- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#148
Spoiler for Part 52:
Part 52
.
.
.
Huuuuhhhh.....
Syukur lah, dari kejauhan aku melihat viny sedang duduk sendirian sambil menggigit burger yang ada di tangannya.
1..... 2.... 3.....
Baaa!!!!
Aku seidikit berteriak sambil menyentuh pundak viny dari belakang.
Aaaaaaaaaa!!! Uhuuukkk!!! Uhuuuukkk!!!
Sontak suara teriakan dan batuk yang keluar dari mulut viny memancing para pengunjung restoran untuk menatap kearah kami.
Viny: "nathaaaa......, ngeselin ah, bikin malu aja uhuuk..."
Aku: "hehehe, nih, minum dulu mbak"
Vinypun mengambil botol air mineral yang ada dihadapannya lalu meminumnya.
Viny: "bisa gak sih nat, 1 hariii aja gak iseng"
Aku: "hehehe, abis, mbak ninggalin aku sih tadi"
Viny: "tau ah!!!, bete"
Viny kembali memakan burger yang ada di tangannya sambil menunjukkan wajah kesal kepadaku.
Aku menatap makanan yang sudah tersaji didepanku, sepertinya ini makanan yang sudah dipesan oleh viny untukku.
"Mbak, ni buat aku kan?, aku makan ya"
Viny masih saja diam dengan wajah juteknya tanpa menjawab pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
"Idiihh, ngambekkan"
Tanpa memperdulikan viny yang sekarang masih kesal, aku langsung membuka plastik yang masih melapisi burger milikku.
"Oh iya, berapaan nih mbak?, ini deh, aku ganti"
Sambil berucap seperti itu, aku menyerahkan 1 lembar uang 50 ribuan kepada viny.
Viny mengambilnya dengan sedikit kasar dari tanganku sambil menatapku dengan wajah kesalnya.
Viny: "berhubung ini mahal dan tadi kamu udah ngerjain aku, jadi aku ambil duitnya"
Aku: "idih, siapa yang minta dibayarin"
Viny: "rencananya aku mau nraktir kamu, tapi gak jadi karena kamu ngeselin"
Aku: "yeee, bodoamat"
Akupun kembali melahap burger yang ada di tanganku.
"Oh iya mbak, setelah mbak ngasih tau beby ulang tahun besok, aku baru sadar mbak beberapa hari yang lalu ulang tahun juga, jadi aku tadi sempet beliin ini buat mbak"
Aku menyerahkan bandana yang tadi sempat kubeli kepada viny sebagai hadiah ulang tahunnya yang sebenarnya sudah lewat beberapa hari.
Oh iya, aku baru tahu, ternyata umur beby dan viny hanya berjarak 1 minggu, aku tahu ini karena tidak sengaja melihat pemberitahuan yang muncul dari salah satu media sosial dengan logo f yang saat ini memang sedang sangat populer.
Aku memang agak jarang menggunakannya, sehingga aku tidak tahu jika 1 minggu lalu viny juga berulang tahun.
Aku memilih bandana karena aku rasa viny dengan rambut pendek sebahu dan poni barcodenya akan terlihat lebih cantik jika menggunakannya.
"Enggg, m m makasih nat"
Dari raut wajahnya aku melihat viny agak sedikit terkejut ketika aku menyodorkan bandana sebagai kado ulang tahun kearahnya.
Terlihat viny seperti menahan senyum setelah tangannya menyambut bandana yang kusodorkan.
"Udah mbak, kalo mau senyum ya senyum aja, gak usah ditahan-tahan"
Setelah aku berkata seperti itu kedua mata viny mulai menyipit karena kedua sudut bibirnya yang tertarik keatas.
"Hehehe, aku pake ya nat"
Viny langsung memakai bandana yang kuberikan, dannn......
Tuh kan, benar apa kataku, sekarang viny terlihat sangat cantik setelah memakai bandana yang kuberikan.
Viny: "cantik gak nat?"
Aku: "mmmmm, iya lah, siapa dulu yang beliin bandonya"
Viny: "cantikan aku apa beby?"
