Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dwyzelloAvatar border
TS
dwyzello
(Short Story) Kisah Nyata Disesatkan Mahluk Halus Di Tengah Sawah


Hai semuanya!
Kali ini aku akan berbagi cerita mistis yang secara nyata dialami oleh anggota keluargaku. Awalnya, aku cukup skeptis dengan kejadian - kejadian yang berbau horror atau sejenisnya, meskipun aku percaya, bahwa Tuhan juga menciptakan jin yang hidup berdampingan dengan manusia. Namun, aku yakin mereka hidup di dimensi yang berbeda sehingga tidak akan mungkin bisa berinteraksi langsung dengan kehidupan manusia.


Semua pemikiranku akhirnya berubah tatkala ibuku mengalami sebuah kejadian yang tak bisa dinalar dengan logika. Wallahua'lam, lambat laun aku pun menyadari kehadiran mereka.
Oke, kita mulai dari historikal ibuku dulu.


Ibuku bisa dibilang sedikit lemah bulu, dulu saat aku masih berusia kurang lebih lima tahunan, ibuku pernah mengagetkan seisi rumah. Bagaimana tidak? Saat ibuku sedang bersedih karena sesuatu yang tidak kumengerti, tiba - tiba diantara suara tangis ibuku, spontan terdengar suara wanita tua yang tertawa cekikikan. Aku dan kakak perempuanku pun terhenyak kaget, kami segera berlari menuju ke arah suara itu. Sungguh heran rasanya karena sumber suara itu ternyata dari ibuku. Bapakku hanya bisa menepuk pipinya dan berkata pelan, "Sadarlah, Bu ... sadarlah!".


Malam pun semakin larut, kira - kira waktu itu, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Bapak dengan sigap segera membopong ibuku ke dalam kamarnya lalu merebahkannya di atas kasur, sembari terus berusaha menyadarkannya. Aku yang saat itu masih kecil hanya bisa terdiam melihat ibuku menunjukku dengan telunjuknya, sembari terus tertawa cekikikan.


"Koe sopo? (Kamu siapa?)" kata ibuku dengan suara serak nan tinggi seperti suara nenek - nenek. Kami hanya bisa terperangah, menatap ibuku yang menunjuk satu - persatu diantara kami dengan menyuguhkan pertanyaan yang sama.


"Lho lha ini anak lelakimu, Joko! Sadarlah Bu!" ujar bapak yang tak terlihat panik sama sekali.


Kutatap kakak perempuanku yang tiba - tiba beranjak mengambil air minum, lalu ia pun berkomat - kamit di atas gelas air minum itu, kemudian meniupnya.


"Bu, minum ini!" seru Kakakku yang saat itu sudah sekolah SMP. Tahukah bagaimana reaksi ibuku saat itu? Ia kembali tertawa cekikikan seperti mengejek perbuatan konyol kakakku. Kakakku hanya bisa menangis khawatir, sembari terus menciumi tangan ibuku.


Disaat ibuku masih dalam pengaruh kesurupan itu, beberapa kali sosok ibuku kembali, lalu tak lama kemudian, ia kembali lagi menjadi sosok yang lain.


"Simbah iki wonge apik, Pak! Dekno ora gelem nyakiti aku ... dekno wong apik, wonge seneng milu aku jarene, (nenek ini orangnya baik, Pak, beliau tidak akan menyakiti aku kok. Katanya beliau suka ikut sama aku,)" jelas ibuku dengan mata terpejam dan suara yang terdengar begitu lemas. Pokoknya yang paling aku ingat saat ibuku setengah sadar, ia menjelaskan bahwa nenek yang merasukinya adalah orang yang baik dan sosok yang berambut putih, panjang dan awut - awutan. Melihat ibuku yang tak kunjung sadar, bapak kemudian menyuruh kami untuk tak perlu khawatir dan segera pergi tidur karena waktu sudah menjelang dini hari. Aku pun tak tahu apa yang dilakukan bapak kepada ibu setelah itu. Namun ketika pagi menyongsong, ibuku sudah kembali seperti sedia kala.


Itulah sepenggal kisah yang menjadi awal mula bagi beliau, hingga kerap kali ibuku merasakan hal - hal yang tak lazim.


Pernah saat itu, ibuku tiba - tiba berlari kesana - kemari sembari bersungut - sungut.


"Koe mambu kembang melati, ora? (Kamu nyium bau bunga melati tidak?)" tanya ibuku dengan air muka penasaran.


Mendengar hal itu, kukembang - kempiskan hidungku untuk mencari sumber bau yang dikatakan oleh ibu. Tapi, tetap saja aku tak mencium bau wangi apapun. Tak hanya indera penciuman, terkadang ibuku mendengar suara - suara aneh yang tidak kami dengar sama sekali. Seperti suara wanita meraung dan minta tolong, suara orang sedang bertengkar dan suara - suara aneh lainnya.


