- Beranda
- Stories from the Heart
Ikatan Polar
...
TS
akmal162
Ikatan Polar
Anggap saja cerita fiksi, selamat menikmati.






Spoiler for PENTING!!! :
Spoiler for Prolog:
Prolog
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Udara malam ibu kota terasa panas malam ini. Ditemani kepulan asap rokok dan sebotol teh kemasan, aku menikmati angin sepoi-sepoi yang terasa hangat. Rutinitas sebelum tidur yang selalu kulakukan hampir setiap hari.
Aku sangat menikmatinya. Angin yang melewati wajahku seakan mengajak ku ke masa lalu. Menerbangkan hati dan fikiranku ke kota itu, kota yang penuh kenangan. Tempat mencari jati diri, dan tempat yang mengajarkanku apa itu cinta sejati.
Momen-momen bersamanya, baik saat suka maupun duka, mulai berputar lagi di kepalaku. Bagaikan alat pemutar DVD, memori otak ku seakan menayangkan kembali, kisah cinta dan momen-momen yang dulu pernah kami lalui bersama.
Yaa, aku masih cinta dia, masih merindukannya, dan mungkin akan terus seperti itu selamanya.
Kegiatan menghayalku terhenti ketika mendengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah. Dia berjalan menghampiriku yang sedang berada di rooftop.
X: "Nathaaa..., udahan dulu rokokannya, tidur, udah malem, besok kamu kerja kan"
Aku: "iya-iya"
Aku pun melempar rokok ku yang sisa 1/4 batang ke bawah, tepatnya halaman belakang rumahku.
X: "ihhhh, nathaa, kebiasaan ah"
Aku: "hehehehe, iya, iya, maaf"
Aku terkekeh melihat wajahnya yang terlihat lucu jika sedang marah, mulut yang manyun kedepan dan kedua pipinya yang digembungkan. Aku menghampirinya, lalu kukecup dahinya.
X: "jangan cium-cium!!!!!, bau rokookk, sikat gigi sana"
Aku: "aduuhhh, mager ahh"
Aku mulai menggodanya agar dia tambah kesal.
X: "yaudah, gakada jatah buat kamu malam ini"
Aku pun terkesiap ketika dia mengatakan itu sambil menyilangkan tangan didadanya.
Aku: "hehehehehe, ampuuunnnn, iya, abis ini aku sikat gigi nih, tapi bentar ah, rebahan dulu"
X: "gak ada bentar-bentar!!!"
Aku: "iya-iya"
Akupun berjalan gontai kekamar mandi. Selain takut jika tidak mendapat jatah malam ini, aku juga takut melihat matanya yang melotot seperti ingin keluar, hehe.
Setelah selesai menggosok gigi aku hampiri dirinya yang sudah terlelap di kasur. Aku mulai mengecup hidung, kemudian menuju bibir, lalu menuju leher untuk memulai permainan malam ini.
X: "ihhhh, nathaa, geli ah"
Aku: "ayoo, aku udah sikat gigi nihh"
Setelah mengucapkan itu, tanpa peduli protesnya terhadap perbuatan ku, aku melanjutkan kecupan ku dilehernya.
X: " Ihhh nathaa.., jangann sekarang, aku lagi dapetttt"
Akupun langsung lemas mendengar perkataannya.
Aku: "curang nihhhh, tadi nyuruh aku sikat gigi katanya mau ngasih jatah malem ini"
X: "biarinnn, lagian kalo kamu gak sikat gigi bau rokok, aku gak suka, wleeeee"
Aku: "awas kaamu yaaa"
Karena gemas, ku peluk tubuhnya, lalu ku gelitiki perutnya, sebagai pembalasan karena sudah membuat ku kesal.
X: "ahahahahaha, geli nathaa.., ampuuunn"
Aku tak menghiraukan permohonannya, tetap kulanjutkan kegiatanku menggelitiki perutnya.
Beberapa saat kemudian....
Karena sudah lelah aku pun menghentikan kegiatan ku. Nafas kami terengah-engah dengan sisa-sisa tawa yang keluar dari mulut kami, akupun membaringkan tubuhku disampingnya, kepalaku menoleh kearahnya, kemudian mata kami saling bertatapan.
Aku: "besok abis aku pulang kantor temenin aku ya"
X: "kemana??"
Aku: "nengokin dia"
Ada jeda sebelum dia menjawab.
X: "boleh, jam 4 ya berarti"
Aku: "iya, kan aku pulang kantor biasanya jam segitu"
X: "okeee, sebelum jam 4 besok aku udah siap-siap"
Kami kembali terdiam, dia mengubah posisi tidurnya, sehingga kami saling berhadapan.
Dia menatap mataku dalam-dalam, lalu tersenyum dan tangannya mulai mengelus kepalaku, lalu berkata.
X: "Dia pasti udah bahagia kok, sekarang tugas aku disini buat bikin kamu bahagia juga, kamu jangan sedih terus ya, supaya dia seneng bisa liat kamu bahagia"
Senyumannya terlihat sangat tulus. Aku pun mencoba membalas senyumnya, meskipun terasa getir dihatiku.
Aku: "iyaa sayang, makasih ya"
Aku: "yaudah yuk tidur, udah jam 12 nih"
X: "yaudah kamu duluan merem"
Aku: "kamu duluan lah"
X: "ihhh, kok aku?"
Aku: "mau tidur aja ribet bangett"
X: "kamu yang mulai"
Aku: "hadehhh, salah melulu aku perasaan"
X: "emang"
Aku: "udah ah, ayo tidur, malah berantem"
X: "yaudah, merem"
Aku: "iyaaa, ciniii, peyuuukk"
X: "ciniii"
Hahaha, kebiasaan konyol selalu kami lakukan sebelum tidur. Setelah beberapa menit mulai terdengar suara dengkuran halus, menandakan dia sudah mulai tertidur. Memandang wajahnya yang sedang terlelap merupakan hobi lain yang ku lakukan sebelum tidur. Aku sangat bersyukur memilikinya dan menjadi pendamping hidupnya, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu dan smiling eyes nya yang selalu menjadi favoritku.
