- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#157
Spoiler for Part 55:
Part 55
Saat ini aku sedang menemani shani untuk mengantar ibu dan adiknya ke statiun, tapi sebelum itu ibu shani memintaku untuk ikut makan siang bersama mereka di restoran hotel.
Setelah kami menghabiskan makanan kami masing-masing, kami memilih untuk bernincang-bincang di meja makan sambil menunggu waktu dzuhur tiba.
"Eh, udah adzan tuh, kita sholat dulu ya, baru abis itu berangkat"
Aku hanya meng iya kan ajakan dari ibunya shani, begitu juga dengan shani dan adiknya.
Sepertinya mereka ber 3 akan melaksanakan sholat dzuhur di kamar hotel, sedangkan aku memilih untuk sholat di masjid yang terletak tidak jauh dari hotel tempat mereka menginap.
Yaaa.... aku cuma bilang begitu sih, padahal aku hanya menunggu mereka selesai beribadah sambil duduk di depan hotel dan menikmati 1 batang rokok.
"Mas..."
Aku menoleh kearah sumber suara yang berada di belakangku, ternyata suara tersebut berasal dari rendy yang sekarang ikut mengambil tempat untuk duduk di sampingku.
"Rokok??"
Aku menyodorkan 1 kotak surya 12 yang kuambil dari kantong celanaku.
"Boleh mas, aku ambil ya"
Rendy mengambik kotak rokok yang kusodorkan kearahnya, lalu mengeluarkan 1 batang rokok dan membakarnya.
"Makasih ya mas"
Rendy mengembalikkan kotak rokok itu kepadaku sambil mengucapkan terimakasih.
"Gak di marahin mamah kamu kalo ketahuan?"
Akupun memutuskan untuk berbasa basi dan memulai obrolan dengan rendy.
Rendy: "hehehe, enggak sih kayaknya mas, udah beberapa kali kok ke gap"
Aku: "kamu kuliah di U*S ya?"
Rendy: "iya mas, kok tau?"
Aku: "mbak mu yang ngasih tau"
Rendy: "oalaah..., pantesan"
Aku: "jurusan apa?"
Rendy: "teknik sipil mas"
Aku: "ooohh, semester berapa?"
Rendy: "aku baru semester 2 mas"
Aku hanya ber oh ria setelah mendengar jawaban terakhir yang keluar dari mulut rendy, keadaan sempat hening sejenak, kami sama diam sambil menikmati rokok yang ada di tangan kami masing-masing.
"Sampean deket sama kakakku udah lama mas?"
Pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh rendy sontak membuatku agak sedikit terkejut.
Aku: "hehehe, nggak juga sih, baru beberapa minggu"
Rendy: "kenal dimana mas?"
Buset dahh...., kepo banget nih anak.
Aku: "dikenalin temen sih waktu itu"
Rendy: "ooohh, tak kira udah lama"
Aku: "nggak kok, belum"
Rendy: "tapi kok aneh ya mas, kakak itu paling anti ngajak temen cowok buat ketemu sama ibu, apalagi kalo kenalnya baru bentar"
Deeeggg.......
Ya... sebenarnya aku tidak terlalu terkejut lagi dengan pernyataan dari rendy barusan, toh shani kemaren sudah menyatakannya kepadaku secara terang-terangan.
Aku: "hehehe, waduh, gak tau juga aku ren, aku cuma ngikut aja waktu mbak mu kemaren ngajak"
Rendy: "hehehe, iya mas, ibu juga yang kenaren nyuruh mbak buat ngajak mas"
Aku: "iya, shani udah bilang kok kemaren"
Kami kembali tenggelam dengan lamunan masing-masing setelah aku menjawab pertanyaannya.
"Ehhh, malah pada disini, ayo berangkat"
Aku dan rendi langsung berbalik untuk menoleh kearah sumber suara.
Aku langsung mematikan rokok yang ada di tanganku, sebenarnya aku merasa sedikit tidak enak jika ibunya shani melihat kami sedang merokok.
