- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#146
Spoiler for Part 50:
Part 50
Trrriiinggg..... Trriiiingggg....
"Haloo shan, kenapa?"
Kegiatan makan siangku kali ini terhenti karena panggilan dari shani yang masuk ke handphoneku.
"Malem ini sibuk gak nat?"
Sebelum menjawab pertanyaan shani aku memilih beranjak dari tempat dudukku, lalu berjalan keluar dari warung bi idah untuk menjauhi teman-temanku yang sekarang sedang heboh karena tahu bahwa aku sedang berbicara dengan shani.
Aku: "nggak kok shan, emang kenapa?"
Shani: "malem ini bisa temenin aku nat"
Aku: "emang mau kemana shan?"
Shani: "mamah sama adek aku malem ini mau kesini nat, naik kereta, kamu mau nemenin aku jemput mereka nggak?"
Sontak aku dibuat terkejut dengan ajakan shani kali ini.
Aku: "ennggggg, nanti jemputnya naik apa shan?"
Shani: "naik mobil aku aja nat, kamu yang nyetirin yaaa"
Aku: "hehe, aduh shan, aku belum terlalu lancar kalo nyetir"
Shani: "lah, pas kemaren kamu bawa mobilnya nadia perasaan bisa nat"
Aku: "yaitu kepaksa shan, daripada si fandi yang lagi mabok berat nyetir, mending aku"
Shani: "yaudah, initinya bisa kan nat?"
Aku: "eeenggg, iya deh shan, bisa kok"
Shani: "oke nat, kereta mereka sampainya jam 6 sore, sebelum maghrib kamu jemput aku ya"
Aku: "i i iya shan"
Huuuhhh.....
Lagi-lagi aku tidak sanggup untuk menolak permintaan shani, dan..... sampai saat ini aku juga belum siap untuk terbuka kepada beby tentang kedekatanku dengan shani seperti saran dari viny beberapa hari yang lalu.
Huuuhhhh......
yasudah lah, diikuti saja alurnya, seperti biasa nat..., let it flow.
.
.
.
"Mamaahh... dedeeeek...."
Shani berlari untuk menghampiri ibu dan adiknya yang baru saja turun dari kereta.
Sementara aku memilih untuk pelan-pelan mendekati shani yang sekarang sedang melepas rindu dengan ibu dan adiknya.
"Kamu yaa, jarang banget pulang sekarang, tiap hari rendy nanyain kamu tuh"
"Gak kak, mamah bohong"
"Utututu, ada yang kangen sama kakak ternyata, sini.... peluk"
Shani memeluk seorang laki-laki yang berdiri tepat disamping ibunya.
Saat shani sedang berpelukan dengan adiknya, secara tidak sengaja tatapan mataku dan ibunya shani sempat bertemu.
Akupun memutuskan untuk melemparkan senyuman kearah ibunya shani sambil sedikit menganggukan kepala, ibunya shanipun membalas senyumanku, lalu dia menepuk lengan shani yang sekarang masih asyik bercengkrama dengan adiknya.
"Shan, itu temen kamu?"
Sontak shani langsung menoleh kearahku.
"Oh iya mah, sampe lupa"
Shani menarik tanganku untuk mendekat kearah ibu dan adiknya.
"Mah, dek, ini natha, temen shani"
Tanpa menunggu lama, aku langsung menyodorkan tangan kearah ibunya shani, setelah jabatan tanganku disambut, aku langsung mencium tangannya sambil memperkenalkan diri.
Setelah itu aku kembali menyodorkan tangan kepada adik laki-laki shani yang bernama rendy sambil memperkenalkan namaku, rendy menyambut jabatan tanganku dan juga memperkenalkan namanya.
Setelah itu akupun langsung berinisiatif membantu ibu dan adik shani untuk membawakan koper yang sekarang mereka bawa sambil berjalan menghampiri mobil shani yang sekarang berada di parkiran.
Setelah sampai di mobil, aku langsung memasukkan koper tersebut kedalam bagasi mobil.
Hmmmmmm....
Sekarang aku tahu dari mana sumber kecantikan shani, ada yang bilang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, dan ternyata itu terbukti.
Jika dilihat-lihat, meskipun sudah terlihat agak sedikit tua, ibunya shani bisa dibilang memiliki wajah yang sangat cantik.
