- Beranda
- Stories from the Heart
Bab 48 : Pembual
...
TS
cicimasni
Bab 48 : Pembual
Bab 48 : Pembual
🌸🌸🌸
Lily menatap sekeliling rumah yang super luas dan mewah itu, cukup takjub karena pesta itu ternyata di adakan di sebuah rumah mewah.
"Jadi pesta itu diadakan di rumah??."Gumam Lily.
Varo mengangguk. "Itu juga salah satu alasan kenapa aku malas datang."
Seorang wanita berpakaian elegan menunggu di depan pintu rumah. Terlihat antusias ketika Varo memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana. Wanita itu bahkan berlari kecil mendekati mobil mereka.
Varo keluar dari mobil dan langsung di sapa hangat. Arion yang duduk di samping Varo, membukakan pintu mobil untuk Lily dan senyum wanita itu pun menghilang.
Mereka memasuki rumah yang langsung di sambut dengan tatapan terkejut, kagum, iri dan tidak suka dari orang-orang yang berada di sana.
Lily kembali tersenyum. Ini mungkin alasan lainnya kenapa Varo tidak mau berada di pesta seperti itu.
Seorang pria dan wanita yang Lily pikir adalah orang tua dari Erika (karena wajah mereka mirip), menghampiri Varo dan mengucapkan selamat datang. Tentu saja ia tidak lupa bertanya tentang Lily dan Arion, si anggota yang sepertinya tidak di undang.
"Ini istri ku!." Varo meraih tangan Lily, menggenggamnya, sembari memperkenalkannya pada kedua orang itu.
Varo menunjuk pada Arion. "Ini anak laki-laki ku yang paling tua."
"……." Semua orang yang berada di ruangan itu terdiam.
"Jadi ini kakak kalian." Tiba-tiba sebuah suara memecah kesunyian.
"Kak Dafa." Si kembar menyapa anak laki-laki itu antusias. Andreo meraih tangan Arion lalu memperkenalkannya pada Dafa.
"Ini kak Dafa. Orang yang selalu ngebelain kita di sekolah."
Arion menatap Dafa dengan pandangan canggung, sementara anak laki-laki itu (Dafa) tersenyum super ramah.
"Aku Randafa salam kenal. Kita seumuran. Ayo berteman denganku."
Perkenalan singkat itu berakhir di meja makan.
🌺🌺
Varo tentu saja langsung diserang dengan obrolan seputar bisnis dan Lily tidak terlalu suka mendengar hal itu. Ia akhirnya memilih berkeliling ruangan sambil memperhatikan rumah besar yang seperti istana kerajaan itu.
"Apa anda istri baru Varo. Saya tidak pernah tau kalau dia sudah menikah lagi."
Sapaan pembuka yang membuat konsentrasi Lily pada sebuah lukisan memudar. Ia menoleh ke arah wanita yang sepertinya ibunda dari tuan rumah.
"Saya tidak menyangka selera Varo standar saja. Padahal saya pikir pria itu sangat mencintai anak saya."
Benarkah??. "Kenapa anda bisa berpikir seperti itu??." Lily bertanya penasaran dari mana ke pedean itu berasal.
"Mereka sudah saling mengenal sejak Varo di bangku kuliah. Dan mereka sudah bersama selama 7 tahun. Dari wanita-wanita yang mencoba mendekati Varo, hanya Erika kami lah yang di perlakukan spesial. Dia jarang datang ke pesta, tapi dia tidak pernah menolak undangan anak kami. Dia juga sering berinvestasi pada tempat penitipan anak milik Erika dan bahkan mempromosikan tempat itu pada teman-teman bisnisnya.
Lily hanya tersenyum mendengar hal itu.
"Aku sudah curiga kenapa akhir-akhir ini anak perempuan ku terlihat murung. Ternyata ada yang telah mencuri tunangannya."
"……." Tunangan???
"Kapan mereka bertunangan??, Bukankah anak anda hanya seorang guru les privatnya si kembar??."
"Cih!!!, Apa kamu nggak punya TV, nggak pernah baca koran, berita tentang mereka berdua bahkan sangat di minati di sosial media. Varo memberikan Erika kami berlian mahal di pesta ulang tahunnya 3 bulan yang lalu dan itu bukti cinta bahwa pria itu serius mengajaknya bertunangan."
"Wow….kesimpulan macam apa itu??." Lily menggeleng tidak percaya.
Wanita itu menatap Lily dengan tatapan sinis. "Aku akan membayar berapapun yang kamu minta. Putuskan hubungan mu dengan Varo. Berapapun!!."
"Apa kalau aku putus dengannya, anak-anak tidak akan sedih??."
Wanita itu kembali mencibir. "Anak-anak kecil itu sangat penurut pada anak ku. Yah, pada dasarnya mereka memang anak-anak baik, hingga mau menerima wanita murahan sepertimu. Tapi aku tidak yakin mereka akan memanggil mama pada sembarang orang. Karena hanya pada Erika kami mereka memanggil mama."
Lily tidak suka dengan kalimat terakhir itu.
Erika mendatangi Lily dan wanita itu. Ia membawa segelas wine dan memberikannya pada ibunya.