Aku pun mengeratkan pelukanku, lalu mulai terlelap, menuju alam mimpi bersamanya.
Spoiler for Index:
Index:
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
1. Prolog
2. Part 1 (Tawaran Dari Pak Danar)
3. Part 2 (Yang Ditunggu-tunggu?? Akhirnya Datang)
4. Part 3 (Perkenalan)
5. Part 4 (Malu-malu)
6. Part 5 (kerlingan Matanya)
7. Part 6 (Bertemu Viny)
8. Part 7 (Macan Betina)
9. Part 8 (Dia Marah? 1)
10. Part 9 (Dia Marah? 2)
11. Part 10 (Malam Mingguan?)
12. Part 11 (Malam Minggu yang Sempurna)
13. Part 12 (Ada Yang Salah?)
14. Part 13 (Frustasi)
15. Part 14 (Dia Kembali?)
16. Part 15 (Definisi Cinta?)
17. Part 16 (Kunjungan Teman Lama)
18. Part 17 (Tangisan Beby)
19. Part 18 (Ternyata Rasanya Sesakit Ini)
20. Part 19 (Dukungan)
21. Part 20 (Saran)
22. Part 21 (Berburu Hadiah)
23. Part 22 (The Power Of Kepepet)
24. Part 23 (Tentang Sakti)
25. Part 24 (Pricetag)
26. Part 25 (Heavy Rotation)
27. Part 25 [Bonus] (Beby...You Should Paint My Love)
28. Part 26 (Bolu Buatan Beby)
29. Part 27 (Aku Kira Hubungan Kita Istimewa)
30. Part 28 (Curhat)
31. Part 29 (Maaf)
32. Part 30 (Diskusi Bersama Viny)
33. Part 31 (Janji)
34. Part 32 (Main di Kos)
35. Part 33 (Main Beneran!!!)
36. Part 34 (Terimakasih Setan!!!)
37. Part 35 (Terimakasih Setan!!! 2)
38. Part 36 (latihan presentasi)
39. Part 37 (Munafik?)
40. Part 38 (Penjelasan?)
41. Part 39 (Berfilosofi Ala Pak Edi)
42. Part 40 (Bidadari itu bernama...)
43. Part 41 (Tumpah)
44. Part 42 (Konser)
45. Part 43 (Ketahuan)
46. Part 44 (Kejedot)
47. Part 45 (Bertemu Shani, Tapi........)
48. Part 46 (Hujan panas)
49. Part 47 (Rasa Bersalah)
50. Part 48 (Tentang Viny)
51. Part 49 (Berulah Lagi)
52. Part 50 (Calon Mertua?)
53. Part 51 (Baru tau)
54. Part 52 (Ketakutan)
55. Part 53 (BINGO!)
56. Part 54 (Jam Tangan)
57. Part 55 (Jujur)
58. Part 56 (Ngetawain Tai)
59. Part 57 (Pencinta Kopi Abal-Abal!!!)
60. Part 58 (Bocah Labil?)
61. Part 59 (Cari Tau!!!)
62. Part 60 (Candu dan Yakin)
63. Part 61 (Kelainan)
64. Part 62 (Kelain Hati?)
65. Part 63 (Kunjungan Shani)
66. Part 64 (Shani)
67. Part 65 (Dia Mau Pulang?)
68. Part 66 (Cinta Tidak Pernah Salah?)
69. Part 67 (Menanti)
70. Part 68 (Warmness On The Soul)
71. Part 69 (Ditinggal Pulang?)
72. Part 70 (Pengakuan)
73. Part 71 (Bukit Bintang)
74. Part 72 (Daftar S2)
75. Part 73 (Foto KTP)
76. Part 74 (Penolakan)
77. Part 75 (Flashdisk)
78. Part 76 (Revisi Laporan)
79. Part 77 (kakak?)
80. Part 78 (Anak Kecil)
81. Part 79 (Just Let It Flow)
82. Part 80 (Saling Percaya?)
83. Part 81 (Love You)
84. Part 82 (Tunggu Aku)
85. Part 83 (VideoCall)
86. Part 84 (Masih Ragu?)
87. Part 85 (Curhatan Viny)
88. Part 86 (Pak Rio)
89. Part 87 (Godaan?)
90. Part 88 (Bertemu)
91. Part 89 (Saling Percaya!)
92. Part 90 (Calon Mertua? 2)
93. Part 91 (Acara Wisuda yang Berakhir Galau)
94. Part 92 (Dibujuk)
95. Part 93 (Diyakinkan)
96. Part 94 (Teringat Kembali)
97. Part 95 (Hambatan)
Diubah oleh akmal162 22-07-2020 04:29
kkaze22 dan 70 lainnya memberi reputasi
67
33.1K
Kutip
452
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
akmal162
#132
Spoiler for Spoiler:
Part 46
"Nat, entar siang jangan lupa ke pak danar ya, kumpulin nilai praktikan"
Devan baru saja datang ke lab siang ini, sedangkan aku sudah berada di sini sejak kemaren malam, kemaren aku bermalam disini bersama mario dan belum pulang sama sekali sampai sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang.
Aku: "iya van, pak danarnya belum ada di ruangan dari tadi pagi"
Devan: "oooohhh, yaudah, entar aja berarti"
Devanpun memilih untuk masuk kedalam ruang asisten setelah melepas sepatu dan menaruhnya di rak.
Devan: "lu belom tidur nat?"
Aku: "bentar doang van, gue baru tidur jam 10 pagi tadi abis kelas"
Devan: "siapa aja kemaren yang nginep?"
Aku: "gue sama mario doang"
Devan: "nabil gak nginep?"
