- Beranda
- Stories from the Heart
[REBORN] [SEKUEL] KISAH HIDUP PLAYBOY CUPU 2 (TRUE STORY)
...
TS
Xander_Axel
[REBORN] [SEKUEL] KISAH HIDUP PLAYBOY CUPU 2 (TRUE STORY)
Quote:
NOTES FROM TS
Cerita ini adalah lanjutan dari KISAH HIDUP SANG PLAYBOY CUPU (TRUE STORY)
Kisah Hidup Sang Playboy Cupu
yang sudah di baca hampir 250 rb orang tapi tidak sempat TS teruskan karena kesibukan dari pekerjaan. karena satu dan lain hal, TS bertekad akan meneruskan cerita ini sampai tamat, lebih detail akan ada di Story. buat yang belum kenal TS mungkin bisa mampir ke Link Thread TS diatas.
Cerita ini adalah kejadian sebenarnya, TS hanya merubah Timeline kejadian yang di alami TS
Kenapa TS buat Reborn Plus Sekuel, karena beberapa cerita mungkin ada pengulangan, TS akan berusaha merubah gaya bahasa TS agar lebih Dewasa, dan materi cerita masih mengandung unsur 18+ jadi mohon kebijakan reader dalam menyaring cerita dan informasi yang akan di sharing oleh TS.
Intro
Halo salam kenal agan agan, buat yg sudah kenal here I'm back.... yeaahhh, ane baru ngerti kenapa penulis novel bisa lama sampe bertahun tahun nunggu buat nerbitin novelnya, karena ane juga gitu sekarang wkwkwk... harus lama dulu ngumpulin tenaga, waktu, dan niat sampe akhirnya ane buat sekuel dari cerita ane yang sudah banyak di hujat khalayak ramai karena bikin kentang. ga lanjutin cerita ane, tapi kali ini ane bakalan lebih luas menceritakan tentang kisah hidup ane, kalau sebelumnya ane hanya bercerita tentang mantan mantan ane yg 45 orang (cut off umur 30 thn) dan berlanjut sampe sekarang 52 orang. kali ini ane akan mencoba bercerita lebih banyak tentang kehidupan ane. dan oke ane bakalan lebih vulgar tentang indentitas ane deh, ga akan ekstrim banget ngumpetinnya, meskipun tetep di samarkan nama para gadis yang menjadikan ane korban mereka (gak salah baca koq gan, ga kebalik). oke cukup basa basinya kita langsung lanjut ceritanya. Lets Get started it
Spoiler for Index:
Link Flash Back yah gan
Something Different
Mulustrasi
Mulustrasi Tokoh tokoh di "Kisah Playboy Cupu"
Link Story
Cinta, Keluarga, Karir
Intro
Nice and easy
BUCIN
2007
Bucin Mode On
Oedipus Complex
Mengapa Harus ada Perbedaan
Grace Periode
New Adventure
Prinsip yang kuat
Keponakan yang Cantik
Last Journey
Wheel Of Life
Welcome Karma
Goodbye Playboy Cupu
Momen kehancuran Terbesar Dalam Hidup
Life After Marriage & After disaster
Once A cheater, Always A cheater
Normal Live?
Sang Primadona
Something Different
Mulustrasi
Mulustrasi Tokoh tokoh di "Kisah Playboy Cupu"
Link Story
Cinta, Keluarga, Karir
Intro
Nice and easy
BUCIN
2007
Bucin Mode On
Oedipus Complex
Mengapa Harus ada Perbedaan
Grace Periode
New Adventure
Prinsip yang kuat
Keponakan yang Cantik
Last Journey
Wheel Of Life
Welcome Karma
Goodbye Playboy Cupu
Momen kehancuran Terbesar Dalam Hidup
Life After Marriage & After disaster
Once A cheater, Always A cheater
Normal Live?
Sang Primadona
Diubah oleh Xander_Axel 18-06-2020 16:41
meydiariandi dan 21 lainnya memberi reputasi
22
35.4K
Kutip
200
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Xander_Axel
#130
Spoiler for Welcome Karma:
Febuari 2009
Kalau sebelumnya ane bilang tahun 2007 adalah tahun kejayaan ane, dan masa paling membahagiakan dalam hidup ane, di tahun 2009 semua berubah. Ini adalah tahun yang paling menyedihkan dalam hidup ane, masa masa paling gelap dan tahun yang membuat kehidupan berubah drastis.
Dimulai dengan Rencana pernikahan ane yang mendadak, yang dimana ane dan Selvi harus menerima kenyataan bahwa kami di haruskan menikah, disaat kami sama sama belum saling mengenal. Oh iyah, ane belum menceritakan detail latar belakang Selvi?
Selvi seumuran dengan ane, dia 24 menuju 25 tahun saat itu. Ane hanya setahun lebih tua, Dia adalah Sarjana lulusan Hukum dari salah satu universitas di Menado, pertemuan kami di Jakarta boleh dibilang suatu hal yang kebetulan, karena sebenarnya Selvi ke Jakarta hanya untuk pernikahan Adiknya, dia anak pertama dari 5 bersaudara, adiknya yang kedua menikah dengan orang Jakarta. Bekerja di Perusahaan minyak di Jakarta, dan mengenal Meri adiknya Selvi ketika sedang penugasan dari kantornya di menado.
