- Beranda
- Stories from the Heart
Pelet Orang Banten
...
TS
papahmuda099
Pelet Orang Banten

Assalamualaikum wr.wb.
Perkenalkan, aku adalah seorang suami yang saat kisah ini terjadi, tepat berusia 30 tahun. Aku berasal dari Jawa tengah, tepatnya disebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, yang masih termasuk kedalam wilayah kabupaten Purbalingga.
Aku, bekerja disebuah BUMN sebagai tenaga kerja outsourcing di pinggiran kota Jakarta.
Kemudian istriku, adalah seorang perempuan Sumatra berdarah Banten. Kedua orang tuanya asli Banten. Yang beberapa tahun kemudian, keduanya memutuskan untuk ber-transmigrasi ke tanah Andalas bagian selatan. Disanalah kemudian istriku lahir.
Istriku ini, sebut saja namanya Rara ( daripada sebut saja mawar, malah nantinya jadi cerita kriminal lagi
), bekerja disebuah pabrik kecil, di daerah kabupaten tangerang, sejak akhir tahun 2016. Istriku, karena sudah memiliki pengalaman bekerja disebuah pabrik besar di wilayah Serang banten, maka ia ditawari menduduki jabatan yang lumayan tinggi dipabrik tersebut.Dan alhamdulillah, kami sudah memiliki seorang anak perempuan yang saat ini sudah berusia 8 tahun. Hanya saja, dikarenakan kami berdua sama-sama sibuk dalam bekerja, berangkat pagi pulang malam, jadi semenjak 2016 akhir, anak semata wayang kami ini, kami titipkan ditempat orang tuaku di Jawa sana.
Oya, sewaktu kejadian ini terjadi (dan sampai saat ini), kami tinggal disebuah kontrakan besar dan panjang. Ada sekitar 15 kontrakan disana. Letak kontrakan kami tidak terlalu jauh dari pabrik tempat istriku bekerja. Jadi, bila istriku berangkat, ia cukup berjalan kaki saja. Pun jika istirahat, istriku bisa pulang dan istirahat dirumah.
Oke, aku kira cukup untuk perkenalannya. Kini saatnya aku bercerita akan kejadian NYATA yang aku alami. Sebuah kejadian yang bukan saja hampir membuat rumah tangga kami berantakan, tapi juga nyaris merenggut nyawaku dan istriku !

Aku bukannya ingin mengumbar aib rumah tanggaku, tapi aku berharap, agar para pembaca bisa untuk setidaknya mengambil hikmah dan pelajaran dari kisahku ini

*
Bismillahirrahmanirrahim
Senin pagi, tanggal 10 februari 2020.
Biasanya, jam 7 kurang sedikit, istriku pamit untuk berangkat bekerja. Tapi hari ini, ia mengambil cuti 2 hari ( Senin dan selasa ), dikarenakan ia hendak pergi ke Balaraja untuk melakukan interview kerja. Istriku mendapatkan penawaran kerja dari salah satu pabrik yang ada disana dan dengan gaji yang lebih besar dari gaji yang ia terima sekarang.
Karena hanya ada 1 motor, dan itu aku gunakan untuk kerja, ia memutuskan untuk naik ojek online saja.
Awalnya aku hendak mengantarnya
tapi jam interview dan jam aku berangkat kerja sama. Akhirnya, aku hanya bisa berpesan hati-hati saja kepadanya.Pagi itu, kami sempat mengobrol dan berandai-andi jika nantinya istriku jadi untuk bekerja di balaraja.
"Kalau nanti bunda jadi kerja disana, gimana nanti pulang perginya ?" kataku agak malas. Karena memikirkan bagaimana aku harus antar jemput.
"Nanti bunda bisa bisa ajak 1 anak buah bunda dari pabrik lama, yah," jawab istriku, "nanti dia bunda ajak kerja disana bareng. Kebetulan rumah dia juga deket disini-sini juga."
Wajahku langsung cerah begitu tahu, kalau aku nantinya tidak terlalu repot untuk antar jemput.
"Siapa emang, bun?" tanyaku, "Diki?"
Diki adalah salah satu anak buah istriku dipabrik ini. Diki juga sudah kami anggap sebagai adik sendiri. Selain sesama orang lampung, juga karena kami sudah mengenal sifat anak muda itu.
