sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
4Love: Tentang Patah Hati, Kesetiaan, Obsesi, dan Keteguhan Hati



Quote:


Spoiler for Daftar Bab:


Diubah oleh sandriaflow 01-12-2020 12:11
santinorefre720
blackjavapre354
rizetamayosh295
rizetamayosh295 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
14.5K
134
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
sandriaflowAvatar border
TS
sandriaflow
#75
Bab 32: Seseorang yang Lain

ARMAN

Seharian penuh Arman tidak bisa dihubungi. Hatinya sumpek karena memikirkan seseorang yang harusnya sudah terlupakan. Namun, melupakan ternyata tidak semudah menyeduh secangkir kopi di sore hari sambil menikmati senja di langit yang mulai petang.

Puluhan pesan yang dikirim oleh teman-temannya tidak dia baca sama sekali. Ketiga sahabatnya pun juga bingung bukan kepalang karena tidak ada kabar dari Arman di grup whatsapp yang mereka buat. Mereka sangat heran dengan perubahan sikap Arman yang misterius tersebut.

Arman sebenarnya tidak kemana-mana. Dia hanya mengurung diri di kamar seharian penuh sambil memainkan game offline untuk melepas rasa stressnya yang sudah melebih batas. Ibarat kata, emosi yang ada di dalam hatinya saat ini sudah mencapai overheat dan menunggu waktu hingga meledak.

Hanya ada satu alasan mengapa dia bisa seperti ini. Ya, Dewi.

***

Keesokan harinya, ketika keadaan hati Arman sudah cukup kondusif juga ketika amarahnya sudah reda, ia memutuskan untuk keluar rumah guna menghirup udara segar. Ia berkendara sendirian dan tanpa tujuan. Hanya memutar-mutar tidak jelas.

Setelah muak karena berkendara tak tentu arah, ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah ketiga sahabatnya. Dia perlu teman bercerita. Ia sengaja tidak mengontak mereka terlebih dahulu karena malas membuka ponsel pintarnya.

Pertama-tama, dia pergi ke rumah Ipul yang tidak jauh dari posisinya saat ini. Suasana rumah itu tampak sepi. Ia mengetuk-etuk pintu rumah Ipul. Nihil, sepertinya tidak ada orang di rumah itu. Kemungkinan besar, Ipul dan keluarganya sedang pergi.

Karena tak ada hasil, Arman memutuskan untuk pergi menuju rumah berikutnya. Kali ini, rumah Revan yang menjadi tujuannya berhubung rumahnya masih dekat dengan rumah Ipul. Sesampainya di depan rumah Revan, Arman malah bertemu dengan Ibu Revan yang baru saja kelar memasak sarapan pagi. Sayangnya, Revan baru saja keluar. Katanya, ia ada janji dengan teman di kampus.

Harapan terakhir Arman saat ini adalah Jojo. Tanpa menunggu waktu lama, dia langsung menuju rumah Jojo yang memang agak jauh dari rumah sahabatnya yang lain. Entah hal gila apa yang dia pikirkan, Arman memacu motornya dengan sangat kencang – hampir menyentuh 100km/jam. Kebetulan, suasana jalanan masih cukup sepi sehingga dia bisa sedikit nekat.

Arman akhirnya sampai di rumah Jojo kurang dari seperempat jam perjalanan. Keadaan rumah Jojo terlihat agak sepi, tetapi Arman yakin bahwa Jojo ada di dalam rumah. Dia mengetuk pintu rumah Jojo dengan pelan dan yang membuka pintu itu adalah ibu Jojo.

“Eh, Arman. Tumben pagi-pagi sudah ke sini?” tanya ibu Jojo penasaran.
“Jojo ada, Bu?” tanyanya.
“Dia masih tidur di kamar. Kalau sudah tidur, dia itu seperti kebo. Ibu sampai jengkel membangunkan dia,” jawab ibu Jojo. Ia menyarankan agar Arman pergi ke kamar Jojo dan membangunkan kebo yang tengah tertidur pulas.

Ketika Arman membuka pintu kamar Jojo, ia disambut oleh poster Linkin Park yang sangat digemari Jojo. Kemudian, ia langsung berteriak kencang dan menggoyang-goyangkan tubuh Jojo yang meringkuk di atas ranjang. Spontan, perhatian Arman teralihkan oleh lembar tisu kusut yang berserakan di sekitar selimut Jojo.

“baik ini anak. Tadi malam, dia sepertinya habis ritual,” ujarnya pelan.

Setelah mengeluarkan usaha yang cukup ekstra, Jojo pun akhirnya terbangun. Ketika ia membuka kedua matanya, ia sangat kaget karena wajah Arman terlihat begitu dekat dengannya. Andai yang dia lihat ketika bangun adalah Rara pasti ceritanya akan berbeda.