Status Selvi pun masih jobseeker, dia sedang magang di salah satu perusahaaan kenalan keluarganya, namun belum karyawan sehingga dia masih mencari cari kerjaan dan hidup di Jakarta dengan biaya yang di tanggung oleh adik iparnya. Sehingga bisa di bilang sama sama sedang merintis. Kami tidak saling mengenal, dan sama sama menjalani karena sama sama berpikir bahwa ini sudah di takdirkan. Bukan karena cinta. Ane pun menjalani situasi ini dengan Gamang, sampai akhirnya KARMA pun Terjadi.
Dalam hidup ane, ane pernah bilang sebelumnya, ane bukan orang yang taat beragama, bahkan boleh di bilang ane masuk kedalam aliran salah satu pencari Tuhan, orang yang mempercayai kuasa Tuhan dan boleh di bilang menuntut keberadaannya di dalam hidup ane secara nyata. Namun lain halnya dengan KARMA, ane percaya, sangat percaya terhadap karma.
Ane percaya, hal yang baik yang kita perbuat akan kembali ke kita, dan sebaliknya, hal yang buruk pun juga sama.
Ane bukan ga punya kaca, ane juga tahu selama 10 tahun terakhir dalam kehidupan ane melakukan banyak sekali dosa besar, dan boleh di bilang, having sex di luar nikah adalah dosa terbesar ane. Ane bukannya ga sadar itu, ane sangat sadar. Namun seperti kebanyakan manusia, kita tidak akan pernah sadar, sampai ada palu yang sangat besar menghantam kepala kita. Dan, inilah palu besar di kehidupan ane.
Saat itu ane sedang menyetir menuju rumah adik iparnya Selvi di daerah Cipete, ane masih sangat ingat jelas momen itu, ane sedang di underpass gandaria ketika telepon ane berdering. Ketika ane lihat, ada nomor telepon wanita yang sudah lama tidak menghubungi ane, ICHA.
Loh, ada apa ini , udah berbulan bulan koq tumben dia nelepon?
Masih inget Icha, gadis Sunda yang putih cantik dengan muka mirip almarhumah Julia Perez. Memang akhir dari hubungan kita tidak terlalu baik, setelah pertemuan terakhir ketika ane bercinta dengannya dan Si Wahyu sahabat ane di luar kamar ane mendengarkan aktifitas percintaan ane. Ane tidak pernah menghubungi dia lagi, dan kelihatannya Icha pun malu menghubungi ane duluan, ane cuman sekali ketemu dia dan saat itu ane sedang anterin temen ane dari Jakarta mencari hotel, dan kebetulan bertemu icha di jalan dia pun nemenin ane cari hotel. Tapi hanya itu saja, kami tidak melakukan apa apa setelah pertemuan terakhir. Boleh di bilang, ane mencampakan Icha begitu saja. Sehingga telepon ini adalah suatu hal yang aneh, ane pun mengangkat teleponnya. Dan terdengar suara ibu ibu di seberang sana
Dia menutup teleponnya, dan ana pun bengong, pendarahan? Pendarahan kenapa? Terus kenapa menghubungi ane? Kenapa harus ane yang datang? Ada apa?
Anepun telepon balik
Anepun mulai panic takut dia kenapa napa, ane pun batalin janji ane dengan Selvi dan buru buru masuk tol meluncur ke kampung ane dengan perasaan was was.
Perjalanan ke kampung ane kali ini terasa sangat lama, sejuta pikiran berkecamuk di otak ane, dan ane masih belum mengerti, apa yang terjadi? Akhirnya sampai di rumah Icha, ane buru buru masuk, dan di suruh ibunya masuk ke kamar Icha dan ane kaget
Seketika kepala ane langsung berputar kencang, koq bisa, kenapa, koq bisa hamil, kenapa harus ane yang bertanggung jawab, ane kan melakukan hubungan dengan dia lebih dari 5 bulan yang lalu, terus ini kandungan siapa, masa iyah 5 bulan lebih ga ketauan hamil, dan ane cukup yakin kalo ane ga akan kebobolan, wong ane sudah lakukan ini ratusan kali tanpa pernah kebobolan, dan kalo memang kandungan ini 5 bulan, memang bisa di gugurkan, apa yang sebenernya terjadi.
Ane pun terhenyak, terdiam, dan pelan pelan bertanya
Anepun terdiam, tidak berani membantah lebih jauh mengingat kondisi dia sedang kritis. otak ane berpikir keras, ga mungkin anak ane, selama 5 bulan ini dia tidak pernah nelepon ane untuk minta tanggung jawab, tapi bagaimana jika benar? Tapi gimana buktiinnya janinnya kelihatannya udah hancur. Tapi kalo ga di tolong nyawa Icha bisa melayang bisa lebih repot lagi. Di tengah kegalauan itu, akhirnya ane memutuskan,
daripada mempertanyakan kandungan sapa, lebih baik selamatkan Icha dulu, bisa di setanin seumur hidup ane kalo bener ini janin anak ane.
Anepun langsung menggotong Icha masuk ke mobil, di ikutin oleh ibu nya Icha. Kami pun langsung melesat ke rumah sakit.
