- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#188
Spoiler for Part 63:
Part 63
"Nat, shani di depan tuh, nyariin lu kayaknya, samperin gih"
Akupun langsung beranjak dari tempat dudukku setelah mendengar informasi dari devan barusan, aku langsung berjalan kearah lemari bagian belakang untuk mengambil celana jeansku yang masih tergantung di sana, setelah itu aku langsung memasang celana jeansku dengan sedikit terburu-buru.
Aku baru ingat, kemaren malam aku dan shani sudah membuat janji untuk makan siang bersama hari ini.
Setelah celana jeansku sudah terpasang, aku langsung buru-buru mengambil langkah cepat untuk menghampiri shani yang sedari tadi sudah menunggu di depan.
"Hehehe, maaf shan, hampir aja aku lupa, lama ya nungguinnya?"
Shani yang sekarang sedang duduk sambil memainkan handphonennya di gazebo depan lab langsung mengalihakan pandangannya kearahku.
"Iya nat...., aku baru nyampe kok"
Setelah berkata seperti itu shani beranjak dari tempat duduknya sekarang, dia berjalan menghampiri pintu depan lab yang terletak tidak jauh dari gazebo yang tadi dia duduki.
Sambil menengok kedalam, shani terus menyapukan pandangannya ke setiap sudut ruangan laboratorium yang sekarang ada di hadapannya.
"Ooohhh...., jadi ini lab yang kamu sering ceritain itu"
Shani masih menyapukan pandangannya seraya mengucapkan kalimatnya barusan.
"Hehehe, iya shan"
Sekarang shani kembali menoleh kearahku.
"Terus...., kamu tidurnya dimana nat?"
Akupun menghampiri shani yang sekarang sedang berdiri di depan pintu lab untuk menunjukkan kepada shani dimana tempat yang biasa aku gunakan untuk bermain ataupun beristirahat.
Ya...., setelah pertemuan kami di mall beberapa hari yang lalu, komunikasi kami menjadi jauh lebih intens, selain jalan berdua, aku dan shani juga sangat sering saling bertukar pesan ataupun saling menelpon satu sama lain.
Aku juga sudah sangat sering bercerita kepada shani tentang apa-apa saja kegiatan yang biasanya aku lakukan setiap harinya, begitu juga dengan shani.
Oleh karena itu, kemaren malam shani sempat merengek dan memohon kepadaku agar aku mau mempersilahkannya untuk mengunjungiku di lab siang ini, ya... sekalian menjemputku untuk makan siang juga sih.
Shani bilang, dia sangat penasaran dengan laboratorium yang sering kuceritakan kepadanya, bagi shani, tidur di kampus, apalagi tidur di dalam sebuah laboratorium, merupakan kegiatan yang terdengar cukup asing di telinganya, maklum, anak-anak jurusan sosial seperti shani sudah pasti jarang sekali menemui situasi seperti ini.
"Yang itu shan"
Aku berkata seperti itu seraya menunjuk ruang asisten yang berada di laboratorium.
"Ooohhh...., di dalem ruang asisten itu ada apa aja nat?"
Shani kembali menoleh kearahku.
Aku: "yaa.... cuma ada ruangan kerja sama ruangan tidur aja sih shan"
Shani: "aku boleh masuk gak nat?"
Sontak aku dibuat terkejut ketika setelah mendengar permintaan shani barusan.
Aku: "m m mau ngapain shan?"
Shani: "mau liat-liat kedalem nat, penasaran aku"
Jujur aku malas sekali jika harus membawa shani kedalam, jika aku mengajak shani masuk kedalam, dia pasti akan menarik perhatian teman-temanku yang lain, ya...., devan, dyo, mario, dan nabil.
Aku: "enggg...., gak usah deh shan, malu sama temenku"
Shani: "malu apa sih nat, aneh-aneh aja deh, aku masuk ya??"
Kali ini shani memohon sambil menunjukan raut wajah memelasnya kepadaku.
"Wiihh..., siapa nih nat?"
Sontak aku dan shani langsung membalikkan badan setelah mendengar suara yang tiba-tiba muncul di belakang kami.
"Ooohh, ini si shani ya nat?"