Aku: "mmmmm, mbak beby lah"
Viny: "hmmmm, iya deh iya, salah aku nanya sama kamu nat"
Sebenarnya tidak juga sih, beby dan viny sama-sama cantik, menurutku mereka memiliki sisi kecantikannya masing-masing yang tidak bisa kujabarkan dengan detail, aku cuma bisa merasakan dan menikmatinya saja.
"Kalo beby sama shani cantikan siapa?"
Deeeggggg......
Sebenarnya itu pilihan yang sangat mudah, jujur shani jauh lebih cantik kemana-mana.
Tapi.... bukan berarti aku dengan gampangnya memilih shani karena dia lebih cantik, menurutku memilih perempuan untuk dijadikan sebagai kekasih bukan hanya dari faktor cantik atau tidak saja, yaaa... meskipun wajah tetap jadi salah satu faktor utama sih, tapi kalau menurutku yang penting enak dipandang saja sudah cukup.
Toh cantik itu relatif, mungkin kebetulan saja shani terlihat lebih cantik di mataku, eh, tidak juga sih, sepertinya shani memang lebih cantik, hehehe.
Aku: "hmmmmm, udah deh mbak, gak usah bahas shani"
Viny: "bilang aja lebih cantik shani"
Aku: "i i iyasih mbak"
Viny: "huuuuu, dasar cowok!!!, liat yang cantik dikit langsung belok"
Aku: "hehehe, belok dikit doang kok mbak"
Viny: "heeehhh!!!, inget pesen aku kemaren nat"
Aku: "hehe, iya mbak"
Setelah aku meng iya kan peringatan dari viny, kamipun melanjutkan makan siang kami yang belum sepenuhnya tuntas.
.
.
.
Kami kembali duduk di meja yang sebelumnya kami tempati setelah selesai mencuci tangan masing-masing di wastafel.
Viny: "Nat, kamu beliin beby kado apa?"
Aku: "rahasia lah!!!"
Viny: "isshh, balas dendam nih ceritanya?"
Aku: "iya lah, mbak aja gak mau ngasih tau tadi"
Viny: "yaudah deh, aku kasih tau nih, aku tadi beliin beby tas buat kado ulang tahunnya besok"
Aku: "ooohh"
Viny: "kalo kamu beliin beby apa tadi nat?"
Aku: "rahasia!!"
Aku berkata seperti itu sambil memasang wajah tengilku di depan viny.
Viny: "curaaangg!!!, aku kan udah ngasih tau kamu yaa..."
Aku: "tapi kan aku udah gak nanya lagi"
Viny: "hiiihhhh!!!... awas ya kamu nat"
Aku: "hehe, udah deh mbak, liat besok aja, yang jelas ini kadonya spesial"
Viny: "mmmmm, tapi lebih spesial lagi sih nat kalo besok kamu nembak beby"
Deeeegggg......
Aku rasa viny tidak terlihat sedang bercanda sekarang, dari raut wajahnya viny terlihat sangat serius dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya.
Aku: "hmmmm, iya sih mbak, tapiii...."
Viny: "bingun apa lagi nat?"
Viny memotong kalimat terakhirku yang belum selesai deengan pertanyaannya.
Aku: "g g gimana ya mbak, masih sama sih kayak yang dulu"
Viny: "maksudnya?"
Aku memilih diam dan memberi waktu otakku untuk berpikir tentang jawaban apa yang harus aku sampaikan kepada viny untuk menjawab pertanyaannya kali ini.
"Mbak masih inget obrolan kita di pantai malem itu gak?"
Bola mata viny bergerak ke arah kanan bagian atas untuk mengingat-ngingat obrolan kami di pantai beberapa bulan yang lalu.
"Ooohhh, iya nat, aku inget, kamu masih bingung sama apa itu definisi cinta?"
Huuuuhhhh.....
Aku membuang nafasku dengan kasar sambil menganggukkan kepalaku untuk meng iya kan pertanyaan viny.
Viny: "ekheemm... nat, kalo boleh tau... apasih yang bikin kamu ragu?, kenapa kamu ngotot banget harus tau definisi cinta?, jujur sampai sekarang aku bingung sama pemikiran mu nat, apasih pentingnya itu buat kamu?"
Aku: "kan dulu aku udah pernah jelasin ke mbak"
Viny: "iya nat, aku masih inget, tapi... maaf ya nat, menurutku selama ini kamu cuma jadiin kebingungan mu itu sebagai alasan kenapa sekarang kamu takut buat berkomitmen, sekarang pertanyaanku, apa yang bikin kamu bingung?"