Ane agak mengutuk perbuatan Icha ini, kenapa dia gegabah sekali makan obat penggugur kandungan, kenapa dia ga pernah nanya ke Ane, kenapa harus nunggu ane berjam jam perjalanan dari Jakarta, bukan langsung ke rumah sakit, karena terlihat sekali Icha sudah lemas kehilangan banyak darah. Dan ane pun tidak mengerti obat apa yang dia makan, dan apa efeknya? Sejuta Tanya di dalam benak ane.
Anepun buru buru ke IGD rumah sakit. Beberapa karyawan rumah sakit terlihat kasak kusuk, mungkin mereka kenal sama ane, karena ane cukup sering ke sini kalo kebetulan bokap lagi dinas kesini. Tapi ane masa bodo, intinya berbuat baik dulu deh, selamatin nyawa Icha dulu. Penjelasan belakangan, toh ane sangat yakin ini bukan karena ane.
Ketika di ICU mamahnya icha kelihatan cukup emosi, kelihatannya dia menyalahkan ane. ane pun berkali kali menjelaskan kalo ane tidak mengerti apa yang terjadi, kenapa dia makan obat, kita udah ga pernah komunikasi, cukup lama Icha meradang, saat itu mungkin jam 10 malem, anepun sampai keluar cari PMI terdekat untuk membeli darah karena ICha sudah semakin kehabisan darah. Syukurnya golongan darah Icha bukan golongan Darah langka, setelah dapat darah tersebut langsung di tranfusi. akhirnya setelah berjam jam teriak kesakitan kondisi dia membaik dan di pindahkan ke ruangan perawatan.
Keesokan harinya ane pun langsung bobol tabungan ane, dan menjual HP ane yang canggih, saat itu ane pake Blackberry tercanggih, BB Onyx akhirnya ane turun kasta dulu jadi BB Bold yang lama. Tuker tambah sama temen ane orang konter demi dapet sedikit uang buat bantu biaya perawatan, terlepas dari tanggung jawab siapa siapa nya, ane merasa ane cukup punya kewajiban moral untuk membantu Icha.
Singkat cerita kondisi dia beberapa hari kemudian membaik, namun seperti yang sudah di duga info itu sampai ke bokap, mungkin bokap tau dari anak buahnya di rumah sakit, Bokap ane ngamuk luar biasa saat itu, pertama kalinya ane melihat bokap semarah itu.
Bokap ane pun terdiam dan langsung angkat kaki, mungkin dia bingung siapa yang harus di percaya. Mungkin dia juga tidak menampik kemungkinan klo bisa jadi ane cuman di manfaatkan sama Icha. Setelah itu dia langsung telepon keluarga ane yang tentara, dan dia langsung pergi berdua. Ane tidak tahu dia kemana, ane ga bisa pikir panjang ane pun ke rumah sakit, dan melihat kondisi Icha.
Icha : dom, akhirnya km dateng sayang sini temenin aku.
Ane : km udah mendingan, gimana keadaan kamu
Icha : makasih kamu sudah mau tanggung jawab, aku ga tau kalo ga ada kamu aku harus gimana
Ane : ………….. iyah, yang penting kamu sehat dulu
Icha : aku sayang kamu dom
Ane : …………….
Ane tidak mengerti harus bersikap bagaimana, ane tidak membalas semua sifat Icha. mengingat pernikahan ane sudah di depan mata, dan disaat yang bersamaan ada gadis yang mengaku hamil karena ane. Ane bener bener frustrasi saat itu, bener bener gak tau harus bersikap apa. Setelah kondisi Icha membaik, diapun keluar rumah sakit, namun, masalah tidak berhenti sampai disitu.
Ane pikir jika kondisi sudah membaik, Icha sudah sehat ane bisa jujur bilang perlahan lahan ke dia klo ane mau nikah, dan ane harus tinggalin dia yang penting dia sudah sehat, ternyata tidak semudah itu, ane sedang di rumah Icha dan ngobrol dengan Icha dan mamahnya,
Setelah pembicaraan yang sangat alot, ane pun mulai frustrasi, dan sampai di rumah, kelihatannya bokap ane juga sama, dia juga udah stres liat ane. Ane pun bingung sama kondisi ini, harus gimana? Sedangkan disisi lain, Selvi pun terus bertanya Tanya ane kenapa, ane tahu dia calon istri ane, tapi ane belum bisa bercerita ke dia kondisi ane sekarang. Ane cuman bilang ada masalah besar, izinkan ane selesaikan masalah ini dulu. Dia sebenernya mau protes, tapi mungkin dia juga ga bisa apa apa karena ane bener bener menunjukan ini kondisi serius.
Bokap pun sama, ternyata kemarin bareng sama sodara ane yang tentara, dia dateng ke rumah si Icha, dan mencoba menyelesaikan masalah dengan kedua orang tuanya, intinya bokap menjelaskan maksud baik dan menyelesaikan secara baik baik juga. Mungkin beliau bawa sodara ane yg aparat karena takut reaksi dari keluarga Icha tidak bersahabat. Namun kelihatannya diplomasi beliau juga tidak ada titik temu. Keluarga Icha tetep minta tanggung jawab ane. Ane jadi bener bener merasa bersalah ke bokap, jadi terbawa masalah ane. Meskipun pembelaan ane tetap sama, ane yakin ini bukan anak ane, dan kalopun ini anak ane, ane pasti memilih tanggung jawab bukan gugurin. Toh, Icha juga ga malu maluin koq tampangnya, malah klo secara fisik, cantikan Icha daripada Selvi. klo Kandungan Icha belum di gugurin, dan tidak ada komitmen keluarga antara keluarga ane dan keluarga Selvi, pasti ane akan nikahin Icha. Tapi nasi sudah jadi bubur, kondisi sudah semakin tidak terkendali seperti ini.
