masjid nungguin dia dateng.
habis kejadian itu semua keliatan aneh, gue ga pernah ngeliat perempuan diseberang masjid, gue malah terus ngeliat kejadian-kejadian aneh, dan semua yang gue liat terlihat menyeramkan.
gue jadi ga berani buat mandi paling terakhir, karena waktu itu pas gue mandi terakhir, dari bak kamar mandi keluar potongan tangan dan banyak bercak darahnya yang mencoba mencari dan memegang tangan gue, lalu gue menjerit ketakutan manggil ustad.
pernah juga terbangun malem hari kebelet kencing, dikamar mandi gue ngeliat ada anak kecil nangis sendirian sambil jongkok, gue ngejerit lari ketakutan bangunin ustad, dan gue ajak kekamar mandi, anak itu udah ga ada.
dan masih banyak kejadian aneh lainnya, sampe pernah gue malah diomelin dan disangka berbohong untuk mencari perhatian.
beberapa santri lainnya mulai meledek dan memanggil gue orang gila, mereka mendorong gue sampai terjatuh dan mentertawakan gue,
mereka juga mencoret-coret lemari gue, menuliskan kata gila dilemari gue, membuang baju gue ke WC dan merobek kasur gue.
kadang gue ngadu ke ustad, lalu mereka dihukum dan diomelin, tapi tetap saja perbuatan mereka tidak pernah berubah ke gue.
“ayah, aku kangen.”
“kakek, aku kangen.”
“aku kesepian.”
“aku ga betah disini yah, kek, aku mau pulang.” cuma itu yang bisa gue ucapin dalam hati sambil menangis, setiap mereka selesai mengganggu gue.
dan gue juga selalu ingat sama ibu,
“ini semua gara-gara ibu, ibu ga pernah peduli dan sayang sama gue, ibu cuma mau pisahin gue sama ayah dan kakek, sampe mati gue ga bakal mau ketemu sama ibu lagi” ucap gue penuh dendam dalem hati.
Bersambung..

Diubah oleh princebanditt 25-05-2020 01:23
itkgid dan 27 lainnya memberi reputasi
28
Kutip
Balas
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/11/2657924_202005111152490556.png)
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005121201040685.png)
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120130320424.png)