Aku sempat terdiam beberapa detik untuk mencerna kalimat terakhir yang keluar dari mulut viny.
Hmmmm, aku mulai paham dengan apa yang sedang viny lakukan sekarang, dia sedang mencoba membolak balikkan pertanyaannya untuk memancingku memberi tahu alasan yang sebenarnya.
Aku: "yaaaa.... banyak lah mbak pokoknya, bisa jadi karena aku belum pernah ngejalanin suatu komitmen aja"
Viny: "aku gak yakin nat, aku tau kamu orang yang nggak pernah berpikir panjang buat nyoba sesuatu hal yang baru"
Aku: "yaaa... karena kalo aku gagal berkomitmen, pasti akan ada orang yang tersakiti"
Viny: "nahh.. kenapa kamu yakin banget kalau kamu gagal?"
Aku: "y y yaaa... siapa tau kan, kemungkinan gagal itu pasti ada"
Wajah viny terlihat agak sedikit bingung, sepertinya dia tidak puas dengan jawaban yang kuberikan atas pertanyaannya.
Sebenarnya aku sangat paham jawaban seperti apa yang diinginkan oleh viny, tapi..... entah lah, jujur aku malas jika harus membahasnya.
"Maaf nat, mungkin aku langsung to the point aja deh"
"Setiap ketakutan itu pasti ada penyebabnya, misalnya orang takut kucing karena dulu pernah dicakar sama kucing, ada juga orang yang takut cicak karena dulu pernah nginjek cicak mati"
"Nah, jadi.... sesuatu apa nat yang bikin kamu jadi takut berkomitmen?, jawab sesuai sama contoh yang aku sebutin sebelumnya"
Huuuhhh.....
Kali ini viny mulai menyampaikan maksudnya secara terang-terangan.
"Enggak juga sih mbak, banyak orang takut hantu, padahal belum pernah ketemu sama sekali"
Viny masih belum menyerah, dia terlihat masih berusaha berpikir bagaimana cara membujukku untuk bercerita.
"Tapi orang takut hantu karena selalu di doktrin sama lingkungannya nat, mulai dari cerita serem sampai film horror, orang gak akan sepenuhnya takut akan suatu hal ketika dia belum tau apa-apa tentang hal itu nat, begitu juga dengan kamu, gak mungkin kamu sampai setakut ini cuma karena belum pernah mencoba"
"Jadi..... seserem apa sih cerita dan film yang kamu denger dan tonton tentang dua orang yang sedang berkomitmen?"
Oke, aku kalah, aku sudah kehabisan cara untuk mengelak dari pertanyaan viny.
Tapi......
Viny menatap mataku dalam-dalam, awalnya aku sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan dari viny kali ini, tapi tatapan matanya seolah-olah meyakinkanku untuk menceritakan seluruh penyebab kebingungan dan ketakutanku kepadanya.
"Kalo pertanyaan mbak kayak gitu, aku udah bukan lagi nonton film horror atau denger cerita serem mbak, tapi aku udah pernah ketemu sama hantunya mbak"
Sepertinya viny langsung memahami apa yang kumaksud setelah mendengar jawabanku.
Dia langsung meletakkan telapak tangannya di atas tanganku beberapa saat setelah aku menjawab pertanyaannya.
"Mbak, selama ini mbak punya panutan gak?, maksudnya orang yang mbak jadiin panutan dalam membangun suatu hubungan?"
Viny terlihat berpikir sebelum menjawab pertanyaanku.
"A a a ada nat, ayah sama ibu aku, hampir 30 tahun mereka sama-sama, dan mereka bisa jaga hati mereka masing-masing, padahal dulu ayah sering banget tugas ninggalin ibu, tapi ayah gakpernah sampai selingkuh sama perempuan lain, ibu juga sama, meskipun ayah sering pergi, dan juga perekonomian keluargaku dulu sempet gak stabil karena gajih tentara yang gak seberapa, tapi mereka masih bisa sama-sama sampai sekarang"
"T t tapi nat, m m maaf, aku udah paham....."
Aku memotong kalimat viny yang belum selesai.
