- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#212
Spoiler for Part 69:
Part 69
"Mbak ngambil S2 apa emang?"
Sebelum menjawab pertanyaanku, viny memilih untuk menghirup es teh yang ada di tangannya terlebih dahulu.
Viny: "psikologi konseling nat"
Aku: "loh, bukannya kalo gak salah mbak sekarang ngambil psikologi industri ya?"
Viny menopang dagunya seraya berpikir.
"Mmmmmm..., makin kesini, aku ngerasa lebih cocok sama yang konseling deh nat, lagian kalo aku ngambil psikologi konseling enak, bisa buka praktek sendiri nanti"
Aku hanya mengangguk kecil setelah mendengar alasan viny barusan.
"Kenapa ngambil di jogja mbak?"
Viny kembali menopang dagu dengan sebelah tangannya seraya memikirkan jawaban dari pertanyaanku.
"Masih pengen di sini aja sih nat"
Lagi-lagi aku hanya mengangguk kecil untuk menanggapi jawaban dari viny.
Sesekali ujung mataku melirik kearah beby yang saat ini sedang duduk di sampingku.
Ingin sekali rasanya aku menanyakan akan kemana beby setelah dia selesai mengurus semua administrasinya di kampus nanti.
Tapi...... selain hubungan kami yang belum kunjung membaik, aku juga sangat malas untuk mendengar jawabannya, aku sudah tau, seperti yang pernah dia ucapkan dulu, setelah lulus dia akan pulang ke bandung, entah itu untuk bekerja ataupun melanjutkan studinya.
Huuuuuhhh......
Setelah dia sempat menangis beberapa hari yang lalu, kondisi beby bisa di bilang mengalami kemajuan, sesekali dia mau menjawab pertanyaanku.
Ya.... meskipun rada-rada jutek sih, dia juga masih mau belum menatapku saat kami berbicara, bahkan dia selalu memasang wajah datarnya ketika bersamaku.
Oh iya, jika berbicara tentang kepulangan beby kebandung, semakin kesini aku semakin merasa was-was.
Ya...., bagaimana kalau dia pulang kebandung dengan kondisi hubungan kami yang masih seperti ini?.
Bagaimana kalau kami harus berpisah di saat dia belum menjadi milikku?.
"Mbak, aku cuci tangan dulu ya"
Untuk menghindari suasana hening setelah tadi viny menjawab pertanyaan terakhirku, aku memilih pamit menuju wastafel untuk mencuci tanganku yang masih kotor dengan sisa-sisa makanan.
"Mbak bebynya cuci tangan juga mbak?"
Aku bertanya seperti itu karena tidak melihat keberadaan beby setelah aku kembali dari wastafel.
Viny hanya menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaanku barusan.
"Mbak....., nanti, kalo udah tinggal wisuda doang, mbak beby pulang ke bandung ya?"
Aku bertanya dengan nada bicara yang sedikit hati-hati, sebenarnya aku hanya ingin memastikan lagi, apakah apa yang dikatakan beby saat dia berkunjung ke kosanku malam itu benar adanya.
"Kayaknya iya deh nat, kemaren ibunya aja udah ngajak dia buat pulang"
Aku hanya mengangguk seraya menghembuskan nafas kasar setelah mendengar jawaban viny barusan.
Tidak lama setelah itu, aku melihat beby dari kejauhan sedang berjalan kearah kami.
"Eh, balik sekarang aja kali ya, aku ngantuk"
Seraya menoleh kearah viny, beby mengajak kami untuk pulang meninggalkan restoran yang saat ini menjadi tempat makan malam kami.
.
.
.
"Hehehe, capek ya nat dicuekin terus?"
Aku hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar setelah mendengar kalimat yang baru saja diucapkan viny.
Huuuhhh.....
"Itu mah gakusah ditanyain mbak"
Sontak viny langsung terkekeh setelah mendengar responku.
"Yaudah nat..., sabar aja, namanya juga proses"
"Ehh..., bentar ya nat, aku ganti baju dulu"
Sambil berkata seperti itu viny langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu dia berjalan kearah kamar, meninggalkanku yang saat ini hanya duduk sendiri di sofa ruang tamu.
Sesampainya kami di rumah, beby langsung memutuskan untuk masuk kedalam kamar, sedangkan aku dan viny memilih untuk duduk terlebih dahulu di sofa ruang tamu sambil berbincang-bincang.
"Bebynya udah tidur nat"
Sekarang viny sudah kembali, kali ini baju yang tadi dia gunakan, sudah berganti dengan selembar daster berwarna ungu.
