- Beranda
- Berita dan Politik
Jamal Ungkap Kemungkinan Naysila Mirdad Jadi Mualaf Jelang Menikah
...
![auto.debus666](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/04/07/avatar10838096_1.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
auto.debus666
Jamal Ungkap Kemungkinan Naysila Mirdad Jadi Mualaf Jelang Menikah
![Jamal Ungkap Kemungkinan Naysila Mirdad Jadi Mualaf Jelang Menikah](https://s.kaskus.id/images/2020/05/13/10838096_20200513091437.jpg)
JAKARTA - Naysila Mirdad dan Roestiandi Tsamanov diketahui menjalani hubungan beda agama selama 4 tahun terakhir. Namun Jamal Mirdad sang ayah mengungkapkan kemungkinan Nay menjadi mualaf sebelum menikah.
"Insya Allah, (Nay pindah agama). Karena dalam pernikahan kan agama yang paling pokok," ujar Jamal Mirdad seperti dikutip dari Starpro Indonesia, Selasa (12/5/2020).
Lahir dari orangtua berbeda keyakinan, Naysila Mirdad memang dekat dengan dua agama: Islam dan Kristen. Meski mengikuti keyakinan sang ibu, namun aktris 31 tahun itu mengaku turut mempelajari agama Islam.
Isu perpindahan agama Naysila Mirdad sebenarnya sempat berembus pada 2009. Kala itu, fotonya saat mengikuti salat Idul Adha tersebar di Internet. Namun kala itu, dia dengan tegas membantah kabar tersebut.
Dalam penjelasannya kepada awak media, Naysila menegaskan masih memeluk agama Kristen. Keberadaan foto tersebut, menurutnya, hanya sekadar dokumentasi saat terlibat dalam sebuah proyek sinetron.
"Dalam sinetron itu, aku dikisahkan menjadi mualaf dan ingin pesan itu sampai ke penonton. Jadi kalau penonton senang ya aku berhasil," ujarnya.*
source: https://celebrity.okezone.com/read/2...lang-menikah
Aamiin, mudah-mudahan
Diubah oleh auto.debus666 13-05-2020 02:20
![suekethos](https://s.kaskus.id/user/avatar/2017/12/08/avatar10031576_9.gif)
![darmawati040](https://s.kaskus.id/user/avatar/2019/04/03/avatar10565178_13.gif)
![Richy211](https://s.kaskus.id/user/avatar/2018/11/24/avatar10418825_324.gif)
Richy211 dan 23 lainnya memberi reputasi
22
2.8K
37
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![Berita dan Politik](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-10.png)
Berita dan Politik![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
671.9KThread•41.5KAnggota
Tampilkan semua post
![istri.pedopil](https://s.kaskus.id/user/avatar/2020/04/21/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
istri.pedopil
#2
karena menikah
kayak bu ely
https://tirto.id/efSK
Ely sesenggukan mengisahkan ibunya yang sakit, “Kasihan Nenek. Umurnya mungkin enggak lama lagi tapi dia harus ngalamin ini.”
Ibunya, yang ia panggil Nenek, berusia 80 tahun. Dua tahun terakhir Nenek sakit-sakitan. Kepayahan berjalan. Kakinya ngilu. Pinggangnya nyeri. Beberapa kali masuk rumah sakit, dokter cuma bilang penyakitnya adalah penyakit orang tua.
Nenek memutuskan tinggal bersama Ely, anak bungsunya. Nenek menjual rumahnya karena enggan tinggal sendiri dan kesepian. Membagi hasil penjualan rumah-memuat-kenangan-lebih-dari-50-tahun kepada empat anaknya, menyisihkan sedikit untuk disimpan—jaga-jaga buat pesta pemakaman.
Ely menyambut Nenek dengan gembira, betapapun keputusan itu jauh lebih kompleks dari kelihatannya.
Pertama, ia harus minta izin suaminya—dan ini bukan perkara mudah. Nenek dan suami Ely tidak terlalu akur meski mereka terlihat bertegur sapa saat tinggal di satu atap.
