- Beranda
- Stories from the Heart
Aku Pulang
...
TS
ffaaddiill17
Aku Pulang

Hallo gan sis,Kenalin ane Fadil. Kali ini ane bakal nyeritain sebuah cerita karangan ane. Ini First timenya bikin Cerita Part per Part. Jadi ane sangat berharap minta masukannya supaya ane lebih paham dan belajar dari agan-agan dan sista semua.
Dan ane mohon Maaf kalo cerita ane udah buang-buang waktu agan karena ga jelas. Enjoyyyy

Sinopsis : Menceritakan Ardi dan kisah cintanya dengan wainta yang ia puja bernama lisa. Lisa memutuskan Ardi pada saat dulu karena hal sepele. Hal itu sempat membuat Ardi kehilangan semangat dan selalu terbayang wajah lisa dimanapun Ardi berada. Namun selepas itu,malam itu Ardi bertemu dengan seorang wanita dan itu adalah Eka teman kecilnya. Eka selalu memperhatikan Ardi Selama ini pada saat Ardi Sibuk mengejar Lisa.
Kalo Boleh Minta
Ya Gan. Terimakasih
Part 1 | Hujan Di Sudut Kota
Part 2 | Mentari
Part 3 | Taman Kota
Part 4 | Hari Bersama Lisa
Part 5 | Memori Senja
Part 6 | 19.20 PM
Part 7 | Lampu Jalan
Part 8 | Hari Bersama Eka
Part 9 | Dua bayang Di tengah terang Bulan
Part 10 | Rasa Penasaran
Part 11 | 19.20 PM (END)
Diubah oleh ffaaddiill17 04-05-2020 01:24
kyukyunana dan 179 lainnya memberi reputasi
180
4.7K
49
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ffaaddiill17
#1
Hujan Di Sudut Kota
Semua Nampak melelahkan bila kita masih melakukan,Nampak meresahkan bila masih kita rasakan dan Nampak membingungkan bila kita masih memikirkan. Malam itu,kala hujan menggelar pertunjukan bersama dengan teman akrabnya Guntur serta badai yang dibawanya,Membuat diriku hanyut akan nostalgia yang pernah aku jalin sebelumnya.
Sesekali aku diam,mencoba untuk tenang dan bersahabat pada alam.Mencoba menikmati tiap rintik,Guntur serta hembusan yang saat ini terlibat disebuah malam untuk dapat berpikir dengan tenang.
Namun nampaknya,hujan malam ini lebih hebat dari hujan yang sebelumnya. Ia menggelar pada waktu serta suasana yang sama,ya di sebuah kedai. Aku masih mengingat semua yang ada pada kedai ini,dengan bangku yang ia pilih untuk diduduki,meja bening yang selalu ia cari-cari untuk dapat melihat diri,dan juga secangkir kopi hangat yang selalu setia menemani.
Kedai ini benar-benar menyimpan nostalgia dengan baik. Benar-benar merawatnya dengan utuh dan juga dengan hati yang penuh,untuk diberikan pada mereka yang sewaktu-waktu nantinya datang dengan hatinya sedang gemuruh.
Aku seperti menjemput nostalgiaku malam itu,yang berani melangkahkan kedua kaki, pergi pada sebuah kedai, lalu memesan secangkir kopi. Sesekali aku membayangkan,bisakah kita kembali seperti dulu,yang dimana selalu menjadi penerang pada malam,dan juga tertawa bersama dikedai ini. Bisakah kita Kembali menikmati secangkir ini dengan seksama entah itu teh favoritmu atau kopi,yang jelas kita kembali seperti sedia kala pada saat kita masih dalam pelukan yang sama.
Malam itu hujan sangatlah deras,Nampak banyak kabut diseluruh area kota,banyak orang-orang berlari meneduh disebuah ruko-ruko pinggir jalan. Ada pula yang nekat dirinya nya dibasahi hujan,entah karena terburu-buru atau memang dirinya benar-benar menyukai.