"Ah, lihat kalung berlian ini." Wanita itu menunjuk kalung yang dipakai Erika. "Ini adalah pemberian Varo di pesta ulang tahun mu kan!."
Wanita itu tersenyum malu dan berkata pada ibunya kalau dia tidak boleh pamer.
"Pak Varo hanya bersikap baik. Anda…..tidak perlu khawatir." Ucap Erika pada Lily.
"Yah, dan dia hanya bersikap baik pada mu saja. Gelang itu edisi terbatas keluaran perusahaan berlian milik Varo juga kan!!. Mama tau!!, Varo membawa wanita ini hanya untuk membuat mu cemburu kan!!. Itulah kenapa mama bilang, kalau kamu harus mengungkapkan perasaanmu."
Lily yang sudah tidak tahan mendengat khayalan wanita itu segera berbalik pergi dan mengabaikan komentar tak tau sopan santun dari mereka.
Merasa bosan dan dikucilkan dari komunitas sosialita. Lily akhirnya memilih duduk di beranda rumah. Dan lagi-lagi seorang wanita menghampirinya.
Wanita itu tersenyum ketika melihat Lily dan ia juga terlihat ramah mengingatkan Lily pada senyum anak kecil yang tadi mengajak Arion berteman.
"Saya Delta, mamanya Dafa yang tadi ngajakin anak anda berteman." Ucap wanita itu mengulurkan tangan.
Lily tersenyum dan menyambut uluran tangan itu. "Saya Lily, mamanya Rion dan si kembar."
Delta tersenyum. "Saya kenal mbak kok. Cafetaria kita bersebrangan. Mbak juga pernah makan di sana waktu hamil si kembar, mbak datang sama Arion dan suami mbak. Dulu….waktu kejadian penangkapan dua wanita yang menggoda suami mbak dan suami saya."
Lily mengerutkan dahi berusaha mengingat. Dan ia langsung sadar, cafetaria strawberry di seberang jalan, yang baru di buka dan jadi tempat favorit Varo dan Arion 7 tahun yang lalu.
"Saya turut prihatin atas insiden yang menimpah mbak dan juga Arion. Saya dan suami tau kalau mbak dan anak mbak koma dan di rawat di Rumah Sakit. Untunglah mbak dan Arion sekarang sudah sembuh."
Lily dan Delta akhirnya mengobrol panjang tentang kisah 7 tahun yang lalu, tentang suami Delta dan dirinya yang membantu merawat si kembar, juga menangani kasus Lily. Hingga tentang wanita yang berusaha mendekati Varo.
"Mbak nggak usah khawatir. Suami mbak nggak akan tergoda dengan wanita-wanita seperti itu. Mereka bahkan nggak mendekati untuk sekedar menjadi teman suami-suami kita."
Delta ingat suaminya pernah bercerita kalau sifatnya dan sifat Varo agak mirip dan mereka punya standar sendiri dalam memilih pertemanan dan Delta yakin mereka tidak suka wanita yang suka pamer dan membual.
Lily tersenyum. "Mbak Delta sepertinya juga punya pengalaman seperti itu."
Delta mengangguk. "Sering, tapi suami saya tipe yang terlalu sayang istri jadi kemanapun dan apapun yang saya bilang nggak boleh, dia pasti nurut. Pesta seperti ini juga, kami jarang datang. Cuma…anak anda si Andreo tadi siang menelpon dan bilang mau mengenalkan Dafa pada kakak mereka. Di situlah saya tahu kalau ternyata anda dan Arion sudah sadar dari koma."
Lily mengangguk mengerti.
"Suami anda tadi siang ngambek kan, karena nggak bisa ikut shopping."
Lily menoleh terkejut. "Bagaimana bisa…..
Delta tersenyum. "Suami saya yang meeting dengan suami anda siang tadi."
Ah. Keduanya sama-sama tersenyum.
Varo tiba-tiba datang bersama anak-anak. Di belakang mereka juga ada pria dan anak laki-laki Delta bersama anak perempuan seumuran Sena.
"Itu suami saya. Alfa Alfandi."
Pria itu sama tingginya dengan Varo, sama-sama memiliki karisma tampan menyegarkan mata, tapi juga sama-sama terkesan dingin dan menakutkan.
"Ayo pulang!." Ucap kedua pria itu bersamaan.
Delta dan Lily spontan saling tatap bingung. Siapa yang telah menyinggung kedua orang ini??.
Sena dengan wajah cemberutnya yang lucu langsung memeluk Delta. "Nggak suka papa, nggak suka om Alfa. Padahal masih mau main sama Kalysa."
"Dafa juga asyik main catur bareng Rion dan papa malah ngajak pulang, padahal dikit lagi mungkin Dafa menang."
Lily mengelus rambut Sena sementara Delta mengelus rambut Dafa.
"Kenapa buru-buru pulang??." Lily bertanya bingung. Mereka belum 1 jam berada di pesta itu.
Varo menjawab dengan nada ketus. "Nggak suka tinggal lama di rumah pembual!!."
Alfa mengangguk setuju."Sama!!."
Okee!. Lily dan Delta kembali saling pandang, bingung. Apa ada sesuatu yang telah kami lewatkan??.
