Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dissymmon08Avatar border
TS
dissymmon08
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV _ 2.0) [TRUE STORY]
SELAMAT DATANG AGAN SISTA


Halo! emoticon-Kiss

Selamat berjumpa kembali dengan gue dalam rangka melanjutkan JILID IV kemarin yang gue akhiri di tengah alias Mid-season Finale. Udah berasa kayak cerita series bule The Walking Dead, Nancy Drew, etcyak? Hahaha. Karena berbagai pertimbangan, gue memutuskan untuk menyelesaikan di sana. Hapunten ya agan sista! Semoga agan sista bisa memahaminya...

Ga pernah gue lupa untuk selalu ngucapin terima kasih atas dukungan dan apresiasi agan sista selama ini! Makin hari, makin bikin semangat gue aja untuk terus melanjutkan cerita gue ini yang (kayaknya) masih panjang. Hehehe.

Masih melanjutkan tema cerita di JILID IV gue sebelumnya, insya Alloh di JILID IV 2.0 ini gue akan menjawab bagaimana kondisi ibu gue, bagaimana hubungan gue dengan Bang Firzy, bagaimana pendidikan gue, bagaimana pekerjaan gue, dan banyak puzzle-puzzle lainnya yang belum terjawab. Dengan semangat 'tak boleh ada kentang di antara kita' yang tak hentinya diucapkan oleh agan sista, insya Alloh juga gue akan melanjutkan sampai selesai (semoga tanpa hambatan) di thread gue yang ini.

Kembali lagi gue ingatkan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue dan (kayaknya masih akan) beberapa kali nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita lanjutan gue kali ini. Gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai! emoticon-Peluk

Dengan segala kerendahan hati gue yang belajar dari thread sebelumnya, kali ini gue memohon agan sista untuk membaca juga peraturan mengenai thread ini yang kayaknya banyak di-skip (karena dinilai ga penting), terutama mengenai kepentingan privasi dan spoiler. Semoga dengan kerja sama semuanya, membuat thread ini semakin bikin nyaman dan betah untuk jadi tempat nongkrong agan sista semuanyaemoticon-Malu




Spoiler for AKHIR PENANTIANKU (THE SERIES):


Spoiler for INDEX:


Spoiler for MULUSTRASI:


Spoiler for PERATURAN:




Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 37 suara
Kepikiran untuk mulai post JILID I... Setuju kah?
Boleh juga Mi dicoba.
49%
Nanti aja, Mi.
51%
Diubah oleh dissymmon08 15-09-2020 05:11
Mentariberseri
irvansadi
padasw
padasw dan 90 lainnya memberi reputasi
85
167.4K
2.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
dissymmon08Avatar border
TS
dissymmon08
#606
KISAH TENTANG F: KELEMAHAN (PART 04)


Lira, band, dan kantor ga membuat semuanya membaik. Pasca ngobrol dengan Debby malem itu, gue putusin untuk leavedari Whatsapp Group Crocodile. Gue pun memutuskan untuk sementara waktu, memblokir mereka semua. Terutama si Debby. Pertemanan di media sosial masih gue pertahankan untuk berteman dengan mereka, tapi kalaupun mereka berusaha menghubungi gue via media sosial, gue ga akan langsung respon. Entah kapan gue akan ngerespon mereka. Gue butuh sedikit waktu untuk sendiri dulu.

Jauh dari Bang Firzy, maupun Crocodile.

Gue pusing sama Lira yang ga pernah cape membujuk gue untuk ikut kajian bareng dia, katanya sih demi gue dan terutama demi Bang Firzy yang lebih baik. Dia seakan paham banget seburuk apa Bang Firzy dulu, sampe paham bagaimana sih baiknya sosok Bang Firzy itu. Entah udah sejauh mana hubungan mereka saat ini. Entah udah berapa lama gue ga kontak lagi sama Bang Firzy. Dan entah udah gimana kabar mereka sekarang. Gue ga pernah tau. Yang gue tau cuman Lira chat gue dengan hadits, ayat, atau inti ceramah dari kajian-kajian yang udah dia datengin. Dan ujungnya, dihubungkan dengan kalimat:

“… Indah bukan, Mi? Andai kamu ikut dateng hari ini. Pasti bisa menjadi obat untuk hati kamu yang gundah saat ini. Begitupun dengan hati Mas Ija. Yuk, ikut kami. Ga pernah ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik… Hamba yang lebih baik.”

