- Beranda
- Stories from the Heart
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
...
TS
princebanditt
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120128450195.png)
Quote:
Keluarga, menurut gue adalah sekelompok orang yang tinggal bersama, mempunyai struktur peran dan jabatan masing masing, ayah, ibu, kakak dan adik.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
Spoiler for Keluarga Kecil:
Quote:
Berbahagialah kalian yang lahir dari keluarga yang harmonis, dipenuhi kebahagiaan, canda tawa, dan kadang suka duka kalian lalui bersama sama, saling menguatkan satu dengan yang lainnya.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Keluargaku, Neraka Bagiku
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Quote:
”plakkk..”suara tamparan keras malam itu.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
Quote:
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Karna kekerasan akan menimbulkan trauma dan membangun kekerasan yang lainnya.
Spoiler for Ratenya GanSis:
Selamat Membaca
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
UPDATE BERJALAN..
BAB 1, BAB 2, BAB 3, BAB 4, BAB 5, BAB 6, BAB 7, BAB 8, BAB 9, BAB 10, BAB 11, BAB 12, BAB 13, BAB 14, BAB 15
Spoiler for Kunjungi Thread Lainnya,:
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian MerekaHot Thread
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
Bersambung
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120127520747.png)
Diubah oleh princebanditt 25-01-2021 19:10
itkgid dan 139 lainnya memberi reputasi
138
102.1K
Kutip
608
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
princebanditt
#13
BAB II HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
Spoiler for Mulustrasi Bree:

Quote:
Akhirnya pada hari itu kami pergi meninggalkan rumah.
gue tinggalin mereka dan ga ngucapin apapun ke kakek, nenek, ayah dan adek gue.
siapa yang ga sedih ninggalin orang yang sayang banget sama gue, yang bisa penuhin apa mau gue, yang selalu tersenyum dan ngusap lembut kepala gue sewaktu gue meminta atau bertanya tentang sesuatu.
biar mereka cuma punya sedikit waktu buat gue, seenggaknya gue punya keluarga yang LENGKAP.
karna keterbatasan gue saat itu, gue ga bisa berbuat apapun, gue cuma tau ibu gue ngajak gue jalan-jalan dan akhirnya gue pulang lagi kerumah, tapi itu cuma pemikiran seorang anak kecil.
kenyataan pahitnya gue pergi dan ga pernah kembali kerumah itu.
ditengah perjalanan didalam bus antar kota antar provinsi, ibu mencoba berbincang sama gue.
“bang, sayang kan sama ibu?”tanyanya menatap dan ngusap kepala gue.
“iya bu” jawab gue takut.
“klo nanti babang tinggal sama ibu aja berdua gpp kan?” ucap ibu.
“nanti ayah sama adek gimana bu? kok kita ga tinggal sama ayah aja” jawab gue sambil liatin ibu.
“ayah kan harus kerja, nanti klo ga kerja ga bisa beliin kamu sepeda kan?” kata ibu sambil membuang pandangannya dari gue, lalu melihat keluar jendela.
“trus adek gimana bu? nanti kesepian ga ada aku” tanya gue lagi, sambil terus melihat ibu.
“nanti ade dianterin kakek nyamperin kita sayang, yaudh kamu tidur ya bang, masih lama loh nyampenya, sini tidur sama ibu” jawabnya lagi, sambil menarik gue biar tidur dipangkuan ibu, dan mengakhiri obrolan kita.
gue tinggalin mereka dan ga ngucapin apapun ke kakek, nenek, ayah dan adek gue.
siapa yang ga sedih ninggalin orang yang sayang banget sama gue, yang bisa penuhin apa mau gue, yang selalu tersenyum dan ngusap lembut kepala gue sewaktu gue meminta atau bertanya tentang sesuatu.
biar mereka cuma punya sedikit waktu buat gue, seenggaknya gue punya keluarga yang LENGKAP.
karna keterbatasan gue saat itu, gue ga bisa berbuat apapun, gue cuma tau ibu gue ngajak gue jalan-jalan dan akhirnya gue pulang lagi kerumah, tapi itu cuma pemikiran seorang anak kecil.
kenyataan pahitnya gue pergi dan ga pernah kembali kerumah itu.
ditengah perjalanan didalam bus antar kota antar provinsi, ibu mencoba berbincang sama gue.
“bang, sayang kan sama ibu?”tanyanya menatap dan ngusap kepala gue.
“iya bu” jawab gue takut.
“klo nanti babang tinggal sama ibu aja berdua gpp kan?” ucap ibu.
“nanti ayah sama adek gimana bu? kok kita ga tinggal sama ayah aja” jawab gue sambil liatin ibu.
“ayah kan harus kerja, nanti klo ga kerja ga bisa beliin kamu sepeda kan?” kata ibu sambil membuang pandangannya dari gue, lalu melihat keluar jendela.