🌸🌸🌸
Bab selanjutnya :
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d69521d2584d11
🌸🌸🌸
Lily menatap sekeliling rumah yang super luas dan mewah itu, cukup takjub karena pesta itu ternyata di adakan di sebuah rumah mewah.
"Jadi pesta itu diadakan di rumah??."Gumam Lily.
Varo mengangguk. "Itu juga salah satu alasan kenapa aku malas datang."
Seorang wanita berpakaian elegan menunggu di depan pintu rumah. Terlihat antusias ketika Varo memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana. Wanita itu bahkan berlari kecil mendekati mobil mereka.
Varo keluar dari mobil dan langsung di sapa hangat. Arion yang duduk di samping Varo, membukakan pintu mobil untuk Lily dan senyum wanita itu pun menghilang.
Mereka memasuki rumah yang langsung di sambut dengan tatapan terkejut, kagum, iri dan tidak suka dari orang-orang yang berada di sana.
Lily kembali tersenyum. Ini mungkin alasan lainnya kenapa Varo tidak mau berada di pesta seperti itu.
Seorang pria dan wanita yang Lily pikir adalah orang tua dari Erika (karena wajah mereka mirip), menghampiri Varo dan mengucapkan selamat datang. Tentu saja ia tidak lupa bertanya tentang Lily dan Arion, si anggota yang sepertinya tidak di undang.
"Ini istri ku!." Varo meraih tangan Lily, menggenggamnya, sembari memperkenalkannya pada kedua orang itu.
Varo menunjuk pada Arion. "Ini anak laki-laki ku yang paling tua."
"……." Semua orang yang berada di ruangan itu terdiam.
"Jadi ini kakak kalian." Tiba-tiba sebuah suara memecah kesunyian.
"Kak Dafa." Si kembar menyapa anak laki-laki itu antusias. Andreo meraih tangan Arion lalu memperkenalkannya pada Dafa.
"Ini kak Dafa. Orang yang selalu ngebelain kita di sekolah."
Arion menatap Dafa dengan pandangan canggung, sementara anak laki-laki itu (Dafa) tersenyum super ramah.
"Aku Randafa salam kenal. Kita seumuran. Ayo berteman denganku."
Perkenalan singkat itu berakhir di meja makan.
🌺🌺
Varo tentu saja langsung diserang dengan obrolan seputar bisnis dan Lily tidak terlalu suka mendengar hal itu. Ia akhirnya memilih berkeliling ruangan sambil memperhatikan rumah besar yang seperti istana kerajaan itu.
"Apa anda istri baru Varo. Saya tidak pernah tau kalau dia sudah menikah lagi."
Sapaan pembuka yang membuat konsentrasi Lily pada sebuah lukisan memudar. Ia menoleh ke arah wanita yang sepertinya ibunda dari tuan rumah.
"Saya tidak menyangka selera Varo standar saja. Padahal saya pikir pria itu sangat mencintai anak saya."
Benarkah??. "Kenapa anda bisa berpikir seperti itu??." Lily bertanya penasaran dari mana ke pedean itu berasal.
"Mereka sudah saling mengenal sejak Varo di bangku kuliah. Dan mereka sudah bersama selama 7 tahun. Dari wanita-wanita yang mencoba mendekati Varo, hanya Erika kami lah yang di perlakukan spesial. Dia jarang datang ke pesta, tapi dia tidak pernah menolak undangan anak kami. Dia juga sering berinvestasi pada tempat penitipan anak milik Erika dan bahkan mempromosikan tempat itu pada teman-teman bisnisnya.
Lily hanya tersenyum mendengar hal itu.
"Aku sudah curiga kenapa akhir-akhir ini anak perempuan ku terlihat murung. Ternyata ada yang telah mencuri tunangannya."
"……." Tunangan???
"Kapan mereka bertunangan??, Bukankah anak anda hanya seorang guru les privatnya si kembar??."
"Cih!!!, Apa kamu nggak punya TV, nggak pernah baca koran, berita tentang mereka berdua bahkan sangat di minati di sosial media. Varo memberikan Erika kami berlian mahal di pesta ulang tahunnya 3 bulan yang lalu dan itu bukti cinta bahwa pria itu serius mengajaknya bertunangan."
"Wow….kesimpulan macam apa itu??." Lily menggeleng tidak percaya.
Wanita itu menatap Lily dengan tatapan sinis. "Aku akan membayar berapapun yang kamu minta. Putuskan hubungan mu dengan Varo. Berapapun!!."
"Apa kalau aku putus dengannya, anak-anak tidak akan sedih??."
Wanita itu kembali mencibir. "Anak-anak kecil itu sangat penurut pada anak ku. Yah, pada dasarnya mereka memang anak-anak baik, hingga mau menerima wanita murahan sepertimu. Tapi aku tidak yakin mereka akan memanggil mama pada sembarang orang. Karena hanya pada Erika kami mereka memanggil mama."
Lily tidak suka dengan kalimat terakhir itu.
Erika mendatangi Lily dan wanita itu. Ia membawa segelas wine dan memberikannya pada ibunya.
"Ah, lihat kalung berlian ini." Wanita itu menunjuk kalung yang dipakai Erika. "Ini adalah pemberian Varo di pesta ulang tahun mu kan!."