Kalimat itu udah kayak template yang dia simpen dan akan terus dikirim ke gue di bagian akhir chat-chat dia ke gue. Berharap gue suatu saat bakalan berubah dari seorang Emilya yang bejat-nya ga ketulungan menjadi Emilya yang semacam ukhti-ukhti bidadari surga gitu. Tapi ga semudah itu. Merubah orang ga semudah itu. Ga semudah ikut kajian sekali-dua kali, kemudian gue menutup diri gue lebih baik, gue baca satu-dua ayat, dan gue langsung 100% jadi pribadi yang berbeda. GA! GA SEMUDAH ITU! Berubah itu urusan hati. Dan isi hati gue cuman gue dan Tuhan yang tau.

Seharusnya dia sadar itu. Dia yang katanya udah banyak ikut kajian, harusnya paham dan sadar itu semua. Apalagi untuk ga memaksakan gue ikut sama dia. Mengingatkan boleh, tapi ga memaksa begini. Entah disuruh siapa dan apa tujuan akhir dia. Gue ga tau.

Dan ga (akan pernah) mau tau. Apapun yang dia lakuin, gue cuman bilang terima kasih dan bales chat dia dengan mendoakan yang terbaik untuk semua yang udah dia lakuin. Semoga dia bisa fokus aja sama rencana dan masa depan dia dengan Bang Firzy. Yang terbaik pokoknya untuk mereka berdua. Ga usah ngurusin gue lagi.

Sebenernya gue bisa tau gimana kabar Bang Firzy dari Whatsapp group band kami. Ya, kami masih ada di satu band yang sama dan gue belum berniat untuk meninggalkan band gue cuman karena gue putus dengan Bang Firzy. Tapi gue berusaha untuk ga nongol atau merespon apapun yang terjadi di sana, sama sekali.

Gue udah kabarin Bang Arko dan Bang Drian secara pribadi sih kalau gue udah putus sama sahabat mereka itu. Langsung, ketika gue baru banget diputusin sama Bang Firzy kemarin itu. Respon mereka menakjubkan! Gue pikir mereka bakal menghakimi gue dan menjauhi gue, eh ternyata ga begitu! Mereka malah nyemangatin gue dan ngerasa sangat kecewa sama keputusannya Bang Firzy untuk memilih Lira daripada gue. Mereka seakan merasa ditipu dengan segala pencitraan dan cerita Bang Firzy yang katanya tulus mencintai gue dan berniat untuk serius dengan gue. Gue cuman menjawab mereka dengan “Ya, namanya juga bukan jodoh… Pasti ga akan bisa bersatu, Bang!”

Mereka sangat support gue dan ga mendoakan gue untuk segera mendapatkan pengganti. Mereka malah mendoakan gue untuk segera bisa recovery dari segala rasa sakit dan trauma yang udah dilalui sama gue selama pacaran sama Bang Firzy ini. Mereka paham, menjalani hubungan dengan Bang Firzy ternyata ga segampang dan seperti apapun yang mereka bayangkan. Apalagi pas gue harus menceritakan ke mereka setiap detail yang udah gue lalui dengan Bang Firzy tentang kebohongan, pengkhianatan, dan perpisahan yang terjadi pada akhirnya, itu semuanya ga mudah. Gue sangat bersyukur mereka mau bersikap netral dengan tidak menyalahkan salah satu dari kami. Walaupun mereka kecewa dengan keputusan Bang Firzy, tapi ya Bang Firzy tetep sahabat mereka. Mereka pun mendukung segala keputusan Bang Firzy, demi kebaikan dia. Semoga kami bisa memilih jalan hidup kami masing-masing yang (semoga aja) akan lebih baik lagi.

Itu urusan persahabatan gue dengan Bang Arko dan Bang Drian ya. Tapi untuk urusan band, ga seperti itu. Kalau memang kami harus debat atau harus kasih tau saat ada yang salah, ya harus dilakuin. Ini sikap profesionalitas kami. Mungkin mereka pun ada kali ada rasa kesel sama gue yang sama sekali ga nongol di group kami. Entah apa pastinya yang lagi dibahas sama mereka, gue skip aja soalnya.