Ternyata suara tadi bersumber dari nabil yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang kami.
Shani langsung meyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan nabil, nabilpun langsung menyambut uluran tangan shani dengan senang hati, seraya berjabat tangan, mereka juga saling memperkenalkan nama masing-masing.
"Weey..., pegang aja terus"
Sontak shani langsung menarik tangannya yang sedari tadi sedang menjabat tangan nabil.
Nabil: "hehehe, cemburuan amat sih lu nat, btw, lu sama shani lagi ngapain?, gue liat-liat dari tadi pada celingak celinguk doang disini?"
Shani: "aku sebenernya mau liat-liat kedalem, tapi gak di bolehin sama natha"
Nabil langsung menoleh kearahku sambil menunjukkan wajah garangnya yang tentu saja dibuat-buat.
"Parah lu nat, masa si shani gak lu bolehin masuk sih"
Nabil kembali menolehkan kepalanya kearah shani.
"Yaudah shan, kalo si natha gak ngebolehin, kamu kedalemnya sama aku aja, boleh kok kalo sama aku"
Pletaaaakkk.......
"Yeeee...., kagak kagak..., ayo shan, masuk sama aku aja"
Sontak tawa nabil dan shani langsung pecah setelah melihat responku terhadap tawaran nabil barusan.
Nabil: "ceileeeh...., gitu doang marah lu nat, gue kan becanda, lagian lu pake kagak ngebolehin si shani masuk sih"
Aku: "yaudah deh, daripada kita ngomong-ngomong disini terus, mending kita langsung masuk aja"
Kami ber 3 pun memutuskan untuk langsung berjalan memasuki ruangan laboratorium.
Ternyata dugaanku benar, kedatangan shani kali ini berhasil menarik perhatian teman-temanku yang lain.
Selain nabil, devan yang awalnya berada di ruang asisten juga ikut menghampiri kami yang sedang duduk di kursi ruangan tengah, begitu juga dengan mario dan yang baru saja datang setelah menyelesaikan kegiatan kelas mereka siang ini.
Kecuali dyo, ya..., seperti biasa, sampai saat ini dyo masih belum mau berurusan dengan mahluk yang bernama perempuan, dia tetap memilih untuk duduk di sampingku
Saat ini mereka ber 3 sedang asyik mengerubungi shani sambil mengobrol dan bertanya berbagai macam hal kepadanya.
ya...., saat ini mereka bisa disamakan dengan gerombolan semut, dimana ada gula, di situlah mereka akan berkumpul.
Huuuuhhhh.......
Kalau seperti ini terus, acara makan siangku bersama shani hari ini bisa-bisa gagal.
"Wey... wey... wey..., udah udah, gue mau makan siang bareng nih"
Seraya berkata seperti itu aku memutuskan untuk merangsek masuk kedalam kerumunan teman-temanku yang sekarang sedang mengelilingi shani.
Nabil: "yeee...., gak asyik lu nat"
Mario: "tau nih, orang lagi asyik ngobrol juga"
Aku: "hehehe, sorry ya, gue udah laper"
Shanipun langsung berdiri dan berjalan memutari meja untuk menghampiriku.
Shani: "udah dulu ya, kita mau makan siang dulu, nanti kapan-kapan aku mampir lagi kok kesini"
Mario: "iya shan, sering-sering kesini ya"
Nabil: "iya shan, meskipun gak sama natha, kamu boleh kok kalo mau kesini"
Pletaaaakkk.....
Aku: "yeee....., enak aja lu"
Nabil: "buset dah..., sensian banget si lu"
Devan: "tau nih"
Shani: "mmmm, yaudah, kalo gitu aku sama natha keluar dulu ya, daah..."
Seraya berkata seperti itu shani kembali menarik lenganku untuk mengikutinya berjalan kearah pintu keluar.
Sontak pemandangan yang saat ini tersaji di depan mata devan, mario dan nabil, membuat mereka hanya bisa melongo sambil menatap punggung shani yang sekarang sedang berjalan di sebelahku.
Sambil berjalan mengikuti shani dari belakang, aku menyempatkan diri untuk berbalik badan sambil memgacungkan jari tengah kearah teman-temanku.