Seraya berkata seperti itu, dia langsung mengambil tempat untuk duduk di posisi yang sama seperti sebelumnya.
"Ooohhh...."
Aku hanya ber oh ria sambil menganggukan kepalaku untuk merespon iformasi dari viny barusan.
"Mbak....."
Viny menoleh kearahku seraya menaikkan alisnya setelah mendengar aku memanggilnya.
Aku: "kira-kira mbak beby kapan balik ke bandungnya?"
Viny: "hmmmm, kayaknya habis nanti liburan semester, beby udah menetap di bandung lagi"
Sontak jawaban dari viny membuatku cukup terkejut, bagaimana tidak, ujian akhir semester akan diadakan 3 minggu lagi, itu berarti waktuku untuk bisa bertemu dengan beby hanya tersisa kurang lebih 1 bulan.
"Beneran gak balik kesini lagi mbak semester depan?"
Viny menganggukkan kepalanya untuk meng iya kan pertanyaanku.
"Kenapa nat?, sedih mau ditinggal beby?"
Viny bertanya kepadaku sambil memasang senyum jahil di wajahnya.
"Ya.... bukan cuma itu aja mbak"
Aku menarik nafasku dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.
"Kira-kira.... selama 1 bulan kedepan, mbak beby bisa balik kayak dulu gak mbak?"
Viny kembali menganggukkan kepalanya, sepertinya dia sudah mulai memahami ketakutanku saat ini.
"Kalo kata dokter sih nat, harusnya beby udah ngelewatin semua fase, baik itu fase manic, depresi, sama yang campuran"
"Sebenarnya dia udah baik-baik aja sekarang, kayaknya mulai besok kamis, dia udah gak perlu kontrol lagi deh, tinggal minum obat aja"
Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar setelah mendengar jawaban dari viny barusan.
"Tapi.... kok dia masih nyuekin aku ya mbak?"
"Apa mbak beby bener-bener gak mau baikan lagi ya sama aku?"
Viny memasang wajah serius sambil sesekali mengaggukkan kepalanya, menandakan dia sedang memikirkan jawaban dari pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
"Kayaknya iya deh nat"
Deeeegggg..........
Sontak jawaban yang keluar dari mulut viny membuatku sangat terkejut.
"Wkwkwkwkwkwkwk"
Tiba-tiba tawa viny pecah setelah melihat ekspresiku.
"Yaelah nat, takut banget"
Dia kembali melanjutkan tawanya yang belum tuntas.
"Emang dia gak marah-marah lagi kan kalo ada kamu?"
Aku hanya menggelengkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut viny.
"Malah sekarang dia udah mau ngerespon kalo kamu ajak ngomong"
"Yaa...., meskipun masih rada jutek sih"
"Itukan udah kemajuan banget nat, berarti dia udah mulai bisa menerima kamu lagi"
Aku tidak merespon perkataan viny, aku masih mencoba untuk mencerna kalimat demi kalimat yang baru saja dikatakannya.
"Eh...., nerima keberadaan kamu sih kayaknya dia udah bisa nat"
"Tapi.... gak tau deh beby bisa apa enggak kalo harus nerima kamu lagi sebagai orang yang spesial buat dia"
Deeeegggg.......
Entahlah, meskipun viny terlihat bercanda, tapi jawaban yang keluar dari mulutnya membuat rasa ketakutanku semakin besar.
"Tapi aku serius lo nat, aku bener-bener gak tau kalo soal itu"
Aku menyenderkan punggungku keatas sandaran sofa seraya menghembuskan nafas dengan kasar.
Kali ini keadaan menjadi benar-benar hening, aku memilih untuk tidak menanggapi kalimat terakhir yang baru saja keluar dari mulut viny.
"Makanya nat...., usahanya dilebihin dong...."
"Kan masih ada waktu, liburan semester masih 1 bulan lagi kan?"
Aku kembali menganggukan kepalaku untuk menjawab pertanyaan dari viny barusan.
"Mumpung dia udah mau ngobrol ama kamu nih, coba ajak jalan-jalan kemana gitu...."
Hmmmm.....
Sepertinya apa yang dikatakan viny ada benarnya, akhir-akhir ini aku memang sama sekali belum pernah mengajak beby untuk jalan-jalan berdua, mungkin aku harus mencobanya.
"Oh iya mbak....."
"Mmmm.... buat masalah aku sama shani..."
"Apa aku udah boleh ngejelasin itu ke mbak beby?"
Viny tidak langsung menjawab pertanyaanku, dia memilih untuk berpikir terlebih dahulu sebelum menjawabnya.