"Bukan," jawab istriku.
Aku langsung memandang istriku dengan heran.
"Terus siapa?"
"Sukirman, yah. Dia anak buah bunda juga. Kerjanya bagus, makanya mau bunda ajak buat bantu bunda nanti disana."
"Kenapa bukan diki aja, bun?" tanyaku setengah menuntut.
Istriku menggelengkan kepalanya.
"Diki masih diperluin dipabrik bunda yang lama. Gak enak juga main asal ambil aja sama bos. Kalo kirman ini, dia emang anak buah bunda. Kasihan, yah. Dia disini gajinya harian. Mana dia anak udah 2 masih kecil-kecil lagi." Istriku menerangkan panjang lebar.
Aku akhirnya meng-iyakan perkataannya tersebut. Aku berfikir, "ah, yang penting aku gak susah. Gak capek bolak balik antar jemput. Lagian maksud istriku juga baik, membantu anak buahnya yang susah."
"Ya udah, bun. Asalkan jaga kepercayaan ayah ya sayang," aku akhirnya memilih untuk mempercayainya.
Jam 09:00 pas, aku berangkat kerja. Tak lupa aku berpamitan kepada istriku. Setelah itu aku berangkat dengan mengendarai sepeda motor berjenis matic miliku.
Waktu tempuh dari kontrakanku ketempat kerja sekitar 40-50 menit dengan jalan santai. Jadi ya seperti biasa, saat itu aku menarik gas motorku diantara kecepatan 50 km/jam.
Tapi tiba-tiba, saat aku sudah sampai disekitaran daerah Jatiuwung. Motorku tiba-tiba saja mati

"Ya ampun, kenapa nih motor. Kok tau-tau mati," kataku dalam hati.
Aku lalu mendorong motorku kepinggir. Lalu aku coba menekan stater motor, hanya terdengar suara "cekiskiskiskis...," saja

Gagal aku stater, aku coba lagi dengan cara diengkol.
Motor aku standar 2. Lalu aku mulai mengengkol.
Terasa enteng tanpa ada angin balik ( ya pokoknya ngemposlah ) yang keluar dari motor.
"Ya elah, masa kumat lagi sih ini penyakit," ujarku mengetahui penyebab mati mendadaknya motorku ini.
Penyebabnya adalah los kompresi
Penyakit ini, memang dulu sering motorku alami. Tapi itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat, motorku terakhir mengalami los kompresi adalah sekitar tahun 2017.Lalu, entah mengapa. Aku tiba-tiba saja merasakan perubahan pada moodku.
Yang awalnya baik-baik saja sedari berangkat, langsung berubah menjadi jelek begitu mengalami kejadian los kompresi ini.
Hanya saja, aku mencoba untuk bersabar dengan cara memilih langsung mendorong motorku mencari bengkel terdekat.
Selama mendorong motor ini, aku terus menerus ber-istighfar didalam hati. Soalnya, gak tau kenapa, timbul perasaan was-was dan pikiran-pikiran buruk yang terus melintas dibenak ini.
"Astaghfirullah...Astaghfirullah...semoga ini bukan pertanda buruk," kalimat itu terus kuulang-ulang didalam hati.
Alhamdulillah, tak lama kemudian, aku menemukan sebuah bengkel. Aku langsung menjelaskan permasalahan motorku.
Oleh si lay, aku disarankan untuk ganti busi. Aku sih oke-oke saja. Yang penting cepet beres. Karena aku tidak mau terlambat dalam bekerja.
"Bang, motornya nanti lubang businya aku taruh oli sedikit ya," kata si lay itu padaku. Lalu lanjutnya, "nanti agak ngebul sedikit. Tapi tenang aja, bang. Itu cuman karena olinya aja kok. Nanti juga ilang sendiri."
"Atur aja bang," kataku cepat.
Sekitar 5 menit motorku diperbaiki olehnya. Dan benar saja, motorku memang langsung menyala, tapi kulihat ada asap yang keluar dari knalpot motorku.
"Nanti jangan kau gas kencang dulu, bang," katanya.
"Oke,"
Setelah membayar biaya ganti busi dan lainnya. Aku langsung melanjutkan perjalananku.