Aku: "gak tau, pas gue nyampe tdi malem tuh bocah udah kagak ada"
Devan: "oooohhh"
Devanpun mengeluarkan handphone dari tasnya, lalu mulai sibuk sendiri dengan handphone yang ada di tangannya.
Tiingg.....
"Nat, nanti malem jadi kan?, aku baru aja beli tiketnya"
Whaatt....
Aku kira setelah kejadian tadi malam shani akan membatalkan rencananya untuk mengajakku menemaninya menonton film malam ini.
Tapi ternyata shani malah mengirimkan pesan kepadaku untuk menagih janji yang sudah kuucapkan kemaren lusa.
Tanpa berpikir panjang, akupun memutuskan langsung membalas pesan dari shani untuk meng iya kan ajakannya nanti malam.
Aku: "iya shan, bisa kok, filmnya mulai jam berapa?"
Shani: "jam 7 malem nat, habis maghrib jemput aku ya"
Aku: "oke shan, nanti aku kabarin lagi ya"
Oh iya, setelah aku dan beby bertemu shani di saat kami sedang makan malam di restoran cepat saji kemaren, beby menjadi uring-uringan sendiri, mulai dari perjalanan pulang sampai aku berpamitan dengannya untuk pulang ke kampus, dia tidak berhenti mempermasalahkan hal-hal kecil.
Dan anehnya, beby juga bersikap sedikit lebih manja kepadaku, terbukti ketika tadi malam dia menahanku untuk tinggal lebih lama di rumahnya agar bisa menemaninya lebih lama.
Yaaa..... kelakuannya kemaren malam mirip sekali dengan kelakuannya pada saat memasuki masa-masa datang bulan.
Tapi yang perlu ku syukuri adalah, beby tidak benar-benar mendiamkanku, memang dia marah kepadaku karena kehadiran shani saat itu, tapi dia menunjukkannya dengan cara yang berbeda.
Yaa... beby hanya menunjukkan perilaku seperti yang ku jelaskan sebelumnya.
Dan juga, untungnya beby tidak membahas dan bertanya apapun tentang shani hingga saat ini, yap.... setelah aku pulang ke kampus tadi malam, aku dan beby tidak pernah berhenti untuk saling bertukar pesan hingga saat ini.
Tapi..... mungkin kalau dia tahu bahwa kemaren aku sempat menemani shani menonton konser, dan nanti malam aku akan kembali menemani shani menonton film di bioskop, aku yakin pasti beby akan sangat marah dan kecewa denganku.
Yaaaa.... tapi mau bagaimana lagi, aku juga tidak sanggup untuk menolak ajakan shani.
.
.
.
"Maaf ya nat, gara-gara aku kamu nonton film yang sama 2 kali"
Setelah film yang kami tonton sudah selesai, aku dan shani memilih restoran dengan menu utama ayam bakar untuk makan malam kami kali ini.
Aku: "ya shan, santai kok, kan kamu udah bayarin aku tiketnya sih"
Shani: "iya sih nat, tapi tetep aja waktu kamu kebuang 2 jam gara-gara nemenin aku"
Aku: "buat kamu apa yang enggak sih shan"
Hehehe, aku sudah mulai berani melontarkan gombalan-gombalan receh kepada shani, niatnya sih hannya untuk bercanda supaya suasana bisa lebih cair.
"Hhhhmmmm, bisa aja kamu, pantesan ceweknya banyak"
Pernyataan yang baru saja keluar dari mulut shani membuatku menjadi agak sedikit kikuk.
Apalagi setelah aku tiba-tiba teringat kejadian kemaren malam.
"E e e ehhh, gak gitu juga kali shan"
Shani hanya menanggapi kalimat terakhirku dengan sebuah senyuman, keadaan sempat menjadi hening beberapa saat.
Shani: "hehehehe, becanda kok nat"
Aku: "hehehe"
Shani: "btw, kemaren itu cewek yang lagi deket sama kamu sekarang?, yang pas itu sempet kamu ceritain?"
Aku: "i i iyaa shan"
Shani: "oh ya?"
Shani bertanya seperti itu sambil menunjukkan wajah antusiasnya kepadaku.
Shani: "ternyata kalian lucu banget ya, aku jadi iri deh"
Aku: "y y ya biasa aja sih shan"
Shani: "ih, masa kamu gak peka sih nat, waktu kemaren keliatan banget kok kalo dia suka sama kamu...."
Aku: "mana ada, sok tau kamu shan"
Shani: "nathaa...., keliatan banget kok kemaren dia cemburu pas aku dateng, kalo cewek udah kayak gitu, berarti tandanya dia suka sama kamu nat"
Aku: "idih, tau dari mana kamu shan?"
Shani menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.
Shani: "huuuuhhhhh....... dia kemaren nyuapin kamu, habis itu gandeng tangan kamu, dan semuanya dilakuin di depan aku, itu dia lagi berusaha nunjukin ke aku bahwa kamu itu punya dia"
"Wkwkwkwkwk"
Pernyataan yang keluar dari mulut shani terdengar sedikit lucu di telingaku.
Aku: "cocokologi kamu aja kali shan"
Shani: "aduuhh... pantesan kamu jomblo 3 tahun ya nat"
Aku: "y y yaa mana aku tau shan, dia gak pernah bilang kalo dia suka sama aku"
Puukkk...
Shani melemparkan gumpalan tisu yang masih bersih kearah wajahku.
Shani: "cewek itu emang kayak gitu nat, mana ada yang mau bilang kalau dia suka, harusnya kamu tuh yang nyatain ke dia"
Aku: "i i iya sih"
Shani: "kalian udah pacaran gak sih?"
Aku: "enggak shan"
Shani: "kenapa?"
Aku: "y y y yaa gak kenapa napa sih shan"
Shani: "mmmmmm, kenapa gak kamu tembak aja dia nat?, takut ditolak?, atau.... jangan-jangan kamu sebenernya gak sayang sama dia?"