“trus adek gimana bu? nanti kesepian ga ada aku” tanya gue lagi, sambil terus melihat ibu.
“nanti ade dianterin kakek nyamperin kita sayang, yaudh kamu tidur ya bang, masih lama loh nyampenya, sini tidur sama ibu” jawabnya lagi, sambil menarik gue biar tidur dipangkuan ibu, dan mengakhiri obrolan kita.
Quote:
setelah beberapa hari, sempat kami berhenti untuk sekedar makan dan ke toilet, lalu melanjutkan perjalanan lagi.
akhirnya sampai ditujuan kami.
kami sampai di kota jakarta, berbeda banget sama daerah yang gue tinggalin, disana rumah-rumah masih sangat sedikit, kendaraan hanya beberapa, itupun cuma orang yang rumahnya besar yang punya kendaraan seperti wisnu.
orangpun ga terlalu banyak.
dijakarta banyak sekali orang-orang lewat, kendaraan juga sama, rumah apalagi.
hampir berdekatan satu dengan yang lainnya.
kamipun melanjutkan perjalanan, ibu bilang kami akan mengunjungi tempat kakaknya ibu, didaerah Kemayoran, Jakarta Pusat.
gue liat ibu juga agak bingung, sempet dia bertanya alamat yang dipegangnya kepada supir yang mengemudikan kendaraannya, lalu orang orang diperjalanan yang kami temui.
setelah beberapa kali naik turun kendaraan kamipun sampai didepan rumah sesuai dengan alamat yang dipegang ibu.
rumahnya tidak terlalu besar, banyak pepohonan dan sebuah kolam kecil disana, ga terlalu beda sama rumah gue, lebih luasan rumah gue dari pada rumah ini menurut gue.
“assalamualaikum” sapa ibu sambil mengetok pintu rumah tersebut
“assalamualaikum, kak”, kamipun menunggu jawaban dari pemilik rumah.
ga lama gue liat pintu itu terbuka, “waalaikum salam, eh kamu dek, duh kakak kira kamu nyasar, habis belom pernah kejakarta kan” jawabnya ke ibu gue.
“hehe iya kak, tadi rini sempet nanya-nanya sih, untung nyampe kesini kak” jawab ibu gue.
“ini aryo ya dek? udh gede ya kamu sekarang” sapanya sambil menatap gue.
“iya kak ini aryo, bang ayo dong salim dulu sama uwa kamu” ibu menyuruh gue buat salaman.
“hehe iya wa” lalu gue salim sama kakaknya ibu gue.
lalu kami dipersilakan masuk kerumahnya,
“abang.. kakak.. ada tante rini nih, salim dulu sini” jawab kakaknya ibu gue ke anak-anaknya.
gue liat mereka salim sama ibu gue, mereka melihat gue sekilas lalu mereka kembali kedepan TV.
keliatan mereka ga terlalu suka ngeliat gue, “yo kamu main ya sama mereka, itu kakak anggi, nah yang satu lagi abang yoga, main bareng bareng ya, ga boleh berantem.” jawabnya sambil nyuruh gue ikut duduk didepan TV bareng mereka.
gue akhirnya duduk dekat mereka, mereka tetap cuek dan terus menatap TV yang mereka tonton.
gue bingung sendiri karna baru kali ini gue ketemu mereka, dan gue ga kenal juga, akhirnya gue duduk dipojokan ruang tamu sambil ikut menonton dari jauh.
gue sempet ngeliat juga ibu ngobrol sama kakaknya, ibu ngomong sambil nangis, ga tau apa yang mereka bicarakan.
beberapa kali uwa gue coba menenangkan ibu yang menangis.
jam dirumah itu terasa sangat lama, gue juga ngerasa ga nyaman dirumah itu, gue sedih kepikiran ayah dan adek gue, kepikiran kakek gue, “kalo dirumah adek gue pasti lagi main boneka jeleknya” bisik gue dalem hati coba mengingat suasana dirumah.
akhirnya sampai ditujuan kami.
kami sampai di kota jakarta, berbeda banget sama daerah yang gue tinggalin, disana rumah-rumah masih sangat sedikit, kendaraan hanya beberapa, itupun cuma orang yang rumahnya besar yang punya kendaraan seperti wisnu.
orangpun ga terlalu banyak.
dijakarta banyak sekali orang-orang lewat, kendaraan juga sama, rumah apalagi.
hampir berdekatan satu dengan yang lainnya.
kamipun melanjutkan perjalanan, ibu bilang kami akan mengunjungi tempat kakaknya ibu, didaerah Kemayoran, Jakarta Pusat.
gue liat ibu juga agak bingung, sempet dia bertanya alamat yang dipegangnya kepada supir yang mengemudikan kendaraannya, lalu orang orang diperjalanan yang kami temui.
setelah beberapa kali naik turun kendaraan kamipun sampai didepan rumah sesuai dengan alamat yang dipegang ibu.
rumahnya tidak terlalu besar, banyak pepohonan dan sebuah kolam kecil disana, ga terlalu beda sama rumah gue, lebih luasan rumah gue dari pada rumah ini menurut gue.
