- Beranda
- Stories from the Heart
5 METER PERSEGI
...
TS
ih.sul
5 METER PERSEGI
~cerita ini di dedikasikan kepada semua orang yang selalu berpikir bagaimana jika dan bagaimana jika~
Buat pembaca baru silahkan baca ceritanya disini.
https://drive.google.com/folderview?...CatIxdZu5i3tKc
Bukanya jangan pake browser kaskus. Pake browser lain biar filenya lengkap
Polling
0 suara
Hal yang paling kalian nantikan di cerita ini
Diubah oleh ih.sul 23-04-2022 06:58
siloh dan 153 lainnya memberi reputasi
144
311.9K
Kutip
4.7K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.5KThread•42.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ih.sul
#2099
Lemari no. 12
Spoiler for :
“hei hei, itu dia kan?”
“iya, sama persis”
“sekolah disini toh”
Aku dan Marcin berjalan menyusuri jalan setapak yang akan membawa kami kembali ke kelas dari toilet terdekat. Sepanjang jalan tak henti hentinya beberapa orang menunjuk. Tentu bukan aku yang ditunjuk melainkan si youtuber pendatang baru Marcin.
“aku agak penasaran tapi bagaimana caramu membedakan toilet pria dan wanita?” tanyaku
“hmm… toilet pria biasanya lebih berisik. Toilet wanita juga tak punya urinoir”
“jadi kau bisa membedakan urinoir dengan wastafel? Itu sudah terlalu hebat”
“a-anu”
Hmm? Tiba tiba dari belakang kami muncul seorang anak perempuan yang tidak kukenal dan aku yakin belum pernah lihat.
“apa kau yang di youtube? Yang main gitar itu” tanyanya
“y-ya benar” jawab Marcin
“sudah kuduga. Aku penggemarmu”
Dalam sekejap beberapa wanita bermunculan begitu saja dari semak semak dan mengerumuni Marcin. Secara alami aku terdorong keluar dan terlupakan di tengah lautan betina yang mencari pria tampan.
Kemarin kami sudah mengubah penampilan Marcin sehingga dalam sekali lihat tak akan ada yang tau kalau dia buta namun bila mereka tetap berkerumun seperti itu mereka pasti akan tau. Meski demikian aku mengabaikannya dan kembali ke kelas lebih dahulu.
Di tengah jalan aku melihat orang yang tak asing. Itu Laila dan…. Aku tak yakin namanya Maya atau Miya. Si kembar kakak.
Aku tak berencana memanggil mereka jadi aku mengambil jalan pintas menuju kelas. Laila sepertinya akan bermain dengan teman temannya dari kelas lain jadi dia tak kembali ke kelas. Aku duduk di mejaku sembari mendengarkan ocehan Yudis. Marcin tiba 5 menit kemudian.
“kenapa kau meninggalkanku?”
“karna hatiku sakit”
“ha?”
Aku kembali membuka video yang kuunggah semalam dan membaca kolom komentar.
“bagus sekali Marcin, 5000 komentar dalam satu malam”
“bisa bacakan untukku komentarnya?”
“kau yakin?”
“ya, aku ingin tau pendapat mereka”
“hmm… banyak orang luar yang ikut komen tapi mari kubacakan yang indo,
Humanshado : kau memberiku inspirasi untuk melempar gitarku keluar jendela
Kudo.vicious : aku yakin gitarku tertawa melihatku sekarang
Ihsa37 : dia membuat satu gitar terdengar seperti sebuah band sekaligus
Kimindak : kyaaa oppaaaa
Mbahjoyo911 : ganteng… like
Phntm.7 : yang dari indo like
Papahmudanow : bts in real life
Koechingg : ni anak siapa ya?
Wilyahanafia19 : rahimku anget mas
“ok, abaikan komentar yang terakhir. ¾ mengomentari permainanmu sedangkan sisanya hanya peduli pada wajahmu jadi di video selanjutnya mari sembunyikan wajahmu dalam topeng ayam”
CC :ayam?
Aku : aku suka ayam
Vina : oh, aku juga suka. CC, mau makan ayam?
CC : tentu
Aku : kembali ke topik. Mari cari topeng ayam sepulang sekolah nanti
Marcin : tapi kenapa aku harus menyembunyikan wajahku?
