- Beranda
- Stories from the Heart
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
...
TS
princebanditt
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120128450195.png)
Quote:
Keluarga, menurut gue adalah sekelompok orang yang tinggal bersama, mempunyai struktur peran dan jabatan masing masing, ayah, ibu, kakak dan adik.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
Spoiler for Keluarga Kecil:
Quote:
Berbahagialah kalian yang lahir dari keluarga yang harmonis, dipenuhi kebahagiaan, canda tawa, dan kadang suka duka kalian lalui bersama sama, saling menguatkan satu dengan yang lainnya.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Keluargaku, Neraka Bagiku
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Quote:
”plakkk..”suara tamparan keras malam itu.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
Quote:
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Karna kekerasan akan menimbulkan trauma dan membangun kekerasan yang lainnya.
Spoiler for Ratenya GanSis:
Selamat Membaca
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
UPDATE BERJALAN..
BAB 1, BAB 2, BAB 3, BAB 4, BAB 5, BAB 6, BAB 7, BAB 8, BAB 9, BAB 10, BAB 11, BAB 12, BAB 13, BAB 14, BAB 15
Spoiler for Kunjungi Thread Lainnya,:
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian MerekaHot Thread
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
Bersambung
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120127520747.png)
Diubah oleh princebanditt 25-01-2021 19:10
itkgid dan 139 lainnya memberi reputasi
138
102K
Kutip
608
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
princebanditt
#25
BAB III HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
Sosok Yang Di Rindukan
Spoiler for Mulustrasi Bree:

Quote:
Karna masalah ekonomi, maka ibu harus berpindah-pindah dari rumah saudaranya sampai akhirnya ibu mendapatkan pekerjaan.
ibu bekerja agar bisa menafkahi kami berdua, karena semua saudara ibu sudah tidak bisa menampung kami, mereka bilang kami cuma menambah beban kebutuhan mereka.
pernah ibu diperbolehkan menginap tapi ibu harus mengurusi pekerjaan rumah disana, mencuci, menyapu, dan pekerjaan lainnya, mereka memberikan kami sedikit makanan, malah kadang tidak ada sisa makanan apapun untuk kami.
akhirnya ibu mendapatkan pekerjaan, dan memutuskan untuk pindah ke rumah kontrakan, sewaktu ibu bekerja, gue juga ikut menemani dia, kadang gue juga harus dititipkan ditempat saudaranya atau dirumah tetangga sebelah kami.
ketika gue dititipkan, ga jarang juga gue diomelin mereka bilang gue ngotorin rumahnya, nyusahin dan makian lainnya.
dirumah tetanggapun ga jauh beda.
pernah gue coba bermain dengan anak-anak lainnya, tapi seakan gue berbeda dengan mereka dan gue punya banyak kekurangan, gue dimusuhi, disindir, diejek, disuruh-suruh oleh mereka semua, gue cuma bisa nangis.
gue inget ayah, biarpun dia sibuk, dia selalu tersenyum dan mengusap gue lembut.
gue inget kakek, dia selalu lembut sama gue, selalu temenin gue main dan kadang menggendong gue buat sekedar ingin menangkap kupu-kupu.
gue inget adek, dia selalu manja, makan dan tidur deket gue, walaupun kadang gue risih dan mengusirnya.
disini gue sendirian, ibu yang katanya sayang sama gue, nyatanya dia ga pernah lembut dan perhatian ke gue, malah dia marah ke gue, siksaan dan pukulan selalu jadi makanan gue setiap hari, itu yang namanya sayang sama gue?.
akhirnya gue jatuh sakit, badan gue panas, gue sering ngigo panggil ayah dan kakek, ibu cuma bisa menangis.
ibu cari pinjaman untuk gue berobat kesemua saudaranya, tapi ga ada satupun yang mau memberi, ibu hanya sanggup memberikan gue obat dari warung ga bisa bawa gue berobat ke RS.
Sampai akhirnya..
suatu hari ibu dan gue kerumah kakaknya, karna kami belom makan dari semalam, akhirnya ibu mencoba berkunjung dengan harapan dapat sedikit pinjaman.
“kak rini pinjem uang kak, hari ini rini sama aryo belom makan” katanya memelas.
“duh pusing gue, bulan ini gue juga banyak pengeluaran dek, belom lagi tuh si abang kan mau ulang tahun, malu gue klo ga dirayain sama tetangga, lagian lo sih, pulangin aja itu anak sama bapaknya, jadi nyusahin begini kan akhirnya” jawabnya dengan nada seolah-olah nyuruh ibu buat pulangin gue.