Aku: "mmmmm, enggak 22nya sih, susah jelasinnya shan"
Aku hanya mengusap wajahku dengan sedikit kasar setelah menjawab pertanyaan shani.
"Misi mas, mbak, ini makanannya"
Perbincangan kami terhenti pada saat mas-mas pegawai sedang mengantarkan makanan yang kami pesan kemeja kami.
Shani: "yaudah yuk nat, makan dulu aja, abis ini cerita yaa tapi"
Aku: "harus banget ya?"
Shani: "aku penasaran, hehe"
Aku: "iya iya, makan dulu deh"
Kamipun memutuskan untuk mulai menyantap ayam bakar yang sudah tersedia di depan kami.
.
.
.
"So... kenapa kalian gak pacaran?"
Sekarang kami sudah kembali ke meja yang kami tempati setelah selesai mencuci tangan kami masing-masing.
Aku: "mmmm, giman ya shan jelasinnya, gini deh, kamu pernah gak sih shan bingung sama perasaan kamu?"
Shani: "mmmm, gak tau deh nat, coba lanjutin dulu"
Aku: "aduhh... jadi gini, aku sebenarnya suka sama dia shan, mungkin udah sampai ke tahap sayang, tapi kalau cintaaa..... entahlah shan"
Shani: "ooooohhhh, aku mulai paham, berarti bukan masalah takut di tolak, dan kamu bukannya gak sayang sama dia kan?"
Aku: "iya shan"
Shani: "eh, tapi, kalau kamu udah sayang, kenapa kalian gak coba pacaran aja dulu?"
Aku: "kalo menurut aku ya shan, gak segampang itu buat berkomitmen"
Shani: "kenapa?, kamu sayang sama dia, dia juga kayaknya sayang sama kamu nat, dan kamu kayaknya udah paham itu"
Aku: "yaaaa..... aku takut aja shan, kalo sudah berkomitmen, suatu hari aku bosen habis itu ninggalin dia"
Shani hanya menyimak setiap kalimat yang keluar dari mulutku tanpa intervensi sama sekali.
"Kalo cuma sayang kan bisa shan suatu hari kita bosen, soalnya hal itu yang aku alamin waktu zaman SMA"
"Mungkiiiin...... Kalau udah cinta beda lagi shan, tapi..... aku sendiri masih belum paham apa artinya"
Shani terlihat berpikir sejenak sebelum menaggapi kaliamat yang keluar dari mulutku.
"Jadi.... rencana kamu apa?, nyari apa itu definisi cinta?"
Sebenarnya, pertanyaan ini yang belum bisa ku jawab sampai sekarang.
"Mungkin, t t tapi aku gak punya rencana apa-apa shan supaya pertanyaanku bisa kejawab"
Shani menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan sedikit kasar.
"Entah ya nat, aku gak bisa komentar banyak, tapi yang jelas, kamu harus tau, apa yang mau kamu cari, kamu harus tau langkah-langkah konkret supaya kamu bisa dapet jawaban itu, dan kamu juga harus punya rencana buat kedepannya, kalo gini gini teruussss.... siap-siap aja kamu kehilangan dia"
Yaa, aku sangat paham dengan apa yang dikatakan oleh shani, itu teori yang sangat klasik menurutku, punya tujuan, punya rencana, tau apa yang harus dicapai.
Tapi kenyataannya...... apa yang akan kita hadapi tidak semudah dengan teori yang sudah tersimpan dengan rapi di kepala.
Aku: "iya sih shan, tapi...... aku cuma belum tau aja apa yang harus aku lakuin"
Shani: "its ok kok nat, meskipun menurut aku pemikiran kamu terlalu rumit, tapi aku yakin pasti ada sesuatu yang mendasari itu, aku ngerti kok"
Shani mengucapkan kalimat terakhirnya sambil memegang tangan kananku yang berada diatas meja.
Aku: "huhhh..... makasih ya shan"
Shani: "iya nat, santai aja"
Aku: "t t tapi shan..."
Shani: "kenapa nat?"
Aku: "misi dulu tangannya, aku mau minum, hehe"
Shani yang sadar bahwa tangannya dari tadi memegang tangan kananku, langsung menarik kembali tangannya setelah aku mengucapkan kalimat terakhirku.
"Oh, hehe, maaf nat"
.
.
.
"Ini nat, coba pake kaos aku, sedang gak?"
Aku mengambil kaos yang disodorkan oleh shani.
Aku dan shani sempat terjebak di salah satu minimarket karena malam ini hujan mengguyur kota jogja dengan lebatnya,
kami sempat menunggu hingga waktu menunjukkan pukul 12 malam, tapi hujan masih belum berhenti, malah semakin bertambah deras.
Karena tidak enak melihat shani yang harus menunggu hujan reda sampai larut malam seperti sekarang, aku memutuskan untuk mengajak shani menerobos hujan agar kami bisa pulang lebih cepat.
Berhubung aku hanya memiliki 1 jas hujan dengan model jaket sekaligus celananya, aku memutuskan untuk memberikannya kepada shani agar dia tidak kehujanan.
Efeknya ya...seperti sekarang, badanku basah kuyup karena terguyur air hujan yang turun dengan derasnya.
"Bentar ya mbak, aku numpang ke WC dulu, buat ganti baju"
Shani yang awalnya membelakangiku untuk mengambil sesuatu, menoleh kearahku setelah mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulutku.
"Kenapa harus ke WC nat, disini aja kali"
Seraya berkata seperti itu, shani berjalan mendekatiku dengan raut wajah menggodanya.
Ahhh... dia mulai lagi
Sontak aku mundur perlahan untuk menghindari shani yang semakin mendekat kearahku.
Duukkkk.....
Badanku terasa membentur tembok yang berada dibelakangku, sekarang aku benar-benar dalam posisi terpojok, sedangkan shani semakin mendekat kearahku.
Sekarang shani sudah berdiri tepat dihadapanku, jarak wajah kami tinggal beberapa senti lagi, sedangkan satu tangannya, ia tempelkan pada tembok, tepat disamping kepalaku.