"Hehehe, sorry shan, ayo berangkat"
Pandangan shani beralih kearah sebatang rokok yang ada di tangan rendy.
"Heh..., dedek...., kamu ngerokok?, kamu yang ngajarin ya nat?"
Shani bertanya sambil menunjukkan wajah herannya.
"Enggak shan, adek kamu itu emang udah ngerokok semenjak dia kuliah, emang bandel banget kalo di bilangin"
Ibu shani tiba-tiba muncul di belakang shani.
Shani: "ooohh, kirain"
Rendy: "hehehe, dikit-dikit doang kok..."
Ibu shani: "yaudah yuk, berangkat sekarang aja"
Kamipun memutuskan langsung berjalan menghampiri mobil shani yang berada di parkiran hotel.
.
.
.
"Kamu sering-sering pulang ya shan, deket kok solo jogja, naik mobil paling cuma 1 jam"
Sekarang kami sudah sampai di statiun tempat pemberhentian kereta yang akan digunakan oleh ibu dan adik shani untuk pulang ke solo.
"Iya mah, nanti kalo udah gak ada kegiatan shani pulang kok"
Setelah ibunya shani melepaskan pelukannya dari shani aku langsung menyerahkan koper yang ada di tanganku kepada beliau.
Ibu shani; "mas natha, jagain shani ya..., kalo anaknya nyusahin langsung bilang ibu aja, nanti biar ibu marahin"
Shani: "iiihh.., mamah apaan sih, aku gak nyusahin kok"
Aku hanya terkekeh kecil sambil menggaruk puncak kepalaku yang sebenarnya tidak gatal sama sekali setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut ibunya shani.
Ibu shani: "nih kan mas, liat sendiri nih, anaknya emang manja gini, maklumin aja, namanya juga cewek"
Shani: "mamahhhh...."
Lagi-lagi aku hanya mampu menjawab ibunya shani dengan sebuah kekehan kecil.
"Yaudah, ibu ke dalem dulu ya, salim dulu nih"
Aku dan shani langsung menyambut tangan ibunya shani, lalu menciumnya, tidak ketinggalan aku juga bersalaman dengan rendy sebelum mereka memasuki statiun.
.
.
.
Shani: "kamu ngomong-ngomong apa tadi sama rendy?"
Aku: "biasa aja shan, tanya-tanya soal kuliah doang"
Shani: "dia ada bilang aneh-aneh gak tentang aku?"
Aku: "mmmmm, ada sih shan?,
Shani: " Ngomong apa dia?"
Shani langsung menoleh kearahku sambil memasang wajah kesalnya.
Aku: "kasih tau gak ya???"
Shani: "iihhh..., kasih tau dooong..."
Aku: "enggak kok shan..., gak ada ngomomongin kamu tadi sama rendy"
Shani: "seriuuus???...."
Sekarang shani meletakkan tangannya di atas lenganku dan bersiap untuk mencubitnya.
Aku: "adududuhh..... iyaa shaannn....., lagi nyetir ini..."
Shani: "makanya...."
Shani kembali menarik tangannya dari lenganku.
"Udah sampai nih shan, aku bukain pagar dulu ya, kamu yang masukin ya, aku takut nabrak, sempit banget soalnya, hehehe"
Ya..., aku memang tidak berani memakirkan mobil shani ke halaman kosnya, karena memang posisi parkirnya terlalu sulit menurutku.
"Yaudah, aku keluar dulu ya"
Akupun memutuskan untuk langsung keluar dan membukakan pagar untuk shani.
Setelah shani selesai memakirkan mobilnya, dia mengajakku untuk mampir sebentar ke kamarnya.
Shani: "mampir dulu yuk nat, istirahat bentar, tadi kan kamu nyetirnya jauh"
Aku: "boleh deh shan"
Entah kenapa hari ini aku kembali menerima ajakkan shani untuk mampir ke kemarnya, mungkin benar kata shani, badanku memang terasa sangat pegal karena perjalanan tadi bisa dibilang lumayan jauh.