Dan gue akuin, gue ga profesional banget saat itu. Gue masih belum siap harus debat ataupun diskusi dengan Bang Firzy untuk urusan band di group chat kami. Yang gue tau, perjalanan band kami yang pada awalnya mulus-mulus aja, akhir-akhir ini mendadak kacau. Tepat ketika hubungan kami berdua pun lagi kacau-kacaunya. Dan makin ancur berantakan, ketika kami udah putus. Karena gue ga ada di sana untuk mereka. Gue menjauh, bahkan ga merespon mereka.

Gue butuh waktu.

Dari hasil perdebatan yang gue liat di group, ada selisih pendapat antara Bang Arko dengan anak-anak, terutama dengan Bang Firzy. Yang tadinya apa-apa masih bisa dimusyawarahkan berubah menjadi debat dan saling sindir. Dan untuk urusan sindir menyindir, Bang Firzy pasti menang. Bang Arko pun keliatannya memilih untuk diam dan ga merespon tiap sindiran Bang Firzy. Bang Firzy keliatannya punya dukungan dari anak-anak lainnya, kecuali bang Vino yang keliatan lebih netral. Tapi Bang Firzy keliatan sangat marah ketika Bang Arko bikin pernyataan “… Ya teserah lu aja! Band ini kan intinya cuma ‘Ija-Emi and the band’! Jadi keputusan apapun pasti harus sesuai keputusan kalian! Kalau kalian ga suka ya bakal sebisa mungkin kalian batalin! Gue pokoknya mau sesuai soul gue! …’ dan masih panjang lagi omongan selanjutnya yang ga penting kayaknya gue jabarin di sini.

Kemudian Bang Arko pamit untuk leave chat group.

Gue yakin, Bang Firzy pasti marah banget saat itu pas tau Bang Arko ngomong begitu. Dia jadinya entah ngomong apa lagi di group tanpa adanya filter dari gue. Dia sangat amat marah. Dan gue yakin aja, dengan ga ada-nya gue yang jadi teman diskusi dia, dia pasti makin membabi buta.

Kecuali ya dia bisa curhat ke Lira. Kalau dia mau cerita ke Lira urusan begini. Ya kalaupun ga, gue yakin sih Lira bisa ngademin hati dia yang lagi penuh amarah itu. Lira manis, cantik, sabar, dan penuh positive vibes. Pasti lah bisa bikin Bang Firzy lebih baik dalam sekejap. Pasti. Entahlah… Mungkin kali. Bodo amat lah.

“… Udah ngelamunnya, Mi?” sapa Uswatun dari pojok ruangan.

Ya, gue udah pindah ruangan bareng dengan Divisi Finance & Accounting. Gue HRD & General Affair barengan dengan Divisi Finance & Accounting di ruangan yang sama. Ruangan kecil yang cuman muat tiga meja kerja. Gue akhirnya harus berpisah dengan Divisi Customer Support. Kantor kami masih cukup kecil, jadi belum butuh banyak orang di kedua divisi itu.

“Emang gue ngelamun? Gue lagi mikir coy!”

“Halah. Masa iya mikir? Mukanya kayak orang bloon gitu. Otaknya kosong gitu. Ga ada isinya!” Yak Uswatun emang demen terang-terangan aja ngomong begini. Maklum, anak pinter. Hahaha.

“Tatapannya kosong. Bukannya otaknya kosong! Kok jahat bener itu mulut! Hahaha.” Novita selalu punya cara meredakan suasana ketika Uswatun kelewatan ngomong begitu. Mungkin dia terbiasa karena udah lama satu divisi dengan Uswatun, jadi ya tau kalau si Uswatun ini bisa bikin masalah cuman dengan sikap sok akrabnya (yang kebablasan) ini.

“Tau nih… Keji! Mentang-mentang payroll lu yang ngurus ye kan!”

“Kalau gue kesel, payroll kalian gue tunda ah! Ga di tanggal 25!” kata Uswatun sambil kembali fokus ke laptop dia.

“Dih kok ngeselin???”

“Makanya jangan bikin Finance & Accounting kesel oke? Tanpa Finance & Accounting, kantor ini ga ada apa-apanya! Hahaha.”

Oke, gue kurang suka sama pernyataan Uswatun yang ini. Ya suatu perusahaan kan bisa berjalan karena adanya sinergi dari masing-masing divisi yang ada bukan? Ga cuman karena Finance & Accounting aja, tapi tetep butuh team Marketing, Customer Support, IT, dan si Owner itu sendiri. Emang Finance & Accounting mau kerja ngitungin apa kalau ga ada pemasukan dari hasil kerja Marketing? Marketing juga bisa ngehasilin apa kalau si Customer Support ga membantu merespon dan mengarahkan customer bagaimana cara bertransaksi di perusahaan kita? Semuanya pun ga akan berjalan dengan baik tanpa bantuan IT juga bukan? Jadi tolong lah pemikiran si Uswatun ini mesti banget dilurusin.