“atau engga masukin aja anak lo ke pesantren, jadi lo bisa fokus cari uang ga diganggu anak lo kan” sarannya.
gue cuma bisa dengerin obrolan mereka, gue semakin benci sama keadaan gue, “coba klo ada ayah, pasti gue ga bakal kaya gini” jawab gue dalam hati.
ibu dan gue akhir pulang dengan tangan kosong, dirumah ibu coba bertanya sama gue,
“bang.. mau ga kamu masuk pesantren? biar kamu jadi anak sholeh bang” tanya ibu.
“nanti aku sama siapa disana bu? aku ga bisa ketemu ibu dong” jawab gue sambil berharap ibu membatalkan niatnya.
“ibu tengokin kok setiap bulan, disini kan ibu harus kerja dulu, kasian kamu sendirian klo ibu lagi kerja” jawabnya lagi.
“gpp bu, aku temenin ibu aja, aku ga minta jajan deh” jawab gue.
“dipesantren banyak tau temen-temennya, disana nanti kamu kenalan aja, mereka juga ditinggal sama ibu bapaknya bang” jelas ibu sambil mengusap kepala gue.
“aku ga mau bu, aku mau sama ibu aja disini, aku takut disana pada jahat sama aku bu” pinta gue sambil menahan agar gue ga nangis.
“trus lo mau disini aje? lo mau jadi kaya bapak lo? ga usah tinggal sama gue klo gitu, sana lo keluar sekarang!” jawab ibu gue sambil menyeret gue kedepan rumah.
“klo elo ga mau masuk pesantren, ga usah masuk, biar didepan aja gue kunciin, ngerti!” bentak ibu sambil mengkunci pintu.
“iya bu mauu, aku mau dipesantren bu, bukain pintunya bu” jawab gue menangis kencang sambil memukul pintu.
tetangga sekitar mulai melihat kearah rumah gue, emang setiap ibu marah, dia selalu berteriak sampai semua tetangga bisa mendengar suara ibu, dan bahasanya pun selalu kasar.
ga lama ibu buka pintu, “elo mau nangis terus? mau gue bikin malu didepan orang orang? tanyanya sambil menampar gue.
gue tutupi mulut agar ga keluar suara tangisan gue, “sekarang gue tanya lo mau masuk pesantren ga?” tanyanya.
karna gue takut dikunciin lagi diluar, akhirnya gue mengangguk tanda setuju dengan kemauan ibu.
dari situ gue tau, ternyata saudara-saudaranya ibu patungan mengumpulkan uang untuk biaya gue masuk pesantren, sejak hari ini kebencian gue mulai tumbuh.
gue benci ibu dan semua saudaranya, gue benci temen-temen yang selalu membully gue, dan akhirnya gue benci semua orang.
beberapa minggu kemudian,
Ibu ngebawa gue kesebuah pesantren didaerah terpencil, perjalanan yang begitu jauh, sampe gue ga tau itu ada dimana.
sesampainya disana, ibu mengenalkan gue dengan seorang ustad yang akan membimbing gue dipesantren tersebut.
“babang, nanti klo kamu butuh apa apa ngomong aja sama ustad ya, ibu pulang dulu, bulan depan ibu kemari lagi ya sayang, babang mau ibu bawain apa?” tanyanya sambil mencoba untuk tersenyum ke arah gue.
“aku ga pengen apa-apa bu, aku pengen ibu dateng aja tengokin aku disini” jawab gue taku, karna gue tau klo gue nangis ataupun minta ikut pulang, ibu bakal marah dan pukul gue.
“yaudh nanti ibu bawain mainan yang banyak yah” jawab ibu sambil mencium kening gue
“pak ustad, titip anak saya ya” pesan ibu ke ustad tersebut.