"Itu lah mbak masalahnya"
"Aku gak bisa kayak mbak"
"Aku gak punya orang yang bisa dijadiin panutan dalam membina suatu hubungan"
"Papa sama ibu pisah, karena ada orang ketiga, dan...."
"Aku gak mau itu terjadi sama aku dan pasanganku nanti mbak"
"Ibu pernah pesen, kata ibu aku gak boleh ngulangin kesalahan papa, aku gak boleh nyakitin perempuan, kata ibu...."
Huuuhhh.....
"Kalo emang gak bener-bener sayang dan cinta, jangan berani-berani buat ngajak berkomitmen"
"Apalagi sampai selingkuh"
"Aku gak mau nyakitin mbak beby atau siapapun, kayak papa dulu nyakitin ibu"
"Mbak liat sendiri kan, gara-gara ketemu shani aja aku bisa lupa sama mbak beby, untung kita belum ada komitmen apa-apa"
"Yaaaa...., meskipun begitu aku akuin mbak kalo aku emang salah"
Aku kembali menghembuskan nafasku dengan kasar sebelum melanjutkan kata-kataku.
"Kalo memang kata orang bener, cinta bisa mencegah semua itu terjadi, aku harus tau apa itu definisi cinta, supaya aku gak ngulangin kesalahan papaku dulu"
"Itu lah mbak, itu kenapa sampai sekarang aku masih ragu buat berkomitmen"
"Dan ini bukan masalah beby, shani atau siapapun mbak, bukan karena kenal sama shani aku jadi takut berkomitmen sama mbak beby"
"Yaaa.... tapi aku akuin mbak, akhir-akhir ini memang kehadiran shani emang bikin masalah ini sedikit tambah rumit"
Sekarang viny menatapku dengan tatapan iba.
Arrggghhh.....
Sebenarnya aku paling tidak suka orang lain menatapku seperti ini, dan itu juga sebabnya aku tidak pernah menceritakan masalah ini kepada orang lain.
"M m m maaf nat, aku gak maksud nyinggung kamu"
Huuuhhh.....
Aku mencoba bersikap sesantai mungkin untuk menghindari suasana canggung.
"udah mbak, gakusah dipikirin lagi, santai aja"
Viny menarik nafasnya dalam-dalam, sepertinya setelah ini dia akan mengatakan sesuatu.
"Mmmmm, aku ngerti kok nat, kalo kamu emang mau nyari apa itu artinya cinta silahkan kamu lanjutin"
"Aku juga bingung jawabnya gimana, aku juga gak pernah ngerasain gimana rasanya ada di posisi kamu"
"Tapi yang jelas, menurutku ketika seseorang sudah ada kemauan untuk menjaga suatu hubungan, semua masalah bisa dilewatin dengan mudah kok, bahkan masalah orang ke 3"
"Kan intinya semua bisa kita capai kalo ada kemauan nat"
"Hehehe, maaf nat, naif banget ya aku?, tapi... cuma itu yang ada di pikiranku sekarang"
Wkwkwkwkwk.
Kalau dipikir-pikir, bukan hanya viny yang naif, aku juga, mungkin menurut kalian aku sangat konyol.
Bagaimana tidak, sok-sokan mencari apa itu definisi cinta, kalau sudah dapat memang aku mau apa?, apakah aku bisa mengaplikasikannya?, apa iya aku bisa mencintai seseorang sesuai dengan definisi cinta yang nanti aku dapat?.
Belum tentuuu!!!!
Huuuhhhh......
Biarlah, nikmati saja prosesnya, namanya juga anak muda, pengalaman hidup yang kurang membuat setiap keputusan yang diambil, tindakan yang dilakukan, dan kata yang keluar dari mulutnya terkesan sangat naif dan sok tau.
Aku: "mmmm, entah lah mbak, aku bingung"
Viny: "Tapi aku percaya kok nat, kamu orang baik, pokoknya, kalau kamu mau memperjuangkan hubungan kamu sama beby, aku pasti bantu kok"
Sambil berkata seperti itu viny kembali tersenyum kearahku.
Huuuuhhhh......
Inilah salah satu sisi kecantikan yang dimilikinya viny, yap, senyumannya selalu bisa membiusku, dan membuatku merasa tenang.
.
.
.
Huuuuhhhh.....
