- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#206
Spoiler for Part 67:
Part 67
Ilustrasi Shani (liat video di atas)
Shani POV
Huuuhhh......
"Akhirnya ya nat, untung aja mbak viny mau denger penjelasan kita"
Laki-laki itu terus menatapku dengan wajah sendu, tapi aku tau, dia tidak bisa begitu saja menyembunyikan perasaan gembira dari raut wajahnya saat ini.
"Shan...., a a aku minta......"
Aku sudah tahu kalimat apa yang akan keluar dari mulutnya saat ini, mungkin sudah lebih dari 100 kali aku mendengarnya mengucapkan kalimat itu malam ini.
"Udah nat, ini bukan salah siapa-siapa"
Seraya memotong kalimatnya yang belum tuntas, aku juga membalas tatapannya, mencoba memberi sebuah tanda, bahwa saat ini aku sedang baik-baik saja.
"Kita lupain aja semuanya ya...., kita mulai lagi semuanya dari awal"
"Anggap aja perasaan ini gak pernah ada"
Suaraku kembali bergetar, rasanya aku tidak sanggup untuk melanjutkan kalimatku sebelumnya.
"Shan......."
Arrrggghhh......
Aku tidak kuasa lagi menahannya, tangisku langsung benar-benar pecah setelah mendengar suaranya memanggil namaku dengan lembut, sesekali telapak tangannya juga mengelus-elus punggungku.
Kali ini dia hanya diam, dia kembali memberi waktu kepadaku untuk meluapkan semua emosi yang saat ini sedang kurasakan.
Hanya suara isak tangis yang terus mengisi kesunyian di antara kami malam ini.
Setelah beberapa menit aku meluapkan semua emosi dan perasaan dengan tangisanku, akhirnya aku bisa merasa sedikit lebih lega daripada sebelumnya.
Tidak ada lagi isakan yang keluar dari mulutku, hanya air mata yang sesekali masih jatuh membasahi pipiku.
"Aku boleh minta sesuatu shan?"
Aku menoleh kearahnya setelah mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya.
"Setelah ini kita masih bisa jadi temen kan?"
Aku tidak kuasa untuk menolak permintaannya kali ini, bahkan, tanpa dia memintanya, aku tidak ada niatan sama sekali untuk memutus hubungan baik yang sudah terjalin di antara kami.
Aku dan natha sudah sama-sama dewasa, sudah seharusnya kami bisa saling mengerti dan memahami perasaan dan kesalahan kami masing-masing.
Oleh karena itu, aku rasa masalah ini bukan alasan yang cukup kuat untuk membuat kami memutuskan hubungan pertemanan yang sudah terjalin di antara kami.
Aku hanya mengangguk kecil, sambil berusaha menutupi kesedihanku dengan menarik kedua sudut bibirku keatas.
"A a aku juga punya permintaan nat"
"Janji, ini yang terakhir"
Dia kembali membalas tatapanku, menaikkan dua alisnya keatas, seolah-olah memberi isyarat kepadaku untuk melanjutkan kalimat yang sebelumnya sempat terhenti.
"Aku boleh meluk kamu nat?"
Dia hanya tersenyum dan mengangguk kecil, lalu merentangkan kedua tangannya sebagai tanda bahwa dia menyetujui permintaanku barusan.
Tanpa menunggu lama, aku langsung menghambur kedalam pelukannya.
Mungkin malam ini adalah pelukan kami yang terakhir, mungkin juga tidak, aku tidak tahu, aku tidak bisa melihat masa depan.
Tapi yang paling penting...., semoga.... setelah ini kami bisa menemukan kebahagian kami masing-masing, entah dengan cara kembali bersama-sama, atau saling merelakan untuk selama-lamanya.
Huuuuhhhh......
Lega rasanya, setelah aku membantu natha untuk berbicara dengan viny, dan setelah viny mau menerima semua penjelasanku dan natha, kini aku melihat sorot matanya kembali hidup, wajahnya terlihat agak sedikit lebih cerah daripada biasanya, seolah-olah ada 1 beban yang terlepas dari pikiran dan hatinya saat ini.