Huuuuuhhhhh.......
Setelah sampai di kamar shani aku langsung merebahkan diri di atas sofa.
Shani: "istirahat dulu aja nat, kalo mau bersih-bersih langsung ke toilet aja, tapi aku ke toilet dulu ya ganti baju"
Aku: "oke shan"
Setelah berkata seperti itu shani berjalan ke arah lemari baju untuk mengambil baju ganti, lalu berjalan kearah toilet untuk membersihkan diri.
.
.
.
"Naatt...."
"Natha.."
"Nat...."
Aku terbangun setelah mendengar seseorang memanggil namaku.
Huuuhhh.....
Ternyata sedari tadi aku ketiduran di sofa kamar shani, sepertinya aku sudah tertidur lumayan lama, mengingat langit di luar sana yang tadinya masih terang benderang, saat ini sudah berubah menjadi gelap.
Shani: "makan dulu nat, udah aku beliin tadi"
Aku: "e e eehhh, iya shan, sorry ketiduran"
Akupun langsung bangkit dari tidurku, lalu duduk di atas sofa yang sama.
"Ini nat makannya, ini sendoknya"
Shani menyodorkan sebungkus makanan dan sebuah sendok kearahku.
"Makasih shan"
Akupun menyambut makanan dan sendok yang disodorkan oleh shani.
Shani: "mau disuapin nat?"
Aku: "g g gak usah shan"
Shani tersenyum kearahku, lalu mengambil tempat untuk di sampingku.
Shani: "kali aja pengen disuapin nat, hehehe"
Aku: "hehe, aku udah gede shan"
Shani: "iyaaa nat, udah, cepetan makan"
Aku: "kamu nggak makan?"
Shani: "aku udah naaatt"
Akupun mulai membuka dan memakan makanan yang diberikan oleh shani.
Aku sedikit merasa tidak nyaman ketika shani terus menatapku dari samping.
Aku: "k k kamu mau shan?"
Shani: "hehehe, enggak nat"
Aku: "ngapain ngeliatin kayak gitu?"
Shani: "hehehe, emang gak boleh"
Aku: "b b boleh kok"
Akupun melanjutkan kegiatan makan malamku dengan shani yang terus menatapku dari samping.
Triiiiingggg...... Triiiiiiinggggg......
Setelah aku meletakkan bungkusan makanan yang sudah habis, tiba-tiba ada telpon yang masuk ke handphoneku.
Akupun langsung mengambil handphone di saku celanaku untuk melihat siapa orang yang menelponku.
Dannnn.... Ternyata orang itu adalah beby.
Shani: "dari siapa nat?"
Aku: "e e engggg, dari beby shan"
Shani: "ooohhh, yaudah nat, angkat aja dulu"
Setelah berkata seperti itu shani mengambil bungkus makanan yang ada di atas meja, lalu beranjak dari duduknya dan berjalan kearah tempat sampah yang ada di pojok kamar.
Tanpa pikir panjang aku langsung mengangkat telpon dari beby.
Aku: "halo mbak, ada apa??"
Beby: "kamu di mana?, kok dari tadi siang gak ada kabar?"
Aku: "b b baru bangun mbak aku"
Beby: "kamu di lab nat sekarang?"
Jujur aku merasa agak sedikit bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan beby.
Aku: "ennnggg, di kos temen mbak"
Beby: "siapa nat?"
Sekarang shani sudah kembali duduk di sampingku, entah lah, sekarang aku benar-benar bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan beby kali ini.
"Mmmmmm, s s shani mbak"
Entah kenapa aku malah mengatakan yang sebenarnya kepada beby.
Memang sebaiknya seperti itu kan?
Aku tidak mau terus menerus di hantui rasa bersalah karena membohongi beby.
"Oooohh, yaudah nat, sorry ya ganggu"
Setelah mengeluarkan kalimat terakhirnya, beby langsung menutup telponnya tanpa basa basi.