Sontak hal itu mengundang sumpah serapah dan semua nama hewan di kebun binatang, keluar dari mulut nabil, devan dan mario.
Tentu saja mereka mengucapkannya hanya dengan gerakkan mulut, mana mungkin mereka mau berkata kasar jika masih ada shani disini.
Mungkin setelah aku kembali kesini mereka ber 3 akan langsung menyambutku dengan berbagai macam makian.
Wkwkwkwkwkwkwkwkwk.
.
.
.
Sudah 1 minggu berlalu semenjak terakhir kali aku mengunjungi beby kerumahnya.
Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana perkembangan kondisi beby saat ini, ya...., terakhir kali aku menemuinya malam itu, kondisi beby sedang sangat kacau, ya.... sama seperti yang kuceritakan sebelumnya.
Bahkan...., selama 1 minggu ini aku sudah tidak pernah berkomunikasi lagi dengan viny, semenjak kepulanganku malam itu, aku tidak pernah lagi mengajaknya untuk bertemu, jangankan bertemu, selama 1 minggu ini juga, aku tidak pernah lagi menelpon atau saling bertukar pesan dengannya.
Padahal sebelum kejadian malam itu, aku masih lumayan sering menelpon ataupun mengirim pesan kepada viny untuk menanyakan kondisi beby.
Huuuuhhh......
Entah kenapa...... restoran yang dipilih shani siang ini, berhasil kembali mengingatkanku dengan seorang beby.
Kalian ingat restoran cepat saji yang sempat aku kunjungi bersama beby malam itu, ya...., tempat dimana aku menumpahkan segelas soda, dan tempat dimana aku dan beby sama-sama tertawa lepas karena kejadian itu.
Huuuuhhhh......
Jujur..... perasaan rindu selalu muncul ketika otakku memutar kembali semua momen-momen yang kulewati bersamanya.
Entahlah, padahal aku sudah berusaha keras untuk menahannya, mungkin..... pikiranku bisa saja menyangkal setiap perasaan rindu yang muncul, tapi.... ternyata rasa itu hanya bisa disangkal, tapi tidak untuk ditahan.
"Nat...."
"Nat...."
Sontak panggilan shani yang sekarang sedang duduk di hadapanku berhasil membuyarkan lamunanku siang ini.
"E e e ehhh....., sorry, kenapa mbak?"
Sontak shani langsung menatapku heran setelah mendengar responku barusan.
"Hahhh??..., mbak?"
Deeeggg.....
Aku: "e ehhh, sorry sorry, kenapa shan?"
Shani: "iiihhh...., emang aku udah tua apa jadi dipanggil mbak"
Aku: "hehehe, dikirain mbak-mbak M*D yang lagi nganterin makan"
Duuuukk....
Shani: "enak aja...."
Aku: "aduh...., becanda shan?, kenapa sih?"
Shani: "ya gakpapa, abis kamu dari tadi ngelamun doang sih, akunya didiemin doang"
Aku: "sorry shan, yaudah deh, mau ngomong apa?"
Shani: "tau ah..."
Shani memalingkan wajahnya kearah jendela sambil memajukan bibirnya kedepan.
"Shan..., jangan ngadep jendela shan, silau..."
Shani kembali menoleh kearahku sambil menatapku dengan wajah bingungnya.
Shani: "kok silau sih?"
Aku: "iya lah, muka kamu aja udah bersinar gitu shan, apalagi kalau kena sinar matahari"
Puuukkk....
Shani melempar gumpalan tisu yang ada di tangannya kearahku.
"Apaan sih nat, basi tau, gak bakat gombal kamu tuh"
Dia berkata seperti itu sambil berusaha menahan kedua sudut bibirnya agar tidak tertarik keatas.
Aku: "iiihhh..., jorok shan, ini kan tadi habis bersihin tangan kamu"
Shani: "eh..., iya ya, hehehe, sorry nat"
Pembicaraan kamipun terus berlanjut, kali ini lab dan teman-temanku yang baru saja ditemui shani menjadi topik utama dalam pembicaraan kami siang ini.