Apakah sekarang aku bahagia?.
Iya, aku sangat bahagia, aku bahagia karena melihat natha mendapat titik terang dari semua masalah yang selama ini dia pendam, aku bahagia setelah melihat natha sudah kembali bahagia.
Tapi....., sepertinya terlalu munafik jika aku berkata bahwa hati ini tidak sakit.
Yaa...., sebenarnya sejak awal dia sudah menentukan pilihannya, seharusnya aku sudah menyadari itu ketika melihat dia bersama seseorang yang benar-benar dicintainya.
Tapi..... aku malah nekad untuk terus masuk kedalam kisah cintanya, dan menyelipkan setitik keraguan di dalam hatinya.
Dan..... setelah aku melewati semua ini, aku baru sadar, ternyata hatinya memang tidak pernah ragu, dan.... bahagianya seorang natha bukanlah aku.
Aku juga tidak bisa memungkiri, aku juga merasa kecewa kepadanya, bagaimana tidak, ternyata sikap manis dan waktu yang dia berikan kepadaku akhir-akhir ini hanya merupakan sebuah pelampiasan.
Arrrrgggghhhh.....
Sudahlah, sekarang bukan waktunya membahas siapa yang salah dan siapa yang benar.
Tapi..... jika kalian bertanya apakah aku masih menginginkannya?.
Huuuuhhhh.......
Meskipun sangat singkat, momen-momen yang sudah aku lalui terlalu membekas di hati dan pikiranku, aku tidak bisa melupakannya begitu saja.
Dan..... aku rasa aku harus jujur dengan perasaanku sendiri, keinginan untuk bersamanya masih begitu menggebu-gebu, tapi aku harus sadar dengan posisiku.
Yang bisa aku lakukan saat ini hanyalah........
Menanti.
Menanti suatu hal yang tidak pasti.
Shani POV End
.
.
.
"Kamu cukup ada buat dia aja nat"
"Kalau dia kebetulan nyuruh kamu pergi kayak tadi, turutin dulu aja"
"Kita gak mungkin bisa langsung maksa dia untuk bisa kembali menerima kamu secepatnya"
"Emang butuh waktu sama perjuangan lebih buat ngelewatin semua ini nat"
"Dan itu gak bakalan ada artinya kalau kamu emang benar-benar serius"
Viny kembali menatapku dengan tajam sambil terus berbicara dengan nada yang penuh penekanan.
Setelah beberapa hari yang lalu shani membantuku untuk berbicara kepada viny, akhirnya, malam ini viny kembali mengizinkanku untuk kembali menemui beby.
Tapi...., hampir sama seperti pertemuan terakhir kami malam itu, malam ini beby kembali mengusirku untuk segera pergi dari hadapannya.
Meskipun kali ini dia mengusirku dengan cara yang lebih tenang dan manusiawi, tidak dalam keadaan histeris seperti sebelumnya, tapi tetap saja, hal itu sudah cukup untuk membuatku kembali merasa pesimis.
"Tapi tenang aja nat, waktu sebelumnya beby juga pernah dalam kondisi kayak gini karena sakti ketahuan selingkuh, tapi akhirnya dia masih bisa berdamai kok sama keadaan"
"Hubungan dia sama sakti masih baik-baik aja sampai saat ini"
Deeeeggg......
"Hehehe, gakusah kaget gitu nat"
"Tenang aja, beby gak pernah, dan gak akan pernah lagi punya perasaan sama dia"
"Gakusah tanya kenapa nat, aku udah kenal beby luar dan dalam"
Huuuuhhhh......
Sudah lama rasanya aku tidak melihat viny tersenyum seperti saat ini kearahku.
Setelah lebih dari 3 minggu kami tidak pernah berkomunikasi ataupun berbicara secara langsung, aku sangat merindukan senyuman dan saran-saran dari viny yang selalu berhasil membuatku kembali termotivasi.
