Berbicara tentang menu berbuka puasa, tentu sangat banyak sekali pilihannya. Baik dari varian rasa hingga bentuknya. Dari sekian ragam menu tersebut setiap orang pasti memiliki selera masing-masing yang pas dengan lidahnya. Bulan suci Ramadhan terkadang menjadi momen untuk berkreasi dan berinovasi untuk membuat dan mengolah makanan. Selalu ada saja menu-menu baru yang tentunya sangat menggugah selera.

Namun, jangan lupa bahwa Nusantara ini banyak sekali makanan-makan tradisional yang tak kalah enak dan nikmatnya saat dimakan. Terkadang bumbu dari rempah-rempah khas Indonesia membuat selera makan menjadi bertambah.



Sumber gambar

Mengenai menu berbuka puasa, ada satu makanan khas Lampung yang sangat diminati namun keberadaannya saat ini sudah mulai langka. Karena memang proses pembuatannya cukup memakan waktu yang lama. Barangkali bagi orang Lampung tak akan heran dan pasti mengenal makanan tersebut.

Segubal adalah makanan terbuat dari beras ketan yang dikukus dengan santan, lalu dibungkus daun pisang atau daun kelapa (janur). Cara pembuatannya pun mesti memiliki ketelatenan dan kesabaran yang cukup. Pasalnya membuat sekubal ini perlu memakan waktu lama dengan estimasti waktu 8-10 jam.



Sumur Gambar

Proses pembuatannya meliputi ketan yang sudah dikukus yang telah diberikan air santan, juga sedikit garam tersebut maka kukus kembali namun sebelumnya harus dibalut dengan daun pisang atau daun kelapa muda dan dililit dengan tali rapia. Barulah setelah itu, segubal harus dimasak kembali. Biasanya sekubal yang telah matang akan disajikan dan dimakan bersama bumbu rendang atau sambal.



Sumur Gambar

Selain menjadi pilihan menu berbuka puasa, ternyata segubal juga bisa dihidangkan tatkala hari raya idul fitri atau idul adha. Tak hanya disajikan pada waktu tersebut, sekubal pun menjadi menu khas pada kegiatan adat Lampung. Segubal bertambah nikmat untuk disantap saat bersama keluarga.



Sumur Gambar

Segubal khas Lampung ini pun pernah mencatatkan rekor MURI dengan rekor penyajian segubal terbanyak mencapai 75 ribu bungkus yang berasal dari 15 ton ketan. Langkah tersebut patut diapresiasi, selain mencatatkan rekor Muri kegiatan tersebut juga menjadi momen pengenalan kembali tentang makanan khas Lampung. Dan menjadi edukasi kepada para generasi milenial untuk terus melestarikan makanan khas daerahnya.

Sumber :

1 [URL=https://m.republika.co.id/amp/prhd23459]2