"Yaaa....., dicoba aja dulu nat"
"Tapi coba cari waktu sama suasana yang tepat aja nat, supaya beby lebih mudah nerimanya"
Viny menjawab pertanyaanku dengan sedikit berhati-hati.
"Yaudahdeh mbak, makasih buat informasi sama saran-sarannya"
Keadaan kembali hening, kami kembali larut dengan pikiran kami masing-masing.
"Eh, btw entar pas liburan kamu balik kesamarinda nat?"
Viny mencoba memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti kami, dia juga mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Aku: "iya sih mbak kayaknya, kalau mbak?"
Viny: "aku juga balik kebandung kok nat"
Aku: "oh iya, mbak tes S2nya kapan?"
Viny: "habis liburan sih nat kayaknya"
Aku: "kenapa sih, mbak milih lanjut kuliah disini?, emang gak pengen pulang kebandung gitu?, kumpul sama keluarga?"
Duuuukkkk......
Viny: "iiisshh...., emang gak boleh?, kayaknya gak seneng banget kalo aku lanjut S2 di sini"
Aku: "bukannya gak seneng mbak..., langsung main pukul aja sih"
Viny: "habis, nanyanya itu terus"
Aku dibuat terkekeh oleh kalimat terakhir yang baru saja dilontarkan viny.
Aku: "bukan gitu mbak..., soalnya menurutku lebih enak kalo mbak tinggal sama keluarga, toh di bandung ada juga kan U*NP** kan?, setauku jurusan psikologinya bagus juga kalo di sana"
Viny: "ya..... aku pengennyaa di U*M, emang gak boleh?"
Aku memasang wajah tengilku seraya mendekatkannya kearah viny.
"Oalah..., mbak belum siap buat jauh dari aku ya?, iya kan?....."
Sontak viny langsung terkejut setelah mendengar pertanyaanku, raut wajahnya langsung berubah menjadi kesal, daaan.......
Plaaaakkkk.....
"Adooohh....."
Viny memukul wajahku dengan telapak tangannya.
"Heeehhh..., gakusah keGRan ya...., males banget aku sama cowok kayak kamu, udah playboy, nyebelin lagi"
Aku mengusap hidungku yang terasa sakit karena baru saja terkena tamparan dari viny.
"Ya biasa aja kali...., gakusah mukul-mukul juga"
.
.
.
"Mbak ngambil S2 apa emang?"
Sebelum menjawab pertanyaanku, viny memilih untuk menghirup es teh yang ada di tangannya terlebih dahulu.
Viny: "psikologi konseling nat"
Aku: "loh, bukannya kalo gak salah mbak sekarang ngambil psikologi industri ya?"
Viny menopang dagunya seraya berpikir.
"Mmmmmm..., makin kesini, aku ngerasa lebih cocok sama yang konseling deh nat, lagian kalo aku ngambil psikologi konseling enak, bisa buka praktek sendiri nanti"
Aku hanya mengangguk kecil setelah mendengar alasan viny barusan.
"Kenapa ngambil di jogja mbak?"
Viny kembali menopang dagu dengan sebelah tangannya seraya memikirkan jawaban dari pertanyaanku.
"Masih pengen di sini aja sih nat"
Lagi-lagi aku hanya mengangguk kecil untuk menanggapi jawaban dari viny.
Sesekali ujung mataku melirik kearah beby yang saat ini sedang duduk di sampingku.
Ingin sekali rasanya aku menanyakan akan kemana beby setelah dia selesai mengurus semua administrasinya di kampus nanti.
Tapi...... selain hubungan kami yang belum kunjung membaik, aku juga sangat malas untuk mendengar jawabannya, aku sudah tau, seperti yang pernah dia ucapkan dulu, setelah lulus dia akan pulang ke bandung, entah itu untuk bekerja ataupun melanjutkan studinya.
Huuuuuhhh......
Setelah dia sempat menangis beberapa hari yang lalu, kondisi beby bisa di bilang mengalami kemajuan, sesekali dia mau menjawab pertanyaanku.
Ya.... meskipun rada-rada jutek sih, dia juga masih mau belum menatapku saat kami berbicara, bahkan dia selalu memasang wajah datarnya ketika bersamaku.
Oh iya, jika berbicara tentang kepulangan beby kebandung, semakin kesini aku semakin merasa was-was.
Ya...., bagaimana kalau dia pulang kebandung dengan kondisi hubungan kami yang masih seperti ini?.
Bagaimana kalau kami harus berpisah di saat dia belum menjadi milikku?.
"Mbak, aku cuci tangan dulu ya"
Untuk menghindari suasana hening setelah tadi viny menjawab pertanyaan terakhirku, aku memilih pamit menuju wastafel untuk mencuci tanganku yang masih kotor dengan sisa-sisa makanan.