"Mbak ngapain aja sama mbak beby?, kok bisa kenal luar dalam?, kalian masih straigth kan?"
Duuuukkk......
Seraya memukul bahuku, mata viny juga langsung melotot kearahku setelah mendengar kalimat terakhirku barusan.
"Hehhh......, yang bener aja kalo ngomong, aku masih suka cowok ya...."
Aku terkekeh setelah mendegar respon dari viny barusan, sudah lama rasanya aku tidak menjahilinya seperti saat ini.
"Kirain, habis kalian nempel terus kayak biji"
Duuuuukkk.....
"Ishhhh...., baru baikan aja nyebelinnya udah kumat lagi ya...."
Lagi-lagi aku terkekeh setelah melihat respon dari viny.
Keadaan sempat hening sejenak setelah viny mengomel dan memukul bahuku, kami kembali larut dengan pikiran kami masing-masing sambil menatap pemandangan jalan komplek yang ada di depan kami.
"Nat...., hubungan kamu sama shani gimana?"
Kali ini viny bertanya tanpa menoleh kearahku, pandangannya masih tetap lurus kearah depan.
"Aku sama dia udah omongin baik-baik kok mbak, kita udah mutusin buat terus berhubungan, tapi..... sebagai teman biasa"
Viny menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.
"Aku jadi merasa bersalah sama shani nat, ternyata dia gak seburuk yang aku pikirin selama ini"
Kali ini viny menoleh kearahku.
"Shani emang baik mbak, emang akunya aja yang sampah"
Aku berbicara sambil menoleh kearah viny, lalu membalas tatapannya.
"Aku aja yang gak bersyukur, padahal jelas-jelas aku udah punya mbak beby"
"Ya...... meskipun kami belum pernah berkomitmen sebelumnya"
Viny kembali menarik nafasnya, kali ini dia menghembuskannya sambil menarik kedua sudut bibirnya keatas.
"Sekarang kamu paham kan nat"
"Tanpa sebuah komitmenpun, kita masih bisa menyakiti seseorang"
"Bahkan bukan cuma beby nat, shani juga"
Aku mengusap wajahku perlahan-lahan sambil mencoba mencernya kalimat yang diucapkan oleh viny barusan.
"Wajar kok kalo kemaren kamu sempet bingung buat kelanjutan hubungan kamu sama beby, aku paham banget kok perasaan kamu waktu itu"
"Tapi, cara kamu ngelampiasin kebingungan kamu itu salah nat, bukan kayak gitu caranya, apalagi sampai ada hati lain yang tersakiti"
"Dia juga udah terlanjur sayang sama kamu nat"
Setelah berkata seperti itu, viny kembali mengambil nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan-lahan, keadaan kembali terasa hening, aku masih belum bisa merespon kalimat-kalimat viny barusan.
Kali ini viny meletakkan tangan kananya di atas punggungku, sesekali dia mengusapnya untuk menenangkan pikiranku saat ini.
"Maaf nat, aku gak maksud buat menghakimi kamu"
"Tapi tolong, jadiin ini pelajaran ya, lebih hati-hati lagi buat kedepannya"
"Jangan sampai kamu ulangin lagi"
Setelah berkata seperti itu, viny langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Yaudah nat, udah jam 12 nih, aku mau tidur dulu, kamu mau nginep?"
Akupun mengikuti viny untuk beranjak dari tempat dudukku.
"Enggak deh mbak, mungkin besok aku kesini lagi, mau coba ngomong lagi"
Viny kembali tersenyum kearahku.
Viny: "yaudah nat, hati-hati ya, chat aku aja kalo besok kamu mau kesini"
Aku: "iya mbak, aku pulang dulu ya"
Akupun berlalu dari hadapannya seraya melambaikan tangan dan membalas senyumannya.
Malam ini aku memilih pulang ke kos untuk mengistirahatkan pikiran dan hatiku yang akhir-akhir dipaksa untuk bekerja lebih keras daripada biasanya.
