- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#183
Spoiler for Part 61:
Part 61
.
.
.
"Entahlah nat, dia emang kayak gitu kalau lagi ada sesuatu yang bikin dia bener-bener sedih"
"Awalnya, kita semua ngira kalau itu cuma depresi biasa"
"Tapi....., semua gejala yang muncul pada beby....."
"Baik waktu beberapa bulan yang lalu pas dia putus sama sakti, ataupun setelah kamu ngomong jujur ke beby beberapa hari yang lalu....."
"Dokter bilang kalo beby......"
Viny menahan kalimatnya, dia memilih untuk menarik nafas panjang terlebih dahulu sebelum melanjutkannya.
"Beby mengidap bipolar nat"
Deeeegggg.......
"M m maksudnya mbak?"
Viny memejamkan matanya, lalu menghembuskan nafasnya pelan-pelan.
"Ya...., bipolar itu semacam penyakit mental nat"
"Gampangannya, kalau penyakitnya kumat, pengidap bipolar akan mengalami moodswing yang ekstrim"
"Kadang dia bisa bahagiaaaa banget, dan..... kadang-kadang bahagianya itu berlebihan"
"Kadang, kalo beby inget lagi sama masalahnya......, ya...., seperti yang kamu liat tadi nat"
"Ya..... intinya gitu lah nat"
"Tapi yang jelas, penyakit beby biasanya kumat kalau ada masalah yang menurut dia berat"
Dengan mata yang berkaca-kaca dan suara yang sedikit bergetar, viny menjelaskan panjang lebar semua tentang kelainan yang dimiliki beby kepadaku.
Entahlah, jujur saat ini aku sangat shock, aku hanya mengusap wajahku dengan kasar tanpa sama sekali beriniat untuk menanggapi pernyataan-pernyataan yang baru saja keluar dari mulut viny, otak dan hatiku seakan-akan belum bisa menerima informasi yang baru saja kulihat dan kudengar.
Bipolar?
Entahlah, sebenarnya aku tidak tahu apa-apa tentang penyakit itu sebelumnya, apa penyebabnya?, bagaimana gejalanya?, bagaimana cara penanganannya?, aku sama sekali tidak tahu.
tapi....... saat tadi aku sempat menemui beby secara langsung, aku mendapat sedikit gambaran, ya...., gambaran tentang penyakit itu.
Jika kalian bertanya, bagaimana kondisi beby saat itu.....
Ahhh.... sudahlah, aku seperti tidak melihat seorang beby yang selama ini kukenal, wajahnya sedikit lebih pucat daripada biasanya, matanya sembab, tatapannya benar-benar kosong, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, jangankan berbicara, menatapku saja sepertinya dia sangat enggan.
Bahkan tangisnya langsung pecah saat aku mencoba untuk mengajaknya berbicara, tidak selang beberapa lama, beby malah berteriak dan memintaku untuk pergi.
Huuuuuhhhhh.....
"Yaudah nat, aku rasa kamu gak perlu tau lebih banyak"
"Aku tau nat, kamu pasti shock, dan..... mungkin gak mudah buat kamu untuk nerima semua ini"
"Buat semua janji-janji kamu di kafe tadi.... kamu gak perlu tepatin kok nat"
"M m maaf kalo selama ini aku nyembunyiin ini semua"
"Sebelumnya.... a a aku cuma takut kamu ngejauhin beby gara-gara ini"
"Tapi..... tapi aku ngaku salah nat, harusnya aku ngasih tau kamu dari awal"
Viny kembali menoleh kearahku, sedangkan tangan kirinya mulai meraih pundak kananku.
"Sekarang.... aku minta kamu pulang dulu nat, tenangin dulu diri kamu, aku yakin kamu pasti shock waktu liat keadaan beby tadi"
"Dan.... aku minta tolong nat"
Kali ini tangan viny mulai menepuk-nepuk pundakku dengan lembut.
"Kalau kamu emang gak bisa nerima semua ini......"
"Tolong jangan temuin beby lagi ya nat"
Viny berkata seperti itu sambil menatapku penuh harap.
"Bukan apa-apa, aku cuma gak mau keadaan beby jadi tambah buruk"
Aku kembali menutup wajahku dengan kedua tanganku.