Akhirnya bokap pun keesokan harinya pergi ke Jakarta, bertemu dengan keluarga besar ane, tanpa ane. Dia bilang cuman mau selesaikan masalah, ane tidak paham apa yang bokap sampaikan, tapi menurut bocoran dari sodara ane ke Rini adik ane, bokap minta pernikahan ane di batalkan, atau minimal di tunda sampe masalah selesai. Tapi keluarga tidak ada yang berani ngomong ke Nenek soal putusan final yang sudah disampaikan nenek ane. Mereka pun tidak enak, balik lagi dengan komitmen, karena di keluarga ane, komitmen itu bener bener di pegang teguh, entah karena adat, atau karena memang didikan dari kakek nenek kandung ane. Dan akhirnya keputusannya Bokap di suruh menyelesaikan masalah ane sebelum pernikahan ane dengan selvi di bulan 4.
Ane pun semakin meradang, dan tidak tahu harus bersikap bagaimana, beberapa kali ane minta ikut berdiplomasi dengan keluarga Icha, tapi bokap melarang keras. Dan meminta menyelesaikan masalah ini sendiri. mungkin karena takut ane bertindak gegabah atau pakai perasan dalam menyelesaikan masalah ini. setelah perjuangan yang cukup panjang, dan pertemuan beberapa kali, tanpa melibatkan ane. akhirnya sekitar bulan maret, bokap bilang ke Ane. Masalah sudah selesai, jangan pernah bertemu lagi dengan Icha, dan menurut bokap. Icha pun sudah menyepakati untuk tidak bertemu lagi. Ane tidak mengerti hasil akhir keputusannya bagaimana, karena ane tahu keluarga Icha tidak menginginkan materi, karena kondisi mereka juga berkecukupan. Ane hanya menebak bokap menggunakan koneksinya entah siapa akhirnya bisa menaklukan keluarga Icha. Anepun tidak berani memperpanjang lagi masalah ini.
Masalah selesai dengan penuh pertanyaan, bagaimana penyelesaiannya? berapa bulan kandungan Icha ketika di gugurin? jika memang itu kandungan ane kenapa dia tidak pernah menghubungi ane dari bulan September terakhir kita berhubungan badan? kenapa baru bulan februari setelah di gugurkan baru mencari ane. Bukannya usia kandungan 2 bulan saja sudah bisa langsung ketahuan. Itu terus menjadi pemikiran ane, dan ternyata masalah belum berhenti sampai situ.
Komunikasi ane dengan Selvi juga semakin memburuk, setelah cukup lama mengenal, ternyata kami tidak ada kecocokan sama sekali. Banyak sekali sifat ane yang tidak sesuai dengan harapan Selvi, demikian juga sebaliknya. Beberapa minggu sebelum pernikahan, kami selalu bertengkar hebat, salah satu contohnya adalah tinggal dimana setelah menikah
itu hanya salah satu, masih banyak hal yang menjadi pertengkaran ane dan Selvi. paling banyak masalah prinsip, adat selvi sebagai orang dari timur, dan sama sama anak pertama seperti ane memiliki sifat sama kerasnya seperti ane, apalagi dia termasuk figur utama di keluarganya, anak kebanggaan orang tua, sehingga sering ribut sama ane kalo menyangkut masalah keluarga.
Ane semakin frustrasi dengan kondisi ini. Berkali kali ane berpikir untuk membatalkan pernikahan ini, tapi terus kepikiran perkataan bokap sebelumnya, yang bilang belum tentu bisa menikahkan ane tahun depan. Positif thinking ane saat itu, mungkin beliau ingin focus ke keluarga kecilnya dan berharap ane dan adik adik ane mandiri. Mengingat istri bokap sedang hamil tua. Dan pasti bokap maunya focus ke keluarga barunya. apalgi mengingat perjuangan bokap mengatasi masalah ane sama Icha, ane menjadi semakin ga tega lebih lama lagi membebani bokap. Akhirnya ane pun mencoba bertahan dengan kondisi ini.
Kalau sebelumnya ane bilang tahun 2007 adalah tahun kejayaan ane, dan masa paling membahagiakan dalam hidup ane, di tahun 2009 semua berubah. Ini adalah tahun yang paling menyedihkan dalam hidup ane, masa masa paling gelap dan tahun yang membuat kehidupan berubah drastis.
Dimulai dengan Rencana pernikahan ane yang mendadak, yang dimana ane dan Selvi harus menerima kenyataan bahwa kami di haruskan menikah, disaat kami sama sama belum saling mengenal. Oh iyah, ane belum menceritakan detail latar belakang Selvi?
Selvi seumuran dengan ane, dia 24 menuju 25 tahun saat itu. Ane hanya setahun lebih tua, Dia adalah Sarjana lulusan Hukum dari salah satu universitas di Menado, pertemuan kami di Jakarta boleh dibilang suatu hal yang kebetulan, karena sebenarnya Selvi ke Jakarta hanya untuk pernikahan Adiknya, dia anak pertama dari 5 bersaudara, adiknya yang kedua menikah dengan orang Jakarta. Bekerja di Perusahaan minyak di Jakarta, dan mengenal Meri adiknya Selvi ketika sedang penugasan dari kantornya di menado.