Spoiler for Theme Song:
Ilustrasi Shani (liat video di atas)
Shani POV
Huuuhhh......
"Akhirnya ya nat, untung aja mbak viny mau denger penjelasan kita"
Laki-laki itu terus menatapku dengan wajah sendu, tapi aku tau, dia tidak bisa begitu saja menyembunyikan perasaan gembira dari raut wajahnya saat ini.
"Shan...., a a aku minta......"
Aku sudah tahu kalimat apa yang akan keluar dari mulutnya saat ini, mungkin sudah lebih dari 100 kali aku mendengarnya mengucapkan kalimat itu malam ini.
"Udah nat, ini bukan salah siapa-siapa"
Seraya memotong kalimatnya yang belum tuntas, aku juga membalas tatapannya, mencoba memberi sebuah tanda, bahwa saat ini aku sedang baik-baik saja.
"Kita lupain aja semuanya ya...., kita mulai lagi semuanya dari awal"
"Anggap aja perasaan ini gak pernah ada"
Suaraku kembali bergetar, rasanya aku tidak sanggup untuk melanjutkan kalimatku sebelumnya.
"Shan......."
Arrrggghhh......
Aku tidak kuasa lagi menahannya, tangisku langsung benar-benar pecah setelah mendengar suaranya memanggil namaku dengan lembut, sesekali telapak tangannya juga mengelus-elus punggungku.
Kali ini dia hanya diam, dia kembali memberi waktu kepadaku untuk meluapkan semua emosi yang saat ini sedang kurasakan.
Hanya suara isak tangis yang terus mengisi kesunyian di antara kami malam ini.
Setelah beberapa menit aku meluapkan semua emosi dan perasaan dengan tangisanku, akhirnya aku bisa merasa sedikit lebih lega daripada sebelumnya.
Tidak ada lagi isakan yang keluar dari mulutku, hanya air mata yang sesekali masih jatuh membasahi pipiku.
"Aku boleh minta sesuatu shan?"
Aku menoleh kearahnya setelah mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya.
"Setelah ini kita masih bisa jadi temen kan?"
Aku tidak kuasa untuk menolak permintaannya kali ini, bahkan, tanpa dia memintanya, aku tidak ada niatan sama sekali untuk memutus hubungan baik yang sudah terjalin di antara kami.
Aku dan natha sudah sama-sama dewasa, sudah seharusnya kami bisa saling mengerti dan memahami perasaan dan kesalahan kami masing-masing.
Oleh karena itu, aku rasa masalah ini bukan alasan yang cukup kuat untuk membuat kami memutuskan hubungan pertemanan yang sudah terjalin di antara kami.
Aku hanya mengangguk kecil, sambil berusaha menutupi kesedihanku dengan menarik kedua sudut bibirku keatas.
"A a aku juga punya permintaan nat"
"Janji, ini yang terakhir"
Dia kembali membalas tatapanku, menaikkan dua alisnya keatas, seolah-olah memberi isyarat kepadaku untuk melanjutkan kalimat yang sebelumnya sempat terhenti.
"Aku boleh meluk kamu nat?"
Dia hanya tersenyum dan mengangguk kecil, lalu merentangkan kedua tangannya sebagai tanda bahwa dia menyetujui permintaanku barusan.
Tanpa menunggu lama, aku langsung menghambur kedalam pelukannya.
Mungkin malam ini adalah pelukan kami yang terakhir, mungkin juga tidak, aku tidak tahu, aku tidak bisa melihat masa depan.
Tapi yang paling penting...., semoga.... setelah ini kami bisa menemukan kebahagian kami masing-masing, entah dengan cara kembali bersama-sama, atau saling merelakan untuk selama-lamanya.
Huuuuhhhh......
Lega rasanya, setelah aku membantu natha untuk berbicara dengan viny, dan setelah viny mau menerima semua penjelasanku dan natha, kini aku melihat sorot matanya kembali hidup, wajahnya terlihat agak sedikit lebih cerah daripada biasanya, seolah-olah ada 1 beban yang terlepas dari pikiran dan hatinya saat ini.