Entah lah, aku rasa apa yang dikatakan viny ada benarnya, aku tidak mungkin bisa mengambil keputusan saat ini juga, sepertinya aku memang harus pulang dan menenangkan pikiranku terlebih dahulu.
Aku kembali meletakkan tanganku diatas lutut, lalu menolehkan kepalaku kearah viny untuk membalas tatapannya.
"Iya mbak..., mungkin aku harus nenangin diri dulu"
Aku berkata seperti itu seraya beranjak dari dudukku.
"Yaudah mbak, aku pulang sekarang ya"
Viny hanya menanggapi kalimat terakhirku dengan anggukan kecil dan senyuman tipis.
.
.
.
Huuuuhhhh........
Kepulan asap rokok yang terbawa angin malam kota jogja menjadi pemandangan utama yang ada dihadapanku saat ini.
Sekarang aku sedang duduk sendirian di gazebo depan lab seperti biasa, tapi kali ini aku benar-benar sendirian, nabil, devan, dyo dan mario sudah pulang kekosan mereka masing-masing.
Sedangkan aku tetap memilih untuk tetap di lab, dan sepertinya malam ini aku juga akan tidur disini.
Apa aku tidak takut?.
Entahlah, untuk saat ini kepalaku sudah tidak sanggup lagi untuk menampung pikiran-pikiran parno tentang setan yang sama sekali masih belum jelas keberadaannya.
Akhir-akhir ini pikiranku jauh lebih kacau daripada sebelumnya.
Jika sebelumnya aku hanya dipusingkan dengan hubunganku dan beby yang tidak kunjung membaik, saat ini, fakta yang baru saja kuterima dari viny kemaren lusa, berhasil membuat pikiranku semakin kalut.
Sekarang aku baru paham dengan pernyataan yang keluar dari mulut sakti beberapa hari yang lalu, dan aku juga baru menyadari, kenapa pada saat dia masih melaksanakan kegiatan penelitian di labku, beby sempat beberapa hari menjadi sangat murung dan pendiam.
Saat itu beby dan viny sengaja pulang lebih awal untuk beberapa hari, ternyata jam 4 sore merupakan jadwal beby mengunjungi psikiater untuk berkonsultasi.
Dan..... aku baru paham, kenapa akhir-akhir ini viny selalu melarangku untuk berbicara dan menjelaskan semuanya kepada beby.
Masalahnya sekarang........ apa aku bisa menerima beby setelah mengetahui semua fakta tentang kekurangannya?.
.
.
.
Triiiiing..... Triiiiiing..... Triiiiiing......
Setelah mendengar handphoneku berdering, tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil handphoneku yang terletak di sebelah komputer.
"Halo shan, ada apa?"
Yap, orang yang sedari tadi menelponku adalah shani, sebenarnya setelah kejadian itu, aku dan shani bisa dibilang masih sering untuk saling bertukar pesan, meskipun tidak seintens sebelumnya karena aku lebih sering mengabaikan pesan dari shani.
Yaaa..... akhir-akhir ini aku memang mencoba membatasi diri, agar tidak jatuh lebih jauh dengan pesona shani, bahkan, aku sudah beberapa kali menolak ajakan shani untuk jalan berdua, entah itu menonton film di bioskop, menemaninya berbelanja, ataupun sekedar menemaninya makan berdua.
"Mmmmmm, kamu malem ini sibuk gak?"
Huuuhhhh.....
Sepertinya shani kembali mencoba mengajakku untuk menemaninya malam ini.
"Emang mau kemana shan?"
Tapi..... karena pikiranku benar-benar sedang suntuk, sepertinya aku akan menerima ajakan shani malam ini, yaa... kalau ajakannya menarik sih.
Shani: "mmmm, ke mall aja yuk nat"
Aku: "emang mau ngapain shan di mall?"
Shani: "hehe, gak tau sih, jalan-jalan aja"
Aku: "boleh deh shan"
Shani: "serius nat?"
Aku: "iya, mau jam berapa?, biar aku jemput"
Yaaap, seperti niatku diawal, akhirnya aku memutuskan untuk menerima ajakan shani kali ini.