Namun berbeda dengan Aku yang tidak ingin terburu-buru, malam itu aku,memutuskan untuk berteduh dibawah secangkir kopi hangat,disebuah kedai
‘’Mas,kopi hitamnya satu ya.’’
‘’Oh iya mas,tunggu ya.’’ Ucap seorang pelayan.
Sambil menunggu pesanan kopi,aku bangun dari bangku ku dan pergi beranjak kesebuah kaca untuk melihat hujan. Ku lihat dirinya jatuh deras bersama hujan yang lainnya,terus membuat genangan disetiap lubang jalan,dan terus membuat orang-orang menggigil kedinginan.
Namun bersimpangan denganku,mereka yang sedang menggigil kedinginan karena hujan,sedangkan aku menggigi karenal kerinduan. Setiap kali hembusan angin yang datang dari sudut kota,selalu saja membangunkan rindu yang sudah ku yang sedang istirahat.
Layaknya sebuah api yang berkobar diantara kayu-kayu,mungkin itulah rinduku. Yang terus datang seperti sedadu,lalu menyerang ragaku dan membuat ku jatuh kedalam pilu.
‘’Mas,ini kopinya silahkan di coba.’’
‘’permisi mas?.’’ Ucap seorang pelayan
‘’Oh iya mas,terimakasih. Maaf mas saya ngga denger.’’ Jawabku
dengan spontan
‘’Iya mas gapapa,silahkan mas dinikmati kopinya,mumpung hujannya masih ada. Kalo nanti reda,siapa yang menemani mas? Kan hanya dia yang setia. ’’
‘’Maksudnya mas?’’ Jawabku karena tak paham.
‘’Entah mengapa,hujan dan kopi itu seperti sesuatu yang sudah dilahirkan untuk bersama mendampingi mas. Dia hujan memberi kedinginan,sedangkan dia kopi memberi kehangatan. Sempurna bukan?.’’ Jawab seorang pelayan sebelum pergi meninggalkan.
Ucap seorang pelayan kopi itu memang benar adanya. Hujan dan kopi,memang sudah ditakdirkan untuk bersama,berdampingan. Disaat kedinginan,pasti ada kehangatan. Begitu pula sebaliknya.
‘’Ucap seorang pelayan sialan itu memang benar. Kopi dalam hidupku sama halnya dengan dia. Yang dimana saat-saat aku kedinginan seperti ini,ia selalu ada disampingku untuk menemani seperti kopi..’’ Gumamku sebelum menenggak secangkir kopi.
Malam itu,hujan tak berlangsung lama. Entah karena ia bosan terlalu diabaikan,atau memang sudah saatnya,malam itu hujan benar-benar pergi meninggalkan kedinginan.
Seluruh penduduk dikota nampak menggigil sehingga mereka menggunakan Jaket yang benar-benar berlapis. Seperti,bolu kukus mereka dibuatnya,diselimut oleh lapisan-lapisan,agar dirinya terhindar dari apapun yang menyentuhnya,lalu berteduh dibalik itu semua.
Aku cukup senang dan gembira,menikmati hujan yang turun pada malam ini. Walaupun ia sedikit mengantarkanku pada nostalgia namun setidaknya,aku benar-benar masih bisa bahagia dengan semuanya. Dengan rasa sakit,bahagia,atau .. hmm entahlah. Aku benar-benar tidak bisa membedakannya dan buta dibuatnya.
‘’Andri,andri’’ seru seseorang memanggil namaku
Aku menoleh dan mencari sumber dari suara itu. Menoleh kanan dan kiri seperti ingin menyebrang,namun tetap saja tak kutemukan. Hingga pada akhirnya ..
‘’Eh Lo gua panggil bukannya nyaut malah celangak-celinguk aja.’’ Ucap seorang wanita sambil menepuk pundakku.
‘’Eh Lo Ka? Ngagetin gua aja.’’