“Bangkai, kau ganggu aja pagi-pagi ini. Kau kemana aja seharian? Gak ada kabar sama sekali,” ucap Jojo tanpa jeda tanpa spasi.
“Itu dia masalahnya. Aku seharian stress mikirin Dewi,” balas Arman dengan wajah lesu.
Jojo meminta Arman menunda ceritanya. Ia ingin mencuci muka terlebih dahulu sembari menjerang air hangat untuk menyeduh kopi. Minuman itu sifatnya wajib ‘ain untuk mereka berdua sebagai teman diskusi.

Usai keadaan Jojo sudah segar bugar dan lumayan kondusif untuk diajak bercerita, Arman pun memulai sesi curhat dengan Jojo. Tak lupa, mereka ditemani satu teko kopi hitam pahit dan satu pack rokok Malboro milik Arman dan juga satu pack rokok U Mild kesukaan JoJo.
Cerita pun dimulai.

***

Tepatnya kemarin siang, Arman kembali bertemu dengan Dewi. Berbeda dengan pertemuan mereka yang biasanya, pertemuan kali itu terasa dingin dan menyakitkan, sekaligus susah diterima oleh hati Arman. Ia bertemu dengan Dewi yang tengah hang out dengan pacarnya di salah satu acara pameran buku.

Dugaan Arman saat itu benar, lelaki yang hadir dalam seminar Dewi saat itu memang orang yang spesial bagi Dewi, yang saat ini telah berhasil menjadi pacar Dewi. Arman sempat membuang muka dan pura-pura tidak melihat mereka berdua. Ia sibuk melihat-lihat buku di salah satu meja. Rencananya, ia ingin datang ke pameran itu bersama Melia, tetapi perempuan itu sedang ada acara lain.

Sandiwara Arman ternyata percuma, Dewi tidak bisa ditipu. Ia bisa menyadari kehadiran Arman di sekitarnya. Dengan pelan, ia bersama pacarnya mendekati Arman.

“Man, kamu lagi cari buku apa di sini?” tanya Dewi antusias.
“Ehm… kok kamu di sini, Wi? Ah, aku lagi suntuk aja di rumah, hehe,” balas Arman mengumbar tawa palsu.
“Iya. Eh, kenalin. Ini Dimas, pacarku yang dulu belum sempat aku ceritakan ke kamu,”

Usai diperkenalkan Dewi, Dimas menjabat tangan Arman dengan erat. Saat itu, Arman tengah berhadapan langsung dengan seorang lelaki yang berada di level yang sangat jauh dari dia. Lelaki itu memiliki tampang yang lumayan, tingginya cukup ideal, dan berpenampilan yang sangat keren di mata Arman.

Sepertinya, keputusan Dewi meninggalkan Arman memang benar.

“Oh, kamu ini Arman yang sering diceritakan Dewi,” sahut Dimas spontan. Arman hanya mengangguk dan tersenyum memamerkan giginya.
“Ehm… aku balik dulu, ya, Wi. Ada urusan lain di kampus. Sampai jumpa lagi, ya!” ucap Arman setelah mendapatkan alasan yang cukup logis untuk meninggalkan pameran buku tersebut.

Dengan gayanya yang kaku, Arman melambaikan tangan ke arah mereka berdua. Hati Arman sangat berantakan. Ia berada di ambang kehancuran. Yang tersisa hanyalah puing-puing kenangan dan harapan yang sudah hancur meledak tak keruan, seperti ledakan Big Bang, awal mula terciptanya alam semesta.

Patah hati ini merupakan patah hati pertama sekaligus terhebat bagi Arman. Hal itulah yang membuat mood-nya berantakan sepanjang hari dan memilih untuk mendekam di dalam kamar.
***

Beban Arman saat ini agak berkurang usai bercerita kepada Jojo. Meskipun demikian, wajahnya masih tampak lesu dan kusut seperti tanaman yang sudah lama layu karena kekurangan air.

“Sabar, Man. Aku yakin, kau akan bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik dari Dewi,” ujar Jojo. Hanya itulah kalimat yang mampu diucapkannya saat ini.

Arman tak banyak merespons. Ia hanya diam dan menghisap rokoknya yang sudah habis lima batang. Untuk menghibur suasana hati Arman, Jojo memutar lagu Linkin Park dengan menggunakan pengeras suara di kamarnya. Sengaja, ia memasang volume paling tinggi dan berteriak-teriak tidak jelas untuk menyemangati Arman.

“Kau memang the best, Jo,” sahut Arman ketika lagu-lagu Linkin Park terputar. Melihat tingkah Jojo yang bertingkah ala rockstar, hati Arman tergerak untuk ikut bernyanyi dan berteriak kencang. Paling tidak, itu bisa meredakan emosi yang bergejolak di benaknya saat ini.
coxi98
fransjabrik
fransjabrik dan coxi98 memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.