Aku sampai dikantor telat 5 menit. Yakni jam 10:05. Jam operasional kantorku sudah buka. Aku langsung menjelaskan penyebab keterlambatanku kepada atasanku. Syukurnya, merek mengerti akan penjelasan ku. Hanya saja, kalau nanti ada apa-apa lagi, aku dimintanya untuk memberikan kabar lewat telepon atau WA.
Aku lalu, mulai bekerja seperti biasa lagi.
Jam menunjukan pukul 12:00 wib.
Itu adalah jam istirahat pabrik istriku. Aku lalu menulis chat untuknya. Contreng 2, tapi tak kunjung dibacanya. Aku lalu berinisiatif untuk menelponnya. Berdering, tapi tak diangkat juga.
"Kemana ini orang....," kataku agak kesal.
"Ya udahlah, nanti juga ngabarin balik," ujarku menghibur diri.
Jam 13:30 siang, disaat aku hendak melaksanak ibadah solat Dzuhur. HPku berdering.
Kulihat disana tidak tertera nama, hanya nomer telpon saja.
"Nomer siapa nih," desisku.
Awalnya aku malas untuk mengangkatnya.
Tapi sekali lagi nomer itu meneleponku.
Dan, entah kenapa jantungku tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Hatiku langsung merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan akan aku dapatkan, bila aku mengangkat telpon ini.
Dengan berdebar, aku lalu menekan tombol hijau di HPku.
"Halo, Assalamualaikum...," jawabku.
"Halo, waalaikumsalam...," kata si penelpon.
"Maaf, ini siapa ya ?" tanyaku.
"Ini saya, mas. Sumarno," jawabnya.
"Oh, mas Sumarno," kataku.
Sumarno adalah laki-laki yang diserahi tanggung jawab untuk mengawasi dan mengurus kontrakan tempatku tinggal.
"Ada apa ya, mas ?" tanyaku dengan jantung berdebar-debar.
"Maaf mas sebelumnya," jawab mas Sumarno.
Aku menunggu kelanjutan kalimat mas Sumarno ini dengan tidak sabar.
Lalu, penjaga kontrakan kami ini melanjutkan ucapannya. Ucapan yang membuat lututku lemas, tubuhku menggigil hebat. Sebuah ucapan yang rasanya tidak akan terjadi selama aku mengenal istriku. Dari sejak kami berpacaran sampai akhirnya kami menikah.
Mas Sumarno berkata, "Mbak Rara berduaan sama laki-laki didalam kontrakan sekarang. Dan pintu dikunci dari dalam."
***
Part 1
Pelet Orang Banten
Quote:
Part 2
Teror Alam Ghaib
Quote:
Terima kasih kepada agan zafin atas bantuannya, dan terutama kepada para pembaca thread ini yang sudah sudi untuk mampir dilapak saya

*
Silahkan mampir juga dicerita saya yang lainnya
Diubah oleh papahmuda099 05-04-2024 04:27
bebyzha dan 248 lainnya memberi reputasi
235
333.7K
3.1K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
papahmuda099
#400
Pengalaman kami bag.5
Aku mengikuti arah pandangnya.
Mata itu ternyata melihat kesebuah pohon besar yang berada disisi kananku.
Mataku menyipit. Berusaha untuk memperhatikan lebih jelas sosok apa yang duduk sendirian disana.
Sesosok makhluk bergaun merah.

Sosok itu ternyata adalah makhluk yang kita kenal sebagai kuntilanak merah. Dan seperti yang kita tahu, kuntilanak itu memiliki tingkat kesaktian yang lebih tinggi daripada ada kuntilanak biasa.
Mataku terbelalak melihatnya, aku tak menyangka akan menghadapi teror dari 2 makhluk alam gaib ini.
Menghadapi 1 genderuwo saja aku sudah kewalahan, apalagi sekarang ditambah dengan makhluk yang bernama kuntilanak merah.
Ingin menangis rasanya, tapi air mata ini tak bisa mengalir. Aku pasrah dengan keadaan ini. Aku sudah menyerah, Aku sudah tak sanggup lagi untuk melangkahkan kakiku. Padahal aku memiliki keyakinan bahwa gua yang Abah maksud berada di antara taman-taman itu.