.
.
.
Saat ini aku sedang menemani shani untuk mengantar ibu dan adiknya ke statiun, tapi sebelum itu ibu shani memintaku untuk ikut makan siang bersama mereka di restoran hotel.
Setelah kami menghabiskan makanan kami masing-masing, kami memilih untuk bernincang-bincang di meja makan sambil menunggu waktu dzuhur tiba.
"Eh, udah adzan tuh, kita sholat dulu ya, baru abis itu berangkat"
Aku hanya meng iya kan ajakan dari ibunya shani, begitu juga dengan shani dan adiknya.
Sepertinya mereka ber 3 akan melaksanakan sholat dzuhur di kamar hotel, sedangkan aku memilih untuk sholat di masjid yang terletak tidak jauh dari hotel tempat mereka menginap.
Yaaa.... aku cuma bilang begitu sih, padahal aku hanya menunggu mereka selesai beribadah sambil duduk di depan hotel dan menikmati 1 batang rokok.
"Mas..."
Aku menoleh kearah sumber suara yang berada di belakangku, ternyata suara tersebut berasal dari rendy yang sekarang ikut mengambil tempat untuk duduk di sampingku.
"Rokok??"
Aku menyodorkan 1 kotak surya 12 yang kuambil dari kantong celanaku.
"Boleh mas, aku ambil ya"
Rendy mengambik kotak rokok yang kusodorkan kearahnya, lalu mengeluarkan 1 batang rokok dan membakarnya.
"Makasih ya mas"
Rendy mengembalikkan kotak rokok itu kepadaku sambil mengucapkan terimakasih.
"Gak di marahin mamah kamu kalo ketahuan?"
Akupun memutuskan untuk berbasa basi dan memulai obrolan dengan rendy.
Rendy: "hehehe, enggak sih kayaknya mas, udah beberapa kali kok ke gap"
Aku: "kamu kuliah di U*S ya?"
Rendy: "iya mas, kok tau?"
Aku: "mbak mu yang ngasih tau"
Rendy: "oalaah..., pantesan"
Aku: "jurusan apa?"
Rendy: "teknik sipil mas"
Aku: "ooohh, semester berapa?"
Rendy: "aku baru semester 2 mas"
Aku hanya ber oh ria setelah mendengar jawaban terakhir yang keluar dari mulut rendy, keadaan sempat hening sejenak, kami sama diam sambil menikmati rokok yang ada di tangan kami masing-masing.
"Sampean deket sama kakakku udah lama mas?"
Pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh rendy sontak membuatku agak sedikit terkejut.
Aku: "hehehe, nggak juga sih, baru beberapa minggu"
Rendy: "kenal dimana mas?"
Buset dahh...., kepo banget nih anak.
Aku: "dikenalin temen sih waktu itu"
Rendy: "ooohh, tak kira udah lama"
Aku: "nggak kok, belum"
Rendy: "tapi kok aneh ya mas, kakak itu paling anti ngajak temen cowok buat ketemu sama ibu, apalagi kalo kenalnya baru bentar"
Deeeggg.......
Ya... sebenarnya aku tidak terlalu terkejut lagi dengan pernyataan dari rendy barusan, toh shani kemaren sudah menyatakannya kepadaku secara terang-terangan.
Aku: "hehehe, waduh, gak tau juga aku ren, aku cuma ngikut aja waktu mbak mu kemaren ngajak"
Rendy: "hehehe, iya mas, ibu juga yang kenaren nyuruh mbak buat ngajak mas"
Aku: "iya, shani udah bilang kok kemaren"
Kami kembali tenggelam dengan lamunan masing-masing setelah aku menjawab pertanyaannya.
"Ehhh, malah pada disini, ayo berangkat"
Aku dan rendi langsung berbalik untuk menoleh kearah sumber suara.
Aku langsung mematikan rokok yang ada di tanganku, sebenarnya aku merasa sedikit tidak enak jika ibunya shani melihat kami sedang merokok.