Tapi karena saat itu gue lagi ga mood untuk berbaik hati nasehatin orang, gue biarin aja si Uswatun dan Novita dengan pendapat mereka itu.

“Tapi negor gue buat apaan?” tanya gue sambil ngecek e-mail yang masuk.

“Mi, kayaknya lu mesti lebih fokus lagi ngerjain urusan HRD ini. Gue akuin, sejak lu ngurusin General Affair sih, kita udah sangat kebantu untuk urusan kerapihan kantor, inventaris kantor, ngerekrut Office Boy untuk kantor, dan segalanya yang kita butuhin di-provide dengan baik oleh lu dalam beberapa hari! Tapi tolong banget, fokus juga ke urusan HRD…” Uswatun jelasin panjang lebar.

“Lu disuruh sama Kak Irawan buat negor gue?”

Uswatun ngelirik ke Novita. “Bukan begitu, tapi gue diminta Kak Irawan buat nyari kenalan yang lebih senior dari kita untuk duduk di posisi HRD. Seakan Kak Irawan ga percaya lu bisa nge---”

Brakkk.

“Mi! Lu itu kerjanya ngapain aja sih?!” Kak Irawan mendadak buka pintu dan langsung nunjuk laptop gue.

“Ya aku ngerjain yang dibutuhin buat kantor lah, Kak. Perlu aku detail satu per satu?”

“Gue baru aja cek e-mail rekrutmen kita lho. Udah dua hari gue liat ga ada yang lu buka. Gimana sih? Di luar sana banyak lho yang nunggu respon dari kita. Siapa tau di antara mereka ada yang berpotensi. Jangan kelamaan didiemin. Bisa handle ga sih? Ga keliatan banget seriusnya kalau kerja!” Kak Irawan ngomel tanpa jeda sambil natap mata gue tajem. Gue bener-bener takut saat itu.

Jujur ya, gue ga punya ilmu tentang perekrutan karyawan begini. Maklum, gue pun bukan lulusan Psikologi ataupun punya pengalaman di Divisi HRD yang pada bisa sortir CV ga sampe 5 menit. Gue ga dikasih tau ilmunya. Gue cuman dikasih request dari Kak Irawan dan gue kerjain sebisa gue apa yang gue pahami bin gue bisa. Tapi keberlangsungan karyawan setiap harinya pun mesti gue provide. Kayak inventaris kantor, stok kebutuhan di kantor, maintenance segala kebutuhan di kantor, belanja rumah tangga kantor dan sebagainya.

Bahkan kadang, karena Office Boy kami cuman satu, saat dia lagi ngurus tamu/urusan yang lain. Gue ikut turun diminta untuk nyiapin minum untuk tamu lho! Gue ke pantry untuk siapin minuman! General Affair mana yang begitu? Gue pun bahkan pernah ikut ngerapihin gudang demi karyawan yang lain punya mushola dan ruang diskusi, karena seluruh ruangan kami penuh tetapi Kak Irawan melarang kami sholat di Masjid dan diskusi di coffee shop dekat kantor. Coba? Ada yang begitu? Ga. Tapi yang diliat sama Kak Irawan malah “… Bisa handle ga sih? Ga keliatan banget seriusnya kalau kerja!”

Just… WOW!

Gue mau ga mau akhirnya selalu pulang lebih dari Magrib, kira-kira jam 19.00 demi gue bisa ngecekin e-mail satu per satu. Gue dateng lebih pagi untuk cek e-mail yang masuk ketika malem gue udah pulang di rumah dan ga sempet buka e-mail. Apalagi akhir-akhir ini lagi ada kejadian kacau di hidup gue. Makin ga sempet aja. Soalnya jam 09.00, Kak Irawan mau-nya ga ada e-mail yang belum terbaca sama gue. WAJIB BANGET UDAH KEBUKA SEMUA! Kalau masih ada, gue bakalan kembali ditegur.

Berat. Jadinya berat. Dan ga nyaman.