Syukur lah, dari kejauhan aku melihat viny sedang duduk sendirian sambil menggigit burger yang ada di tangannya.
1..... 2.... 3.....
Baaa!!!!
Aku seidikit berteriak sambil menyentuh pundak viny dari belakang.
Aaaaaaaaaa!!! Uhuuukkk!!! Uhuuuukkk!!!
Sontak suara teriakan dan batuk yang keluar dari mulut viny memancing para pengunjung restoran untuk menatap kearah kami.
Viny: "nathaaaa......, ngeselin ah, bikin malu aja uhuuk..."
Aku: "hehehe, nih, minum dulu mbak"
Vinypun mengambil botol air mineral yang ada dihadapannya lalu meminumnya.
Viny: "bisa gak sih nat, 1 hariii aja gak iseng"
Aku: "hehehe, abis, mbak ninggalin aku sih tadi"
Viny: "tau ah!!!, bete"
Viny kembali memakan burger yang ada di tangannya sambil menunjukkan wajah kesal kepadaku.
Aku menatap makanan yang sudah tersaji didepanku, sepertinya ini makanan yang sudah dipesan oleh viny untukku.
"Mbak, ni buat aku kan?, aku makan ya"
Viny masih saja diam dengan wajah juteknya tanpa menjawab pertanyaan yang baru saja kulontarkan.
"Idiihh, ngambekkan"
Tanpa memperdulikan viny yang sekarang masih kesal, aku langsung membuka plastik yang masih melapisi burger milikku.
"Oh iya, berapaan nih mbak?, ini deh, aku ganti"
Sambil berucap seperti itu, aku menyerahkan 1 lembar uang 50 ribuan kepada viny.
Viny mengambilnya dengan sedikit kasar dari tanganku sambil menatapku dengan wajah kesalnya.
Viny: "berhubung ini mahal dan tadi kamu udah ngerjain aku, jadi aku ambil duitnya"
Aku: "idih, siapa yang minta dibayarin"
Viny: "rencananya aku mau nraktir kamu, tapi gak jadi karena kamu ngeselin"
Aku: "yeee, bodoamat"
Akupun kembali melahap burger yang ada di tanganku.
"Oh iya mbak, setelah mbak ngasih tau beby ulang tahun besok, aku baru sadar mbak beberapa hari yang lalu ulang tahun juga, jadi aku tadi sempet beliin ini buat mbak"
Aku menyerahkan bandana yang tadi sempat kubeli kepada viny sebagai hadiah ulang tahunnya yang sebenarnya sudah lewat beberapa hari.
Oh iya, aku baru tahu, ternyata umur beby dan viny hanya berjarak 1 minggu, aku tahu ini karena tidak sengaja melihat pemberitahuan yang muncul dari salah satu media sosial dengan logo f yang saat ini memang sedang sangat populer.
Aku memang agak jarang menggunakannya, sehingga aku tidak tahu jika 1 minggu lalu viny juga berulang tahun.
Aku memilih bandana karena aku rasa viny dengan rambut pendek sebahu dan poni barcodenya akan terlihat lebih cantik jika menggunakannya.
"Enggg, m m makasih nat"
Dari raut wajahnya aku melihat viny agak sedikit terkejut ketika aku menyodorkan bandana sebagai kado ulang tahun kearahnya.
Terlihat viny seperti menahan senyum setelah tangannya menyambut bandana yang kusodorkan.
"Udah mbak, kalo mau senyum ya senyum aja, gak usah ditahan-tahan"
Setelah aku berkata seperti itu kedua mata viny mulai menyipit karena kedua sudut bibirnya yang tertarik keatas.
"Hehehe, aku pake ya nat"
Viny langsung memakai bandana yang kuberikan, dannn......
Tuh kan, benar apa kataku, sekarang viny terlihat sangat cantik setelah memakai bandana yang kuberikan.
Viny: "cantik gak nat?"
Aku: "mmmmm, iya lah, siapa dulu yang beliin bandonya"
Viny: "cantikan aku apa beby?"
Aku: "mmmmm, mbak beby lah"
Viny: "hmmmm, iya deh iya, salah aku nanya sama kamu nat"
Sebenarnya tidak juga sih, beby dan viny sama-sama cantik, menurutku mereka memiliki sisi kecantikannya masing-masing yang tidak bisa kujabarkan dengan detail, aku cuma bisa merasakan dan menikmatinya saja.