Shani: "habis maghrib ya nat"
Aku: "oke, nanti jam 6an aku otw kosanmu"
Shani: "oke nat, sampai ketemu nanti ya.., bye..."
Aku: "iya shan, bye.."
Aku kembali meletakkan handphoneku di atas meja.
"Anjing...., habis ditelpon shani nih"
Ternyata nabil sekarang sudah berada tepat di belakangku, sontak aku dibuat kaget oleh panggilannya barusan, mengingat sebelumnya aku hanya sendirian di ruangan ini.
Aku: "tai lu, udah nguping, ngagetin orang lagi"
Nabil: "hehehe, sorry nat, gue kan cuma manggil, eh, elunya kaget"
Aku: "yee... pake nyengir lagi lu"
Nabil langsung mengambil tempat untuk duduk di sampingku.
Nabil: "akhirnya lu dengerin saran gue juga ya"
Aku: "saran apaan sih?"
Nabil menoleh kearahku sambil menunjukkan senyum konyolnya.
"Saran gue buat milih si shani"
Aku menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.
Aku: "ya....., udah lah bil, gak usah dibahas"
Nabil: "yaudahlah, mending kita ngepes aja"
Tanpa pikir panjang, kamipun langsung menyiapkan apa-apa saja yang dibutuhkan untuk permainan kami siang ini.
Huuuuhhh......
Entahlah, setelah kejadian dimana aku melihat kondisi beby malam itu, sempat terbesit niat di hatiku untuk melupakan beby.
Bagaimana tidak, selain harus berurusan dengan sakti, fakta tentang penyakit beby yang sama sekali belum bisa kuterima.
Lu jahat naaat!!!, bajingan lu!!!, sampah!!!
Iya.., aku memang jahat, aku memang bajingan, aku memang sampah, aku harus akui itu, bagaimana tidak, aku langsung berniat melupakan beby setelah mengetahui semua kekurangannya.
Mungkin apa yang dikatakan sakti benar, bocah labil sepertiku tidak akan pernah bisa menerima kekurangan beby.
Mungkin...... mulai sekarang... aku akan mencoba membuka hati untuk shani, dan sepertinya... percobaan itu akan dimulai nanti malam.
.
.
.
"Entahlah nat, dia emang kayak gitu kalau lagi ada sesuatu yang bikin dia bener-bener sedih"
"Awalnya, kita semua ngira kalau itu cuma depresi biasa"
"Tapi....., semua gejala yang muncul pada beby....."
"Baik waktu beberapa bulan yang lalu pas dia putus sama sakti, ataupun setelah kamu ngomong jujur ke beby beberapa hari yang lalu....."
"Dokter bilang kalo beby......"
Viny menahan kalimatnya, dia memilih untuk menarik nafas panjang terlebih dahulu sebelum melanjutkannya.
"Beby mengidap bipolar nat"
Deeeegggg.......
"M m maksudnya mbak?"
Viny memejamkan matanya, lalu menghembuskan nafasnya pelan-pelan.
"Ya...., bipolar itu semacam penyakit mental nat"
"Gampangannya, kalau penyakitnya kumat, pengidap bipolar akan mengalami moodswing yang ekstrim"
"Kadang dia bisa bahagiaaaa banget, dan..... kadang-kadang bahagianya itu berlebihan"
"Kadang, kalo beby inget lagi sama masalahnya......, ya...., seperti yang kamu liat tadi nat"
"Ya..... intinya gitu lah nat"
"Tapi yang jelas, penyakit beby biasanya kumat kalau ada masalah yang menurut dia berat"
Dengan mata yang berkaca-kaca dan suara yang sedikit bergetar, viny menjelaskan panjang lebar semua tentang kelainan yang dimiliki beby kepadaku.
Entahlah, jujur saat ini aku sangat shock, aku hanya mengusap wajahku dengan kasar tanpa sama sekali beriniat untuk menanggapi pernyataan-pernyataan yang baru saja keluar dari mulut viny, otak dan hatiku seakan-akan belum bisa menerima informasi yang baru saja kulihat dan kudengar.
Bipolar?
Entahlah, sebenarnya aku tidak tahu apa-apa tentang penyakit itu sebelumnya, apa penyebabnya?, bagaimana gejalanya?, bagaimana cara penanganannya?, aku sama sekali tidak tahu.
tapi....... saat tadi aku sempat menemui beby secara langsung, aku mendapat sedikit gambaran, ya...., gambaran tentang penyakit itu.