Aaahhh.... tatapan matanya yang tajam seakan-akan mengunci kedua bola mataku, wangi tubuhnya yang semerbak menyeruak masuk kedalam rongga hidungku.
Satu tangannya meraih daguku, dia menyentuh daguku dengan lembut dan.........
Cuuuppppssss......
Bibir tipis shani kini sudah menempel di bibirku, entah lah, aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang.
Sontak mataku terpejam saat bibir shani mulai menyentuh bibirku.
Pikiranku sekarang sudah benar-benar hilang, hanya hawa nafsu yang memenuhi isi kepalaku.
Dia mulai menggerakkan mulutnya sambil sesekali melumat bibirku, refleks aku membalas perbuatan shani dengan melumat kembali bibirnya yang sedari tadi sangat aktif bergerak melumat bibirku.
Akupun mencoba untuk mengambil alih kendali yang sedari tadi dipegang oleh shani dengan mendorong tubuhnya secara perlahan-lahan.
Daaaannn.......
Brruuukkkk....
Aku mendorong tubuh shani sehingga dia jatuh ke atas ranjang yang ada tepat di belakangnya.
Tanpa menunggu lama, aku merangkak diatas tubuhnya, lalu aku kembali melumat bibir shani dengan lembut seraya memejamkan mataku.
Tapiiii.....
Saat bibirku sedang asyik melumat bibir shani, entah kenapa bayangan wajah ngambek beby yang terlihat sangat lucu ketika sedang menggembungkan pipinya memenuhi isi kepalaku.
Hal ini cukup menganggu kegiatanku bersama shani malam ini.
Dan setelah itu, tiba-tiba......
Tiba-tiba suara lembut ibuku terngiang-ngiang di kepalaku.
Laluuuuuu.......
"Hh.... Hh..... Hh....., maaf shan"
Seraya berkata seperti itu aku langsung menjauhkan tubuhku dari shani yang sekarang masih terbaring di depanku.
Tanpa pikir panjang, aku langsung menaruh baju kaos yang tadi di berikan oleh shani kepadaku, lalu aku langsung mengambil jaketku yang masih sangat basah sambil berjalan ke arah pintu kamar shani.
"Nat....."
Tiba-tiba shani memegang pergelangan tanganku untuk menahanku agar tidak pergi.
"M m maaf"
Aku langsung membalikkan badanku setelah mendengar permintaan maaf dari shani.
Shani: "kamu ganti dulu baju kamu ke kamar mandi, nanti sakit kalo kamu pulang pake baju basah kayak gini"
Aku: "gakusah shan, santai kok, udah biasa kalo kayak gini"
Shani: "naat, aku janji, gak akan kayak tadi lagi, tapi kamu ganti dulu baju kamu"
Shani mengucapkan kalimat terakhirnya dengan raut wajah memelas.
Aku menarik nafas panjang-panjang, lalu menghembuskannya perlahan.
Huuuhhhh......
"Yaudah mbak"
Seraya menarik tanganku agar shani melepaskan genggaman tangannya pada lenganku, aku mengambil baju kaos shani yang tadi sudah kuletakkan diatas kasur, lalu berjalan menuju kamar mandi.
"Udah shan, aku pulang dulu ya"
Setelah aku selesai mengganti bajuku dengan kaos yang diberikan oleh shani, aku memutuskan untuk berpamitan kepada shani.
"Nat....."
Shani kembali memanggil namaku.
"Kenapa shan?"
Bruuukkkk.....
Tiba-tiba shani memeluk tubuhku, tapi kali ini berbeda, ini bukan pelukan yang didasari oleh nafsu sama sekali.
"Kita baru 3 kali ketemu"
"Tapi setelah kejadian malam ini, dan kejadian di hotel waktu itu....."
"Bikin aku makin yakin nat, aku....aku suka sama kamu"
Aku dibuat terdiam mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari mulut shani.
"Aku juga minta maaf buat kejadian malam ini"
Shani semakin mengeratkan pelukannya pada tubuhku.
"E e e ehh, iya shan, santai aja"
Jujur aku tidak tahu bagaimana aku harus membalas pernyataan yang baru saja dikatakan oleh shani, sebelum aku dibuat semakin bingung, aku memutuskan untuk mendorong tubuh shani dengan lembut agar pelukan kami terlepas
"Aku yang minta maaf shan, aku yang salah"
Shani tidak menjawab pernyataanku, kepalanya hanya menunduk kebawah tanpa berani menatap mataku sama sekali.
"Yaudah shan, aku pamit ya"
Kepala shani terangkat setelah aku kembali berpamitan kepadanya.
Kali ini senyum kembali terukir di wajah indahnya.
Shani: "makasih ya nat buat malem ini"
Aku: "iya shan, sama-sama"
Setelah itu aku kembali membalikan tubuhku untuk berjalan menuju pintu kamar shani.
"Hati-hati ya nat, dahh"
Akupun berjalan menghampiri pintu untuk keluar dari kamar shani seraya membalas lambayan tangan dari shani.
"Daah shaan..."
.
.
.
"Nat, entar siang jangan lupa ke pak danar ya, kumpulin nilai praktikan"
Devan baru saja datang ke lab siang ini, sedangkan aku sudah berada di sini sejak kemaren malam, kemaren aku bermalam disini bersama mario dan belum pulang sama sekali sampai sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang.
Aku: "iya van, pak danarnya belum ada di ruangan dari tadi pagi"
Devan: "oooohhh, yaudah, entar aja berarti"
Devanpun memilih untuk masuk kedalam ruang asisten setelah melepas sepatu dan menaruhnya di rak.
Devan: "lu belom tidur nat?"
Aku: "bentar doang van, gue baru tidur jam 10 pagi tadi abis kelas"
Devan: "siapa aja kemaren yang nginep?"
Aku: "gue sama mario doang"
Devan: "nabil gak nginep?"