Status Selvi pun masih jobseeker, dia sedang magang di salah satu perusahaaan kenalan keluarganya, namun belum karyawan sehingga dia masih mencari cari kerjaan dan hidup di Jakarta dengan biaya yang di tanggung oleh adik iparnya. Sehingga bisa di bilang sama sama sedang merintis. Kami tidak saling mengenal, dan sama sama menjalani karena sama sama berpikir bahwa ini sudah di takdirkan. Bukan karena cinta. Ane pun menjalani situasi ini dengan Gamang, sampai akhirnya KARMA pun Terjadi.
Dalam hidup ane, ane pernah bilang sebelumnya, ane bukan orang yang taat beragama, bahkan boleh di bilang ane masuk kedalam aliran salah satu pencari Tuhan, orang yang mempercayai kuasa Tuhan dan boleh di bilang menuntut keberadaannya di dalam hidup ane secara nyata. Namun lain halnya dengan KARMA, ane percaya, sangat percaya terhadap karma.
Ane percaya, hal yang baik yang kita perbuat akan kembali ke kita, dan sebaliknya, hal yang buruk pun juga sama.
Ane bukan ga punya kaca, ane juga tahu selama 10 tahun terakhir dalam kehidupan ane melakukan banyak sekali dosa besar, dan boleh di bilang, having sex di luar nikah adalah dosa terbesar ane. Ane bukannya ga sadar itu, ane sangat sadar. Namun seperti kebanyakan manusia, kita tidak akan pernah sadar, sampai ada palu yang sangat besar menghantam kepala kita. Dan, inilah palu besar di kehidupan ane.
Saat itu ane sedang menyetir menuju rumah adik iparnya Selvi di daerah Cipete, ane masih sangat ingat jelas momen itu, ane sedang di underpass gandaria ketika telepon ane berdering. Ketika ane lihat, ada nomor telepon wanita yang sudah lama tidak menghubungi ane, ICHA.
Loh, ada apa ini , udah berbulan bulan koq tumben dia nelepon?
Masih inget Icha, gadis Sunda yang putih cantik dengan muka mirip almarhumah Julia Perez. Memang akhir dari hubungan kita tidak terlalu baik, setelah pertemuan terakhir ketika ane bercinta dengannya dan Si Wahyu sahabat ane di luar kamar ane mendengarkan aktifitas percintaan ane. Ane tidak pernah menghubungi dia lagi, dan kelihatannya Icha pun malu menghubungi ane duluan, ane cuman sekali ketemu dia dan saat itu ane sedang anterin temen ane dari Jakarta mencari hotel, dan kebetulan bertemu icha di jalan dia pun nemenin ane cari hotel. Tapi hanya itu saja, kami tidak melakukan apa apa setelah pertemuan terakhir. Boleh di bilang, ane mencampakan Icha begitu saja. Sehingga telepon ini adalah suatu hal yang aneh, ane pun mengangkat teleponnya. Dan terdengar suara ibu ibu di seberang sana
Quote:
Mamahnya Icha : Dom, boleh tolong ke rumah Icha sekarang ?
Ane : eh, maaf tante Dom lagi di Jakarta, ada perlu apa yah ?
Mamahnya Icha : Icha pendarahan, kamu harus kesini, tante ga mau tau.
Ane : eh, maaf tante Dom lagi di Jakarta, ada perlu apa yah ?
Mamahnya Icha : Icha pendarahan, kamu harus kesini, tante ga mau tau.
Dia menutup teleponnya, dan ana pun bengong, pendarahan? Pendarahan kenapa? Terus kenapa menghubungi ane? Kenapa harus ane yang datang? Ada apa?
Anepun telepon balik
Quote:
Ane : Halo
Icha : (sambil menangis) Dom, kamu kesini cepet dom, aku butuh kamu, cepet ke rumah aku
Ane : ada apa
Icha : cepet aku ga bisa jelasin di telepon , kamu ke rumah aku sekarang
Icha : (sambil menangis) Dom, kamu kesini cepet dom, aku butuh kamu, cepet ke rumah aku
Ane : ada apa
Icha : cepet aku ga bisa jelasin di telepon , kamu ke rumah aku sekarang
Anepun mulai panic takut dia kenapa napa, ane pun batalin janji ane dengan Selvi dan buru buru masuk tol meluncur ke kampung ane dengan perasaan was was.
Perjalanan ke kampung ane kali ini terasa sangat lama, sejuta pikiran berkecamuk di otak ane, dan ane masih belum mengerti, apa yang terjadi? Akhirnya sampai di rumah Icha, ane buru buru masuk, dan di suruh ibunya masuk ke kamar Icha dan ane kaget
Quote:
Ane : icha kamu kenapa? Ini darah dari mana? Kenapa?
Icha : aku, aku pendarahan dom
Ane : pendarahan kenapa, koq bisa, ada apa
Mama nya icha : dia hamil dom, dia minum obat langsung pendarahan.
Icha : aku, aku pendarahan dom
Ane : pendarahan kenapa, koq bisa, ada apa
Mama nya icha : dia hamil dom, dia minum obat langsung pendarahan.
