Di Syria, qadhi-qadhi ditempatkan pada kantor khusus di Damaskus. Ada 23 qadhi yang tercatat selama periode Muslim paling awal hingga memasuki pemerintahan Al-Mutawakkil, hanya 8 (delapan) saja yang melibatkan diri di dalam periwayatan hadits. Tidak satupun dari kedelapannya dianggap perawi yang hebat. Baik yang terpercaya maupun tidak terpercaya, mereka semua hanya sedikit meriwayatkan hadits. Kadang-kadang hanya 1 (satu) hadits saja. Ada 2 qadhi yang tercatat sebagai qadhi sekaligus sebagai qushshash serta cukup terkenal, yaitu Abu Idris Al-Khaulani (w. 80 Hijriyyah / 679) dan dianggap tsiqah (lihat Tahdzib Vol. 5 Hal. 85). Yang satu lagi dianggap dha'if, yaitu Suwaid bin 'Abdul-Aziz (lihat Tahdzib Vol. 5 Hal. 276). Dari 8 (delapan) qadhi perawi tsb, hanya 2 (dua) qadhi yang dikenal pula sebagai faqih yang cerdas dan saleh, yaitu:

1. Abu Idris Al-Khaulani.
   
2. Yazid bin Abi Malik (w. 130 Hijriyyah / 738, lihat Tahdzib Vol. 11 Hal. 345).

Tidak satupun dari qadhi di Damaskus ini diketahui menganut madzhab apa. Kesimpulan yang dapat diambil tidak jauh dengan situasi di Mesir, dimana para qadhi di Damaskus juga tampak mengandalkan ra'yi mereka.

>> Lanjut ke Qadhi di Bashrah
>> Kembali ke Qadhi di Mesir