- Beranda
- Stories from the Heart
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
...
TS
princebanditt
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120128450195.png)
Quote:
Keluarga, menurut gue adalah sekelompok orang yang tinggal bersama, mempunyai struktur peran dan jabatan masing masing, ayah, ibu, kakak dan adik.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
Spoiler for Keluarga Kecil:
Quote:
Berbahagialah kalian yang lahir dari keluarga yang harmonis, dipenuhi kebahagiaan, canda tawa, dan kadang suka duka kalian lalui bersama sama, saling menguatkan satu dengan yang lainnya.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Keluargaku, Neraka Bagiku
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Quote:
”plakkk..”suara tamparan keras malam itu.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
Quote:
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Karna kekerasan akan menimbulkan trauma dan membangun kekerasan yang lainnya.
Spoiler for Ratenya GanSis:
Selamat Membaca
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
UPDATE BERJALAN..
BAB 1, BAB 2, BAB 3, BAB 4, BAB 5, BAB 6, BAB 7, BAB 8, BAB 9, BAB 10, BAB 11, BAB 12, BAB 13, BAB 14, BAB 15
Spoiler for Kunjungi Thread Lainnya,:
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian MerekaHot Thread
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
Bersambung
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120127520747.png)
Diubah oleh princebanditt 25-01-2021 19:10
itkgid dan 139 lainnya memberi reputasi
138
102K
Kutip
608
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
princebanditt
#55
BAB V HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
Quote:
akhirnya gue udah ada diluar pagar itu, gue liat lagi sekeliling masjid pesantren, masih tetap sepi tidak ada orang, “ga ada yang liat gue keluar pesantren” bisik gue pelan, karna klo gue keliatan keluar dari pesantren pasti dihukum sama ustad gue.
gue langsung berlari kearah pepohonan tempat biasa gue liat dia bermain, gue terus berjalan diantara pohon pohon besar disana, beberapa kali gue kesandung akar pohon, karna banyaknya daun-daun berserakan diatas tanah, maklum saat itu gue baru kelas 6 MI, klo sekolah diluar sana namanya SD.
ternyata didalam sana gue liat kali kecil, dangkal dan airnya bersih tidak terlalu besar juga. jalan setapak yang gue temui terus membawa gue masuk semakin dalam entah kemana.
ga lama gue liat dia, gue liat perempuan yang biasa gue tungguin setiap hari, dia ada diujung sana, dengan rambut tergerai dan pakaian yang udah sering gue liat. dia jongkok membelakangi gue.
gue perhatikan dari jauh dia seperti sedang main dengan boneka dan beberapa kayu kecil lengkap denggan daun-daunan yang dia tata menumpuk seperti bukit.
karena gue penasaran akhirnya gue putusin buat menghampirinya, gue berjalan pelan pelan ke arahnya, lalu tiba tiba gue mendengar suara,
“hey..” suaranya berat seperti membentak
gue kaget dan mencari sumber suara tersebut diantara pepohonan, tapi gue ga ngeliat siapa-siapa.
gue tengok kearah perempuan yang sedang bermain, mungkin itu suara ayahnya memanggil dia.
gue liat dia ga ada, bonekanya, daun-daun yang bertumpuk itu tidak ada sama sekali, yang gue liat cuma pohon besar tempat dia bermain tadi.
gue berlari menjauhi tempat itu, gue ngerasa sangat takut, dan tempat yang gue lalui dari tadi sekarang berasa sangat berbeda, terlihat menakutkan, fikiran gue saat itu gue cuma mau keluar dari tempat seram itu, dan gue terus berlari akhirnya gue terjatuh, dan gue tidak ingat apa-apa lagi
gue terbangun, dan gue ada didalam kamar.
“kok gue disini?” jawab gue dalem hati.
gue coba bangun dari kasur, kepala gue pusing banget, agak sedikit sakit juga. gue pegang kepala gue ternyata ada lukanya, gue juga liat kaki gue diperban.
gue coba gerakin kaki, duh sakit!.
ga lama ustad masuk kedalam kamar, dan melihat gue udh bangun.
“kamu udah bangun yo?” tanya ustad.