Jika kalian bertanya, bagaimana kondisi beby saat itu.....
Ahhh.... sudahlah, aku seperti tidak melihat seorang beby yang selama ini kukenal, wajahnya sedikit lebih pucat daripada biasanya, matanya sembab, tatapannya benar-benar kosong, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, jangankan berbicara, menatapku saja sepertinya dia sangat enggan.
Bahkan tangisnya langsung pecah saat aku mencoba untuk mengajaknya berbicara, tidak selang beberapa lama, beby malah berteriak dan memintaku untuk pergi.
Huuuuuhhhhh.....
"Yaudah nat, aku rasa kamu gak perlu tau lebih banyak"
"Aku tau nat, kamu pasti shock, dan..... mungkin gak mudah buat kamu untuk nerima semua ini"
"Buat semua janji-janji kamu di kafe tadi.... kamu gak perlu tepatin kok nat"
"M m maaf kalo selama ini aku nyembunyiin ini semua"
"Sebelumnya.... a a aku cuma takut kamu ngejauhin beby gara-gara ini"
"Tapi..... tapi aku ngaku salah nat, harusnya aku ngasih tau kamu dari awal"
Viny kembali menoleh kearahku, sedangkan tangan kirinya mulai meraih pundak kananku.
"Sekarang.... aku minta kamu pulang dulu nat, tenangin dulu diri kamu, aku yakin kamu pasti shock waktu liat keadaan beby tadi"
"Dan.... aku minta tolong nat"
Kali ini tangan viny mulai menepuk-nepuk pundakku dengan lembut.
"Kalau kamu emang gak bisa nerima semua ini......"
"Tolong jangan temuin beby lagi ya nat"
Viny berkata seperti itu sambil menatapku penuh harap.
"Bukan apa-apa, aku cuma gak mau keadaan beby jadi tambah buruk"
Aku kembali menutup wajahku dengan kedua tanganku.
Entah lah, aku rasa apa yang dikatakan viny ada benarnya, aku tidak mungkin bisa mengambil keputusan saat ini juga, sepertinya aku memang harus pulang dan menenangkan pikiranku terlebih dahulu.
Aku kembali meletakkan tanganku diatas lutut, lalu menolehkan kepalaku kearah viny untuk membalas tatapannya.
"Iya mbak..., mungkin aku harus nenangin diri dulu"
Aku berkata seperti itu seraya beranjak dari dudukku.
"Yaudah mbak, aku pulang sekarang ya"
Viny hanya menanggapi kalimat terakhirku dengan anggukan kecil dan senyuman tipis.
.
.
.
Huuuuhhhh........
Kepulan asap rokok yang terbawa angin malam kota jogja menjadi pemandangan utama yang ada dihadapanku saat ini.
Sekarang aku sedang duduk sendirian di gazebo depan lab seperti biasa, tapi kali ini aku benar-benar sendirian, nabil, devan, dyo dan mario sudah pulang kekosan mereka masing-masing.
Sedangkan aku tetap memilih untuk tetap di lab, dan sepertinya malam ini aku juga akan tidur disini.
Apa aku tidak takut?.
Entahlah, untuk saat ini kepalaku sudah tidak sanggup lagi untuk menampung pikiran-pikiran parno tentang setan yang sama sekali masih belum jelas keberadaannya.
Akhir-akhir ini pikiranku jauh lebih kacau daripada sebelumnya.
Jika sebelumnya aku hanya dipusingkan dengan hubunganku dan beby yang tidak kunjung membaik, saat ini, fakta yang baru saja kuterima dari viny kemaren lusa, berhasil membuat pikiranku semakin kalut.
Sekarang aku baru paham dengan pernyataan yang keluar dari mulut sakti beberapa hari yang lalu, dan aku juga baru menyadari, kenapa pada saat dia masih melaksanakan kegiatan penelitian di labku, beby sempat beberapa hari menjadi sangat murung dan pendiam.
Saat itu beby dan viny sengaja pulang lebih awal untuk beberapa hari, ternyata jam 4 sore merupakan jadwal beby mengunjungi psikiater untuk berkonsultasi.