Aku : karna kau ganteng sialan. Ini bukan american got talent yang menilai wajah dan cerita sedih ketimbang bakat, aku ingin kau dinilai murni karna kemampuanmu
CC : bilang saja kau iri karna dia tampan
Aku : ya benar, aku iri. Puas?
CC : entah apa yang kau irikan
Aku kembali membuka akun youtube tersebut dan melihat subscribernya sudah menembus angka seribu. Kalau tidak salah kriteria untuk mendapat uang dari youtube adalah 1000 subscriber dan jam tayang lebih dari 4000 jam atau 240000 menit. Video ini sudah ditonton lebih dari sejuta kali dan panjangnya sekitar 4 menit jadi sekitar 4 juta menit. Channel ini sudah memenuhi syarat untuk mendapat adsense.
Yudis : ngomong ngomong Firmi-kun, kenapa kau memilih membuat youtube? Apa kau ingin menunjukkan bakatnya pada dunia?
Aku : itu benar tapi tujuan utamaku adalah uang
Yudis : kau jujur sekali
Aku : oh tenang saja, uang itu sepenuhnya milik Marcin. Aku tak akan menyentuhnya
Namun rasanya ada yang kurang. Tapi apa ya?
“hei hei, ada yang mau makan ayam?”
Sejak tadi aku memang mendengar suara seperti orang memasak namun aku tidak menyangka Vina benar benar memasak saat ini juga. Yeah, toh tak ada guru sih.
Aku memandang pada hidangan yang dia buat. Dari tampilan pertama tidak ada yang salah namun jangan nilai youtuber dari subscriber nya. Jika Vina serius maka masakan buatannya bisa membuat seseorang mencapai surga (as expected from my mother disciple) tapi kalau dia sedang bereksperiman maka masakan buatannya bisa berubah menjadi senjata pembunuh massal. Sebaiknya kita cari tumbal terlebih dahulu.
“ini Marcin, cobalah”
Vina memberikan sepotong padanya dan dia ragu ragu menelannya.
“bagaimana?”
“enak kok”
Well, nampaknya aman jadi aku mengambil satu dan menelannya.
Setelah itu aku tidak ingat apa apa lagi.
***
”tidak, tidak seperti itu. konsep utama dari counter adalah manganalisa serangan lawan dan membalasnya dengan gerakan yang paling tepat. Jika kau bisa melakukannya seperti itu maka kau tidak perlu belajar beladiri apapun”
“kau banyak tau will, darimana kau belajar yang seperti itu?”
“otodidak”
“serius? kau tak punya guru atau semacamnya?”
“tidak, belajar dari orang lain membuatmu meniru orang tersebut. Belajar sendiri membuatmu menemukan yang paling cocok untukmu”
“perkataanmu terdengar berat sekali. Aku jadi penasaran seperti apa keluargamu mendidikmu”
“tak banyak yang bisa kuceritakan. Seluruh saudaraku sudah mati dan aku hidup sendiri sekarang”
“maaf”
“tidak apa apa”
“tapi ekspresimu tidak menjadi sedih atau semacamnya, sejujurnya aku bahkan tak pernah melihatmu berekspresi”
“hmm… orang yang membesarkanku menganggap emosi itu tidak penting”
“tapi tanpa emosi kau tak akan bisa bahagia”
“bahagia? Huh, akan kupikirkan itu”
***
“coba beri dia kaus kakiku”
“DIA TETAP TIDAK BERNAFAS”
“kalau begitu ayo pastikan dia tidak akan bernafas lagi”
“coba setel 250 volt”
“oh yeah, panggil pikachu”
‘KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA’
Sensasi terbakar dari jantungku membuatku berteriak keras dan menggelepar bak ikan yang ada di darat yang kemudian menghilang dan disusul oleh rasa kebas. Aku menarik nafas dalam dan cepat untuk memenuhi paru paruku dengan oksigen agar aku bisa tetap hidup.
“cih, dia hidup”
“yeah, kupikir aku melihat surga tadi”
“mana mungkin orang macam kau masuk surga”
“jangan sekasar itu CC, Firmi orang yang baik kok”
Nampaknya aku masih diberi sedikit umur lagi. Hampir saja aku mati setelah memakan entah apa yang dimasak Vina.
“tapi kenapa Marcin bilang enak?” tanya Vina lagi
“eh, maaf. Sebenarnya lidahku mati rasa”
“ciyus?”
Aku lupa itu.