Seketika kepala ane langsung berputar kencang, koq bisa, kenapa, koq bisa hamil, kenapa harus ane yang bertanggung jawab, ane kan melakukan hubungan dengan dia lebih dari 5 bulan yang lalu, terus ini kandungan siapa, masa iyah 5 bulan lebih ga ketauan hamil, dan ane cukup yakin kalo ane ga akan kebobolan, wong ane sudah lakukan ini ratusan kali tanpa pernah kebobolan, dan kalo memang kandungan ini 5 bulan, memang bisa di gugurkan, apa yang sebenernya terjadi.
Ane pun terhenyak, terdiam, dan pelan pelan bertanya
Quote:
Ane : ini anak siapa Cha?
Icha : anak kamu lah Dom, siapa lagi?
Icha : anak kamu lah Dom, siapa lagi?
Anepun terdiam, tidak berani membantah lebih jauh mengingat kondisi dia sedang kritis. otak ane berpikir keras, ga mungkin anak ane, selama 5 bulan ini dia tidak pernah nelepon ane untuk minta tanggung jawab, tapi bagaimana jika benar? Tapi gimana buktiinnya janinnya kelihatannya udah hancur. Tapi kalo ga di tolong nyawa Icha bisa melayang bisa lebih repot lagi. Di tengah kegalauan itu, akhirnya ane memutuskan,
daripada mempertanyakan kandungan sapa, lebih baik selamatkan Icha dulu, bisa di setanin seumur hidup ane kalo bener ini janin anak ane.
Anepun langsung menggotong Icha masuk ke mobil, di ikutin oleh ibu nya Icha. Kami pun langsung melesat ke rumah sakit.
Ane agak mengutuk perbuatan Icha ini, kenapa dia gegabah sekali makan obat penggugur kandungan, kenapa dia ga pernah nanya ke Ane, kenapa harus nunggu ane berjam jam perjalanan dari Jakarta, bukan langsung ke rumah sakit, karena terlihat sekali Icha sudah lemas kehilangan banyak darah. Dan ane pun tidak mengerti obat apa yang dia makan, dan apa efeknya? Sejuta Tanya di dalam benak ane.
Anepun buru buru ke IGD rumah sakit. Beberapa karyawan rumah sakit terlihat kasak kusuk, mungkin mereka kenal sama ane, karena ane cukup sering ke sini kalo kebetulan bokap lagi dinas kesini. Tapi ane masa bodo, intinya berbuat baik dulu deh, selamatin nyawa Icha dulu. Penjelasan belakangan, toh ane sangat yakin ini bukan karena ane.
Ketika di ICU mamahnya icha kelihatan cukup emosi, kelihatannya dia menyalahkan ane. ane pun berkali kali menjelaskan kalo ane tidak mengerti apa yang terjadi, kenapa dia makan obat, kita udah ga pernah komunikasi, cukup lama Icha meradang, saat itu mungkin jam 10 malem, anepun sampai keluar cari PMI terdekat untuk membeli darah karena ICha sudah semakin kehabisan darah. Syukurnya golongan darah Icha bukan golongan Darah langka, setelah dapat darah tersebut langsung di tranfusi. akhirnya setelah berjam jam teriak kesakitan kondisi dia membaik dan di pindahkan ke ruangan perawatan.
Keesokan harinya ane pun langsung bobol tabungan ane, dan menjual HP ane yang canggih, saat itu ane pake Blackberry tercanggih, BB Onyx akhirnya ane turun kasta dulu jadi BB Bold yang lama. Tuker tambah sama temen ane orang konter demi dapet sedikit uang buat bantu biaya perawatan, terlepas dari tanggung jawab siapa siapa nya, ane merasa ane cukup punya kewajiban moral untuk membantu Icha.
Singkat cerita kondisi dia beberapa hari kemudian membaik, namun seperti yang sudah di duga info itu sampai ke bokap, mungkin bokap tau dari anak buahnya di rumah sakit, Bokap ane ngamuk luar biasa saat itu, pertama kalinya ane melihat bokap semarah itu.
Quote:
Bokap : kamu tau ga apa yang kamu lakukan, kamu bikin papah malu tau
Ane : Dom cuman ngebantu temen pah, salah kalo dom bantu temen
Bokap : tadi papah udah ketemu sama mamah nya si ICha dia bilang itu perbuatan kamu, km udah pernah tidur sama dia kan? Dia bilang dia sudah bukaan 2 emang km ngerti itu apa?
Ane : bukaan 2 itu apa? Dom ga tau pah, dom udah stengah tahun ga ketemu dia, dom bantu dia Cuma karena factor kemanusiaan, ga lebih, klo emang dom macem macem sama dia, masa dom bawa dia ke tempat papah kerja. Bukan ke rumah sakit lain. Dom juga mikir donk
Ane : Dom cuman ngebantu temen pah, salah kalo dom bantu temen
Bokap : tadi papah udah ketemu sama mamah nya si ICha dia bilang itu perbuatan kamu, km udah pernah tidur sama dia kan? Dia bilang dia sudah bukaan 2 emang km ngerti itu apa?