"Kalo beby sama shani cantikan siapa?"
Deeeggggg......
Sebenarnya itu pilihan yang sangat mudah, jujur shani jauh lebih cantik kemana-mana.
Tapi.... bukan berarti aku dengan gampangnya memilih shani karena dia lebih cantik, menurutku memilih perempuan untuk dijadikan sebagai kekasih bukan hanya dari faktor cantik atau tidak saja, yaaa... meskipun wajah tetap jadi salah satu faktor utama sih, tapi kalau menurutku yang penting enak dipandang saja sudah cukup.
Toh cantik itu relatif, mungkin kebetulan saja shani terlihat lebih cantik di mataku, eh, tidak juga sih, sepertinya shani memang lebih cantik, hehehe.
Aku: "hmmmmm, udah deh mbak, gak usah bahas shani"
Viny: "bilang aja lebih cantik shani"
Aku: "i i iyasih mbak"
Viny: "huuuuu, dasar cowok!!!, liat yang cantik dikit langsung belok"
Aku: "hehehe, belok dikit doang kok mbak"
Viny: "heeehhh!!!, inget pesen aku kemaren nat"
Aku: "hehe, iya mbak"
Setelah aku meng iya kan peringatan dari viny, kamipun melanjutkan makan siang kami yang belum sepenuhnya tuntas.
.
.
.
Kami kembali duduk di meja yang sebelumnya kami tempati setelah selesai mencuci tangan masing-masing di wastafel.
Viny: "Nat, kamu beliin beby kado apa?"
Aku: "rahasia lah!!!"
Viny: "isshh, balas dendam nih ceritanya?"
Aku: "iya lah, mbak aja gak mau ngasih tau tadi"
Viny: "yaudah deh, aku kasih tau nih, aku tadi beliin beby tas buat kado ulang tahunnya besok"
Aku: "ooohh"
Viny: "kalo kamu beliin beby apa tadi nat?"
Aku: "rahasia!!"
Aku berkata seperti itu sambil memasang wajah tengilku di depan viny.
Viny: "curaaangg!!!, aku kan udah ngasih tau kamu yaa..."
Aku: "tapi kan aku udah gak nanya lagi"
Viny: "hiiihhhh!!!... awas ya kamu nat"
Aku: "hehe, udah deh mbak, liat besok aja, yang jelas ini kadonya spesial"
Viny: "mmmmm, tapi lebih spesial lagi sih nat kalo besok kamu nembak beby"
Deeeegggg......
Aku rasa viny tidak terlihat sedang bercanda sekarang, dari raut wajahnya viny terlihat sangat serius dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya.
Aku: "hmmmm, iya sih mbak, tapiii...."
Viny: "bingun apa lagi nat?"
Viny memotong kalimat terakhirku yang belum selesai deengan pertanyaannya.
Aku: "g g gimana ya mbak, masih sama sih kayak yang dulu"
Viny: "maksudnya?"
Aku memilih diam dan memberi waktu otakku untuk berpikir tentang jawaban apa yang harus aku sampaikan kepada viny untuk menjawab pertanyaannya kali ini.
"Mbak masih inget obrolan kita di pantai malem itu gak?"
Bola mata viny bergerak ke arah kanan bagian atas untuk mengingat-ngingat obrolan kami di pantai beberapa bulan yang lalu.
"Ooohhh, iya nat, aku inget, kamu masih bingung sama apa itu definisi cinta?"
Huuuuhhhh.....
Aku membuang nafasku dengan kasar sambil menganggukkan kepalaku untuk meng iya kan pertanyaan viny.
Viny: "ekheemm... nat, kalo boleh tau... apasih yang bikin kamu ragu?, kenapa kamu ngotot banget harus tau definisi cinta?, jujur sampai sekarang aku bingung sama pemikiran mu nat, apasih pentingnya itu buat kamu?"
Aku: "kan dulu aku udah pernah jelasin ke mbak"
Viny: "iya nat, aku masih inget, tapi... maaf ya nat, menurutku selama ini kamu cuma jadiin kebingungan mu itu sebagai alasan kenapa sekarang kamu takut buat berkomitmen, sekarang pertanyaanku, apa yang bikin kamu bingung?"