"Mbak bebynya cuci tangan juga mbak?"
Aku bertanya seperti itu karena tidak melihat keberadaan beby setelah aku kembali dari wastafel.
Viny hanya menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaanku barusan.
"Mbak....., nanti, kalo udah tinggal wisuda doang, mbak beby pulang ke bandung ya?"
Aku bertanya dengan nada bicara yang sedikit hati-hati, sebenarnya aku hanya ingin memastikan lagi, apakah apa yang dikatakan beby saat dia berkunjung ke kosanku malam itu benar adanya.
"Kayaknya iya deh nat, kemaren ibunya aja udah ngajak dia buat pulang"
Aku hanya mengangguk seraya menghembuskan nafas kasar setelah mendengar jawaban viny barusan.
Tidak lama setelah itu, aku melihat beby dari kejauhan sedang berjalan kearah kami.
"Eh, balik sekarang aja kali ya, aku ngantuk"
Seraya menoleh kearah viny, beby mengajak kami untuk pulang meninggalkan restoran yang saat ini menjadi tempat makan malam kami.
.
.
.
"Hehehe, capek ya nat dicuekin terus?"
Aku hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar setelah mendengar kalimat yang baru saja diucapkan viny.
Huuuhhh.....
"Itu mah gakusah ditanyain mbak"
Sontak viny langsung terkekeh setelah mendengar responku.
"Yaudah nat..., sabar aja, namanya juga proses"
"Ehh..., bentar ya nat, aku ganti baju dulu"
Sambil berkata seperti itu viny langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu dia berjalan kearah kamar, meninggalkanku yang saat ini hanya duduk sendiri di sofa ruang tamu.
Sesampainya kami di rumah, beby langsung memutuskan untuk masuk kedalam kamar, sedangkan aku dan viny memilih untuk duduk terlebih dahulu di sofa ruang tamu sambil berbincang-bincang.
"Bebynya udah tidur nat"
Sekarang viny sudah kembali, kali ini baju yang tadi dia gunakan, sudah berganti dengan selembar daster berwarna ungu.
Seraya berkata seperti itu, dia langsung mengambil tempat untuk duduk di posisi yang sama seperti sebelumnya.
"Ooohhh...."
Aku hanya ber oh ria sambil menganggukan kepalaku untuk merespon iformasi dari viny barusan.
"Mbak....."
Viny menoleh kearahku seraya menaikkan alisnya setelah mendengar aku memanggilnya.
Aku: "kira-kira mbak beby kapan balik ke bandungnya?"
Viny: "hmmmm, kayaknya habis nanti liburan semester, beby udah menetap di bandung lagi"
Sontak jawaban dari viny membuatku cukup terkejut, bagaimana tidak, ujian akhir semester akan diadakan 3 minggu lagi, itu berarti waktuku untuk bisa bertemu dengan beby hanya tersisa kurang lebih 1 bulan.
"Beneran gak balik kesini lagi mbak semester depan?"
Viny menganggukkan kepalanya untuk meng iya kan pertanyaanku.
"Kenapa nat?, sedih mau ditinggal beby?"
Viny bertanya kepadaku sambil memasang senyum jahil di wajahnya.
"Ya.... bukan cuma itu aja mbak"
Aku menarik nafasku dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.
"Kira-kira.... selama 1 bulan kedepan, mbak beby bisa balik kayak dulu gak mbak?"
Viny kembali menganggukkan kepalanya, sepertinya dia sudah mulai memahami ketakutanku saat ini.
"Kalo kata dokter sih nat, harusnya beby udah ngelewatin semua fase, baik itu fase manic, depresi, sama yang campuran"
"Sebenarnya dia udah baik-baik aja sekarang, kayaknya mulai besok kamis, dia udah gak perlu kontrol lagi deh, tinggal minum obat aja"
Aku hanya bisa menghembuskan nafas kasar setelah mendengar jawaban dari viny barusan.
"Tapi.... kok dia masih nyuekin aku ya mbak?"
"Apa mbak beby bener-bener gak mau baikan lagi ya sama aku?"
Viny memasang wajah serius sambil sesekali mengaggukkan kepalanya, menandakan dia sedang memikirkan jawaban dari pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
"Kayaknya iya deh nat"
Deeeegggg..........
Sontak jawaban yang keluar dari mulut viny membuatku sangat terkejut.
"Wkwkwkwkwkwkwk"
Tiba-tiba tawa viny pecah setelah melihat ekspresiku.