Aku yakin, di masa mudanya dulu dia pasti menjadi rebutan banyak lelaki, yaaa.... seperti anaknya sekarang, aku yakin banyak laki-laki lain yang berusaha mendekati dan memperebutkan shani, tapi.... kalian lihat sendiri kan sekarang?.
Wkwkwkwkkwkwkwkwkwkkwk.
Hmmmm, yang petama beby, yang kedua viny, yang ketiga shani, yang keempat..... mamahnya shani.
Ya enggak lah goblooookkk....
.
.
.
"Kamu kuliah dimana mas?"
Sekarang kami sedang duduk ber 4 di salah satu restoran seafood untuk makan malam bersama.
Aku duduk disamping shani, sedangkan ibu dan adik shani duduk saling bersampingan diseberang aku dan shani.
"Saya di U*N bu, jurusan teknik perminyakan"
Huuuhhhh......
Jujur kondisi seperti sekarang membuatku menjadi agak sedikit gugup, bagaimana tidak, aku merasa seperti calon menantu yang sedang diinterogasi oleh calon mertua.
Yaaaaa... meskipun sebenarnya ibunya bertanya secara baik-baik, tapi tetap saja, sebelumnya aku sama sekali tidak pernah dihadapkan dengan kondisi seperti ini, sehingga saat ini aku merasa agak sedikit terintimidasi.
Ibu shani: "ooohh, semester berapa sekarang mas?"
Aku: "saya masih semester 6 bu"
Ibu shani: "oalah,beda 1 tahun ya berarti sama shani"
Aku: "iya bu"
Ibunya shani: "kamu orang jogja?"
Aku: "bukan bu, kalau saya asalnya dari samarinda bu"
Ibu shani: "oooohh, samarinda, kalimantan timur ya?"
Aku: "iya bu"
Keadaan sempat hening sejenak setelah aku menjawab pertanyaan terakhir dari ibunya shani.
Ibu shani: "ibu sama bapak kamu berarti di samarinda?"
Aku: "kalau ibu saya iya bu, tapi kalau bapak saya kerja di surabaya"
Ibu shani: "oooohh, kerja apa bapakmu di surabaya?"
Aku: "PNS bu, di kementrian pembangunan kalo gak salah"
Ibunya shani terus menerus bertanya kepadaku sembari menunggu makan malam yang belum kunjung siap, mulai dari tempat kuliah, jurusan kuliah, keluarga, cita-cita, rencana kedepannya, dan masih banyak lagi.
Shani: "maahh, tanya-tanya terus ih dari tadi"
Ibu shani: "kenapa sih shan, kan mamah cuma pengen lebih kenal sama pacar kamu"
Deeeggg......
Sontak aku dibuat terkejut dengan pernyataan yang baru saja dilontatkan oleh ibunya shani.
Begitu juga dengan shani, dari raut wajahnya aku dapat melihat bahwa shani tidak kalah terkejutnya denganku.
Tapi sebenarnya aku tidak terlalu heran kenapa ibunya shani berkata seperti itu, bagaimana tidak, aku lah yang diajak shani untuk menemaninya menjemput mereka saat ini.
Lagipula shani aneh-aneh saja, apa coba maksudnya mengajakku untuk menemaninya malam ini?, masa iya dia mau memperkenalkanku dengan ibunya?, padahal kami baru bertemu beberapa kali.
Memang setelah kejadian malam itu, aku dan shani sempat jalan beberapa kali untuk sekedar makan malam atau makan siang bersama, dan tentu saja tanpa sepengetahuan beby dan viny.
Shani: "mamah.... apa-apaan sih, kita gak pacaran kok"
Ibunya shani: "oalah, mamah kira kalian pacaran"
Shani: "enggak maahh... iihhh... bikin malu aja sih"
Ibunya shani: "shan... shan... gakpapa juga kok kalo kalian pacaran, kan udah sama-sama gede, asal kalian tau batesan gak masalah kok, iya gak mas natha?"
Deeeggggg.....
Aku hanya terkekeh sambil menggaruk bagian atas kepalaku yang sebenarnya tidak terasa gatal setelah mendengar percakapan shani dan ibunya.
Kalau sudah dalam kondisi seperti ini aku jadi merasa senang sekaligus merasa bingung.