“tapi kenapa kau membuat makanan semacam ini Vina? Apa kau berencana jadi pembunuh massal di masa depan?”
“hmm… aku hanya mencari bumbu baru. Cobalah yang ini, ini enak kok”
Well, tanpa aku sadari kami sudah mulai berkerumun dengan santai. Rasanya seolah ketidak acuhan di hari pertama sudah menghilang sekarang.
Zin sudah menghadiri kelas lebih sering, dia sudah berhenti berkelahi juga. CC sudah bergaul cukup baik dengan yang lain meski dia masih belum bisa keluar gerbang sekolah. Tentu jalan kami sebagai sebuah kelas masih begitu panjang namun hanya perlu dijalani saja kan?
Meski begitu ada satu orang yang diam saja di sudut tanpa peduli apa yang kami lakukan. Aku terus menatap kearahnya dan sesekali mata kami bertatapan namun dia tampak tak peduli.
“hai Miku, mau ayam?”
“tidak, terima kasih”
Aku menghampirinya dan menawarinya ayam namun dia menolak jadi aku menaruh piring itu di mejanya dan duduk di kursi di depannya. Dia masih terlihat tidak peduli.
“ini mungkin mendadak tapi apa kau pernah tersenyum sebelumnya? Kulihat wajamu selalu datar”
“ada masalah dengan itu?”
“ya, kau mengingatkanku dengan seseorang”
“begitu. entahlah, mungkin aku pernah dulu”
“hmm… HEI, KALAU ADA YANG BISA MEMBUAT MIKU TERSENYUM AKAN KUBERI SEPULUH RIBU”
“hoo, nampaknya itu tugas untukku”
“maju Kaito”
Mari kita lihat. Si wanita tanpa ekspresi atau si pesulap pelawak?
“Semasa aku menjadi malaikat dulu aku dihukum karna jatuh cinta dan sepasang sayapku diambil sehingga aku jatuh ke bumi ini. siapa sangka sepasang sayap itu sudah mengambil wujud sebagai manusia. Miku, aku selalu merasa kaki kurusmu dan twintail itu merupakan bagian dari sayapku yang telah hilang. Oh, ini pastilah takdir. Maukah kau menjadi—”
“tidak”
“AKU BAHKAN BELUM SELESAI”
“HAHAHAHAHAHAHAHA LOL”
Meski yang lain tertawa namun Miku tidak terganggu sedikitpun. Mungkin cewek seimut dia sudah kebal akan gombalan.
“Miku, apa kau pernah dengar kisah tentang seorang pria dengan lamborgini?” tanya Kaito yang masih belum menyerah
“tidak”
“Ceritanya ada beberapa anak di desa yang baru pertama kali melihat lamborgini, tanpa tahu harganya mereka bermain main diatasnya. Pria itu membiarkan mereka bermain tanpa protes. Orang orang yang melihat itu bertanya tanya alasannya dan dia menjawab ‘kebahagiaan anak anak lebih penting dari mobil mewah manapun’. Orang orang yang mendengar itu pun menghormati si pria dari lubuk hati mereka yang terdalam. Tapi yang paling luar biasa adalah anak anak tersebut sebenarnya bukanlah anak kandungnya dan kau tau apa yang lebih luar biasa lagi? Lamborgini itu juga bukan miliknya”
“eh kampret, kukira apa”
Namun Miku tidak terlihat tertarik. Kaito masih terus lanjut melawak namun setengah jam kemudian dia pun putus asa dan mengubur diri di bawah kasur CC.
“hik… aku pelawak yang gagal. Seorang penghibur yang gagal. HWAAA MAAFKAN AKU AYAAAHHH”
Abaikan saja dia, Miku sama sekali tidak bereaksi.
“jadi, apa kau pernah tersenyum sebelumnya? Apa yang perlu kulakukan untuk membuatmu tersenyum?”
“kenapa kau ingin membuatku tersenyum?”
“karna aku suka melihat (sebagian) orang bahagia”
“aku sudah bahagia sekarang jadi pergilah”
“hmmm…. Nampaknya standar kebahagiaanmu sangat rendah tapi tak apa, mari berteman”
Aku mengulurkan tangan padanya namun dia nampak enggan untuk menyambutnya.
“maaf, kau bisa saja carrier corona jadi aku tak mau ambil resiko”
“kau orang yang negative sekali”
Aku bangkit berdiri tepat saat bel pulang berbunyi. Miku tanpa sapaan apapun ikut berdiri dan pergi begitu saja.