Kedua, Nenek beragama Kristen, sementara Ely dan keluarganya beragama Islam. Ini perkara lebih kompleks. Selain kepada suami, Ely harus mengantongi izin tiga saudara kandungnya yang beragama Kristen. Singkat cerita, Nenek tinggal bersama Ely selama enam-tujuh bulan, sebelum konflik itu datang.
Ely cekcok dengan suaminya. Sang suami yang religius merasa risih dengan mertua beda agama.“Mungkin dia juga masih dendam karena pada awal-awal pernikahan kami sering dapat perlakuan enggak enak dari Nenek,” kata Ely.
Nenek yang tahu diri akhirnya pamit ke rumah abang Ely.
Sayangnya, hubungan Ely buruk dengan abangnya. Jadi, ia cuma beberapa kali mengunjungi Nenek terutama ketika ibunya dibawa ke rumah saudaranya yang lain.
Sejak memutuskan pindah agama pada usia 20 tahun, dan sebentar lagi merayakan usia ke-49 pada tahun ini, perjalanan spiritual Ely bukanlah bak jalan tol yang mulus melainkan seperti air laut—bergelombang; pasang dan surut.
Sebelum masuk Islam dan menikah, Ely kabur dari rumah, dua tahun tak pernah bertemu Nenek sampai anaknya pertama Ely berusia enam bulan.
Meski akhirnya berbaikan, permasalahan beda agama sering memantik konflik. Pada awal-awal pernikahan, suaminya melarang Ely berlama-lama jika bertandang ke rumah Nenek. “Enggak baik. Kita sudah beda agama. Nanti ibadahmu susah, makanmu juga mesti dijaga,” kata Ely, mengulangi nasihat suaminya bak doktrin bertahun-tahun.
Konflik itu tak cuma antara Ely dan orang terdekatnya tapi dengan batin sendiri. Satu dekade kemudian, anak sulungnya pernah menemukan Ely pingsan sehabis salat magrib. Ely selalu menangis sampai lemas, tak sadarkan diri, bingung bagaimana mendoakan mendiang ayahnya yang baru saja meninggal.
Ayah mertua Ely yang seorang muslim pernah berkata doa seorang muslim tak akan sampai kepada orang selain Islam.
Ely gelisah. Sulit membayangkan ayahnya yang Kristen akan diperlakukan sebagaimana keyakinannya yang baru memperlakukan orang selain Islam. Ely meyakini ayahnya orang baik. “Dia pendiam, enggak pernah marah. Orang paling lemah lembut,” kata Ely.
Secara spiritual, ia meyakini janji-janji Allah dalam Alquran dan, demi menenangkan diri, ia percaya Tuhan itu Mahabaik.
Kegundahan spiritual itu lama dipendamnya. Ia takut bertanya kepada ustaz atau ustazah karena cemas mendengar jawaban yang tak ingin didengarnya. Maka, diam-diam, ia meyakini “Tuhan itu Mahabaik.” Menyerahkan urusan sampai-atau-tidaknya doa yang ia panjatkan untuk mendiang ayahnya kepada Tuhan semata.
ada yg bisa membantah dalilnya ?
kayak bu ely
https://tirto.id/efSK
Ely sesenggukan mengisahkan ibunya yang sakit, “Kasihan Nenek. Umurnya mungkin enggak lama lagi tapi dia harus ngalamin ini.”
Ibunya, yang ia panggil Nenek, berusia 80 tahun. Dua tahun terakhir Nenek sakit-sakitan. Kepayahan berjalan. Kakinya ngilu. Pinggangnya nyeri. Beberapa kali masuk rumah sakit, dokter cuma bilang penyakitnya adalah penyakit orang tua.