“assalamualaikum” sapa ibu sambil mengetok pintu rumah tersebut
“assalamualaikum, kak”, kamipun menunggu jawaban dari pemilik rumah.
ga lama gue liat pintu itu terbuka, “waalaikum salam, eh kamu dek, duh kakak kira kamu nyasar, habis belom pernah kejakarta kan” jawabnya ke ibu gue.
“hehe iya kak, tadi rini sempet nanya-nanya sih, untung nyampe kesini kak” jawab ibu gue.
“ini aryo ya dek? udh gede ya kamu sekarang” sapanya sambil menatap gue.
“iya kak ini aryo, bang ayo dong salim dulu sama uwa kamu” ibu menyuruh gue buat salaman.
“hehe iya wa” lalu gue salim sama kakaknya ibu gue.
lalu kami dipersilakan masuk kerumahnya,
“abang.. kakak.. ada tante rini nih, salim dulu sini” jawab kakaknya ibu gue ke anak-anaknya.
gue liat mereka salim sama ibu gue, mereka melihat gue sekilas lalu mereka kembali kedepan TV.
keliatan mereka ga terlalu suka ngeliat gue, “yo kamu main ya sama mereka, itu kakak anggi, nah yang satu lagi abang yoga, main bareng bareng ya, ga boleh berantem.” jawabnya sambil nyuruh gue ikut duduk didepan TV bareng mereka.
gue akhirnya duduk dekat mereka, mereka tetap cuek dan terus menatap TV yang mereka tonton.
gue bingung sendiri karna baru kali ini gue ketemu mereka, dan gue ga kenal juga, akhirnya gue duduk dipojokan ruang tamu sambil ikut menonton dari jauh.
gue sempet ngeliat juga ibu ngobrol sama kakaknya, ibu ngomong sambil nangis, ga tau apa yang mereka bicarakan.
beberapa kali uwa gue coba menenangkan ibu yang menangis.
jam dirumah itu terasa sangat lama, gue juga ngerasa ga nyaman dirumah itu, gue sedih kepikiran ayah dan adek gue, kepikiran kakek gue, “kalo dirumah adek gue pasti lagi main boneka jeleknya” bisik gue dalem hati coba mengingat suasana dirumah.
Quote:
malam itu kami menginap dirumah uwa gue, kurang lebih selama satu minggu.
biarpun dirumah kakaknya, ibu tetap tidak berubah, dia masih sering pukuli dan marahi gue.
padahal gue cuma mainin maenan punya anaknya kakak gue, emang gue ga bilang langsung, tapi itu cuma mainan mobil kecil doang, gue harus nahan malu dipukulin ibu gue didepan uwa dan anak anaknya.
pernah gue denger ibu gue dimarahin sama uwa gue “sama anak jangan kaya begitu dek, ini anak kamu loh, kasihan nanti gedenya dia bisa dendam sama kamu dek” kata uwa gue.
“abis rini benci kak, klo liat aryo, rini suka inget sama ayahnya” jawab ibu gue.
“itu kan ayahnya, ini anaknya dek, dia juga masih kecil ga tau apa-apa, ga boleh disamain” kata dia.
dan ibu gue cuma diam ga jawab sama sekali.
biarpun dirumah kakaknya, ibu tetap tidak berubah, dia masih sering pukuli dan marahi gue.
padahal gue cuma mainin maenan punya anaknya kakak gue, emang gue ga bilang langsung, tapi itu cuma mainan mobil kecil doang, gue harus nahan malu dipukulin ibu gue didepan uwa dan anak anaknya.
pernah gue denger ibu gue dimarahin sama uwa gue “sama anak jangan kaya begitu dek, ini anak kamu loh, kasihan nanti gedenya dia bisa dendam sama kamu dek” kata uwa gue.
“abis rini benci kak, klo liat aryo, rini suka inget sama ayahnya” jawab ibu gue.
“itu kan ayahnya, ini anaknya dek, dia juga masih kecil ga tau apa-apa, ga boleh disamain” kata dia.
dan ibu gue cuma diam ga jawab sama sekali.
Bersambung Bree

Diubah oleh princebanditt 25-05-2020 01:18
itkgid dan 27 lainnya memberi reputasi
28
Kutip
Balas
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/11/2657924_202005111152490556.png)
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005121201040685.png)
![HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka](https://s.kaskus.id/images/2020/05/12/2657924_202005120130320424.png)