“iya nih tad, kok kaki aryo diperban tad?” tanya gue.
lalu ustad duduk disamping gue,
“kamu habis main dari mana?” ustad coba selidiki
gue coba mengingat terakhir kali yang gue lakukan.
“abis.. “ jawab gue takut, soalnya klo gue jujur pasti diomelin karena keluar dari pondok.
“yaudah klo ga inget jangan dipaksain yo, waktu itu bima ngeliat kamu manjat pager sebelah masjid, trus dia laporan ke ustad, langsung ustad susul kamu deh” jawabnya sambil tersenyum.
“maafin aryo ya tad, janji ga ngulangin lagi” jawab gue sambil menangis.
“udah jangan nangis, ustad ga marah kok, lain kali jangan keluar kaya gitu lagi ya yo, kamu kan ga tau diluar sana ada apaan, apa lagi diluar masih banyak pohon besar, klo kamu digigit ular gimana?” tanyanya kembali.
gue cuma mengangguk saja,
“tadinya klo kamu ga bangun juga mau ustad bawa kerumah sakit, kamu pingsan udah dua hari loh, itu kaki kamu juga keseleo, makanya ustad perban, yaudah kamu istirahat dulu aja ya, ini obatnya nanti diminum.” jelasnya sambil memberikan obat lalu keluar meninggalkan gue.
hari itu gue cuma bisa bingung, kenapa bisa sampe luka-luka, kayanya gue ga tabrak apapun.
ga lama hujan turun deras, terdengar petir menggelegar diluar sana, gue tutup kuping ketakutan.
lalu mati lampu menambah ketakutan gue, apa lagi udah magrib juga semua orang udah pada berangkat ke masjid.
beberapa kali kilat petir membuat gue bisa melihat keadaan ruang kamar gue, dan dipojok kamar dekat lemari dan ranjang temen gue, gue lihat sosok putih berdiri disana, mukanya ga keliatan karna tertutup semua rambutnya, bajunya keliatan lecek dan ada beberapa noda berwarna coklat seperti bekas terkena tanah.
ketika cahaya petir hilang, sosok itu pun tidak terlihat, ketika petir menggelegar kembali sosok itu terlihat lagi dipinggir ranjang selanjutnya, semakin lama semakin mendekat ke arah gue, dan sosok itu ada dua. semakin dekat semakin gue lihat kalo rambut mereka basah seperti habis kehujanan.
gue mulai deg-degan, seumur hidup baru kali ini melihat sosok yang seperti itu, semakin mendekat terlihat mereka semakin mengangkat wajahya seperti sedang menatap gue, tiba-tiba mereka menghilang ketika cahaya petir menggelegar.
gue cuma bisa nutup mata karena takut, terdengar suara seperti berbisik, gue ngintip pelan-pelan dari sela jari-jari gue.
gue lihat baju berwarna putih kotor, seperti yang gue liat dikenakan sosok itu sekarang ada dideket ranjang gue.
gue langsung berlari kearah pepohonan tempat biasa gue liat dia bermain, gue terus berjalan diantara pohon pohon besar disana, beberapa kali gue kesandung akar pohon, karna banyaknya daun-daun berserakan diatas tanah, maklum saat itu gue baru kelas 6 MI, klo sekolah diluar sana namanya SD.
ternyata didalam sana gue liat kali kecil, dangkal dan airnya bersih tidak terlalu besar juga. jalan setapak yang gue temui terus membawa gue masuk semakin dalam entah kemana.
ga lama gue liat dia, gue liat perempuan yang biasa gue tungguin setiap hari, dia ada diujung sana, dengan rambut tergerai dan pakaian yang udah sering gue liat. dia jongkok membelakangi gue.
gue perhatikan dari jauh dia seperti sedang main dengan boneka dan beberapa kayu kecil lengkap denggan daun-daunan yang dia tata menumpuk seperti bukit.
karena gue penasaran akhirnya gue putusin buat menghampirinya, gue berjalan pelan pelan ke arahnya, lalu tiba tiba gue mendengar suara,
“hey..” suaranya berat seperti membentak
gue kaget dan mencari sumber suara tersebut diantara pepohonan, tapi gue ga ngeliat siapa-siapa.
gue tengok kearah perempuan yang sedang bermain, mungkin itu suara ayahnya memanggil dia.
gue liat dia ga ada, bonekanya, daun-daun yang bertumpuk itu tidak ada sama sekali, yang gue liat cuma pohon besar tempat dia bermain tadi.
gue berlari menjauhi tempat itu, gue ngerasa sangat takut, dan tempat yang gue lalui dari tadi sekarang berasa sangat berbeda, terlihat menakutkan, fikiran gue saat itu gue cuma mau keluar dari tempat seram itu, dan gue terus berlari akhirnya gue terjatuh, dan gue tidak ingat apa-apa lagi
gue terbangun, dan gue ada didalam kamar.