Pernah suatu hari, ada sepupuku yang main ke rumah tanpa ibunya. Usianya sekitar empat tahunan. Saat waktu senja mulai datang, sepupuku merengek untuk diantar pulang ke rumahnya karena ia mencari ibunya. Dengan terpaksa, ibuku lah yang akhirnya mengantar pulang sepupuku dengan sepeda motornya. Saat itu sedang bulan puasa, sehingga setelah mengantarnya, ibuku segera bergegas pulang ke rumah.


Hari pun semakin petang dan jalanan desa semakin sepi. Rumahku bisa dibilang agak mblusuk atau jauh dari jalan raya. Sehingga, ibuku harus melewati area persawahan yang cukup panjang untuk bisa sampai ke rumah. Saat melewati area persawahan, tiba - tiba ibuku dikejutkan oleh sosok tinggi besar dan semua tubuhnya berwarna hitam. Sosok itu berdiri di tengah jalan sembari melototi ibuku yang saat itu hendak melewatinya. Syukurlah rasa syok ibuku masih bisa ia kendalikan, lalu beliau dengan rasa takut dan panik segera mempercepat laju motornya menyusuri jalanan yang terjal.


Spoiler for Posisi genderuwo tersebut berdiri ( jembatan ini memang terkenal horror di desa ane, oleh karena itu, pepohonan di sana dipangkas warga agar lebih terang dan bersih ):

Source : google maps

Itulah beberapa hal yang kutahu pernah dialami ibuku sebelum kejadian yang akan kuceritakan selanjutnya ini terjadi.


*****

Belum lama ini, ibuku jatuh tanpa sengaja di suatu tempat hingga kaki kirinya sakit, lebam dan tak bisa berjalan hingga berhari - hari. Lambat laun karena proses pengobatan, ibuku akhirnya bisa berjalan sedikit demi sedikit meskipun jalannya pincang. Namun, sakitnya tersebut mengakibatkan beliau tidak bisa menjalankan bisnis jualannya sehingga keuangan kami agak tersendat dan membuat penyakit darah tinggi ibuku kumat.


Suatu hari di tengah sakitnya itu, ada acara selamatan di rumah bibiku. Di dalam tradisi keluarga kami, rewang adalah keharusan apabila ada saudara yang memiliki hajat atau acara. Biasanya, ibuku memang paling cekatan jika rewang di rumah saudaraku. Namun, sakitnya tersebut membuat tenaganya lesu sehingga beliau hanya bisa membantu sebisanya saja. Karena itulah bibiku yang terkenal vokal bicaranya itu, berkata agak keras karena ibuku yang tak cekatan saat sedang repot - repotnya. Ibuku akhirnya sakit hati dan memutuskan untuk tak meneruskan kegiatan rewangnya.


Sore harinya, ibuku memutuskan untuk ikut ke sawah bersama dengan bapakku sembari menyiangi rumput di sekitar tanaman padi miliknya. Saat sedang duduk bersantai dengan bapak, terjadi perdebatan kecil yang membuat ibuku lebih sensitif.


"Bu, aku mau cari rumput sebentar buat menuhin karung, kamu tunggu di sini saja." ujar bapak kepada ibuku. Ibuku pun mengiyakannya. Bapak pun kembali melanjutkan kegiatan merumputnya.


*****

Matahari mulai bersembunyi, langit senja mulai nampak di langit. Motor bapak seketika terdengar berderu di depan rumah. Ia terlihat terburu - buru sekali saat membuka pintu.


"Joko, Ibumu sudah pulang?" tanya bapak dengan sedikit membentak.


"Belum, aku baru pulang kuliah ini, Pak." jawabku datar.


Mendengar jawabanku, bapak kembali menaiki motornya dan mengendarainya dengan secepat mungkin. Saat itu, aku santai saja tanpa berpikir macam - macam.


Adzan magrib pun berkumandang dari mushola di dekat rumah. Motor bapak kembali berderu. Namun, wajahnya kali ini terlihat lebih panik dari sebelumnya.


"Ibumu wes mulih?(Ibumu sudah pulang?)" tanya bapak lagi kepadaku.


"Urung. (belum.)"


"Gowo senter, golek'i ibumu! (Bawa senter, cari ibumu!)" Sontak aku pun ikutan panik karena tahu bahwa ibuku belum juga sampai ke rumah dan tak tahu kemana rimbanya.


*****

Bersambung..

Next (Lanjutan)
Diubah oleh dwyzello 07-05-2020 05:51
tien212700
bukhorigan
pipiettripitaka
pipiettripitaka dan 67 lainnya memberi reputasi
64
22.7K
120
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
dwyzelloAvatar border
TS
dwyzello
#30
Part 7 (SELESAI)
*****

Sudah satu bulan lamanya pasca kejadian yang menimpaku terlewati. Kakiku pun berangsur - angsur membaik meskipun belum bisa berjalan dengan sempurna. Rasa peka dan sensitif terhadap hal - hal mistis pun semakin memudar. Kehidupanku mulai terasa normal kembali.