Dan..... aku baru paham, kenapa akhir-akhir ini viny selalu melarangku untuk berbicara dan menjelaskan semuanya kepada beby.
Masalahnya sekarang........ apa aku bisa menerima beby setelah mengetahui semua fakta tentang kekurangannya?.
.
.
.
Triiiiing..... Triiiiiing..... Triiiiiing......
Setelah mendengar handphoneku berdering, tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil handphoneku yang terletak di sebelah komputer.
"Halo shan, ada apa?"
Yap, orang yang sedari tadi menelponku adalah shani, sebenarnya setelah kejadian itu, aku dan shani bisa dibilang masih sering untuk saling bertukar pesan, meskipun tidak seintens sebelumnya karena aku lebih sering mengabaikan pesan dari shani.
Yaaa..... akhir-akhir ini aku memang mencoba membatasi diri, agar tidak jatuh lebih jauh dengan pesona shani, bahkan, aku sudah beberapa kali menolak ajakan shani untuk jalan berdua, entah itu menonton film di bioskop, menemaninya berbelanja, ataupun sekedar menemaninya makan berdua.
"Mmmmmm, kamu malem ini sibuk gak?"
Huuuhhhh.....
Sepertinya shani kembali mencoba mengajakku untuk menemaninya malam ini.
"Emang mau kemana shan?"
Tapi..... karena pikiranku benar-benar sedang suntuk, sepertinya aku akan menerima ajakan shani malam ini, yaa... kalau ajakannya menarik sih.
Shani: "mmmm, ke mall aja yuk nat"
Aku: "emang mau ngapain shan di mall?"
Shani: "hehe, gak tau sih, jalan-jalan aja"
Aku: "boleh deh shan"
Shani: "serius nat?"
Aku: "iya, mau jam berapa?, biar aku jemput"
Yaaap, seperti niatku diawal, akhirnya aku memutuskan untuk menerima ajakan shani kali ini.
Shani: "habis maghrib ya nat"
Aku: "oke, nanti jam 6an aku otw kosanmu"
Shani: "oke nat, sampai ketemu nanti ya.., bye..."
Aku: "iya shan, bye.."
Aku kembali meletakkan handphoneku di atas meja.
"Anjing...., habis ditelpon shani nih"
Ternyata nabil sekarang sudah berada tepat di belakangku, sontak aku dibuat kaget oleh panggilannya barusan, mengingat sebelumnya aku hanya sendirian di ruangan ini.
Aku: "tai lu, udah nguping, ngagetin orang lagi"
Nabil: "hehehe, sorry nat, gue kan cuma manggil, eh, elunya kaget"
Aku: "yee... pake nyengir lagi lu"
Nabil langsung mengambil tempat untuk duduk di sampingku.
Nabil: "akhirnya lu dengerin saran gue juga ya"
Aku: "saran apaan sih?"
Nabil menoleh kearahku sambil menunjukkan senyum konyolnya.
"Saran gue buat milih si shani"
Aku menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.
Aku: "ya....., udah lah bil, gak usah dibahas"
Nabil: "yaudahlah, mending kita ngepes aja"
Tanpa pikir panjang, kamipun langsung menyiapkan apa-apa saja yang dibutuhkan untuk permainan kami siang ini.
Huuuuhhh......
Entahlah, setelah kejadian dimana aku melihat kondisi beby malam itu, sempat terbesit niat di hatiku untuk melupakan beby.
Bagaimana tidak, selain harus berurusan dengan sakti, fakta tentang penyakit beby yang sama sekali belum bisa kuterima.
Lu jahat naaat!!!, bajingan lu!!!, sampah!!!
Iya.., aku memang jahat, aku memang bajingan, aku memang sampah, aku harus akui itu, bagaimana tidak, aku langsung berniat melupakan beby setelah mengetahui semua kekurangannya.
Mungkin apa yang dikatakan sakti benar, bocah labil sepertiku tidak akan pernah bisa menerima kekurangan beby.
Mungkin...... mulai sekarang... aku akan mencoba membuka hati untuk shani, dan sepertinya... percobaan itu akan dimulai nanti malam.
Herisyahrian dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Kutip
Balas