“iya bu, tenang saja aryo bakal kami rawat disini insya allah” jawabnya.
bulan pertama ibu datang menjenguk gue, bahagianya bukan main, gue sampe nangis denger kabar dari pak ustad klo ibu dateng.
bulan kedua, ibu masih dateng walau agak telat, katanya lagi mengumpulkan uang untuk kebutuhan gue.
bulan ketiga, ibu tidak datang.
bulan keempat, ibu tidak datang lagi, gue sempet berfikir “apa ibu udah lupa sama gue?”
bulan kelima, ibu tidak datang lagi, tanpa kabar dan tanpa apapun, gue cuma bisa nangis setiap hari ketika gue inget ayah, ibu, adek, dan kakek gue.
bulan keenam, ibu tidak datang lagi, gue sendirian, bener bener sendirian, gue mulai jauhi ustad dan semua orang disana.
bulan ketujuh, ibu ga pernah datang, gue mulai ngerasa klo gue dibuang ibu gue.
“mungkin ibu sengaja buang gue kesini” bisik gue dalem hati.
setahun, dua tahun, tiga tahun kemudian.
gue ga peduli dengan apapun, gue benci ibu dan semua orang
ibu bekerja agar bisa menafkahi kami berdua, karena semua saudara ibu sudah tidak bisa menampung kami, mereka bilang kami cuma menambah beban kebutuhan mereka.
pernah ibu diperbolehkan menginap tapi ibu harus mengurusi pekerjaan rumah disana, mencuci, menyapu, dan pekerjaan lainnya, mereka memberikan kami sedikit makanan, malah kadang tidak ada sisa makanan apapun untuk kami.
akhirnya ibu mendapatkan pekerjaan, dan memutuskan untuk pindah ke rumah kontrakan, sewaktu ibu bekerja, gue juga ikut menemani dia, kadang gue juga harus dititipkan ditempat saudaranya atau dirumah tetangga sebelah kami.
ketika gue dititipkan, ga jarang juga gue diomelin mereka bilang gue ngotorin rumahnya, nyusahin dan makian lainnya.
dirumah tetanggapun ga jauh beda.
pernah gue coba bermain dengan anak-anak lainnya, tapi seakan gue berbeda dengan mereka dan gue punya banyak kekurangan, gue dimusuhi, disindir, diejek, disuruh-suruh oleh mereka semua, gue cuma bisa nangis.
gue inget ayah, biarpun dia sibuk, dia selalu tersenyum dan mengusap gue lembut.
gue inget kakek, dia selalu lembut sama gue, selalu temenin gue main dan kadang menggendong gue buat sekedar ingin menangkap kupu-kupu.
gue inget adek, dia selalu manja, makan dan tidur deket gue, walaupun kadang gue risih dan mengusirnya.
disini gue sendirian, ibu yang katanya sayang sama gue, nyatanya dia ga pernah lembut dan perhatian ke gue, malah dia marah ke gue, siksaan dan pukulan selalu jadi makanan gue setiap hari, itu yang namanya sayang sama gue?.
akhirnya gue jatuh sakit, badan gue panas, gue sering ngigo panggil ayah dan kakek, ibu cuma bisa menangis.
ibu cari pinjaman untuk gue berobat kesemua saudaranya, tapi ga ada satupun yang mau memberi, ibu hanya sanggup memberikan gue obat dari warung ga bisa bawa gue berobat ke RS.
Sampai akhirnya..
suatu hari ibu dan gue kerumah kakaknya, karna kami belom makan dari semalam, akhirnya ibu mencoba berkunjung dengan harapan dapat sedikit pinjaman.
“kak rini pinjem uang kak, hari ini rini sama aryo belom makan” katanya memelas.
“duh pusing gue, bulan ini gue juga banyak pengeluaran dek, belom lagi tuh si abang kan mau ulang tahun, malu gue klo ga dirayain sama tetangga, lagian lo sih, pulangin aja itu anak sama bapaknya, jadi nyusahin begini kan akhirnya” jawabnya dengan nada seolah-olah nyuruh ibu buat pulangin gue.
“atau engga masukin aja anak lo ke pesantren, jadi lo bisa fokus cari uang ga diganggu anak lo kan” sarannya.
gue cuma bisa dengerin obrolan mereka, gue semakin benci sama keadaan gue, “coba klo ada ayah, pasti gue ga bakal kaya gini” jawab gue dalam hati.
ibu dan gue akhir pulang dengan tangan kosong, dirumah ibu coba bertanya sama gue,
“bang.. mau ga kamu masuk pesantren? biar kamu jadi anak sholeh bang” tanya ibu.
“nanti aku sama siapa disana bu? aku ga bisa ketemu ibu dong” jawab gue sambil berharap ibu membatalkan niatnya.
“ibu tengokin kok setiap bulan, disini kan ibu harus kerja dulu, kasian kamu sendirian klo ibu lagi kerja” jawabnya lagi.