Nenek memutuskan tinggal bersama Ely, anak bungsunya. Nenek menjual rumahnya karena enggan tinggal sendiri dan kesepian. Membagi hasil penjualan rumah-memuat-kenangan-lebih-dari-50-tahun kepada empat anaknya, menyisihkan sedikit untuk disimpan—jaga-jaga buat pesta pemakaman.
Ely menyambut Nenek dengan gembira, betapapun keputusan itu jauh lebih kompleks dari kelihatannya.
Pertama, ia harus minta izin suaminya—dan ini bukan perkara mudah. Nenek dan suami Ely tidak terlalu akur meski mereka terlihat bertegur sapa saat tinggal di satu atap.
Kedua, Nenek beragama Kristen, sementara Ely dan keluarganya beragama Islam. Ini perkara lebih kompleks. Selain kepada suami, Ely harus mengantongi izin tiga saudara kandungnya yang beragama Kristen. Singkat cerita, Nenek tinggal bersama Ely selama enam-tujuh bulan, sebelum konflik itu datang.
Ely cekcok dengan suaminya. Sang suami yang religius merasa risih dengan mertua beda agama.“Mungkin dia juga masih dendam karena pada awal-awal pernikahan kami sering dapat perlakuan enggak enak dari Nenek,” kata Ely.
Nenek yang tahu diri akhirnya pamit ke rumah abang Ely.
Sayangnya, hubungan Ely buruk dengan abangnya. Jadi, ia cuma beberapa kali mengunjungi Nenek terutama ketika ibunya dibawa ke rumah saudaranya yang lain.
Sejak memutuskan pindah agama pada usia 20 tahun, dan sebentar lagi merayakan usia ke-49 pada tahun ini, perjalanan spiritual Ely bukanlah bak jalan tol yang mulus melainkan seperti air laut—bergelombang; pasang dan surut.
Sebelum masuk Islam dan menikah, Ely kabur dari rumah, dua tahun tak pernah bertemu Nenek sampai anaknya pertama Ely berusia enam bulan.
Meski akhirnya berbaikan, permasalahan beda agama sering memantik konflik. Pada awal-awal pernikahan, suaminya melarang Ely berlama-lama jika bertandang ke rumah Nenek. “Enggak baik. Kita sudah beda agama. Nanti ibadahmu susah, makanmu juga mesti dijaga,” kata Ely, mengulangi nasihat suaminya bak doktrin bertahun-tahun.
Konflik itu tak cuma antara Ely dan orang terdekatnya tapi dengan batin sendiri. Satu dekade kemudian, anak sulungnya pernah menemukan Ely pingsan sehabis salat magrib. Ely selalu menangis sampai lemas, tak sadarkan diri, bingung bagaimana mendoakan mendiang ayahnya yang baru saja meninggal.
Ayah mertua Ely yang seorang muslim pernah berkata doa seorang muslim tak akan sampai kepada orang selain Islam.
Ely gelisah. Sulit membayangkan ayahnya yang Kristen akan diperlakukan sebagaimana keyakinannya yang baru memperlakukan orang selain Islam. Ely meyakini ayahnya orang baik. “Dia pendiam, enggak pernah marah. Orang paling lemah lembut,” kata Ely.
Secara spiritual, ia meyakini janji-janji Allah dalam Alquran dan, demi menenangkan diri, ia percaya Tuhan itu Mahabaik.
Kegundahan spiritual itu lama dipendamnya. Ia takut bertanya kepada ustaz atau ustazah karena cemas mendengar jawaban yang tak ingin didengarnya. Maka, diam-diam, ia meyakini “Tuhan itu Mahabaik.” Menyerahkan urusan sampai-atau-tidaknya doa yang ia panjatkan untuk mendiang ayahnya kepada Tuhan semata.
ada yg bisa membantah dalilnya ?
![bernadus1234](https://s.kaskus.id/user/avatar/2011/01/14/default.png)
![king.aslan](https://s.kaskus.id/user/avatar/2015/12/29/default.png)
![Zekrom26](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
Zekrom26 dan 3 lainnya memberi reputasi
2
Tutup