Aku merasa senang karena dari pertanyaan yang dilontarkan oleh ibunya shani barusan secara tidak langsung menandakan bahwa dia bisa menerimaku dengan baik sebagai teman dekat shani, mmmmm, bahkan sebagai kekasih.
Tapi.... aku tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan dari ibunya shani, mungkin kalau beby tidak pernah masuk dalam kehidupanku, aku akan dengan mudahnya meng iya kan pertanyaan itu.
"Permisi bu, mas, mbak"
Huuuuhhhh.....
Untung saja mas-mas pegawai datang diwaktu yang tepat, jadi aku tidak perlu menjawab pertanyaan ibunya shani.
"Monggo mas, langsung ambil aja makanannya, gak usah sungkan"
Setelah semua makanan sudah tersaji di depan kami, ibunya shani mempersilahkan kami semua untuk makan.
"E e ehh, iya bu, makasih"
.
.
.
"Makasih ya nat, udah nemenin aku jemput mamah"
Setelah mengantarkan ibu dan adik shani ke hotel tempat mereka menginap, shani meminta izin kepada ibunya untuk mengantarku mengambil motor di kosanya terlebih dahulu, hotel tempat ibu dan adik shani menginap memang tidak jauh dari kos shani, sehingga tidak butuh waktu yang lama untuk shani mengantarkanku kesini.
Aku: "iya shan, sama-sama, santai kok, aku lagi kosong juga"
Shani: "oh iya nat, maaf ya, ibu aku emang kayak gitu, maaf kalo kamu gak nyaman"
Aku: "hehehe, santai shan, ibu kamu baik kok"
Keadaan sempat hening sejenak setelah aku mengucapkan kalimat terakhirku.
Aku: "oh iya shan, aku pulang sekarang ya, kasian ibu kamu, pasti udah nungguin kamu di hotel"
Shani: "iya nat, sekali lagi makasih ya buat malem ini"
Aku: "iya shan, sama-sama, aku pulang dulu yaaa"
Shani: "iya nat, hati-hati yaa, daahhh..."
Aku: "daahh..."
Setelah membalas lambaian tangan dari shani akupun memutuskan langsung melajukan motorku untuk pulang ke kos.
Trrriiinggg..... Trriiiingggg....
"Haloo shan, kenapa?"
Kegiatan makan siangku kali ini terhenti karena panggilan dari shani yang masuk ke handphoneku.
"Malem ini sibuk gak nat?"
Sebelum menjawab pertanyaan shani aku memilih beranjak dari tempat dudukku, lalu berjalan keluar dari warung bi idah untuk menjauhi teman-temanku yang sekarang sedang heboh karena tahu bahwa aku sedang berbicara dengan shani.
Aku: "nggak kok shan, emang kenapa?"
Shani: "malem ini bisa temenin aku nat"
Aku: "emang mau kemana shan?"
Shani: "mamah sama adek aku malem ini mau kesini nat, naik kereta, kamu mau nemenin aku jemput mereka nggak?"
Sontak aku dibuat terkejut dengan ajakan shani kali ini.
Aku: "ennggggg, nanti jemputnya naik apa shan?"
Shani: "naik mobil aku aja nat, kamu yang nyetirin yaaa"
Aku: "hehe, aduh shan, aku belum terlalu lancar kalo nyetir"
Shani: "lah, pas kemaren kamu bawa mobilnya nadia perasaan bisa nat"
Aku: "yaitu kepaksa shan, daripada si fandi yang lagi mabok berat nyetir, mending aku"
Shani: "yaudah, initinya bisa kan nat?"
Aku: "eeenggg, iya deh shan, bisa kok"
Shani: "oke nat, kereta mereka sampainya jam 6 sore, sebelum maghrib kamu jemput aku ya"
Aku: "i i iya shan"
Huuuhhh.....
Lagi-lagi aku tidak sanggup untuk menolak permintaan shani, dan..... sampai saat ini aku juga belum siap untuk terbuka kepada beby tentang kedekatanku dengan shani seperti saran dari viny beberapa hari yang lalu.
Huuuhhhh......
yasudah lah, diikuti saja alurnya, seperti biasa nat..., let it flow.
.
.
.
"Mamaahh... dedeeeek...."
Shani berlari untuk menghampiri ibu dan adiknya yang baru saja turun dari kereta.