"Nat, shani di depan tuh, nyariin lu kayaknya, samperin gih"
Akupun langsung beranjak dari tempat dudukku setelah mendengar informasi dari devan barusan, aku langsung berjalan kearah lemari bagian belakang untuk mengambil celana jeansku yang masih tergantung di sana, setelah itu aku langsung memasang celana jeansku dengan sedikit terburu-buru.
Aku baru ingat, kemaren malam aku dan shani sudah membuat janji untuk makan siang bersama hari ini.
Setelah celana jeansku sudah terpasang, aku langsung buru-buru mengambil langkah cepat untuk menghampiri shani yang sedari tadi sudah menunggu di depan.
"Hehehe, maaf shan, hampir aja aku lupa, lama ya nungguinnya?"
Shani yang sekarang sedang duduk sambil memainkan handphonennya di gazebo depan lab langsung mengalihakan pandangannya kearahku.
"Iya nat...., aku baru nyampe kok"
Setelah berkata seperti itu shani beranjak dari tempat duduknya sekarang, dia berjalan menghampiri pintu depan lab yang terletak tidak jauh dari gazebo yang tadi dia duduki.
Sambil menengok kedalam, shani terus menyapukan pandangannya ke setiap sudut ruangan laboratorium yang sekarang ada di hadapannya.
"Ooohhh...., jadi ini lab yang kamu sering ceritain itu"
Shani masih menyapukan pandangannya seraya mengucapkan kalimatnya barusan.
"Hehehe, iya shan"
Sekarang shani kembali menoleh kearahku.
"Terus...., kamu tidurnya dimana nat?"
Akupun menghampiri shani yang sekarang sedang berdiri di depan pintu lab untuk menunjukkan kepada shani dimana tempat yang biasa aku gunakan untuk bermain ataupun beristirahat.
Ya...., setelah pertemuan kami di mall beberapa hari yang lalu, komunikasi kami menjadi jauh lebih intens, selain jalan berdua, aku dan shani juga sangat sering saling bertukar pesan ataupun saling menelpon satu sama lain.
Aku juga sudah sangat sering bercerita kepada shani tentang apa-apa saja kegiatan yang biasanya aku lakukan setiap harinya, begitu juga dengan shani.
Oleh karena itu, kemaren malam shani sempat merengek dan memohon kepadaku agar aku mau mempersilahkannya untuk mengunjungiku di lab siang ini, ya... sekalian menjemputku untuk makan siang juga sih.
Shani bilang, dia sangat penasaran dengan laboratorium yang sering kuceritakan kepadanya, bagi shani, tidur di kampus, apalagi tidur di dalam sebuah laboratorium, merupakan kegiatan yang terdengar cukup asing di telinganya, maklum, anak-anak jurusan sosial seperti shani sudah pasti jarang sekali menemui situasi seperti ini.
"Yang itu shan"
Aku berkata seperti itu seraya menunjuk ruang asisten yang berada di laboratorium.
"Ooohhh...., di dalem ruang asisten itu ada apa aja nat?"
Shani kembali menoleh kearahku.
Aku: "yaa.... cuma ada ruangan kerja sama ruangan tidur aja sih shan"
Shani: "aku boleh masuk gak nat?"
Sontak aku dibuat terkejut ketika setelah mendengar permintaan shani barusan.
Aku: "m m mau ngapain shan?"
Shani: "mau liat-liat kedalem nat, penasaran aku"
Jujur aku malas sekali jika harus membawa shani kedalam, jika aku mengajak shani masuk kedalam, dia pasti akan menarik perhatian teman-temanku yang lain, ya...., devan, dyo, mario, dan nabil.
Aku: "enggg...., gak usah deh shan, malu sama temenku"
Shani: "malu apa sih nat, aneh-aneh aja deh, aku masuk ya??"
Kali ini shani memohon sambil menunjukan raut wajah memelasnya kepadaku.
"Wiihh..., siapa nih nat?"
Sontak aku dan shani langsung membalikkan badan setelah mendengar suara yang tiba-tiba muncul di belakang kami.
"Ooohh, ini si shani ya nat?"
Ternyata suara tadi bersumber dari nabil yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang kami.