Aku lalu memejamkan mata. Menunggu apa yang akan dilakukan kedua makhluk gaib tersebut kepadaku.
Di saat mataku terpejam, aku bisa merasakan getaran di tanah. Dan aku yakin, itu berasal dari langkah kaki genderuwo yang di sebelah kiriku.
Lalu lamat-lamat dari sebelah kanan aku mendengar suara tertawa yang sangat khas, suara tertawa yang sanggup membuat bulu kudukku merinding.
"Ya Allah, aku berserah diri kepadamu. Karena hanya kepadamulah aku meminta pertolongan, dan hanya kepada-mu lah aku berlindung," ucapku dalam hati.
Aku menunggu, menunggu akan apa yang kedua makhluk itu perbuat kepadaku.
Sekian lama menunggu, aku merasa heran kenapa tidak terjadi apa-apa terhadapku.
Aku memberanikan diri membuka mata. Ku angkat sedikit kepalaku. Aku menoleh ke arah kiri ke tempat genderuwo itu berada.
Kosong.
Tidak ada apa-apa di sana. Makhluk hitam tinggi besar itu tidak di sana lagi.
Aku lalu menoleh ke arah kanan, dan ternyata di sanalah kedua makhluk itu berada.
Mataku terbelalak melihat hal itu. Dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat kuntilanak merah itu duduk di bahu kiri sang genderuwo.
Aku tidak tahu apa maksud dari kejadian itu. Karena sejak kedatangan kuntilanak merah itu, genderuwo itu seolah-olah mengabaikanku.
Padahal, sedari awal aku tiba di sini makhluk itu terus-menerus mengejarku dan mencoba menangkap ku.
Tapi begitu kuntilanak merah itu datang genderuwo itu seolah-olah melupakan niatannya untuk menangkapku. Dalam pandangan mataku, aku melihat mereka berdua seperti sepasang kekasih yang bertemu setelah sekian lama terpisah.
"Aku harus memanfaatkan kondisi ini," kataku dalam hati.
Kedua makhluk itu berdiri sambil membelakangi tubuhku.
Aku berdiri dengan perlahan, mencoba untuk tidak menarik perhatian mereka. Dengan sedikit membungkuk Aku berjalan perlahan-lahan bergeser ke arah kiri.
Aman.
Mereka sepertinya tidak menyadari gerakan ku. Setelah ku yakin bahwa usahaku akan berhasil, aku segera berjalan kembali memutari pohon yang tumbang ini.
Setelah berhasil lewat, aku segera berlari kecil menuju taman yang tadi kulihat. Sesekali Aku menoleh ke belakang, mencoba melihat apakah mereka mengikutiku atau tidak dan ternyata mereka tidak mengikuti ku.
Aku bernafas lega ketika aku sampai di taman yang tadi kulihat itu. Aku juga melihat kedua kupu-kupu tadi yang seolah-olah hilang ternyata nampak kembali di taman tersebut.
Aku lalu duduk bersandar di sebuah batu besar yang berada di taman tersebut. Aku mencoba mengatur nafasku yang terus-menerus berdetak tak beraturan.
Kembali Aku menoleh ke belakang, dan tak kulihat batang hidung kedua makhluk itu. Entah mereka pergi kemana aku tak tahu. Yang pasti, untuk saat ini aku merasa aman.
Kedua kupu-kupu itu terbang mendekatiku, mereka berputar-putar di atas ku. Mereka berputar dan terus berputar. Bahkan kupu-kupu cantik yang memiliki ukuran tubuh agak kecil berani hinggap di lenganku.
Ketika jari jemariku ini hendak menyentuhnya, kupu-kupu itu terbang kembali bergabung dengan yang lebih besar.
Setelah agak lama aku baru menyadari satu hal, yaitu bahwa dari kedua kupu-kupu itu, hanya kupu-kupu yang kecil lah yang berani mendekati ku. Sedangkan kupu-kupu yang lebih besar tetap berdiam dan agak menjaga jarak dengan ku. Seolah-olah dialah yang memimpin kami.
Dan hal itu pun terlihat sekarang. Kupu-kupu yang besar itu kulihat terbang agak jauh dariku, aku lihat binatang itu kembali ke tempatnya setelah tadi terbang menjauh. Begitu bolak-balik. Terbang menjauh kembali lagi terbang menjauh kembali lagi. Seolah-olah dia ingin agar aku mengikutinya.