Wanita itu adalah temanku,Eka namanya. Dia adalah salah satu sahabat ku disaat aku kecil dulu. Ya,walaupun dirinya wanita dan kadang pula kami bermain boneka berbie bersama,itu bukan suatu alasan untuk ku untuk tidak berteman dengannya. Jujur,Meski banyak dari teman cowoku yang selalu mengatai ku banci disetiap mereka meliihat aku dengan eka,aku tidak pernah merasa terpengaruh sediktpun. Bukan karena aku suka pada eka hanya saja eka ..
‘’Eh Ndri,Lo udah gede ya sekarang, udah berkumis,pakaian lu beda,jerawat lu banyak. Hayo ngaku lo udah punya pacar yaa?.’’ Seru eka Membercandaiku.
‘’Ah Lo apaan si ka. Lo juga udah gede sekarang,dulu yang masih kaya kerdil badan lo,sekrarang ya udah niggian dikit sih.haha.’’
‘’Sialan lo Ndri.’’ Jawab Eka sinis
‘’Haha bercanda. Hm,ka lo kemana aja waktu dulu. Tiba-tiba ngilang gitu aja waktu kita sd. Gua kesepian tau,gada yang ngajak gua main. Gua mau main sama temen-temen cowok gua ya mereka udah teralu benci sama gua dan nganggap kalo gua ini banci gegara main sama lo.’’
‘’Haha,kesian deh. Lagian sih dari dulu kan lo gua suruh ikut gabung sama mereka gapernah mau. Alesannya ya takut bau matahari lah ini lah. Namanya juga main Ndri.’’
‘’Yah itu kan pas kecil,gua juga masih takut main kemana-mana. Main juga paling dihalaman deket rumah sama lo.’’
‘’Alah,Bilang aja lu pengen deket gua mulu kan Ndri. Hahaah.’’ Ucap Eka
‘’Ah apaan si Lo ka,PD banget.’’
‘’Yah,gua cabut dari kota ini karena ngikut sama ortu gua ndri keluar kota. Bokap pensiun dan terpaksa kita ngikut bokap buat nemenin usaha kecil-kecilannya disana. Bokap bikin kedai kopi,karena ya lu tau sendiri lah bokap gimana semasa kerja dulu. Setiap kita main diteras,pasti bokap selalu aja ngopi sambil ngawasin kita. Bahkan pernah kan,sewaktu kita lagi main masak-masakan,bokap ngisi dicangkir mainan sama serbuk kopi kan. Galama dari itu,nyokap marahin bokap dan sempet ribut kan. Haha.’’
‘’Haha,gila-gila gua masih inget masih inget. Tapi itu sempet tegang loh gua Ka,ya mungkin karena kita masih kecil kali ya.’
‘’Hmmmmm..’’ Eka mengangguk.
‘’Sekarang lo tinggal dimana ka?.’ Tanyaku pada eka
‘’Sekarang gua tinggal lagi disini ndri,bokap mau buka cabang kopinya disni. Disana udah ada saudara katanya yang jaga. Ya jadi,untuk sekarang gua balik lagi deh dikota yang sempet gua dudukin ini.’’ Jawab eka
‘’Hmm gitu.’’
Begitulah malam itu. Selepas hujan turun,dan selepas menikmati secangkir kopi,lalu bertemu dengan Eka teman kecilku.
Malam itu aku benar-benar merasa malam yang sempurna,terlebih setelah melihat Eka. Seperti penerang jalan nampaknya,ditengah-tengah kepiluan kota,yang dimana kita saling bercerita dan juga tertawa. Sungguh,dikelilingi bahagia rasanya bila bersama dengan Eka.
Dan Nostalgia serta duka yang sempat aku renungkan disebuah kedai tadi ,kini mereda dan beriiringan pergi begitu saja.
Diubah oleh ffaaddiill17 04-05-2020 00:30
eriksa dan 7 lainnya memberi reputasi
8