Ane : bukaan 2 itu apa? Dom ga tau pah, dom udah stengah tahun ga ketemu dia, dom bantu dia Cuma karena factor kemanusiaan, ga lebih, klo emang dom macem macem sama dia, masa dom bawa dia ke tempat papah kerja. Bukan ke rumah sakit lain. Dom juga mikir donk
Bokap ane pun terdiam dan langsung angkat kaki, mungkin dia bingung siapa yang harus di percaya. Mungkin dia juga tidak menampik kemungkinan klo bisa jadi ane cuman di manfaatkan sama Icha. Setelah itu dia langsung telepon keluarga ane yang tentara, dan dia langsung pergi berdua. Ane tidak tahu dia kemana, ane ga bisa pikir panjang ane pun ke rumah sakit, dan melihat kondisi Icha.
Quote:
Icha : dom, akhirnya km dateng sayang sini temenin aku.
Ane : km udah mendingan, gimana keadaan kamu
Icha : makasih kamu sudah mau tanggung jawab, aku ga tau kalo ga ada kamu aku harus gimana
Ane : ………….. iyah, yang penting kamu sehat dulu
Icha : aku sayang kamu dom
Ane : …………….
Ane tidak mengerti harus bersikap bagaimana, ane tidak membalas semua sifat Icha. mengingat pernikahan ane sudah di depan mata, dan disaat yang bersamaan ada gadis yang mengaku hamil karena ane. Ane bener bener frustrasi saat itu, bener bener gak tau harus bersikap apa. Setelah kondisi Icha membaik, diapun keluar rumah sakit, namun, masalah tidak berhenti sampai disitu.
Ane pikir jika kondisi sudah membaik, Icha sudah sehat ane bisa jujur bilang perlahan lahan ke dia klo ane mau nikah, dan ane harus tinggalin dia yang penting dia sudah sehat, ternyata tidak semudah itu, ane sedang di rumah Icha dan ngobrol dengan Icha dan mamahnya,
Quote:
Ane : saya sudah berbuat yang terbaik buat Icha, saya tidak meminta pamrih, Icha pun memutuskan menggugurkan kandungan tanpa seizin saya, kalo memang itu anak saya saya bisa bertanggung jawab, tapi dia kan ga bilang apa apa ke saya, tau tau maen gugurin aja, terus saya harus gimana sekarang.
Mamah nya Icha : tapi kamu ga bisa lepas tanggung Jawab dom Icha Trauma, dia butuh kamu disamping dia
Ane : saya sudah mau menikah tante, saya harus bagaimana?
Icha : kamu ga bisa gitu aja ninggalin aku Dom, enak aja kamu sudah berbuat terus pergi
Ane : aku sudah bertanggung jawab Icha, Terus aku harus gimana lagi
Icha : aku ga mau tau, pokonya kamu ga boleh tinggalin aku titik
Mamah nya Icha : tapi kamu ga bisa lepas tanggung Jawab dom Icha Trauma, dia butuh kamu disamping dia
Ane : saya sudah mau menikah tante, saya harus bagaimana?
Icha : kamu ga bisa gitu aja ninggalin aku Dom, enak aja kamu sudah berbuat terus pergi
Ane : aku sudah bertanggung jawab Icha, Terus aku harus gimana lagi
Icha : aku ga mau tau, pokonya kamu ga boleh tinggalin aku titik
Setelah pembicaraan yang sangat alot, ane pun mulai frustrasi, dan sampai di rumah, kelihatannya bokap ane juga sama, dia juga udah stres liat ane. Ane pun bingung sama kondisi ini, harus gimana? Sedangkan disisi lain, Selvi pun terus bertanya Tanya ane kenapa, ane tahu dia calon istri ane, tapi ane belum bisa bercerita ke dia kondisi ane sekarang. Ane cuman bilang ada masalah besar, izinkan ane selesaikan masalah ini dulu. Dia sebenernya mau protes, tapi mungkin dia juga ga bisa apa apa karena ane bener bener menunjukan ini kondisi serius.
Bokap pun sama, ternyata kemarin bareng sama sodara ane yang tentara, dia dateng ke rumah si Icha, dan mencoba menyelesaikan masalah dengan kedua orang tuanya, intinya bokap menjelaskan maksud baik dan menyelesaikan secara baik baik juga. Mungkin beliau bawa sodara ane yg aparat karena takut reaksi dari keluarga Icha tidak bersahabat. Namun kelihatannya diplomasi beliau juga tidak ada titik temu. Keluarga Icha tetep minta tanggung jawab ane. Ane jadi bener bener merasa bersalah ke bokap, jadi terbawa masalah ane. Meskipun pembelaan ane tetap sama, ane yakin ini bukan anak ane, dan kalopun ini anak ane, ane pasti memilih tanggung jawab bukan gugurin. Toh, Icha juga ga malu maluin koq tampangnya, malah klo secara fisik, cantikan Icha daripada Selvi. klo Kandungan Icha belum di gugurin, dan tidak ada komitmen keluarga antara keluarga ane dan keluarga Selvi, pasti ane akan nikahin Icha. Tapi nasi sudah jadi bubur, kondisi sudah semakin tidak terkendali seperti ini.
Akhirnya bokap pun keesokan harinya pergi ke Jakarta, bertemu dengan keluarga besar ane, tanpa ane. Dia bilang cuman mau selesaikan masalah, ane tidak paham apa yang bokap sampaikan, tapi menurut bocoran dari sodara ane ke Rini adik ane, bokap minta pernikahan ane di batalkan, atau minimal di tunda sampe masalah selesai. Tapi keluarga tidak ada yang berani ngomong ke Nenek soal putusan final yang sudah disampaikan nenek ane. Mereka pun tidak enak, balik lagi dengan komitmen, karena di keluarga ane, komitmen itu bener bener di pegang teguh, entah karena adat, atau karena memang didikan dari kakek nenek kandung ane. Dan akhirnya keputusannya Bokap di suruh menyelesaikan masalah ane sebelum pernikahan ane dengan selvi di bulan 4.