Apakah sekarang aku bahagia?.
Iya, aku sangat bahagia, aku bahagia karena melihat natha mendapat titik terang dari semua masalah yang selama ini dia pendam, aku bahagia setelah melihat natha sudah kembali bahagia.
Tapi....., sepertinya terlalu munafik jika aku berkata bahwa hati ini tidak sakit.
Yaa...., sebenarnya sejak awal dia sudah menentukan pilihannya, seharusnya aku sudah menyadari itu ketika melihat dia bersama seseorang yang benar-benar dicintainya.
Tapi..... aku malah nekad untuk terus masuk kedalam kisah cintanya, dan menyelipkan setitik keraguan di dalam hatinya.
Dan..... setelah aku melewati semua ini, aku baru sadar, ternyata hatinya memang tidak pernah ragu, dan.... bahagianya seorang natha bukanlah aku.
Aku juga tidak bisa memungkiri, aku juga merasa kecewa kepadanya, bagaimana tidak, ternyata sikap manis dan waktu yang dia berikan kepadaku akhir-akhir ini hanya merupakan sebuah pelampiasan.
Arrrrgggghhhh.....
Sudahlah, sekarang bukan waktunya membahas siapa yang salah dan siapa yang benar.
Tapi..... jika kalian bertanya apakah aku masih menginginkannya?.
Huuuuhhhh.......
Meskipun sangat singkat, momen-momen yang sudah aku lalui terlalu membekas di hati dan pikiranku, aku tidak bisa melupakannya begitu saja.
Dan..... aku rasa aku harus jujur dengan perasaanku sendiri, keinginan untuk bersamanya masih begitu menggebu-gebu, tapi aku harus sadar dengan posisiku.
Yang bisa aku lakukan saat ini hanyalah........
Menanti.
Menanti suatu hal yang tidak pasti.
Shani POV End
.
.
.
"Kamu cukup ada buat dia aja nat"
"Kalau dia kebetulan nyuruh kamu pergi kayak tadi, turutin dulu aja"
"Kita gak mungkin bisa langsung maksa dia untuk bisa kembali menerima kamu secepatnya"
"Emang butuh waktu sama perjuangan lebih buat ngelewatin semua ini nat"
"Dan itu gak bakalan ada artinya kalau kamu emang benar-benar serius"
Viny kembali menatapku dengan tajam sambil terus berbicara dengan nada yang penuh penekanan.
Setelah beberapa hari yang lalu shani membantuku untuk berbicara kepada viny, akhirnya, malam ini viny kembali mengizinkanku untuk kembali menemui beby.
Tapi...., hampir sama seperti pertemuan terakhir kami malam itu, malam ini beby kembali mengusirku untuk segera pergi dari hadapannya.
Meskipun kali ini dia mengusirku dengan cara yang lebih tenang dan manusiawi, tidak dalam keadaan histeris seperti sebelumnya, tapi tetap saja, hal itu sudah cukup untuk membuatku kembali merasa pesimis.
"Tapi tenang aja nat, waktu sebelumnya beby juga pernah dalam kondisi kayak gini karena sakti ketahuan selingkuh, tapi akhirnya dia masih bisa berdamai kok sama keadaan"
"Hubungan dia sama sakti masih baik-baik aja sampai saat ini"
Deeeeggg......
"Hehehe, gakusah kaget gitu nat"
"Tenang aja, beby gak pernah, dan gak akan pernah lagi punya perasaan sama dia"
"Gakusah tanya kenapa nat, aku udah kenal beby luar dan dalam"
Huuuuhhhh......
Sudah lama rasanya aku tidak melihat viny tersenyum seperti saat ini kearahku.
Setelah lebih dari 3 minggu kami tidak pernah berkomunikasi ataupun berbicara secara langsung, aku sangat merindukan senyuman dan saran-saran dari viny yang selalu berhasil membuatku kembali termotivasi.