"Yaelah nat, takut banget"
Dia kembali melanjutkan tawanya yang belum tuntas.
"Emang dia gak marah-marah lagi kan kalo ada kamu?"
Aku hanya menggelengkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan yang baru saja keluar dari mulut viny.
"Malah sekarang dia udah mau ngerespon kalo kamu ajak ngomong"
"Yaa...., meskipun masih rada jutek sih"
"Itukan udah kemajuan banget nat, berarti dia udah mulai bisa menerima kamu lagi"
Aku tidak merespon perkataan viny, aku masih mencoba untuk mencerna kalimat demi kalimat yang baru saja dikatakannya.
"Eh...., nerima keberadaan kamu sih kayaknya dia udah bisa nat"
"Tapi.... gak tau deh beby bisa apa enggak kalo harus nerima kamu lagi sebagai orang yang spesial buat dia"
Deeeegggg.......
Entahlah, meskipun viny terlihat bercanda, tapi jawaban yang keluar dari mulutnya membuat rasa ketakutanku semakin besar.
"Tapi aku serius lo nat, aku bener-bener gak tau kalo soal itu"
Aku menyenderkan punggungku keatas sandaran sofa seraya menghembuskan nafas dengan kasar.
Kali ini keadaan menjadi benar-benar hening, aku memilih untuk tidak menanggapi kalimat terakhir yang baru saja keluar dari mulut viny.
"Makanya nat...., usahanya dilebihin dong...."
"Kan masih ada waktu, liburan semester masih 1 bulan lagi kan?"
Aku kembali menganggukan kepalaku untuk menjawab pertanyaan dari viny barusan.
"Mumpung dia udah mau ngobrol ama kamu nih, coba ajak jalan-jalan kemana gitu...."
Hmmmm.....
Sepertinya apa yang dikatakan viny ada benarnya, akhir-akhir ini aku memang sama sekali belum pernah mengajak beby untuk jalan-jalan berdua, mungkin aku harus mencobanya.
"Oh iya mbak....."
"Mmmm.... buat masalah aku sama shani..."
"Apa aku udah boleh ngejelasin itu ke mbak beby?"
Viny tidak langsung menjawab pertanyaanku, dia memilih untuk berpikir terlebih dahulu sebelum menjawabnya.
"Yaaa....., dicoba aja dulu nat"
"Tapi coba cari waktu sama suasana yang tepat aja nat, supaya beby lebih mudah nerimanya"
Viny menjawab pertanyaanku dengan sedikit berhati-hati.
"Yaudahdeh mbak, makasih buat informasi sama saran-sarannya"
Keadaan kembali hening, kami kembali larut dengan pikiran kami masing-masing.
"Eh, btw entar pas liburan kamu balik kesamarinda nat?"
Viny mencoba memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti kami, dia juga mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Aku: "iya sih mbak kayaknya, kalau mbak?"
Viny: "aku juga balik kebandung kok nat"
Aku: "oh iya, mbak tes S2nya kapan?"
Viny: "habis liburan sih nat kayaknya"
Aku: "kenapa sih, mbak milih lanjut kuliah disini?, emang gak pengen pulang kebandung gitu?, kumpul sama keluarga?"
Duuuukkkk......
Viny: "iiisshh...., emang gak boleh?, kayaknya gak seneng banget kalo aku lanjut S2 di sini"
Aku: "bukannya gak seneng mbak..., langsung main pukul aja sih"
Viny: "habis, nanyanya itu terus"
Aku dibuat terkekeh oleh kalimat terakhir yang baru saja dilontarkan viny.
Aku: "bukan gitu mbak..., soalnya menurutku lebih enak kalo mbak tinggal sama keluarga, toh di bandung ada juga kan U*NP** kan?, setauku jurusan psikologinya bagus juga kalo di sana"
Viny: "ya..... aku pengennyaa di U*M, emang gak boleh?"
Aku memasang wajah tengilku seraya mendekatkannya kearah viny.
"Oalah..., mbak belum siap buat jauh dari aku ya?, iya kan?....."
Sontak viny langsung terkejut setelah mendengar pertanyaanku, raut wajahnya langsung berubah menjadi kesal, daaan.......
Plaaaakkkk.....
"Adooohh....."
Viny memukul wajahku dengan telapak tangannya.
"Heeehhh..., gakusah keGRan ya...., males banget aku sama cowok kayak kamu, udah playboy, nyebelin lagi"
Aku mengusap hidungku yang terasa sakit karena baru saja terkena tamparan dari viny.
"Ya biasa aja kali...., gakusah mukul-mukul juga"
.
.
.
Daffa.O.F dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