“nampaknya kau masih belum menyerah dengan ideologi bodohmu itu” ucap CC saat aku kembali ke mejaku. Dia pasti melihat konversasi kecilku dengannya
“cara bicaramu mirip sekali dengan Miku, kalian mirip, tapi agak beda”
“aku mirip dengannya? Dimananya?”
“hmm… kalian sama sama keras diluar tapi bedanya aku yakin Miku itu lembut di dalam sedangkan kau keras luar dalam”
“nampaknya kau berniat mati lagi”
“tapi itu benar kan? akan indah kalau CC menjadi sedikit lebih lembut”
“kubunuh kau”
“Firmi, perkataanmu itu agak menjurus”
Audrey masuk kembali ke kelas karna sepertinya kelupaan sesuatu. Senyumnya itu tak diragukan lagi adalah hal terbaik di hari ini.
“lihat CC, kau harusnya menjadi gadis manis yang lembut luar dalam seperti Audrey”
“eh, aku ini laki laki lo”
Baiklah, saatnya berangkat ke kodis. Dengan hati bermekaran seperti bunga bangkai aku pergi menuju gedung yang sudah amat familiar denganku. Disana kedua anggotaku sudah menunggu sembari memainkan nintendo yang kami pinjam (curi) dari klub game.
“ngomong ngomong apa kalian berdua tidak punya kegiatan lain selain bermain game disini?” tanya Regina
“aku punya tapi aku malas melakukannya”
”aku tidak punya tapi aku juga tak berniat melakukannya. Regina sendiri?”
“hmm.. kurasa aku ingin mencari pacar”
”apa ada kemungkinan untukku?”
“mungkin 0,3 persen”
”aku akan menyerah kalau begitu”
“bukannya kak Mahesa seharusnya bilang ‘selama tidak 0 persen aku tidak akan menyerah’seperti itu?”
”haha, aku bukanlah karakter manga yang akan bertaruh pada kemungkinan 0 persen. Yang seperti itu hanya terjadi di film film saja. kenyataannya di dunia nyata kemungkinan 60 persen pun terhitung kecil”
“itu payah, tidak keren, pengecut”
”panggil aku sesukamu tapi aku sudah terbiasa dipanggil seperti itu”
Hmm… apa ini hanya perasaanku atau kedua orang ini jadi lebih dekat?
‘TOK TOK TOK’
Terdengar pintu diketuk dan sedetik kemudian dibukan tanpa ijin. Yang muncul disana adalah seseorang yang harusnya kukenal namun aku nyaris lupa namanya.
“mmm…. Kau Maya atau miya?”
“Maya, si kembar adik” jawabnya. “lama tidak bertemu” tambahnya
“yep, aku bahkan tak ingat kapan terakhir kita bicara”
“saat pesta dansa kita kan….”
“jadi, apa urusan datang kemari? Jika ingin cari pacar Mahesa siap 24 jam”
”aku disini”
“maaf tapi bukan itu, aku punya masalah dan ingin minta bantuan”
Dia tetap berdiri disana dan Regina dengan baik hati menyuruhnya duduk dan membuatkan teh teh sementara aku dan Mahesa tetap melanjutkan duel kami dengan keyboard masing masing.
“jadi ada yang bisa kami bantu? Apa ini masalah cinta?” tanya Regina sementara kami tidak peduli
“bu-bukan, bukan masalah cinta sama sekali”
“jadi kakak tidak punya masalah dengan pacar kakak? Kalau ada masalah sedikit saja akan kubantu”
“tidak, bukan masalah cinta. Ini yang lain”
“bukan cinta? Huh…”
Dalam sekejap Regina sudah hilang ketertarikan. Aku yang sudah selesai bermain memutuskan bergabung dalam percakapan sebagai ketua yang baik.
“jadi, apa ini masalah keluarga? Sekolah? Atau mungkin sesuatu yang lain? Silahkan cerita dan kami (mungkin) akan membantumu”
“te-terima kasih”
Dia menyeruput teh nya sementara aku mengamatinya baik baik.
Entah mengapa dia terlihat seperti habis menangis. Pakaiannya tidak begitu rapi dan yang terpenting suaranya tidaklah menyenangkan.
jiyanq dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Kutip
Balas
Tutup