“kok gue disini?” jawab gue dalem hati.
gue coba bangun dari kasur, kepala gue pusing banget, agak sedikit sakit juga. gue pegang kepala gue ternyata ada lukanya, gue juga liat kaki gue diperban.
gue coba gerakin kaki, duh sakit!.
ga lama ustad masuk kedalam kamar, dan melihat gue udh bangun.
“kamu udah bangun yo?” tanya ustad.
“iya nih tad, kok kaki aryo diperban tad?” tanya gue.
lalu ustad duduk disamping gue,
“kamu habis main dari mana?” ustad coba selidiki
gue coba mengingat terakhir kali yang gue lakukan.
“abis.. “ jawab gue takut, soalnya klo gue jujur pasti diomelin karena keluar dari pondok.
“yaudah klo ga inget jangan dipaksain yo, waktu itu bima ngeliat kamu manjat pager sebelah masjid, trus dia laporan ke ustad, langsung ustad susul kamu deh” jawabnya sambil tersenyum.
“maafin aryo ya tad, janji ga ngulangin lagi” jawab gue sambil menangis.
“udah jangan nangis, ustad ga marah kok, lain kali jangan keluar kaya gitu lagi ya yo, kamu kan ga tau diluar sana ada apaan, apa lagi diluar masih banyak pohon besar, klo kamu digigit ular gimana?” tanyanya kembali.
gue cuma mengangguk saja,
“tadinya klo kamu ga bangun juga mau ustad bawa kerumah sakit, kamu pingsan udah dua hari loh, itu kaki kamu juga keseleo, makanya ustad perban, yaudah kamu istirahat dulu aja ya, ini obatnya nanti diminum.” jelasnya sambil memberikan obat lalu keluar meninggalkan gue.
hari itu gue cuma bisa bingung, kenapa bisa sampe luka-luka, kayanya gue ga tabrak apapun.
ga lama hujan turun deras, terdengar petir menggelegar diluar sana, gue tutup kuping ketakutan.
lalu mati lampu menambah ketakutan gue, apa lagi udah magrib juga semua orang udah pada berangkat ke masjid.
beberapa kali kilat petir membuat gue bisa melihat keadaan ruang kamar gue, dan dipojok kamar dekat lemari dan ranjang temen gue, gue lihat sosok putih berdiri disana, mukanya ga keliatan karna tertutup semua rambutnya, bajunya keliatan lecek dan ada beberapa noda berwarna coklat seperti bekas terkena tanah.
ketika cahaya petir hilang, sosok itu pun tidak terlihat, ketika petir menggelegar kembali sosok itu terlihat lagi dipinggir ranjang selanjutnya, semakin lama semakin mendekat ke arah gue, dan sosok itu ada dua. semakin dekat semakin gue lihat kalo rambut mereka basah seperti habis kehujanan.
gue mulai deg-degan, seumur hidup baru kali ini melihat sosok yang seperti itu, semakin mendekat terlihat mereka semakin mengangkat wajahya seperti sedang menatap gue, tiba-tiba mereka menghilang ketika cahaya petir menggelegar.
gue cuma bisa nutup mata karena takut, terdengar suara seperti berbisik, gue ngintip pelan-pelan dari sela jari-jari gue.
gue lihat baju berwarna putih kotor, seperti yang gue liat dikenakan sosok itu sekarang ada dideket ranjang gue.
Bersambung Bree..

Diubah oleh princebanditt 25-05-2020 01:22
itkgid dan 27 lainnya memberi reputasi
28
Kutip
Balas
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/11/2657924_202005111152490556.png)
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005121201040685.png)
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120130320424.png)