Setelah melihatnya cukup lama melakukan hal itu, aku lalu memutuskan untuk mengikutinya. Dengan kupu-kupu kecil di sampingku, aku lalu berjalan menuju kearah kupu-kupu yang besar.
Dan benar saja, ketika aku melangkah ke tempat kupu-kupu yang besar itu berada, iya lalu terbang kembali menuju ke suatu arah dan aku mengikutinya.
hampir sekitar 10 menit aku berjalan mengikuti kupu-kupu besar itu. Akhirnya aku menemukan tempat yang selama ini kucari.
Sebuah gua.

Dan entah kenapa aku merasakan bahwa inilah gua yang selama ini aku cari.
Gua itu berada di pinggir jalan dan sedikit tertutup oleh rerumputan yang tumbuh agak tinggi hampir menutupi mulut gua tersebut. Tetapi gua itu masih berada di lingkup kawasan taman ini.
Sejenak Aku ragu untuk melangkah masuk ke dalam gua tersebut. Akan tetapi, aku melihat kedua kupu-kupu itu terbang masuk ke dalam gua. Akhirnya, dengan memberanikan diri dan juga harga pasah kan diri kepada yang maha esa, aku melangkah masuk. Menyibak rumput-rumput tinggi yang menghalangi pintu masuk ke dalam gua itu.
Anehnya, saat seluruh tubuhku sudah berada di dalam mulut gua, aku seperti mendengar suara seseorang dan suara itu seperti Tak asing di telinga ku.
Suara itu memanggil-manggil namaku.
"Rara...,"
Aku dengan spontan menoleh, aku terkejut.
Di depan mulut gua aku melihat sesosok laki-laki dengan tubuh kumal dan berbau sedang berdiri.
"Sukirman!"
Ya, laki-laki yang berada di mulut gua itu adalah Sukirman, anak buahku dan juga orang yang hendak merebut ku dari suamiku.
"Tapi kenapa bisa dia berada di sini?"
Pertanyaan itu terang yang terus di pikiranku. Dan lagi melihat dari bentuk tubuh dan pakaian yang ia kenakan, Sukirman persis seperti orang yang baru saja kecelakaan. Kumal dengan noda-noda darah di sekujur tubuhnya.
Aku melihat sorot matanya yang tajam melihatku. Sedangkan bibirnya terus menerus memanggil-manggil namaku.
Entah kenapa, Aku merasa bahwa aku harus menyelamatkan Sukirman dari keadaan ini.
Apalagi tepat di belakangnya, tiba-tiba saja muncul dua sosok tubuh yang tak asing dimataku. Dan salah satu darinya adalah makhluk yang menggangguku.
Genderuwo bertubuh tinggi besar

juga kuntilanak merah.

Tubuhku menggigil demi melihat mereka berdua.
Di satu sisi aku ingin menyelamatkan Sukirman, tapi di sisi lain aku takut melihat kemunculan dua makhluk itu.
Di saat aku sedang bimbang, kupu-kupu kecil itu tiba-tiba muncul di depan wajahku. Ia berputar-putar terus di depan muka ku seolah-olah menghalangi agar aku tidak melihat ke arah depan.
aku yang sedikit terganggu ingin mengibaskan tangan untuk mengusir makhluk itu. Tapi, entah kenapa di hati kecilku berkata bahwa aku tidak boleh melakukan hal itu.
Dan lalu, di depan mataku, aku seolah-olah melihat kilas balik di saat aku pertama kali berkenalan dengan Sukirman.
Aku seolah-olah melihat sebuah televisi yang menampilkan semua adegan ku dan Sukirman.
Lalu tiba-tiba saja.
"Pett!"
Adegan kilas balik itu berhenti dan lenyap dari mataku. Aku kembali melihat Sukirman dan juga 2 sosok makhluk jin itu di belakangnya.
Aku kini seolah tersadar bahwa yang aku lakukan itu salah. Dan untungnya, di dalam kilas balik itu aku dan Sukirman belum bersentuhan sama sekali.