Aku sempat terdiam beberapa detik untuk mencerna kalimat terakhir yang keluar dari mulut viny.
Hmmmm, aku mulai paham dengan apa yang sedang viny lakukan sekarang, dia sedang mencoba membolak balikkan pertanyaannya untuk memancingku memberi tahu alasan yang sebenarnya.
Aku: "yaaaa.... banyak lah mbak pokoknya, bisa jadi karena aku belum pernah ngejalanin suatu komitmen aja"
Viny: "aku gak yakin nat, aku tau kamu orang yang nggak pernah berpikir panjang buat nyoba sesuatu hal yang baru"
Aku: "yaaa... karena kalo aku gagal berkomitmen, pasti akan ada orang yang tersakiti"
Viny: "nahh.. kenapa kamu yakin banget kalau kamu gagal?"
Aku: "y y yaaa... siapa tau kan, kemungkinan gagal itu pasti ada"
Wajah viny terlihat agak sedikit bingung, sepertinya dia tidak puas dengan jawaban yang kuberikan atas pertanyaannya.
Sebenarnya aku sangat paham jawaban seperti apa yang diinginkan oleh viny, tapi..... entah lah, jujur aku malas jika harus membahasnya.
"Maaf nat, mungkin aku langsung to the point aja deh"
"Setiap ketakutan itu pasti ada penyebabnya, misalnya orang takut kucing karena dulu pernah dicakar sama kucing, ada juga orang yang takut cicak karena dulu pernah nginjek cicak mati"
"Nah, jadi.... sesuatu apa nat yang bikin kamu jadi takut berkomitmen?, jawab sesuai sama contoh yang aku sebutin sebelumnya"
Huuuhhh.....
Kali ini viny mulai menyampaikan maksudnya secara terang-terangan.
"Enggak juga sih mbak, banyak orang takut hantu, padahal belum pernah ketemu sama sekali"
Viny masih belum menyerah, dia terlihat masih berusaha berpikir bagaimana cara membujukku untuk bercerita.
"Tapi orang takut hantu karena selalu di doktrin sama lingkungannya nat, mulai dari cerita serem sampai film horror, orang gak akan sepenuhnya takut akan suatu hal ketika dia belum tau apa-apa tentang hal itu nat, begitu juga dengan kamu, gak mungkin kamu sampai setakut ini cuma karena belum pernah mencoba"
"Jadi..... seserem apa sih cerita dan film yang kamu denger dan tonton tentang dua orang yang sedang berkomitmen?"
Oke, aku kalah, aku sudah kehabisan cara untuk mengelak dari pertanyaan viny.
Tapi......
Viny menatap mataku dalam-dalam, awalnya aku sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan dari viny kali ini, tapi tatapan matanya seolah-olah meyakinkanku untuk menceritakan seluruh penyebab kebingungan dan ketakutanku kepadanya.
"Kalo pertanyaan mbak kayak gitu, aku udah bukan lagi nonton film horror atau denger cerita serem mbak, tapi aku udah pernah ketemu sama hantunya mbak"
Sepertinya viny langsung memahami apa yang kumaksud setelah mendengar jawabanku.
Dia langsung meletakkan telapak tangannya di atas tanganku beberapa saat setelah aku menjawab pertanyaannya.
"Mbak, selama ini mbak punya panutan gak?, maksudnya orang yang mbak jadiin panutan dalam membangun suatu hubungan?"
Viny terlihat berpikir sebelum menjawab pertanyaanku.
"A a a ada nat, ayah sama ibu aku, hampir 30 tahun mereka sama-sama, dan mereka bisa jaga hati mereka masing-masing, padahal dulu ayah sering banget tugas ninggalin ibu, tapi ayah gakpernah sampai selingkuh sama perempuan lain, ibu juga sama, meskipun ayah sering pergi, dan juga perekonomian keluargaku dulu sempet gak stabil karena gajih tentara yang gak seberapa, tapi mereka masih bisa sama-sama sampai sekarang"
"T t tapi nat, m m maaf, aku udah paham....."
Aku memotong kalimat viny yang belum selesai.