"Hehehe, sorry shan, ayo berangkat"
Pandangan shani beralih kearah sebatang rokok yang ada di tangan rendy.
"Heh..., dedek...., kamu ngerokok?, kamu yang ngajarin ya nat?"
Shani bertanya sambil menunjukkan wajah herannya.
"Enggak shan, adek kamu itu emang udah ngerokok semenjak dia kuliah, emang bandel banget kalo di bilangin"
Ibu shani tiba-tiba muncul di belakang shani.
Shani: "ooohh, kirain"
Rendy: "hehehe, dikit-dikit doang kok..."
Ibu shani: "yaudah yuk, berangkat sekarang aja"
Kamipun memutuskan langsung berjalan menghampiri mobil shani yang berada di parkiran hotel.
.
.
.
"Kamu sering-sering pulang ya shan, deket kok solo jogja, naik mobil paling cuma 1 jam"
Sekarang kami sudah sampai di statiun tempat pemberhentian kereta yang akan digunakan oleh ibu dan adik shani untuk pulang ke solo.
"Iya mah, nanti kalo udah gak ada kegiatan shani pulang kok"
Setelah ibunya shani melepaskan pelukannya dari shani aku langsung menyerahkan koper yang ada di tanganku kepada beliau.
Ibu shani; "mas natha, jagain shani ya..., kalo anaknya nyusahin langsung bilang ibu aja, nanti biar ibu marahin"
Shani: "iiihh.., mamah apaan sih, aku gak nyusahin kok"
Aku hanya terkekeh kecil sambil menggaruk puncak kepalaku yang sebenarnya tidak gatal sama sekali setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut ibunya shani.
Ibu shani: "nih kan mas, liat sendiri nih, anaknya emang manja gini, maklumin aja, namanya juga cewek"
Shani: "mamahhhh...."
Lagi-lagi aku hanya mampu menjawab ibunya shani dengan sebuah kekehan kecil.
"Yaudah, ibu ke dalem dulu ya, salim dulu nih"
Aku dan shani langsung menyambut tangan ibunya shani, lalu menciumnya, tidak ketinggalan aku juga bersalaman dengan rendy sebelum mereka memasuki statiun.
.
.
.
Shani: "kamu ngomong-ngomong apa tadi sama rendy?"
Aku: "biasa aja shan, tanya-tanya soal kuliah doang"
Shani: "dia ada bilang aneh-aneh gak tentang aku?"
Aku: "mmmmm, ada sih shan?,
Shani: " Ngomong apa dia?"
Shani langsung menoleh kearahku sambil memasang wajah kesalnya.
Aku: "kasih tau gak ya???"
Shani: "iihhh..., kasih tau dooong..."
Aku: "enggak kok shan..., gak ada ngomomongin kamu tadi sama rendy"
Shani: "seriuuus???...."
Sekarang shani meletakkan tangannya di atas lenganku dan bersiap untuk mencubitnya.
Aku: "adududuhh..... iyaa shaannn....., lagi nyetir ini..."
Shani: "makanya...."
Shani kembali menarik tangannya dari lenganku.
"Udah sampai nih shan, aku bukain pagar dulu ya, kamu yang masukin ya, aku takut nabrak, sempit banget soalnya, hehehe"
Ya..., aku memang tidak berani memakirkan mobil shani ke halaman kosnya, karena memang posisi parkirnya terlalu sulit menurutku.
"Yaudah, aku keluar dulu ya"
Akupun memutuskan untuk langsung keluar dan membukakan pagar untuk shani.
Setelah shani selesai memakirkan mobilnya, dia mengajakku untuk mampir sebentar ke kamarnya.
Shani: "mampir dulu yuk nat, istirahat bentar, tadi kan kamu nyetirnya jauh"
Aku: "boleh deh shan"
Entah kenapa hari ini aku kembali menerima ajakkan shani untuk mampir ke kemarnya, mungkin benar kata shani, badanku memang terasa sangat pegal karena perjalanan tadi bisa dibilang lumayan jauh.