Sementara aku memilih untuk pelan-pelan mendekati shani yang sekarang sedang melepas rindu dengan ibu dan adiknya.
"Kamu yaa, jarang banget pulang sekarang, tiap hari rendy nanyain kamu tuh"
"Gak kak, mamah bohong"
"Utututu, ada yang kangen sama kakak ternyata, sini.... peluk"
Shani memeluk seorang laki-laki yang berdiri tepat disamping ibunya.
Saat shani sedang berpelukan dengan adiknya, secara tidak sengaja tatapan mataku dan ibunya shani sempat bertemu.
Akupun memutuskan untuk melemparkan senyuman kearah ibunya shani sambil sedikit menganggukan kepala, ibunya shanipun membalas senyumanku, lalu dia menepuk lengan shani yang sekarang masih asyik bercengkrama dengan adiknya.
"Shan, itu temen kamu?"
Sontak shani langsung menoleh kearahku.
"Oh iya mah, sampe lupa"
Shani menarik tanganku untuk mendekat kearah ibu dan adiknya.
"Mah, dek, ini natha, temen shani"
Tanpa menunggu lama, aku langsung menyodorkan tangan kearah ibunya shani, setelah jabatan tanganku disambut, aku langsung mencium tangannya sambil memperkenalkan diri.
Setelah itu aku kembali menyodorkan tangan kepada adik laki-laki shani yang bernama rendy sambil memperkenalkan namaku, rendy menyambut jabatan tanganku dan juga memperkenalkan namanya.
Setelah itu akupun langsung berinisiatif membantu ibu dan adik shani untuk membawakan koper yang sekarang mereka bawa sambil berjalan menghampiri mobil shani yang sekarang berada di parkiran.
Setelah sampai di mobil, aku langsung memasukkan koper tersebut kedalam bagasi mobil.
Hmmmmmm....
Sekarang aku tahu dari mana sumber kecantikan shani, ada yang bilang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, dan ternyata itu terbukti.
Jika dilihat-lihat, meskipun sudah terlihat agak sedikit tua, ibunya shani bisa dibilang memiliki wajah yang sangat cantik.
Aku yakin, di masa mudanya dulu dia pasti menjadi rebutan banyak lelaki, yaaa.... seperti anaknya sekarang, aku yakin banyak laki-laki lain yang berusaha mendekati dan memperebutkan shani, tapi.... kalian lihat sendiri kan sekarang?.
Wkwkwkwkkwkwkwkwkwkkwk.
Hmmmm, yang petama beby, yang kedua viny, yang ketiga shani, yang keempat..... mamahnya shani.
Ya enggak lah goblooookkk....
.
.
.
"Kamu kuliah dimana mas?"
Sekarang kami sedang duduk ber 4 di salah satu restoran seafood untuk makan malam bersama.
Aku duduk disamping shani, sedangkan ibu dan adik shani duduk saling bersampingan diseberang aku dan shani.
"Saya di U*N bu, jurusan teknik perminyakan"
Huuuhhhh......
Jujur kondisi seperti sekarang membuatku menjadi agak sedikit gugup, bagaimana tidak, aku merasa seperti calon menantu yang sedang diinterogasi oleh calon mertua.
Yaaaaa... meskipun sebenarnya ibunya bertanya secara baik-baik, tapi tetap saja, sebelumnya aku sama sekali tidak pernah dihadapkan dengan kondisi seperti ini, sehingga saat ini aku merasa agak sedikit terintimidasi.
Ibu shani: "ooohh, semester berapa sekarang mas?"
Aku: "saya masih semester 6 bu"
Ibu shani: "oalah,beda 1 tahun ya berarti sama shani"
Aku: "iya bu"
Ibunya shani: "kamu orang jogja?"
Aku: "bukan bu, kalau saya asalnya dari samarinda bu"
Ibu shani: "oooohh, samarinda, kalimantan timur ya?"
Aku: "iya bu"
Keadaan sempat hening sejenak setelah aku menjawab pertanyaan terakhir dari ibunya shani.
Ibu shani: "ibu sama bapak kamu berarti di samarinda?"
Aku: "kalau ibu saya iya bu, tapi kalau bapak saya kerja di surabaya"
Ibu shani: "oooohh, kerja apa bapakmu di surabaya?"