Kondisi kantor gue yang kayaknya sebelumnya nyaman-nyaman aja, eh malah makin bikin gue ga betah di dalemnya begini. Miris banget. Satu per satu pun temen-temen gue pun resign, pergi ninggalin gue. Tetapi di sisi lain lagi, satu per satu temen-temen Kak Irawan masuk dengan mudahnya ke kantor gue dengan posisi Manager, Supervisor, bahkan General Manager. Langsung, tanpa banyak proses. Cuman bermodalkan CV mereka yang pernah berkuliah di perguruan tinggi luar negeri atau perguruan tinggi swasta yang biaya pendidikannya seharga beli rumah type 21 kali. “TERUS AING SORTIR CV DAN REKRUT TIAP HARI TEH KEUR NAON???” Cape-cape pilihin CV, tapi yang bisa masuk malah yang begini. Gue ga ngerti, maunya Kak Irawan saat itu.

Kasian temen-temen seperjuangan gue yang rata-rata berjuang dari bawah, ngejar prestasi di kantor ini demi naik jabatan. Mereka kayaknya kurang beruntung kalau terus bertahan di kantor gue ini. Dan gue ga tega bin ga lega kalau bisa ngerasa bahagia sendiri. Gue mau mereka pun bisa punya kesempatan kayak gue. Tapi ya percuma, ga akan bisa. Ga akan pernah bisa kayaknya kalau terus berharap di sini. Lagian, gue juga ga tau bisa bertahan berapa lama lagi di kantor ini. Wong, ketika gue lagi berjuang begini aja, di luar sana ternyata Kak Irawan berusaha cari pengganti gue.

Gue berasa kehidupan cinta gue, sama kayak kehidupan pekerjaan gue. Ketika gue berjuang bertahan sama Bang Firzy, eh di luar sana Bang Firzy berusaha nyari pengganti gue. Ketika gue berjuang untuk belajar di kantor untuk posisi baru gue, eh di luar sana Kak Irawan berusaha nyari penganti gue juga. Dejavu.

Entah idup gue lagi kenapa.


XOXOXO


Dret. Dret. Dret.

Handphonegue bunyi. Saat itu gue lagi cek inventaris bulanan di kantor. Gue lagi ga ada di ruangan gue. Jadi Kak Irawan ga bisa tuh memantau gue dari CCTV kantor kalau gue main handphone doang dan ga kerja. Hahaha.

Gue langsung cek handphone gue. “Hmm. Lira chat gue? Ga kepagian buat sebuah kajian? Belum jam 12 lho! Masa dia udah beres kajian?” tanya gue dalem hati. Gue pun ngebuka chat dari dia itu.

Quote:


“Hah? Teleponin Firzy? ANJ*NG BANGET SIH PASANGAN BERDUA! K*NTI! GA BISA APA GA USAH MENYANGKUTPAUTKAN GUE DI KEHIDUPAN PERCINTAAN MEREKA BERDUA??? BANGS*T!” Gue kembali simpen handphonegue di kantong celana jeans gue. Gue ga mau langsung bales chat si Lira ini.

Dret. Dret. Dret.

Masih gue diemin. Satu per satu chat dia masuk. Ya, dia. Gue yakin ini masih si Lira. Sumpah ya, bikin gue susah konsentrasi. Gue lagi di tengah ngecek kondisi dan kelengkapan barang-barang yang ada di tiap ruangan per divisi nih. Ga boleh skip. Soalnya ga ada yang ngecek lagi di atas gue, langsung Kak Irawan. Salah-salah, dikira gue korupsi entar. Elah.

Dret. Dret. Dret.

Lira keliatan terus usaha menghubungi gue.

Kring.

Ada miskol di handphone gue. “Oh oke, ini udah sangat mengganggu. Gue ga bisa diganggu begini mulu untuk urusan percintaan mantan gue!” kata gue dalem hati.

Gue buka chat Lira yang banyak itu…
Quote:


“Sebentar sebentar… Kenapa Firzy ngediemin Lira? Ini cuman pertengkaran rumah tangga biasa apa gimana? Segala jaket lah direbutin. Elah… Lebay amat mereka.”

Quote:


“Ini akal bulusnya dia aja apa dia lagi sarkas sama gue? Kenapa bawa-bawa ‘… masih sayang …’ begitu sih? Elah.”
kaskusvotary
Tika1909
yudhiestirafws
yudhiestirafws dan 28 lainnya memberi reputasi
29
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.