Aku: "gak tau, pas gue nyampe tdi malem tuh bocah udah kagak ada"
Devan: "oooohhh"
Devanpun mengeluarkan handphone dari tasnya, lalu mulai sibuk sendiri dengan handphone yang ada di tangannya.
Tiingg.....
"Nat, nanti malem jadi kan?, aku baru aja beli tiketnya"
Whaatt....
Aku kira setelah kejadian tadi malam shani akan membatalkan rencananya untuk mengajakku menemaninya menonton film malam ini.
Tapi ternyata shani malah mengirimkan pesan kepadaku untuk menagih janji yang sudah kuucapkan kemaren lusa.
Tanpa berpikir panjang, akupun memutuskan langsung membalas pesan dari shani untuk meng iya kan ajakannya nanti malam.
Aku: "iya shan, bisa kok, filmnya mulai jam berapa?"
Shani: "jam 7 malem nat, habis maghrib jemput aku ya"
Aku: "oke shan, nanti aku kabarin lagi ya"
Oh iya, setelah aku dan beby bertemu shani di saat kami sedang makan malam di restoran cepat saji kemaren, beby menjadi uring-uringan sendiri, mulai dari perjalanan pulang sampai aku berpamitan dengannya untuk pulang ke kampus, dia tidak berhenti mempermasalahkan hal-hal kecil.
Dan anehnya, beby juga bersikap sedikit lebih manja kepadaku, terbukti ketika tadi malam dia menahanku untuk tinggal lebih lama di rumahnya agar bisa menemaninya lebih lama.
Yaaa..... kelakuannya kemaren malam mirip sekali dengan kelakuannya pada saat memasuki masa-masa datang bulan.
Tapi yang perlu ku syukuri adalah, beby tidak benar-benar mendiamkanku, memang dia marah kepadaku karena kehadiran shani saat itu, tapi dia menunjukkannya dengan cara yang berbeda.
Yaa... beby hanya menunjukkan perilaku seperti yang ku jelaskan sebelumnya.
Dan juga, untungnya beby tidak membahas dan bertanya apapun tentang shani hingga saat ini, yap.... setelah aku pulang ke kampus tadi malam, aku dan beby tidak pernah berhenti untuk saling bertukar pesan hingga saat ini.
Tapi..... mungkin kalau dia tahu bahwa kemaren aku sempat menemani shani menonton konser, dan nanti malam aku akan kembali menemani shani menonton film di bioskop, aku yakin pasti beby akan sangat marah dan kecewa denganku.
Yaaaa.... tapi mau bagaimana lagi, aku juga tidak sanggup untuk menolak ajakan shani.
.
.
.
"Maaf ya nat, gara-gara aku kamu nonton film yang sama 2 kali"
Setelah film yang kami tonton sudah selesai, aku dan shani memilih restoran dengan menu utama ayam bakar untuk makan malam kami kali ini.
Aku: "ya shan, santai kok, kan kamu udah bayarin aku tiketnya sih"
Shani: "iya sih nat, tapi tetep aja waktu kamu kebuang 2 jam gara-gara nemenin aku"
Aku: "buat kamu apa yang enggak sih shan"
Hehehe, aku sudah mulai berani melontarkan gombalan-gombalan receh kepada shani, niatnya sih hannya untuk bercanda supaya suasana bisa lebih cair.
"Hhhhmmmm, bisa aja kamu, pantesan ceweknya banyak"
Pernyataan yang baru saja keluar dari mulut shani membuatku menjadi agak sedikit kikuk.
Apalagi setelah aku tiba-tiba teringat kejadian kemaren malam.
"E e e ehhh, gak gitu juga kali shan"
Shani hanya menanggapi kalimat terakhirku dengan sebuah senyuman, keadaan sempat menjadi hening beberapa saat.
Shani: "hehehehe, becanda kok nat"
Aku: "hehehe"
Shani: "btw, kemaren itu cewek yang lagi deket sama kamu sekarang?, yang pas itu sempet kamu ceritain?"
Aku: "i i iyaa shan"
Shani: "oh ya?"
Shani bertanya seperti itu sambil menunjukkan wajah antusiasnya kepadaku.
Shani: "ternyata kalian lucu banget ya, aku jadi iri deh"
Aku: "y y ya biasa aja sih shan"
Shani: "ih, masa kamu gak peka sih nat, waktu kemaren keliatan banget kok kalo dia suka sama kamu...."
Aku: "mana ada, sok tau kamu shan"
Shani: "nathaa...., keliatan banget kok kemaren dia cemburu pas aku dateng, kalo cewek udah kayak gitu, berarti tandanya dia suka sama kamu nat"
Aku: "idih, tau dari mana kamu shan?"
Shani menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.
Shani: "huuuuhhhhh....... dia kemaren nyuapin kamu, habis itu gandeng tangan kamu, dan semuanya dilakuin di depan aku, itu dia lagi berusaha nunjukin ke aku bahwa kamu itu punya dia"
"Wkwkwkwkwk"
Pernyataan yang keluar dari mulut shani terdengar sedikit lucu di telingaku.
Aku: "cocokologi kamu aja kali shan"
Shani: "aduuhh... pantesan kamu jomblo 3 tahun ya nat"
Aku: "y y yaa mana aku tau shan, dia gak pernah bilang kalo dia suka sama aku"
Puukkk...
Shani melemparkan gumpalan tisu yang masih bersih kearah wajahku.
Shani: "cewek itu emang kayak gitu nat, mana ada yang mau bilang kalau dia suka, harusnya kamu tuh yang nyatain ke dia"
Aku: "i i iya sih"
Shani: "kalian udah pacaran gak sih?"
Aku: "enggak shan"
Shani: "kenapa?"
Aku: "y y y yaa gak kenapa napa sih shan"
Shani: "mmmmmm, kenapa gak kamu tembak aja dia nat?, takut ditolak?, atau.... jangan-jangan kamu sebenernya gak sayang sama dia?"