Shani langsung meyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan nabil, nabilpun langsung menyambut uluran tangan shani dengan senang hati, seraya berjabat tangan, mereka juga saling memperkenalkan nama masing-masing.
"Weey..., pegang aja terus"
Sontak shani langsung menarik tangannya yang sedari tadi sedang menjabat tangan nabil.
Nabil: "hehehe, cemburuan amat sih lu nat, btw, lu sama shani lagi ngapain?, gue liat-liat dari tadi pada celingak celinguk doang disini?"
Shani: "aku sebenernya mau liat-liat kedalem, tapi gak di bolehin sama natha"
Nabil langsung menoleh kearahku sambil menunjukkan wajah garangnya yang tentu saja dibuat-buat.
"Parah lu nat, masa si shani gak lu bolehin masuk sih"
Nabil kembali menolehkan kepalanya kearah shani.
"Yaudah shan, kalo si natha gak ngebolehin, kamu kedalemnya sama aku aja, boleh kok kalo sama aku"
Pletaaaakkk.......
"Yeeee...., kagak kagak..., ayo shan, masuk sama aku aja"
Sontak tawa nabil dan shani langsung pecah setelah melihat responku terhadap tawaran nabil barusan.
Nabil: "ceileeeh...., gitu doang marah lu nat, gue kan becanda, lagian lu pake kagak ngebolehin si shani masuk sih"
Aku: "yaudah deh, daripada kita ngomong-ngomong disini terus, mending kita langsung masuk aja"
Kami ber 3 pun memutuskan untuk langsung berjalan memasuki ruangan laboratorium.
Ternyata dugaanku benar, kedatangan shani kali ini berhasil menarik perhatian teman-temanku yang lain.
Selain nabil, devan yang awalnya berada di ruang asisten juga ikut menghampiri kami yang sedang duduk di kursi ruangan tengah, begitu juga dengan mario dan yang baru saja datang setelah menyelesaikan kegiatan kelas mereka siang ini.
Kecuali dyo, ya..., seperti biasa, sampai saat ini dyo masih belum mau berurusan dengan mahluk yang bernama perempuan, dia tetap memilih untuk duduk di sampingku
Saat ini mereka ber 3 sedang asyik mengerubungi shani sambil mengobrol dan bertanya berbagai macam hal kepadanya.
ya...., saat ini mereka bisa disamakan dengan gerombolan semut, dimana ada gula, di situlah mereka akan berkumpul.
Huuuuhhhh.......
Kalau seperti ini terus, acara makan siangku bersama shani hari ini bisa-bisa gagal.
"Wey... wey... wey..., udah udah, gue mau makan siang bareng nih"
Seraya berkata seperti itu aku memutuskan untuk merangsek masuk kedalam kerumunan teman-temanku yang sekarang sedang mengelilingi shani.
Nabil: "yeee...., gak asyik lu nat"
Mario: "tau nih, orang lagi asyik ngobrol juga"
Aku: "hehehe, sorry ya, gue udah laper"
Shanipun langsung berdiri dan berjalan memutari meja untuk menghampiriku.
Shani: "udah dulu ya, kita mau makan siang dulu, nanti kapan-kapan aku mampir lagi kok kesini"
Mario: "iya shan, sering-sering kesini ya"
Nabil: "iya shan, meskipun gak sama natha, kamu boleh kok kalo mau kesini"
Pletaaaakkk.....
Aku: "yeee....., enak aja lu"
Nabil: "buset dah..., sensian banget si lu"
Devan: "tau nih"
Shani: "mmmm, yaudah, kalo gitu aku sama natha keluar dulu ya, daah..."
Seraya berkata seperti itu shani kembali menarik lenganku untuk mengikutinya berjalan kearah pintu keluar.
Sontak pemandangan yang saat ini tersaji di depan mata devan, mario dan nabil, membuat mereka hanya bisa melongo sambil menatap punggung shani yang sekarang sedang berjalan di sebelahku.
Sambil berjalan mengikuti shani dari belakang, aku menyempatkan diri untuk berbalik badan sambil memgacungkan jari tengah kearah teman-temanku.