"Itu lah mbak masalahnya"
"Aku gak bisa kayak mbak"
"Aku gak punya orang yang bisa dijadiin panutan dalam membina suatu hubungan"
"Papa sama ibu pisah, karena ada orang ketiga, dan...."
"Aku gak mau itu terjadi sama aku dan pasanganku nanti mbak"
"Ibu pernah pesen, kata ibu aku gak boleh ngulangin kesalahan papa, aku gak boleh nyakitin perempuan, kata ibu...."
Huuuhhh.....
"Kalo emang gak bener-bener sayang dan cinta, jangan berani-berani buat ngajak berkomitmen"
"Apalagi sampai selingkuh"
"Aku gak mau nyakitin mbak beby atau siapapun, kayak papa dulu nyakitin ibu"
"Mbak liat sendiri kan, gara-gara ketemu shani aja aku bisa lupa sama mbak beby, untung kita belum ada komitmen apa-apa"
"Yaaaa...., meskipun begitu aku akuin mbak kalo aku emang salah"
Aku kembali menghembuskan nafasku dengan kasar sebelum melanjutkan kata-kataku.
"Kalo memang kata orang bener, cinta bisa mencegah semua itu terjadi, aku harus tau apa itu definisi cinta, supaya aku gak ngulangin kesalahan papaku dulu"
"Itu lah mbak, itu kenapa sampai sekarang aku masih ragu buat berkomitmen"
"Dan ini bukan masalah beby, shani atau siapapun mbak, bukan karena kenal sama shani aku jadi takut berkomitmen sama mbak beby"
"Yaaa.... tapi aku akuin mbak, akhir-akhir ini memang kehadiran shani emang bikin masalah ini sedikit tambah rumit"
Sekarang viny menatapku dengan tatapan iba.
Arrggghhh.....
Sebenarnya aku paling tidak suka orang lain menatapku seperti ini, dan itu juga sebabnya aku tidak pernah menceritakan masalah ini kepada orang lain.
"M m m maaf nat, aku gak maksud nyinggung kamu"
Huuuhhh.....
Aku mencoba bersikap sesantai mungkin untuk menghindari suasana canggung.
"udah mbak, gakusah dipikirin lagi, santai aja"
Viny menarik nafasnya dalam-dalam, sepertinya setelah ini dia akan mengatakan sesuatu.
"Mmmmm, aku ngerti kok nat, kalo kamu emang mau nyari apa itu artinya cinta silahkan kamu lanjutin"
"Aku juga bingung jawabnya gimana, aku juga gak pernah ngerasain gimana rasanya ada di posisi kamu"
"Tapi yang jelas, menurutku ketika seseorang sudah ada kemauan untuk menjaga suatu hubungan, semua masalah bisa dilewatin dengan mudah kok, bahkan masalah orang ke 3"
"Kan intinya semua bisa kita capai kalo ada kemauan nat"
"Hehehe, maaf nat, naif banget ya aku?, tapi... cuma itu yang ada di pikiranku sekarang"
Wkwkwkwkwk.
Kalau dipikir-pikir, bukan hanya viny yang naif, aku juga, mungkin menurut kalian aku sangat konyol.
Bagaimana tidak, sok-sokan mencari apa itu definisi cinta, kalau sudah dapat memang aku mau apa?, apakah aku bisa mengaplikasikannya?, apa iya aku bisa mencintai seseorang sesuai dengan definisi cinta yang nanti aku dapat?.
Belum tentuuu!!!!
Huuuhhhh......
Biarlah, nikmati saja prosesnya, namanya juga anak muda, pengalaman hidup yang kurang membuat setiap keputusan yang diambil, tindakan yang dilakukan, dan kata yang keluar dari mulutnya terkesan sangat naif dan sok tau.
Aku: "mmmm, entah lah mbak, aku bingung"
Viny: "Tapi aku percaya kok nat, kamu orang baik, pokoknya, kalau kamu mau memperjuangkan hubungan kamu sama beby, aku pasti bantu kok"
Sambil berkata seperti itu viny kembali tersenyum kearahku.
Huuuuhhhh......
Inilah salah satu sisi kecantikan yang dimilikinya viny, yap, senyumannya selalu bisa membiusku, dan membuatku merasa tenang.
Diubah oleh akmal162 30-04-2020 07:38
Herisyahrian dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Kutip
Balas