Aku: "mmmmm, enggak 22nya sih, susah jelasinnya shan"
Aku hanya mengusap wajahku dengan sedikit kasar setelah menjawab pertanyaan shani.
"Misi mas, mbak, ini makanannya"
Perbincangan kami terhenti pada saat mas-mas pegawai sedang mengantarkan makanan yang kami pesan kemeja kami.
Shani: "yaudah yuk nat, makan dulu aja, abis ini cerita yaa tapi"
Aku: "harus banget ya?"
Shani: "aku penasaran, hehe"
Aku: "iya iya, makan dulu deh"
Kamipun memutuskan untuk mulai menyantap ayam bakar yang sudah tersedia di depan kami.
.
.
.
"So... kenapa kalian gak pacaran?"
Sekarang kami sudah kembali ke meja yang kami tempati setelah selesai mencuci tangan kami masing-masing.
Aku: "mmmm, giman ya shan jelasinnya, gini deh, kamu pernah gak sih shan bingung sama perasaan kamu?"
Shani: "mmmm, gak tau deh nat, coba lanjutin dulu"
Aku: "aduhh... jadi gini, aku sebenarnya suka sama dia shan, mungkin udah sampai ke tahap sayang, tapi kalau cintaaa..... entahlah shan"
Shani: "ooooohhhh, aku mulai paham, berarti bukan masalah takut di tolak, dan kamu bukannya gak sayang sama dia kan?"
Aku: "iya shan"
Shani: "eh, tapi, kalau kamu udah sayang, kenapa kalian gak coba pacaran aja dulu?"
Aku: "kalo menurut aku ya shan, gak segampang itu buat berkomitmen"
Shani: "kenapa?, kamu sayang sama dia, dia juga kayaknya sayang sama kamu nat, dan kamu kayaknya udah paham itu"
Aku: "yaaaa..... aku takut aja shan, kalo sudah berkomitmen, suatu hari aku bosen habis itu ninggalin dia"
Shani hanya menyimak setiap kalimat yang keluar dari mulutku tanpa intervensi sama sekali.
"Kalo cuma sayang kan bisa shan suatu hari kita bosen, soalnya hal itu yang aku alamin waktu zaman SMA"
"Mungkiiiin...... Kalau udah cinta beda lagi shan, tapi..... aku sendiri masih belum paham apa artinya"
Shani terlihat berpikir sejenak sebelum menaggapi kaliamat yang keluar dari mulutku.
"Jadi.... rencana kamu apa?, nyari apa itu definisi cinta?"
Sebenarnya, pertanyaan ini yang belum bisa ku jawab sampai sekarang.
"Mungkin, t t tapi aku gak punya rencana apa-apa shan supaya pertanyaanku bisa kejawab"
Shani menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan sedikit kasar.
"Entah ya nat, aku gak bisa komentar banyak, tapi yang jelas, kamu harus tau, apa yang mau kamu cari, kamu harus tau langkah-langkah konkret supaya kamu bisa dapet jawaban itu, dan kamu juga harus punya rencana buat kedepannya, kalo gini gini teruussss.... siap-siap aja kamu kehilangan dia"
Yaa, aku sangat paham dengan apa yang dikatakan oleh shani, itu teori yang sangat klasik menurutku, punya tujuan, punya rencana, tau apa yang harus dicapai.
Tapi kenyataannya...... apa yang akan kita hadapi tidak semudah dengan teori yang sudah tersimpan dengan rapi di kepala.
Aku: "iya sih shan, tapi...... aku cuma belum tau aja apa yang harus aku lakuin"
Shani: "its ok kok nat, meskipun menurut aku pemikiran kamu terlalu rumit, tapi aku yakin pasti ada sesuatu yang mendasari itu, aku ngerti kok"
Shani mengucapkan kalimat terakhirnya sambil memegang tangan kananku yang berada diatas meja.
Aku: "huhhh..... makasih ya shan"
Shani: "iya nat, santai aja"
Aku: "t t tapi shan..."
Shani: "kenapa nat?"
Aku: "misi dulu tangannya, aku mau minum, hehe"
Shani yang sadar bahwa tangannya dari tadi memegang tangan kananku, langsung menarik kembali tangannya setelah aku mengucapkan kalimat terakhirku.
"Oh, hehe, maaf nat"
.
.
.
"Ini nat, coba pake kaos aku, sedang gak?"
Aku mengambil kaos yang disodorkan oleh shani.
Aku dan shani sempat terjebak di salah satu minimarket karena malam ini hujan mengguyur kota jogja dengan lebatnya,
kami sempat menunggu hingga waktu menunjukkan pukul 12 malam, tapi hujan masih belum berhenti, malah semakin bertambah deras.
Karena tidak enak melihat shani yang harus menunggu hujan reda sampai larut malam seperti sekarang, aku memutuskan untuk mengajak shani menerobos hujan agar kami bisa pulang lebih cepat.
Berhubung aku hanya memiliki 1 jas hujan dengan model jaket sekaligus celananya, aku memutuskan untuk memberikannya kepada shani agar dia tidak kehujanan.
Efeknya ya...seperti sekarang, badanku basah kuyup karena terguyur air hujan yang turun dengan derasnya.
"Bentar ya mbak, aku numpang ke WC dulu, buat ganti baju"
Shani yang awalnya membelakangiku untuk mengambil sesuatu, menoleh kearahku setelah mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulutku.
"Kenapa harus ke WC nat, disini aja kali"
Seraya berkata seperti itu, shani berjalan mendekatiku dengan raut wajah menggodanya.
Ahhh... dia mulai lagi
Sontak aku mundur perlahan untuk menghindari shani yang semakin mendekat kearahku.
Duukkkk.....
Badanku terasa membentur tembok yang berada dibelakangku, sekarang aku benar-benar dalam posisi terpojok, sedangkan shani semakin mendekat kearahku.