Wanita itu tersenyum malu dan berkata pada ibunya kalau dia tidak boleh pamer.
"Pak Varo hanya bersikap baik. Anda…..tidak perlu khawatir." Ucap Erika pada Lily.
"Yah, dan dia hanya bersikap baik pada mu saja. Gelang itu edisi terbatas keluaran perusahaan berlian milik Varo juga kan!!. Mama tau!!, Varo membawa wanita ini hanya untuk membuat mu cemburu kan!!. Itulah kenapa mama bilang, kalau kamu harus mengungkapkan perasaanmu."
Lily yang sudah tidak tahan mendengat khayalan wanita itu segera berbalik pergi dan mengabaikan komentar tak tau sopan santun dari mereka.
Merasa bosan dan dikucilkan dari komunitas sosialita. Lily akhirnya memilih duduk di beranda rumah. Dan lagi-lagi seorang wanita menghampirinya.
Wanita itu tersenyum ketika melihat Lily dan ia juga terlihat ramah mengingatkan Lily pada senyum anak kecil yang tadi mengajak Arion berteman.
"Saya Delta, mamanya Dafa yang tadi ngajakin anak anda berteman." Ucap wanita itu mengulurkan tangan.
Lily tersenyum dan menyambut uluran tangan itu. "Saya Lily, mamanya Rion dan si kembar."
Delta tersenyum. "Saya kenal mbak kok. Cafetaria kita bersebrangan. Mbak juga pernah makan di sana waktu hamil si kembar, mbak datang sama Arion dan suami mbak. Dulu….waktu kejadian penangkapan dua wanita yang menggoda suami mbak dan suami saya."
Lily mengerutkan dahi berusaha mengingat. Dan ia langsung sadar, cafetaria strawberry di seberang jalan, yang baru di buka dan jadi tempat favorit Varo dan Arion 7 tahun yang lalu.
"Saya turut prihatin atas insiden yang menimpah mbak dan juga Arion. Saya dan suami tau kalau mbak dan anak mbak koma dan di rawat di Rumah Sakit. Untunglah mbak dan Arion sekarang sudah sembuh."
Lily dan Delta akhirnya mengobrol panjang tentang kisah 7 tahun yang lalu, tentang suami Delta dan dirinya yang membantu merawat si kembar, juga menangani kasus Lily. Hingga tentang wanita yang berusaha mendekati Varo.
"Mbak nggak usah khawatir. Suami mbak nggak akan tergoda dengan wanita-wanita seperti itu. Mereka bahkan nggak mendekati untuk sekedar menjadi teman suami-suami kita."
Delta ingat suaminya pernah bercerita kalau sifatnya dan sifat Varo agak mirip dan mereka punya standar sendiri dalam memilih pertemanan dan Delta yakin mereka tidak suka wanita yang suka pamer dan membual.
Lily tersenyum. "Mbak Delta sepertinya juga punya pengalaman seperti itu."
Delta mengangguk. "Sering, tapi suami saya tipe yang terlalu sayang istri jadi kemanapun dan apapun yang saya bilang nggak boleh, dia pasti nurut. Pesta seperti ini juga, kami jarang datang. Cuma…anak anda si Andreo tadi siang menelpon dan bilang mau mengenalkan Dafa pada kakak mereka. Di situlah saya tahu kalau ternyata anda dan Arion sudah sadar dari koma."
Lily mengangguk mengerti.
"Suami anda tadi siang ngambek kan, karena nggak bisa ikut shopping."
Lily menoleh terkejut. "Bagaimana bisa…..
Delta tersenyum. "Suami saya yang meeting dengan suami anda siang tadi."
Ah. Keduanya sama-sama tersenyum.
Varo tiba-tiba datang bersama anak-anak. Di belakang mereka juga ada pria dan anak laki-laki Delta bersama anak perempuan seumuran Sena.
"Itu suami saya. Alfa Alfandi."
Pria itu sama tingginya dengan Varo, sama-sama memiliki karisma tampan menyegarkan mata, tapi juga sama-sama terkesan dingin dan menakutkan.
"Ayo pulang!." Ucap kedua pria itu bersamaan.
Delta dan Lily spontan saling tatap bingung. Siapa yang telah menyinggung kedua orang ini??.
Sena dengan wajah cemberutnya yang lucu langsung memeluk Delta. "Nggak suka papa, nggak suka om Alfa. Padahal masih mau main sama Kalysa."
"Dafa juga asyik main catur bareng Rion dan papa malah ngajak pulang, padahal dikit lagi mungkin Dafa menang."
Lily mengelus rambut Sena sementara Delta mengelus rambut Dafa.
"Kenapa buru-buru pulang??." Lily bertanya bingung. Mereka belum 1 jam berada di pesta itu.
Varo menjawab dengan nada ketus. "Nggak suka tinggal lama di rumah pembual!!."
Alfa mengangguk setuju."Sama!!."
Okee!. Lily dan Delta kembali saling pandang, bingung. Apa ada sesuatu yang telah kami lewatkan??.