Huuuuuhhhhh.......
Setelah sampai di kamar shani aku langsung merebahkan diri di atas sofa.
Shani: "istirahat dulu aja nat, kalo mau bersih-bersih langsung ke toilet aja, tapi aku ke toilet dulu ya ganti baju"
Aku: "oke shan"
Setelah berkata seperti itu shani berjalan ke arah lemari baju untuk mengambil baju ganti, lalu berjalan kearah toilet untuk membersihkan diri.
.
.
.
"Naatt...."
"Natha.."
"Nat...."
Aku terbangun setelah mendengar seseorang memanggil namaku.
Huuuhhh.....
Ternyata sedari tadi aku ketiduran di sofa kamar shani, sepertinya aku sudah tertidur lumayan lama, mengingat langit di luar sana yang tadinya masih terang benderang, saat ini sudah berubah menjadi gelap.
Shani: "makan dulu nat, udah aku beliin tadi"
Aku: "e e eehhh, iya shan, sorry ketiduran"
Akupun langsung bangkit dari tidurku, lalu duduk di atas sofa yang sama.
"Ini nat makannya, ini sendoknya"
Shani menyodorkan sebungkus makanan dan sebuah sendok kearahku.
"Makasih shan"
Akupun menyambut makanan dan sendok yang disodorkan oleh shani.
Shani: "mau disuapin nat?"
Aku: "g g gak usah shan"
Shani tersenyum kearahku, lalu mengambil tempat untuk di sampingku.
Shani: "kali aja pengen disuapin nat, hehehe"
Aku: "hehe, aku udah gede shan"
Shani: "iyaaa nat, udah, cepetan makan"
Aku: "kamu nggak makan?"
Shani: "aku udah naaatt"
Akupun mulai membuka dan memakan makanan yang diberikan oleh shani.
Aku sedikit merasa tidak nyaman ketika shani terus menatapku dari samping.
Aku: "k k kamu mau shan?"
Shani: "hehehe, enggak nat"
Aku: "ngapain ngeliatin kayak gitu?"
Shani: "hehehe, emang gak boleh"
Aku: "b b boleh kok"
Akupun melanjutkan kegiatan makan malamku dengan shani yang terus menatapku dari samping.
Triiiiingggg...... Triiiiiiinggggg......
Setelah aku meletakkan bungkusan makanan yang sudah habis, tiba-tiba ada telpon yang masuk ke handphoneku.
Akupun langsung mengambil handphone di saku celanaku untuk melihat siapa orang yang menelponku.
Dannnn.... Ternyata orang itu adalah beby.
Shani: "dari siapa nat?"
Aku: "e e engggg, dari beby shan"
Shani: "ooohhh, yaudah nat, angkat aja dulu"
Setelah berkata seperti itu shani mengambil bungkus makanan yang ada di atas meja, lalu beranjak dari duduknya dan berjalan kearah tempat sampah yang ada di pojok kamar.
Tanpa pikir panjang aku langsung mengangkat telpon dari beby.
Aku: "halo mbak, ada apa??"
Beby: "kamu di mana?, kok dari tadi siang gak ada kabar?"
Aku: "b b baru bangun mbak aku"
Beby: "kamu di lab nat sekarang?"
Jujur aku merasa agak sedikit bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan beby.
Aku: "ennnggg, di kos temen mbak"
Beby: "siapa nat?"
Sekarang shani sudah kembali duduk di sampingku, entah lah, sekarang aku benar-benar bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan beby kali ini.
"Mmmmmm, s s shani mbak"
Entah kenapa aku malah mengatakan yang sebenarnya kepada beby.
Memang sebaiknya seperti itu kan?
Aku tidak mau terus menerus di hantui rasa bersalah karena membohongi beby.
"Oooohh, yaudah nat, sorry ya ganggu"
Setelah mengeluarkan kalimat terakhirnya, beby langsung menutup telponnya tanpa basa basi.
.
.
.
Herisyahrian dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas
