Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bekticahyopurnoAvatar border
TS
bekticahyopurno
Tentang Senja dan Luka Membalut Dada
Cerita Luka yang Betah dalam Ingatan



Dulu, bersamanya ia menyukai menulis dan berjuang bersama lewat komunitas. Ia memainkan diksi untuk menghipnotis pembaca, berjuang menyapa dunia melalui literasi sebelum akhirnya 'negeri api' menyerang.

Sebenarnya, itu adalah dua perbenturan dua bentuk cinta : antara kesetiaan bidadari surga dengan total-kepercayaan dua hati sepasang kekasih.



Siapakah yang ingkar janji .... siapa yang layak untuk benar?

"Mas benar-benar buta! Tidak bisa melihat ketulusanku selama ini. Tuli. Tidak bisa mendengar rindu yang kulantunkan sepanjang malam. Aku benar-benar trauma, Mas!"

Mentari menjerit didepan lelaki bermata elang yang berdiri tegak dengan tangan mengepal dan memerah padam.

Saling berhadapan, mereka seperti serigala dan harimau yang siap beradu gigi taring. Suara Mentari melengking memecah senja mengalahkan gemerisik suara daun yang dihempas angin puting beliung sore itu. Para peserta lomba panahan mulai berlari mencari tempat aman.

"Kamu mengkhianati kepercayaanku!" bentak dia tidak kalah keras. Rambutnya yang gondrong sedikit menutupi wajahnya , sedikit menutupi kedua bola matanya yang galak. Mentari menggigil melihat kilatan mata suaminya marah seperti mendatangkan petir.

"Aku tidak berkhianat, Mas!" sergah Mentari bercucuran air mata membasahi pipi dan cadar penutup wajahnya, "Aku dibohongi selama ini. Mas Dirandra bermain api. Menemui Tamara tapi aku dituduh 'sariawan'?"

"Tamara yang menemuiku. Bukan aku menemui dirinya. Aku tidak berbohong!" sahut ia dengan nafas tersengal, menahan gelegak amarah dalam dada.

"Mas mengkhianatiku. Masih saja bisa ngeles...." Suara Mentari tertahan kerongkongan, kering terbakar cemburu.

"Ngeles katamu? Kamu sendiri yang selalu ngeles dengan alasan sibuk dan sibuk tidak ada waktu untukku. Bahkan kamu meminta orang lain untuk mengawasiku. Oke, aku yang salah. Lantas apa masalahnya jika aku bertemu Tamara?" Pria berhidung bangir itu mulai menurunkan suaranya.

"Mas tidak salah. Bebaskan aku sebagai istrimu sekarang juga, Mas. Semua impian dan sumpahku, aku cabut."

"Tidak akan. Apa bedanya kamu dengan Tamara?"

"Cukup! Mas punya anak perempuan. Cukup aku saja yang terluka. Jangan sampai Ahya terluka."

"Ahya sudah terluka olehmu. Tapi kenapa kamu tidak bisa menerima Tamara?"

Sejak senja itu, Mentari mengunci bibirnya untuk berbicara atau bahkan sekedar chating meski tragedi sudah berlalu hampir satu tahun.

Semua hal berhubungan dengan lelaki itu Mentari hapus dan kunci. Bahkan saat orang tuanya meninggal dunia, tidak mau memberikan kabar untuknya.

Setiap kali ia merangkai kata di platform tempat mereka berjuang bersama didapati jarinya kaku. Aksaranya mati bersama kenangan menyakitkan.

Perjuangan dibangun bertahun-tahun akhirnya buyar akibat ketidakpercayaan.

Apakah mentari akan benar-benar melupakan semua janji terbuat dan menerima lelaki lain dalam hidupnya? Atau ada kejaiban untuk menyatukan hati yang telah patah. Kini semua itu baginya menjadi kenangan.

Demikian kehidupan, sejatinya setiap manusia pada akhirnya lahir sendirian dan mati juga sendirian.


Perlahan sebuah prosa luka membalut dada darinya mulai terangkai untuk mengenang pada suatu senja

Mungkin saja hanya namaku yang masih ada dalam doamu dipenghujung malam. Bukan lagi aku dan bukan ada lagi kita didalam kisah. Namun pada kehidupan lainnya kita akan bertemu dan kita melakukan apa yang ingin kita lakukan seperti sumpah dan semua impian terbuat.


Tahukah kamu apa yang paling menyiksa saat merangkai aksara? Adalah aku tidak lagi mampu meyapamu di pengunjung senja.

Prosa indah yang pernah kamu tulis kembali terdengar. Membuat aku kembali terjaga. Ketika itu, kadang kubiarkan saja kamu berbicara tanpa peduli aku lagi terjaga. Sebuah dongeng tentang aksara didigital literasi.

Aku membiarkan diriku dalam rindu. Karena aku tidak lagi mampu meyapamu seperti malam ramadhan tahun lalu.

Terkadang aku membiarkan bodoh menunggumu membangunkan sahur dengan canda menjamu, dengan alasan 'sariawanmu'. Seperti dulu saat kita berlama-lama berbagi cerita sebelum akhirnya cerita aku dan kamu telah usai.

Menyadari kamu yang telah memilih pergi, kamu tetap mengesankan meski tidak mampu dipertahankan.

Sekuat hati kutabah-tabahkan untuk tidak ikut menulis even dua hati yang tidak menyatu dan menulis aksara lainya. Namun diotakku selalu muncul senyumanmu untuk membawaku kembali menulis, menyelesaikan apa yang dulu kita perjuangkan dan tertunda.

Masih ingatkah kau pada suatu senja? Saat kamu menghentikan langkahku untuk menjadikanmu bidadari surga, aku bercucuran air mata menulis ini.

Menulis prosa senja dan luka yang membalut dada. Biarlah kita tetap berpelukan walaupun hanya dalam bayangan.


Ia menyudahi merangkai aksara, di mana siapa membacanya bikin sesakan dada. Seolah menjeburkan dalam air kubangan bernama kenangan. Biarlah kisah usang dikenang asal ingat jalan pulang.

Siapakah ia? Adalah lelaki yang tidak pernah percaya terhadap wanita, penulis cerita ini sendiri. Mungkin?

End

Sumber : dokpri
Diubah oleh bekticahyopurno 24-04-2020 15:57
nona212
Yunie87
rens09
rens09 dan 92 lainnya memberi reputasi
93
3.2K
143
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
bejosegerwarasAvatar border
bejosegerwaras
#15
Luka itu sama-sama dirasa. Entah dia yang terpaksa atau kau yang menolak melupa. Entah dia ingin melepas atau kau yang tak mau terlepasemoticon-Sorry
fiaperm
AdelineNordica
miniadila
miniadila dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.