🌸🌸🌸
Bab selanjutnya :
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d69521d2584d11
Diubah oleh cicimasni 26-04-2020 13:38
jiyanq dan 2 lainnya memberi reputasi
3
826
0
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
cicimasni
#1
Bab 48 : Pembual
Bab 48 : Pembual
🌸🌸🌸
Lily menatap sekeliling rumah yang super luas dan mewah itu, cukup takjub karena pesta itu ternyata di adakan di sebuah rumah mewah.
"Jadi pesta itu diadakan di rumah??."Gumam Lily.
Varo mengangguk. "Itu juga salah satu alasan kenapa aku malas datang."
Seorang wanita berpakaian elegan menunggu di depan pintu rumah. Terlihat antusias ketika Varo memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana. Wanita itu bahkan berlari kecil mendekati mobil mereka.
Varo keluar dari mobil dan langsung di sapa hangat. Arion yang duduk di samping Varo, membukakan pintu mobil untuk Lily dan senyum wanita itu pun menghilang.
Mereka memasuki rumah yang langsung di sambut dengan tatapan terkejut, kagum, iri dan tidak suka dari orang-orang yang berada di sana.
Lily kembali tersenyum. Ini mungkin alasan lainnya kenapa Varo tidak mau berada di pesta seperti itu.
Seorang pria dan wanita yang Lily pikir adalah orang tua dari Erika (karena wajah mereka mirip), menghampiri Varo dan mengucapkan selamat datang. Tentu saja ia tidak lupa bertanya tentang Lily dan Arion, si anggota yang sepertinya tidak di undang.
"Ini istri ku!." Varo meraih tangan Lily, menggenggamnya, sembari memperkenalkannya pada kedua orang itu.
Varo menunjuk pada Arion. "Ini anak laki-laki ku yang paling tua."
"……." Semua orang yang berada di ruangan itu terdiam.
"Jadi ini kakak kalian." Tiba-tiba sebuah suara memecah kesunyian.
"Kak Dafa." Si kembar menyapa anak laki-laki itu antusias. Andreo meraih tangan Arion lalu memperkenalkannya pada Dafa.
"Ini kak Dafa. Orang yang selalu ngebelain kita di sekolah."
Arion menatap Dafa dengan pandangan canggung, sementara anak laki-laki itu (Dafa) tersenyum super ramah.
"Aku Randafa salam kenal. Kita seumuran. Ayo berteman denganku."
Perkenalan singkat itu berakhir di meja makan.
🌺🌺
Varo tentu saja langsung diserang dengan obrolan seputar bisnis dan Lily tidak terlalu suka mendengar hal itu. Ia akhirnya memilih berkeliling ruangan sambil memperhatikan rumah besar yang seperti istana kerajaan itu.
"Apa anda istri baru Varo. Saya tidak pernah tau kalau dia sudah menikah lagi."
Sapaan pembuka yang membuat konsentrasi Lily pada sebuah lukisan memudar. Ia menoleh ke arah wanita yang sepertinya ibunda dari tuan rumah.
"Saya tidak menyangka selera Varo standar saja. Padahal saya pikir pria itu sangat mencintai anak saya."
Benarkah??. "Kenapa anda bisa berpikir seperti itu??." Lily bertanya penasaran dari mana ke pedean itu berasal.
"Mereka sudah saling mengenal sejak Varo di bangku kuliah. Dan mereka sudah bersama selama 7 tahun. Dari wanita-wanita yang mencoba mendekati Varo, hanya Erika kami lah yang di perlakukan spesial. Dia jarang datang ke pesta, tapi dia tidak pernah menolak undangan anak kami. Dia juga sering berinvestasi pada tempat penitipan anak milik Erika dan bahkan mempromosikan tempat itu pada teman-teman bisnisnya.
Lily hanya tersenyum mendengar hal itu.
"Aku sudah curiga kenapa akhir-akhir ini anak perempuan ku terlihat murung. Ternyata ada yang telah mencuri tunangannya."
"……." Tunangan???
"Kapan mereka bertunangan??, Bukankah anak anda hanya seorang guru les privatnya si kembar??."
"Cih!!!, Apa kamu nggak punya TV, nggak pernah baca koran, berita tentang mereka berdua bahkan sangat di minati di sosial media. Varo memberikan Erika kami berlian mahal di pesta ulang tahunnya 3 bulan yang lalu dan itu bukti cinta bahwa pria itu serius mengajaknya bertunangan."
"Wow….kesimpulan macam apa itu??." Lily menggeleng tidak percaya.
Wanita itu menatap Lily dengan tatapan sinis. "Aku akan membayar berapapun yang kamu minta. Putuskan hubungan mu dengan Varo. Berapapun!!."
"Apa kalau aku putus dengannya, anak-anak tidak akan sedih??."
Wanita itu kembali mencibir. "Anak-anak kecil itu sangat penurut pada anak ku. Yah, pada dasarnya mereka memang anak-anak baik, hingga mau menerima wanita murahan sepertimu. Tapi aku tidak yakin mereka akan memanggil mama pada sembarang orang. Karena hanya pada Erika kami mereka memanggil mama."
Lily tidak suka dengan kalimat terakhir itu.
Erika mendatangi Lily dan wanita itu. Ia membawa segelas wine dan memberikannya pada ibunya.