Ane pun semakin meradang, dan tidak tahu harus bersikap bagaimana, beberapa kali ane minta ikut berdiplomasi dengan keluarga Icha, tapi bokap melarang keras. Dan meminta menyelesaikan masalah ini sendiri. mungkin karena takut ane bertindak gegabah atau pakai perasan dalam menyelesaikan masalah ini. setelah perjuangan yang cukup panjang, dan pertemuan beberapa kali, tanpa melibatkan ane. akhirnya sekitar bulan maret, bokap bilang ke Ane. Masalah sudah selesai, jangan pernah bertemu lagi dengan Icha, dan menurut bokap. Icha pun sudah menyepakati untuk tidak bertemu lagi. Ane tidak mengerti hasil akhir keputusannya bagaimana, karena ane tahu keluarga Icha tidak menginginkan materi, karena kondisi mereka juga berkecukupan. Ane hanya menebak bokap menggunakan koneksinya entah siapa akhirnya bisa menaklukan keluarga Icha. Anepun tidak berani memperpanjang lagi masalah ini.
Masalah selesai dengan penuh pertanyaan, bagaimana penyelesaiannya? berapa bulan kandungan Icha ketika di gugurin? jika memang itu kandungan ane kenapa dia tidak pernah menghubungi ane dari bulan September terakhir kita berhubungan badan? kenapa baru bulan februari setelah di gugurkan baru mencari ane. Bukannya usia kandungan 2 bulan saja sudah bisa langsung ketahuan. Itu terus menjadi pemikiran ane, dan ternyata masalah belum berhenti sampai situ.
Komunikasi ane dengan Selvi juga semakin memburuk, setelah cukup lama mengenal, ternyata kami tidak ada kecocokan sama sekali. Banyak sekali sifat ane yang tidak sesuai dengan harapan Selvi, demikian juga sebaliknya. Beberapa minggu sebelum pernikahan, kami selalu bertengkar hebat, salah satu contohnya adalah tinggal dimana setelah menikah
Quote:
Selvi : aku gak mau tau, aku mau tinggal di manado, aku tidak bisa jauh dari keluarga aku
Ane : ak kerja dimana di manado, kuliah aku gimana, keluarga aku gimana
Selvi : kamu cari kerja disini saja, aku bisa koq minta tolong temen om ku untuk cariin kerjaan.
Ane : aku ga pernah kerja di luar pulau gitu, ga bisa kamu saja ikut aku.
Selvi : boleh aku ikut kamu, tapi aku mau rutin ke menado aku ga mau tau
Ane : boleh kalo ada duitnya, tapi kamu tau kan tiket kesana itu mahal banget. Bisa 2 jt pulang pergi doank. Mending uangnya buat beli perhiasan buat kamu atau sekolah adik kamu
Selvi : yah kamu cari kerja yang bagus donk biar bisa beli perhiasan sekolah adik aku dan tiket pulang pergi menado
Ane : ak kerja dimana di manado, kuliah aku gimana, keluarga aku gimana
Selvi : kamu cari kerja disini saja, aku bisa koq minta tolong temen om ku untuk cariin kerjaan.
Ane : aku ga pernah kerja di luar pulau gitu, ga bisa kamu saja ikut aku.
Selvi : boleh aku ikut kamu, tapi aku mau rutin ke menado aku ga mau tau
Ane : boleh kalo ada duitnya, tapi kamu tau kan tiket kesana itu mahal banget. Bisa 2 jt pulang pergi doank. Mending uangnya buat beli perhiasan buat kamu atau sekolah adik kamu
Selvi : yah kamu cari kerja yang bagus donk biar bisa beli perhiasan sekolah adik aku dan tiket pulang pergi menado
itu hanya salah satu, masih banyak hal yang menjadi pertengkaran ane dan Selvi. paling banyak masalah prinsip, adat selvi sebagai orang dari timur, dan sama sama anak pertama seperti ane memiliki sifat sama kerasnya seperti ane, apalagi dia termasuk figur utama di keluarganya, anak kebanggaan orang tua, sehingga sering ribut sama ane kalo menyangkut masalah keluarga.
Ane semakin frustrasi dengan kondisi ini. Berkali kali ane berpikir untuk membatalkan pernikahan ini, tapi terus kepikiran perkataan bokap sebelumnya, yang bilang belum tentu bisa menikahkan ane tahun depan. Positif thinking ane saat itu, mungkin beliau ingin focus ke keluarga kecilnya dan berharap ane dan adik adik ane mandiri. Mengingat istri bokap sedang hamil tua. Dan pasti bokap maunya focus ke keluarga barunya. apalgi mengingat perjuangan bokap mengatasi masalah ane sama Icha, ane menjadi semakin ga tega lebih lama lagi membebani bokap. Akhirnya ane pun mencoba bertahan dengan kondisi ini.
Diubah oleh Xander_Axel 03-05-2020 21:46
adityasatriaji dan ariid memberi reputasi
2
Kutip
Balas