Sekarang shani sudah berdiri tepat dihadapanku, jarak wajah kami tinggal beberapa senti lagi, sedangkan satu tangannya, ia tempelkan pada tembok, tepat disamping kepalaku.
Aaahhh.... tatapan matanya yang tajam seakan-akan mengunci kedua bola mataku, wangi tubuhnya yang semerbak menyeruak masuk kedalam rongga hidungku.
Satu tangannya meraih daguku, dia menyentuh daguku dengan lembut dan.........
Cuuuppppssss......
Bibir tipis shani kini sudah menempel di bibirku, entah lah, aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang.
Sontak mataku terpejam saat bibir shani mulai menyentuh bibirku.
Pikiranku sekarang sudah benar-benar hilang, hanya hawa nafsu yang memenuhi isi kepalaku.
Dia mulai menggerakkan mulutnya sambil sesekali melumat bibirku, refleks aku membalas perbuatan shani dengan melumat kembali bibirnya yang sedari tadi sangat aktif bergerak melumat bibirku.
Akupun mencoba untuk mengambil alih kendali yang sedari tadi dipegang oleh shani dengan mendorong tubuhnya secara perlahan-lahan.
Daaaannn.......
Brruuukkkk....
Aku mendorong tubuh shani sehingga dia jatuh ke atas ranjang yang ada tepat di belakangnya.
Tanpa menunggu lama, aku merangkak diatas tubuhnya, lalu aku kembali melumat bibir shani dengan lembut seraya memejamkan mataku.
Tapiiii.....
Saat bibirku sedang asyik melumat bibir shani, entah kenapa bayangan wajah ngambek beby yang terlihat sangat lucu ketika sedang menggembungkan pipinya memenuhi isi kepalaku.
Hal ini cukup menganggu kegiatanku bersama shani malam ini.
Dan setelah itu, tiba-tiba......
Spoiler for :
"Natha, kamu jangan sampai nyakitin hati perempuan ya, apalagi sampa kamu mengkhianati dia, kamu harus inget, perempuan itu paling gak suka dikhianati"
"Kamu sayang kan sama ibu?, kamu gak suka kan liat ibu diginiin?, papa kamu emang salah nak, tapi jangan sampai kamu melakukan hal yang sama ya sayang"
"Kamu sayang kan sama ibu?, kamu gak suka kan liat ibu diginiin?, papa kamu emang salah nak, tapi jangan sampai kamu melakukan hal yang sama ya sayang"
Tiba-tiba suara lembut ibuku terngiang-ngiang di kepalaku.
Laluuuuuu.......
"Hh.... Hh..... Hh....., maaf shan"
Seraya berkata seperti itu aku langsung menjauhkan tubuhku dari shani yang sekarang masih terbaring di depanku.
Tanpa pikir panjang, aku langsung menaruh baju kaos yang tadi di berikan oleh shani kepadaku, lalu aku langsung mengambil jaketku yang masih sangat basah sambil berjalan ke arah pintu kamar shani.
"Nat....."
Tiba-tiba shani memegang pergelangan tanganku untuk menahanku agar tidak pergi.
"M m maaf"
Aku langsung membalikkan badanku setelah mendengar permintaan maaf dari shani.
Shani: "kamu ganti dulu baju kamu ke kamar mandi, nanti sakit kalo kamu pulang pake baju basah kayak gini"
Aku: "gakusah shan, santai kok, udah biasa kalo kayak gini"
Shani: "naat, aku janji, gak akan kayak tadi lagi, tapi kamu ganti dulu baju kamu"
Shani mengucapkan kalimat terakhirnya dengan raut wajah memelas.
Aku menarik nafas panjang-panjang, lalu menghembuskannya perlahan.
Huuuhhhh......
"Yaudah mbak"
Seraya menarik tanganku agar shani melepaskan genggaman tangannya pada lenganku, aku mengambil baju kaos shani yang tadi sudah kuletakkan diatas kasur, lalu berjalan menuju kamar mandi.
"Udah shan, aku pulang dulu ya"
Setelah aku selesai mengganti bajuku dengan kaos yang diberikan oleh shani, aku memutuskan untuk berpamitan kepada shani.
"Nat....."
Shani kembali memanggil namaku.
"Kenapa shan?"
Bruuukkkk.....
Tiba-tiba shani memeluk tubuhku, tapi kali ini berbeda, ini bukan pelukan yang didasari oleh nafsu sama sekali.
"Kita baru 3 kali ketemu"
"Tapi setelah kejadian malam ini, dan kejadian di hotel waktu itu....."
"Bikin aku makin yakin nat, aku....aku suka sama kamu"
Aku dibuat terdiam mendengar pernyataan yang baru saja keluar dari mulut shani.
"Aku juga minta maaf buat kejadian malam ini"
Shani semakin mengeratkan pelukannya pada tubuhku.
"E e e ehh, iya shan, santai aja"
Jujur aku tidak tahu bagaimana aku harus membalas pernyataan yang baru saja dikatakan oleh shani, sebelum aku dibuat semakin bingung, aku memutuskan untuk mendorong tubuh shani dengan lembut agar pelukan kami terlepas
"Aku yang minta maaf shan, aku yang salah"
Shani tidak menjawab pernyataanku, kepalanya hanya menunduk kebawah tanpa berani menatap mataku sama sekali.
"Yaudah shan, aku pamit ya"
Kepala shani terangkat setelah aku kembali berpamitan kepadanya.
Kali ini senyum kembali terukir di wajah indahnya.
Shani: "makasih ya nat buat malem ini"
Aku: "iya shan, sama-sama"
Setelah itu aku kembali membalikan tubuhku untuk berjalan menuju pintu kamar shani.
"Hati-hati ya nat, dahh"
Akupun berjalan menghampiri pintu untuk keluar dari kamar shani seraya membalas lambayan tangan dari shani.
"Daah shaan..."
.
.
.
Diubah oleh akmal162 07-05-2020 17:19
Herisyahrian dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Kutip
Balas