"Ah, lihat kalung berlian ini." Wanita itu menunjuk kalung yang dipakai Erika. "Ini adalah pemberian Varo di pesta ulang tahun mu kan!."
Wanita itu tersenyum malu dan berkata pada ibunya kalau dia tidak boleh pamer.
"Pak Varo hanya bersikap baik. Anda…..tidak perlu khawatir." Ucap Erika pada Lily.
"Yah, dan dia hanya bersikap baik pada mu saja. Gelang itu edisi terbatas keluaran perusahaan berlian milik Varo juga kan!!. Mama tau!!, Varo membawa wanita ini hanya untuk membuat mu cemburu kan!!. Itulah kenapa mama bilang, kalau kamu harus mengungkapkan perasaanmu."
Lily yang sudah tidak tahan mendengat khayalan wanita itu segera berbalik pergi dan mengabaikan komentar tak tau sopan santun dari mereka.
Merasa bosan dan dikucilkan dari komunitas sosialita. Lily akhirnya memilih duduk di beranda rumah. Dan lagi-lagi seorang wanita menghampirinya.
Wanita itu tersenyum ketika melihat Lily dan ia juga terlihat ramah mengingatkan Lily pada senyum anak kecil yang tadi mengajak Arion berteman.
"Saya Delta, mamanya Dafa yang tadi ngajakin anak anda berteman." Ucap wanita itu mengulurkan tangan.
Lily tersenyum dan menyambut uluran tangan itu. "Saya Lily, mamanya Rion dan si kembar."
Delta tersenyum. "Saya kenal mbak kok. Cafetaria kita bersebrangan. Mbak juga pernah makan di sana waktu hamil si kembar, mbak datang sama Arion dan suami mbak. Dulu….waktu kejadian penangkapan dua wanita yang menggoda suami mbak dan suami saya."
Lily mengerutkan dahi berusaha mengingat. Dan ia langsung sadar, cafetaria strawberry di seberang jalan, yang baru di buka dan jadi tempat favorit Varo dan Arion 7 tahun yang lalu.
"Saya turut prihatin atas insiden yang menimpah mbak dan juga Arion. Saya dan suami tau kalau mbak dan anak mbak koma dan di rawat di Rumah Sakit. Untunglah mbak dan Arion sekarang sudah sembuh."
Lily dan Delta akhirnya mengobrol panjang tentang kisah 7 tahun yang lalu, tentang suami Delta dan dirinya yang membantu merawat si kembar, juga menangani kasus Lily. Hingga tentang wanita yang berusaha mendekati Varo.
"Mbak nggak usah khawatir. Suami mbak nggak akan tergoda dengan wanita-wanita seperti itu. Mereka bahkan nggak mendekati untuk sekedar menjadi teman suami-suami kita."
Delta ingat suaminya pernah bercerita kalau sifatnya dan sifat Varo agak mirip dan mereka punya standar sendiri dalam memilih pertemanan dan Delta yakin mereka tidak suka wanita yang suka pamer dan membual.
Lily tersenyum. "Mbak Delta sepertinya juga punya pengalaman seperti itu."
Delta mengangguk. "Sering, tapi suami saya tipe yang terlalu sayang istri jadi kemanapun dan apapun yang saya bilang nggak boleh, dia pasti nurut. Pesta seperti ini juga, kami jarang datang. Cuma…anak anda si Andreo tadi siang menelpon dan bilang mau mengenalkan Dafa pada kakak mereka. Di situlah saya tahu kalau ternyata anda dan Arion sudah sadar dari koma."
Lily mengangguk mengerti.
"Suami anda tadi siang ngambek kan, karena nggak bisa ikut shopping."
Lily menoleh terkejut. "Bagaimana bisa…..
Delta tersenyum. "Suami saya yang meeting dengan suami anda siang tadi."
Ah. Keduanya sama-sama tersenyum.
Varo tiba-tiba datang bersama anak-anak. Di belakang mereka juga ada pria dan anak laki-laki Delta bersama anak perempuan seumuran Sena.
"Itu suami saya. Alfa Alfandi."
Pria itu sama tingginya dengan Varo, sama-sama memiliki karisma tampan menyegarkan mata, tapi juga sama-sama terkesan dingin dan menakutkan.
"Ayo pulang!." Ucap kedua pria itu bersamaan.
Delta dan Lily spontan saling tatap bingung. Siapa yang telah menyinggung kedua orang ini??.
Sena dengan wajah cemberutnya yang lucu langsung memeluk Delta. "Nggak suka papa, nggak suka om Alfa. Padahal masih mau main sama Kalysa."
"Dafa juga asyik main catur bareng Rion dan papa malah ngajak pulang, padahal dikit lagi mungkin Dafa menang."
Lily mengelus rambut Sena sementara Delta mengelus rambut Dafa.
"Kenapa buru-buru pulang??." Lily bertanya bingung. Mereka belum 1 jam berada di pesta itu.
Varo menjawab dengan nada ketus. "Nggak suka tinggal lama di rumah pembual!!."
Alfa mengangguk setuju."Sama!!."
Okee!. Lily dan Delta kembali saling pandang, bingung. Apa ada sesuatu yang telah kami lewatkan??.
🌸🌸🌸
Bab selanjutnya :
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d69521d2584d11
🌸🌸🌸
Lily menatap sekeliling rumah yang super luas dan mewah itu, cukup takjub karena pesta itu ternyata di adakan di sebuah rumah mewah.
"Jadi pesta itu diadakan di rumah??."Gumam Lily.
Varo mengangguk. "Itu juga salah satu alasan kenapa aku malas datang."
Seorang wanita berpakaian elegan menunggu di depan pintu rumah. Terlihat antusias ketika Varo memarkirkan mobilnya tak jauh dari sana. Wanita itu bahkan berlari kecil mendekati mobil mereka.
Varo keluar dari mobil dan langsung di sapa hangat. Arion yang duduk di samping Varo, membukakan pintu mobil untuk Lily dan senyum wanita itu pun menghilang.
Mereka memasuki rumah yang langsung di sambut dengan tatapan terkejut, kagum, iri dan tidak suka dari orang-orang yang berada di sana.
Lily kembali tersenyum. Ini mungkin alasan lainnya kenapa Varo tidak mau berada di pesta seperti itu.
Seorang pria dan wanita yang Lily pikir adalah orang tua dari Erika (karena wajah mereka mirip), menghampiri Varo dan mengucapkan selamat datang. Tentu saja ia tidak lupa bertanya tentang Lily dan Arion, si anggota yang sepertinya tidak di undang.
"Ini istri ku!." Varo meraih tangan Lily, menggenggamnya, sembari memperkenalkannya pada kedua orang itu.
Varo menunjuk pada Arion. "Ini anak laki-laki ku yang paling tua."
"……." Semua orang yang berada di ruangan itu terdiam.
"Jadi ini kakak kalian." Tiba-tiba sebuah suara memecah kesunyian.
"Kak Dafa." Si kembar menyapa anak laki-laki itu antusias. Andreo meraih tangan Arion lalu memperkenalkannya pada Dafa.
"Ini kak Dafa. Orang yang selalu ngebelain kita di sekolah."
Arion menatap Dafa dengan pandangan canggung, sementara anak laki-laki itu (Dafa) tersenyum super ramah.
"Aku Randafa salam kenal. Kita seumuran. Ayo berteman denganku."
Perkenalan singkat itu berakhir di meja makan.
🌺🌺
Varo tentu saja langsung diserang dengan obrolan seputar bisnis dan Lily tidak terlalu suka mendengar hal itu. Ia akhirnya memilih berkeliling ruangan sambil memperhatikan rumah besar yang seperti istana kerajaan itu.
"Apa anda istri baru Varo. Saya tidak pernah tau kalau dia sudah menikah lagi."
Sapaan pembuka yang membuat konsentrasi Lily pada sebuah lukisan memudar. Ia menoleh ke arah wanita yang sepertinya ibunda dari tuan rumah.
"Saya tidak menyangka selera Varo standar saja. Padahal saya pikir pria itu sangat mencintai anak saya."
Benarkah??. "Kenapa anda bisa berpikir seperti itu??." Lily bertanya penasaran dari mana ke pedean itu berasal.
"Mereka sudah saling mengenal sejak Varo di bangku kuliah. Dan mereka sudah bersama selama 7 tahun. Dari wanita-wanita yang mencoba mendekati Varo, hanya Erika kami lah yang di perlakukan spesial. Dia jarang datang ke pesta, tapi dia tidak pernah menolak undangan anak kami. Dia juga sering berinvestasi pada tempat penitipan anak milik Erika dan bahkan mempromosikan tempat itu pada teman-teman bisnisnya.
Lily hanya tersenyum mendengar hal itu.
"Aku sudah curiga kenapa akhir-akhir ini anak perempuan ku terlihat murung. Ternyata ada yang telah mencuri tunangannya."
"……." Tunangan???
"Kapan mereka bertunangan??, Bukankah anak anda hanya seorang guru les privatnya si kembar??."
"Cih!!!, Apa kamu nggak punya TV, nggak pernah baca koran, berita tentang mereka berdua bahkan sangat di minati di sosial media. Varo memberikan Erika kami berlian mahal di pesta ulang tahunnya 3 bulan yang lalu dan itu bukti cinta bahwa pria itu serius mengajaknya bertunangan."
"Wow….kesimpulan macam apa itu??." Lily menggeleng tidak percaya.
Wanita itu menatap Lily dengan tatapan sinis. "Aku akan membayar berapapun yang kamu minta. Putuskan hubungan mu dengan Varo. Berapapun!!."
"Apa kalau aku putus dengannya, anak-anak tidak akan sedih??."
Wanita itu kembali mencibir. "Anak-anak kecil itu sangat penurut pada anak ku. Yah, pada dasarnya mereka memang anak-anak baik, hingga mau menerima wanita murahan sepertimu. Tapi aku tidak yakin mereka akan memanggil mama pada sembarang orang. Karena hanya pada Erika kami mereka memanggil mama."
Lily tidak suka dengan kalimat terakhir itu.
Erika mendatangi Lily dan wanita itu. Ia membawa segelas wine dan memberikannya pada ibunya.
"Ah, lihat kalung berlian ini." Wanita itu menunjuk kalung yang dipakai Erika. "Ini adalah pemberian Varo di pesta ulang tahun mu kan!."
Wanita itu tersenyum malu dan berkata pada ibunya kalau dia tidak boleh pamer.
"Pak Varo hanya bersikap baik. Anda…..tidak perlu khawatir." Ucap Erika pada Lily.
"Yah, dan dia hanya bersikap baik pada mu saja. Gelang itu edisi terbatas keluaran perusahaan berlian milik Varo juga kan!!. Mama tau!!, Varo membawa wanita ini hanya untuk membuat mu cemburu kan!!. Itulah kenapa mama bilang, kalau kamu harus mengungkapkan perasaanmu."
Lily yang sudah tidak tahan mendengat khayalan wanita itu segera berbalik pergi dan mengabaikan komentar tak tau sopan santun dari mereka.
Merasa bosan dan dikucilkan dari komunitas sosialita. Lily akhirnya memilih duduk di beranda rumah. Dan lagi-lagi seorang wanita menghampirinya.
Wanita itu tersenyum ketika melihat Lily dan ia juga terlihat ramah mengingatkan Lily pada senyum anak kecil yang tadi mengajak Arion berteman.
"Saya Delta, mamanya Dafa yang tadi ngajakin anak anda berteman." Ucap wanita itu mengulurkan tangan.
Lily tersenyum dan menyambut uluran tangan itu. "Saya Lily, mamanya Rion dan si kembar."
Delta tersenyum. "Saya kenal mbak kok. Cafetaria kita bersebrangan. Mbak juga pernah makan di sana waktu hamil si kembar, mbak datang sama Arion dan suami mbak. Dulu….waktu kejadian penangkapan dua wanita yang menggoda suami mbak dan suami saya."
Lily mengerutkan dahi berusaha mengingat. Dan ia langsung sadar, cafetaria strawberry di seberang jalan, yang baru di buka dan jadi tempat favorit Varo dan Arion 7 tahun yang lalu.
"Saya turut prihatin atas insiden yang menimpah mbak dan juga Arion. Saya dan suami tau kalau mbak dan anak mbak koma dan di rawat di Rumah Sakit. Untunglah mbak dan Arion sekarang sudah sembuh."
Lily dan Delta akhirnya mengobrol panjang tentang kisah 7 tahun yang lalu, tentang suami Delta dan dirinya yang membantu merawat si kembar, juga menangani kasus Lily. Hingga tentang wanita yang berusaha mendekati Varo.
"Mbak nggak usah khawatir. Suami mbak nggak akan tergoda dengan wanita-wanita seperti itu. Mereka bahkan nggak mendekati untuk sekedar menjadi teman suami-suami kita."
Delta ingat suaminya pernah bercerita kalau sifatnya dan sifat Varo agak mirip dan mereka punya standar sendiri dalam memilih pertemanan dan Delta yakin mereka tidak suka wanita yang suka pamer dan membual.
Lily tersenyum. "Mbak Delta sepertinya juga punya pengalaman seperti itu."
Delta mengangguk. "Sering, tapi suami saya tipe yang terlalu sayang istri jadi kemanapun dan apapun yang saya bilang nggak boleh, dia pasti nurut. Pesta seperti ini juga, kami jarang datang. Cuma…anak anda si Andreo tadi siang menelpon dan bilang mau mengenalkan Dafa pada kakak mereka. Di situlah saya tahu kalau ternyata anda dan Arion sudah sadar dari koma."
Lily mengangguk mengerti.
"Suami anda tadi siang ngambek kan, karena nggak bisa ikut shopping."
Lily menoleh terkejut. "Bagaimana bisa…..
Delta tersenyum. "Suami saya yang meeting dengan suami anda siang tadi."
Ah. Keduanya sama-sama tersenyum.
Varo tiba-tiba datang bersama anak-anak. Di belakang mereka juga ada pria dan anak laki-laki Delta bersama anak perempuan seumuran Sena.
"Itu suami saya. Alfa Alfandi."
Pria itu sama tingginya dengan Varo, sama-sama memiliki karisma tampan menyegarkan mata, tapi juga sama-sama terkesan dingin dan menakutkan.
"Ayo pulang!." Ucap kedua pria itu bersamaan.
Delta dan Lily spontan saling tatap bingung. Siapa yang telah menyinggung kedua orang ini??.
Sena dengan wajah cemberutnya yang lucu langsung memeluk Delta. "Nggak suka papa, nggak suka om Alfa. Padahal masih mau main sama Kalysa."
"Dafa juga asyik main catur bareng Rion dan papa malah ngajak pulang, padahal dikit lagi mungkin Dafa menang."
Lily mengelus rambut Sena sementara Delta mengelus rambut Dafa.
"Kenapa buru-buru pulang??." Lily bertanya bingung. Mereka belum 1 jam berada di pesta itu.
Varo menjawab dengan nada ketus. "Nggak suka tinggal lama di rumah pembual!!."
Alfa mengangguk setuju."Sama!!."
Okee!. Lily dan Delta kembali saling pandang, bingung. Apa ada sesuatu yang telah kami lewatkan??.
🌸🌸🌸
Bab selanjutnya :
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d69521d2584d11
Diubah oleh cicimasni 26-04-2020 13:38
0