"Mbak ngapain aja sama mbak beby?, kok bisa kenal luar dalam?, kalian masih straigth kan?"
Duuuukkk......
Seraya memukul bahuku, mata viny juga langsung melotot kearahku setelah mendengar kalimat terakhirku barusan.
"Hehhh......, yang bener aja kalo ngomong, aku masih suka cowok ya...."
Aku terkekeh setelah mendegar respon dari viny barusan, sudah lama rasanya aku tidak menjahilinya seperti saat ini.
"Kirain, habis kalian nempel terus kayak biji"
Duuuuukkk.....
"Ishhhh...., baru baikan aja nyebelinnya udah kumat lagi ya...."
Lagi-lagi aku terkekeh setelah melihat respon dari viny.
Keadaan sempat hening sejenak setelah viny mengomel dan memukul bahuku, kami kembali larut dengan pikiran kami masing-masing sambil menatap pemandangan jalan komplek yang ada di depan kami.
"Nat...., hubungan kamu sama shani gimana?"
Kali ini viny bertanya tanpa menoleh kearahku, pandangannya masih tetap lurus kearah depan.
"Aku sama dia udah omongin baik-baik kok mbak, kita udah mutusin buat terus berhubungan, tapi..... sebagai teman biasa"
Viny menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.
"Aku jadi merasa bersalah sama shani nat, ternyata dia gak seburuk yang aku pikirin selama ini"
Kali ini viny menoleh kearahku.
"Shani emang baik mbak, emang akunya aja yang sampah"
Aku berbicara sambil menoleh kearah viny, lalu membalas tatapannya.
"Aku aja yang gak bersyukur, padahal jelas-jelas aku udah punya mbak beby"
"Ya...... meskipun kami belum pernah berkomitmen sebelumnya"
Viny kembali menarik nafasnya, kali ini dia menghembuskannya sambil menarik kedua sudut bibirnya keatas.
"Sekarang kamu paham kan nat"
"Tanpa sebuah komitmenpun, kita masih bisa menyakiti seseorang"
"Bahkan bukan cuma beby nat, shani juga"
Aku mengusap wajahku perlahan-lahan sambil mencoba mencernya kalimat yang diucapkan oleh viny barusan.
"Wajar kok kalo kemaren kamu sempet bingung buat kelanjutan hubungan kamu sama beby, aku paham banget kok perasaan kamu waktu itu"
"Tapi, cara kamu ngelampiasin kebingungan kamu itu salah nat, bukan kayak gitu caranya, apalagi sampai ada hati lain yang tersakiti"
"Dia juga udah terlanjur sayang sama kamu nat"
Setelah berkata seperti itu, viny kembali mengambil nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan-lahan, keadaan kembali terasa hening, aku masih belum bisa merespon kalimat-kalimat viny barusan.
Kali ini viny meletakkan tangan kananya di atas punggungku, sesekali dia mengusapnya untuk menenangkan pikiranku saat ini.
"Maaf nat, aku gak maksud buat menghakimi kamu"
"Tapi tolong, jadiin ini pelajaran ya, lebih hati-hati lagi buat kedepannya"
"Jangan sampai kamu ulangin lagi"
Setelah berkata seperti itu, viny langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Yaudah nat, udah jam 12 nih, aku mau tidur dulu, kamu mau nginep?"
Akupun mengikuti viny untuk beranjak dari tempat dudukku.
"Enggak deh mbak, mungkin besok aku kesini lagi, mau coba ngomong lagi"
Viny kembali tersenyum kearahku.
Viny: "yaudah nat, hati-hati ya, chat aku aja kalo besok kamu mau kesini"
Aku: "iya mbak, aku pulang dulu ya"
Akupun berlalu dari hadapannya seraya melambaikan tangan dan membalas senyumannya.
Malam ini aku memilih pulang ke kos untuk mengistirahatkan pikiran dan hatiku yang akhir-akhir dipaksa untuk bekerja lebih keras daripada biasanya.
Herisyahrian dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Kutip
Balas