Namun, kejadian itu tetap menorehkan sesuatu yang membuatku seperti pikun dini. Pernah saat itu aku pergi ke pasar, lalu aku mampir ke rumah temanku sebentar.
Ketika pulang, aku kebingungan karena tak menemukan kunci motorku. Sudah terlanjur mendorong motor kesana - kemari lalu mencari bengkel agar motorku bisa berbunyi meskipun tanpa kunci, ternyata kuncinya ada di dalam tasku. Atau pernah saat aku berbelanja sesuatu tapi aku lupa membawanya pulang. Selinglung itulah aku sekarang ini.


Suatu siang, Bapak Joko mengajakku untuk pergi bertandang ke acara nikahan tetangga desa. Lembaran uang berwarna biru pun kumasukkan ke dalam amplop. Aku dan Bapak Joko, segera bergegas pergi setelah kami telah bersiap.


Hiruk - pikuk para tamu undangan telah memenuhi tempat acara. Aku dan Bapak Joko pun beringsut mencari tempat duduk lalu menyantap makanan yang telah kami ambil dari barisan prasmanan.


"Bu, amplope endi? Ojo lali diperikso sik, (Bu, amplopnya mana? Jangan lupa diperiksa dulu,)" ujar Bapak Joko kepadaku.


Aku pun segera merogoh tas selempangku, mencari - cari amplop yang telah kuisi dengan uang punjungan itu. Kutemukan sebuah amplop putih lalu kuperiksa isinya. Ternyata! Amplop yang kubawa adalah amplop kosong.


"Piye iki, Pak! Sing tak gowo jebul amplop kosong!(Gimana ini, Pak! Yang aku bawa ternyata amplop kosong,)" jelasku dengan rasa sesal.


"Lha piye to, Ti! Mau wes mbok lebokne amplop urung? (Lha gimana sih, Ti! Tadi sudah kamu masukkan amplop belum?)" tanya Bapak Joko dengan wajah penuh emosi. Rasa sesal seketika menggelayut, ternyata tak ada uang sepeserpun yang kubawa.


Kulirik Mbak Yarti yang tadi datang ke sini berbarengan denganku.


"Mbak, nuwun sewu Sampean ndue duit seket ewu ora? Nek ono tak silih sik soale amplopku lali ora tak gowo. (Mbak, maaf, Sampean punya uang lima puluh ribu? Kalau ada, mau saya pinjam dulu soalnya amplopku lupa nggak saya bawa.)


"Waduh, ora e Ti, aku mung ngowo cekelan rung puluh ewu. (Waduh, enggak ada Ti, aku cuman bawa pegangan dua puluh ribu.)"


Kuhembuskan nafas penuh sesal, lalu setelah menjalani perdebatan kecil dengan Bapak Joko, aku akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah mengambil amplop yang tertinggal. Sedangkan Bapak Joko menunggu di tempat hajatan, dengan pertimbangan akulah yang mengetahui dimana letak amplop punjungan itu berada.


Aku pun segera menaiki motorku menuju ke rumah. Saat melewati jalan berbatu, tiba - tiba rok gamisku masuk ke dalam jeruji ban belakang motorku, hingga membuat tubuhku tertarik ke bawah. Sontak aku pun terkaget, hingga tak sengaja tanganku menyentuh gas secara kuat dan membuat lilitan gamisku semakin menjadi. Aku pun terjatuh dan terseret sejauh kurang lebih delapan meter bersama dengan motorku.


Ada satu hal yang jelas sekali terlihat di mataku. Seseorang dengan sosok wanita berparas cantik dan muda, mendongakkan leherku keatas agar kepalaku tak menimpa bebatuan, lalu ia pun merangkul tubuhku seketika saat aku mengalami kecelakaan itu. Semuanya berjalan begitu cepat. Aku pun berpikir, mungkinkah ia sengaja melakukannya untuk menolongku? Entahlah! Sosok itu dalam sekejap mata telah menghilang saat orang - orang yang lewat datang menolongku.



Spoiler for Tempat Ibu Joko terseret motor (sebelum jembatan ini, jalannya berlubang cukup parah gan!):

Source : google maps


Dan benar saja, kecelakaan itu sama sekali tak menimbulkan luka serius. Hanya sedikit luka goresan di kakiku. Padahal secara logika, terseret dengan motor seperti itu pasti akan membuat kepala dan badanku terluka sangat parah.


Lagi - lagi aku bersyukur. Jika memang sosok itu dihadirkan Tuhan untuk menolongku, aku hanya bisa berucap,
" Terima kasih."



*****

Selesai.


Quote:
Diubah oleh dwyzello 30-04-2020 21:01
bankempez
tolepcoy
banditos69
banditos69 dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.