“gpp bu, aku temenin ibu aja, aku ga minta jajan deh” jawab gue.
“dipesantren banyak tau temen-temennya, disana nanti kamu kenalan aja, mereka juga ditinggal sama ibu bapaknya bang” jelas ibu sambil mengusap kepala gue.
“aku ga mau bu, aku mau sama ibu aja disini, aku takut disana pada jahat sama aku bu” pinta gue sambil menahan agar gue ga nangis.
“trus lo mau disini aje? lo mau jadi kaya bapak lo? ga usah tinggal sama gue klo gitu, sana lo keluar sekarang!” jawab ibu gue sambil menyeret gue kedepan rumah.
“klo elo ga mau masuk pesantren, ga usah masuk, biar didepan aja gue kunciin, ngerti!” bentak ibu sambil mengkunci pintu.
“iya bu mauu, aku mau dipesantren bu, bukain pintunya bu” jawab gue menangis kencang sambil memukul pintu.
tetangga sekitar mulai melihat kearah rumah gue, emang setiap ibu marah, dia selalu berteriak sampai semua tetangga bisa mendengar suara ibu, dan bahasanya pun selalu kasar.
ga lama ibu buka pintu, “elo mau nangis terus? mau gue bikin malu didepan orang orang? tanyanya sambil menampar gue.
gue tutupi mulut agar ga keluar suara tangisan gue, “sekarang gue tanya lo mau masuk pesantren ga?” tanyanya.
karna gue takut dikunciin lagi diluar, akhirnya gue mengangguk tanda setuju dengan kemauan ibu.
dari situ gue tau, ternyata saudara-saudaranya ibu patungan mengumpulkan uang untuk biaya gue masuk pesantren, sejak hari ini kebencian gue mulai tumbuh.
gue benci ibu dan semua saudaranya, gue benci temen-temen yang selalu membully gue, dan akhirnya gue benci semua orang.
beberapa minggu kemudian,
Ibu ngebawa gue kesebuah pesantren didaerah terpencil, perjalanan yang begitu jauh, sampe gue ga tau itu ada dimana.
sesampainya disana, ibu mengenalkan gue dengan seorang ustad yang akan membimbing gue dipesantren tersebut.
“babang, nanti klo kamu butuh apa apa ngomong aja sama ustad ya, ibu pulang dulu, bulan depan ibu kemari lagi ya sayang, babang mau ibu bawain apa?” tanyanya sambil mencoba untuk tersenyum ke arah gue.
“aku ga pengen apa-apa bu, aku pengen ibu dateng aja tengokin aku disini” jawab gue taku, karna gue tau klo gue nangis ataupun minta ikut pulang, ibu bakal marah dan pukul gue.
“yaudh nanti ibu bawain mainan yang banyak yah” jawab ibu sambil mencium kening gue
“pak ustad, titip anak saya ya” pesan ibu ke ustad tersebut.
“iya bu, tenang saja aryo bakal kami rawat disini insya allah” jawabnya.
bulan pertama ibu datang menjenguk gue, bahagianya bukan main, gue sampe nangis denger kabar dari pak ustad klo ibu dateng.
bulan kedua, ibu masih dateng walau agak telat, katanya lagi mengumpulkan uang untuk kebutuhan gue.
bulan ketiga, ibu tidak datang.
bulan keempat, ibu tidak datang lagi, gue sempet berfikir “apa ibu udah lupa sama gue?”
bulan kelima, ibu tidak datang lagi, tanpa kabar dan tanpa apapun, gue cuma bisa nangis setiap hari ketika gue inget ayah, ibu, adek, dan kakek gue.
bulan keenam, ibu tidak datang lagi, gue sendirian, bener bener sendirian, gue mulai jauhi ustad dan semua orang disana.
bulan ketujuh, ibu ga pernah datang, gue mulai ngerasa klo gue dibuang ibu gue.
“mungkin ibu sengaja buang gue kesini” bisik gue dalem hati.
setahun, dua tahun, tiga tahun kemudian.
gue ga peduli dengan apapun, gue benci ibu dan semua orang
bersambung bree

Diubah oleh princebanditt 25-05-2020 01:19
itkgid dan 29 lainnya memberi reputasi
30
Kutip
Balas
Tutup
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/11/2657924_202005111152490556.png)
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005121201040685.png)
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120130320424.png)