Aku: "PNS bu, di kementrian pembangunan kalo gak salah"
Ibunya shani terus menerus bertanya kepadaku sembari menunggu makan malam yang belum kunjung siap, mulai dari tempat kuliah, jurusan kuliah, keluarga, cita-cita, rencana kedepannya, dan masih banyak lagi.
Shani: "maahh, tanya-tanya terus ih dari tadi"
Ibu shani: "kenapa sih shan, kan mamah cuma pengen lebih kenal sama pacar kamu"
Deeeggg......
Sontak aku dibuat terkejut dengan pernyataan yang baru saja dilontatkan oleh ibunya shani.
Begitu juga dengan shani, dari raut wajahnya aku dapat melihat bahwa shani tidak kalah terkejutnya denganku.
Tapi sebenarnya aku tidak terlalu heran kenapa ibunya shani berkata seperti itu, bagaimana tidak, aku lah yang diajak shani untuk menemaninya menjemput mereka saat ini.
Lagipula shani aneh-aneh saja, apa coba maksudnya mengajakku untuk menemaninya malam ini?, masa iya dia mau memperkenalkanku dengan ibunya?, padahal kami baru bertemu beberapa kali.
Memang setelah kejadian malam itu, aku dan shani sempat jalan beberapa kali untuk sekedar makan malam atau makan siang bersama, dan tentu saja tanpa sepengetahuan beby dan viny.
Shani: "mamah.... apa-apaan sih, kita gak pacaran kok"
Ibunya shani: "oalah, mamah kira kalian pacaran"
Shani: "enggak maahh... iihhh... bikin malu aja sih"
Ibunya shani: "shan... shan... gakpapa juga kok kalo kalian pacaran, kan udah sama-sama gede, asal kalian tau batesan gak masalah kok, iya gak mas natha?"
Deeeggggg.....
Aku hanya terkekeh sambil menggaruk bagian atas kepalaku yang sebenarnya tidak terasa gatal setelah mendengar percakapan shani dan ibunya.
Kalau sudah dalam kondisi seperti ini aku jadi merasa senang sekaligus merasa bingung.
Aku merasa senang karena dari pertanyaan yang dilontarkan oleh ibunya shani barusan secara tidak langsung menandakan bahwa dia bisa menerimaku dengan baik sebagai teman dekat shani, mmmmm, bahkan sebagai kekasih.
Tapi.... aku tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan dari ibunya shani, mungkin kalau beby tidak pernah masuk dalam kehidupanku, aku akan dengan mudahnya meng iya kan pertanyaan itu.
"Permisi bu, mas, mbak"
Huuuuhhhh.....
Untung saja mas-mas pegawai datang diwaktu yang tepat, jadi aku tidak perlu menjawab pertanyaan ibunya shani.
"Monggo mas, langsung ambil aja makanannya, gak usah sungkan"
Setelah semua makanan sudah tersaji di depan kami, ibunya shani mempersilahkan kami semua untuk makan.
"E e ehh, iya bu, makasih"
.
.
.
"Makasih ya nat, udah nemenin aku jemput mamah"
Setelah mengantarkan ibu dan adik shani ke hotel tempat mereka menginap, shani meminta izin kepada ibunya untuk mengantarku mengambil motor di kosanya terlebih dahulu, hotel tempat ibu dan adik shani menginap memang tidak jauh dari kos shani, sehingga tidak butuh waktu yang lama untuk shani mengantarkanku kesini.
Aku: "iya shan, sama-sama, santai kok, aku lagi kosong juga"
Shani: "oh iya nat, maaf ya, ibu aku emang kayak gitu, maaf kalo kamu gak nyaman"
Aku: "hehehe, santai shan, ibu kamu baik kok"
Keadaan sempat hening sejenak setelah aku mengucapkan kalimat terakhirku.
Aku: "oh iya shan, aku pulang sekarang ya, kasian ibu kamu, pasti udah nungguin kamu di hotel"
Shani: "iya nat, sekali lagi makasih ya buat malem ini"
Aku: "iya shan, sama-sama, aku pulang dulu yaaa"
Shani: "iya nat, hati-hati yaa, daahhh..."
Aku: "daahh..."
Setelah membalas lambaian tangan dari shani akupun memutuskan langsung melajukan motorku untuk pulang ke kos.
Diubah oleh akmal162 30-04-2020 07:06
agungvanjj dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas
