InaSendryAvatar border
TS
InaSendry
Ketika Dia Bukanlah Jawaban untuk Doaku


Manusia memang diciptakan untuk berpasang-pasangan (laki-laki dan perempuan) merujuk ke Al Qur'an surat Fathir : 11. Berdasarkan ayat tersebut, ane yakin semua orang sudah ditentukan jodohnya. Hanya menunggu waktu kapan takdir itu terjadi.

Keyakinan ini terus ane pegang teguh. Hingga sekuat hati menjaga hati dari yang namanya pacaran. Masa bodohlah jika ada yang menyebut kolot, sok alim, dan sebagainya. Prinsip tersebut sering membuat teman-teman ane gemas dan bertanya-tanya.

"Kalau gak mau membuka hati, gimana mau dapat jodoh?"

"Kalau selalu bersikap dingin begitu, gimana lawan jenis berani mendekat?"

"Kalau gak pacaran, gimana bisa dapat suami?"

Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang tak jarang juga bernada nyinyir. Mau bagaimana lagi, karena prinsip ane sudah seperti itu. Dengan harapan kelak mendapat pasangan yang visinya sama.


Pacaran pun belum tentu berakhir dengan pernikahan. Banyak malah yang akhirnya menjadi musuh. Bahkan ada salah satu teman literasi ane di salah satu media sosial mengistilahkan pacaran dengan "JAGAIN JODOH ORANG" ngenesbanget, nggak, sih? Ha-ha-ha.

Lantas bagaimana mengenal pribadi lawan jenis tanpa melalui pacaran? Ada dong, ta'aruf namanya. Ane pun sempat menjalani ta'aruf ini dengan seorang teman sesama anggota komunitas seni.

Suatu hari, ane dipanggil oleh Ustadz yang sering mengisi materi kajian di komunitas kami. Beliau bertanya pada ane, "Kamu sudah siap menikah, belum?"

"In syaa Allah, Ustadz," jawab ane lirih. Malu.

"Nah, ini ada salah satu ikhwan yang mencari calon istri. Kayaknya, sih, cocok sama kamu. Bagaimana ... mau tidak kalo ta'aruf dengannya?" tanya Ustadz.

Ane hanya diam menunduk saking malunya. Sampai Ustadz mengulang pertanyaanya. Akhirnya ane mengangguk. Lalu, dipertemukanlah kami di rumah Ustadz. Dengan didampingi beliau dan istrinya, ane dan Han pun berkenalan. Meskipun kami sudah saling kenal sebelumnya, tapi hanya sebatas tahu nama. Hanya tahu permukaanya sajalah istilahnya.

Hari itu, Han bercerita tentang orangtuanya. Nama ayah dan ibunya, pekerjaan orangtuanya, kampung halamannya di mana, dan pekerjaan dia sendiri apa. Demikian juga ane, menceritakan hal yang sama. Singkat saja pertemuan tersebut, karena hanya hal-hal seperlunya saja yang dibicarakan.

Sebelum pulang dia memberi ane buku tulis. Di dalamnya ada beberapa pertanyaan dia tentang pendapat ane mengenai contoh-contoh masalah kehidupan. Macam buku PR anak sekolah, ya. Ha-ha-ha. Ane pun dipersilahkan menulis hal-hal yang ingin ane ketahui mengenai pemikiran-pemikiran dia. Dari diskusi tertulis tersebut, rasanya di antara kami sudah klik.

Tahap berikutnya, ane bilang ke Ibu. Dia pun bilang ke orangtuanya. Ternyata Ibu ane keberatan, karena kampung halaman kami jauh, beda propinsi. Demikian juga orangtua Han, kurang sreg, karena beda suku. Meski kecewa kami mengikuti keputusan orangtua masing-masing. Ane dan Han pun tetap menjaga silaturrahim.

Beberapa bulan setelahnya, Han meminta tolong pada ane untuk menyampaikan ke teman akhwat kami, bahwa dia ingin ta'aruf. Karena sosoknya memang idaman para akhwat, tak sulit baginya untuk diterima oleh siapa pun untuk ta'aruf. Ada sedikit rasa sedih saat tahu Han sudah bisa move on. Namun, bagaimana lagi, namanya juga bukan jodoh. Ane menyanggupi permintaan dia untuk jadi mak comblang. Tak lama kemudian mereka benar-benar menikah.



Ane jadi merenung, kenapa harus mengalami ini. Di saat sudah menjaga hati dan diri agar tidak pacaran. Ingatan ane melayang ke masa lalu. Ane pernah berdoa, meminta agar dapat jodoh yang mau mengamalkan ilmunya walau sedikit. Ibaratnya meskipun cuma tahu bismillah, tapi dia bisa menerapkan dalam hidupnya.

Selain itu, ane berdoa agar diberikan jodoh kakak di atas bungsu. Bukan apa-apa, dari sekian banyak saudara-saudara, ane paling dekat dengan kakak nomer lima, pas di atas ane yang bungsu ini. Secara pemahaman agama, ane lihat Hans sudah cukup baik. Namun, dia adalah sulung dari tiga bersaudara.

Selang setahun setelah ta'aruf dengan Han, ane memutuskan pulang kampung. Sudahlah tinggal di rumah aja. Tak berapa lama, ternyata keputusan ane untuk pulang itu sebenarnya ada skenario yang disiapkan Allah. Ane dilamar oleh seorang pemuda yang sesuai dengan doa dan harapan ane dulu.


Hikmah yang ane petik dari pengalaman ini adalah tetaplah berprasangka baik pada takdir Allah. Doa kita pasti terkabul, tepat pada waktunya.

Malang, 24 April 2020
Diubah oleh InaSendry 26-04-2020 14:06
rirandara
annlaska
detektiftampan
detektiftampan dan 30 lainnya memberi reputasi
31
1.8K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
kidsroomAvatar border
kidsroom
#4
jadi seperti itu geranganemoticon-Mewek
InaSendry
InaSendry memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.