Sontak hal itu mengundang sumpah serapah dan semua nama hewan di kebun binatang, keluar dari mulut nabil, devan dan mario.
Tentu saja mereka mengucapkannya hanya dengan gerakkan mulut, mana mungkin mereka mau berkata kasar jika masih ada shani disini.
Mungkin setelah aku kembali kesini mereka ber 3 akan langsung menyambutku dengan berbagai macam makian.
Wkwkwkwkwkwkwkwkwk.
.
.
.
Sudah 1 minggu berlalu semenjak terakhir kali aku mengunjungi beby kerumahnya.
Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana perkembangan kondisi beby saat ini, ya...., terakhir kali aku menemuinya malam itu, kondisi beby sedang sangat kacau, ya.... sama seperti yang kuceritakan sebelumnya.
Bahkan...., selama 1 minggu ini aku sudah tidak pernah berkomunikasi lagi dengan viny, semenjak kepulanganku malam itu, aku tidak pernah lagi mengajaknya untuk bertemu, jangankan bertemu, selama 1 minggu ini juga, aku tidak pernah lagi menelpon atau saling bertukar pesan dengannya.
Padahal sebelum kejadian malam itu, aku masih lumayan sering menelpon ataupun mengirim pesan kepada viny untuk menanyakan kondisi beby.
Huuuuhhh......
Entah kenapa...... restoran yang dipilih shani siang ini, berhasil kembali mengingatkanku dengan seorang beby.
Kalian ingat restoran cepat saji yang sempat aku kunjungi bersama beby malam itu, ya...., tempat dimana aku menumpahkan segelas soda, dan tempat dimana aku dan beby sama-sama tertawa lepas karena kejadian itu.
Huuuuhhhh......
Jujur..... perasaan rindu selalu muncul ketika otakku memutar kembali semua momen-momen yang kulewati bersamanya.
Entahlah, padahal aku sudah berusaha keras untuk menahannya, mungkin..... pikiranku bisa saja menyangkal setiap perasaan rindu yang muncul, tapi.... ternyata rasa itu hanya bisa disangkal, tapi tidak untuk ditahan.
"Nat...."
"Nat...."
Sontak panggilan shani yang sekarang sedang duduk di hadapanku berhasil membuyarkan lamunanku siang ini.
"E e e ehhh....., sorry, kenapa mbak?"
Sontak shani langsung menatapku heran setelah mendengar responku barusan.
"Hahhh??..., mbak?"
Deeeggg.....
Aku: "e ehhh, sorry sorry, kenapa shan?"
Shani: "iiihhh...., emang aku udah tua apa jadi dipanggil mbak"
Aku: "hehehe, dikirain mbak-mbak M*D yang lagi nganterin makan"
Duuuukk....
Shani: "enak aja...."
Aku: "aduh...., becanda shan?, kenapa sih?"
Shani: "ya gakpapa, abis kamu dari tadi ngelamun doang sih, akunya didiemin doang"
Aku: "sorry shan, yaudah deh, mau ngomong apa?"
Shani: "tau ah..."
Shani memalingkan wajahnya kearah jendela sambil memajukan bibirnya kedepan.
"Shan..., jangan ngadep jendela shan, silau..."
Shani kembali menoleh kearahku sambil menatapku dengan wajah bingungnya.
Shani: "kok silau sih?"
Aku: "iya lah, muka kamu aja udah bersinar gitu shan, apalagi kalau kena sinar matahari"
Puuukkk....
Shani melempar gumpalan tisu yang ada di tangannya kearahku.
"Apaan sih nat, basi tau, gak bakat gombal kamu tuh"
Dia berkata seperti itu sambil berusaha menahan kedua sudut bibirnya agar tidak tertarik keatas.
Aku: "iiihhh..., jorok shan, ini kan tadi habis bersihin tangan kamu"
Shani: "eh..., iya ya, hehehe, sorry nat"
Pembicaraan kamipun terus berlanjut, kali ini lab dan teman-temanku yang baru saja ditemui shani menjadi topik utama dalam pembicaraan kami siang ini.
Diubah oleh akmal162 10-05-2020 01:58
Herisyahrian dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Kutip
Balas