Aku tiba-tiba saja merasakan emosi yang luar biasa meluap dari dalam tubuhku. Aku merasa jijik melihatnya.
aku lalu berjalan mundur selangkah demi selangkah menjauhi mulut gua itu.
Aku melihat Sukirman seolah-olah menggelengkan kepalanya melihat ku berjalan menjauhinya.
"Tidak... jangan pergi dariku. jangan berani-beraninya kau meninggalkanku disini. Rara, jangan tinggalkan aku, aku mohon padamu,"
Suara itu entah dari mana tiba-tiba saja berdengung di telingaku.
Tapi aku sudah bertekad untuk menjauhinya.
Dan, kedua jin yang sedari tadi diam berdiri di belakang Sukirman tiba-tiba saja bergerak maju.
Kuntilanak merah itu yang sampai terlebih dahulu. Kedua tangannya terbuka lebar dan...
"Greepp!"
Kuntilanak itu memeluk dengan erat tubuh Sukirman.
Sukirman tampak terkejut akan tetapi dari raut wajahnya ia sepertinya sudah pasrah akan keadaan yang ia terima.
Setelah kuntilanak merah itu memeluk Sukirman. tiba-tiba sebuah tangan yang sangat besar menggenggam tubuh Sukirman dan kuntilanak itu secara bersamaan.
Aku yakin, kalau tangan itu adalah milik dari genderuwo bertubuh tinggi itu.
Setelah kedua makhluk itu berhasil digenggam dan sudah di tangannya. Genderuwo itu tampak menarik tangan itu.
Aku sendiri tidak bisa melihat dengan jelas sosok genderuwo tersebut di bagian atas karena terhalang dengan atap gua.
Tapi aku bisa melihat dengan jelas ketika genderuwo itu perlahan tapi pasti berjalan menjauhi mulut gua dengan ditangannya terdapat kuntilanak merah dan juga Sukirman.
Setelah ketiga makhluk hidup menghilang dari pandangan mata. aku lalu mempercepat langkahku masuk ke dalam gua, mengikuti kedua kupu-kupu yang terbang di depanku.
Semakin gelap dan gelap kurasakan ketika aku semakin masuk ke dalam gua itu. Aku beberapa kali terantuk di dalam gua terkena batu-batu di sana. bahkan aku beberapa kali harus memicingkan mata guna menajamkan pandangan mataku untuk melihat ke depan.
Entah sudah berapa lama aku berjalan terus kedepan mengikuti kedua kupu-kupu itu tapi aku merasa perjalanan ini tak ada ujung pangkalnya.
Aku mulai berputus asa namun aku ingat, bahwa aku seperti ini karena ulahku sendiri yang lengah sehingga hatiku bisa terpengaruh oleh bujuk rayu setan.
"Aku harus kuat, aku tak boleh putus asa. Aku harus bisa, ini semua demi keluargaku dan masa depanku,"
Aku terus berkata positif untuk mensugesti ku supaya aku tidak berputus asa.
Dan, harapanku terpenuhi. Di kejauhan sana, aku bisa melihat sebuah cahaya yang sangat terang. Aku semakin mempercepat langkahku. Aku tak menghiraukan lagi ada tidaknya kedua kupu-kupu yang di depanku. Dan kini aku fokus dengan cahaya di depan sana yang aku yakin itulah jalan keluarnya.
Semakin dekat aku dengan cahaya itu semakin silau rasanya sehingga tiba-tiba saja...
Aku melihat wajah suamiku tepat di depanku. Tak terlukiskan dengan kata-kata apa yang hatiku rasakan ketika itu. Perasaan di saat melihat wajah suamiku, setelah pengalaman yang aku alami.
Aku lalu menumpahkan rasa itu di pundak suamiku, aku memeluknya dengan erat seolah aku tak ingin melepaskannya lagi.
***
Aku dan juga Abah, mendengarkan dengan seksama seluruh cerita istriku. Setelah istriku bercerita seluruhnya, Abah tampak menghela nafas panjang.
Aku tahu, sebentar lagi abah akan berkomentar dan juga menjelaskan arti dari pengalaman kami.
Dan benar saja. Tak lama kemudian Abah berkata...
Diubah oleh papahmuda099 31-05-2020 19:30
redrices dan 42 lainnya memberi reputasi
43