Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3
Selamat Datang di Thread Gue 
(私のスレッドへようこそ)


Pencarian Belum Usai [TRUE STORY] - SEASON 3


TERIMA KASIH BANYAK ATAS ATENSI DAN APRESIASI YANG TELAH GANSIS READERBERIKAN DI DUA TRIT GUE SEBELUMNYA. SEMOGA DI TRIT SELANJUTNYA INI, GUE DAPAT MENUNJUKKAN PERFORMA TERBAIK GUE DALAM PENULISAN DAN PACKAGING CERITA AGAR SEMUA READER YANG BERKUNJUNG DISINI SELALU HAPPY DAN TERHIBUR

Spoiler for Season 1 dan Season 2:


Last Season, on Muara Sebuah Pencarian - Season 2 :
Quote:




INFORMASI TERKAIT UPDATE TRIT ATAU KEMUNGKINAN KARYA LAINNYA BISA JUGA DI CEK DI IG: @yanagi92055 SEBAGAI ALTERNATIF JIKA NOTIF KASKUS BERMASALAH


Spoiler for INDEX SEASON 3:


Spoiler for LINK BARU PERATURAN & MULUSTRASI SEASON 3:



Quote:


Quote:

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 83 suara
Perlukah Seri ini dilanjutkan?
Perlu
99%
Tidak Perlu
1%
Diubah oleh yanagi92055 08-09-2020 03:25
sehat.selamat.
JabLai cOY
al.galauwi
al.galauwi dan 142 lainnya memberi reputasi
133
332.1K
4.9K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43.1KAnggota
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#1987
Masih, bersama Lira
Gue dan Lira seperti menikmati dansa dengan lagu yang mendayu-dayu. Semakin lama, gue merasakan pelukan Lira semakin erat. Gue juga bingung, karena perasaan gue untuk menyayangi dia benar-benar nggak muncul sama sekali.

Pelukan kami usai dan kembali duduk. Tapi sepertinya Lira belum benar-benar sadar sepenuhnya ya. ketika dia mengambil jus untuk diminum, ternyata entah pegangannya yang nggak paten atau memang dia masih setengah sadar, dia menumpahkan jusnya itu ke bagian kanan perutnya. Jaketnya menjadi terkena tumpahan jus.

“Ya ampun kok aku kayak orang mabuk begini sih, gini aja tumpah.” Katanya seraya membuka langsung jaketnya.

Gue melihat sepintas dia memakai kerudung, tapi badannya hanya tertutup tanktop. Sebuah fantasi yang unik. Hahaha. Tapi nggak lama kemudian dia mengambil kemeja kerjanya yang terlipat didalam tasnya.

“Mas, aku nitip ini di tas kamu bisa nggak? Kayaknya tas kamu lebih besar kan ukurannya. Soalnya kalo nggak dilipet nggak muat di tasku.”

“yaudah sini. Nanti biar sekalian aku cuciin bareng sama baju-bajuku.”

“Nggak usah repot-repot mas.”

“Ya nggak repot, kan pakai jasa laundry. Hehehe.”

“Haha, beneran nggak apa-apa?”

“Iya nggak apa-apa Lir.”

Selanjutnya gue dan Lira kembali menikmati lagu-lagu sambil bernyanyi. Nggak terasa ternyata sudah mau habis waktunya. Lira sedang memesan jus lagi karena tumpah tadi. ketika gue sedang berpelukan dari samping, dan Lira mulai menciumi tengkuk gue, mas waiter datang dan membawakan jus yang Lira pesan.

Sebuah kejadian yang membuat kikuk sesaat, tapi kemudian berakhir dengan tawa gue dan Lira. Gue curiga sebenarnya disini Lira suka dengan gue, hanya aja dia nggak mau melepas gitu aja pacar dia. nggak masalah kok buat gue. karena gue emang nggak mengincar hati Lira pada dasarnya. Tapi salah satu misi gue membuat cewek ini jatuh hati dengan gue kembali berhasil.

Lira seperti kerasukan setelah minum jus. Dia semakin agresif ketika melihat gue menyanyi. Dia nggak mau melepaskan tangannya yang melingkar di bahu gue sama sekali. sesekali dia ketika gue menengok kearahnya, dia sedang tersenyum seperti memberi tanda keliaran sudah bisa dimulai.

Gue kembali berdiri dan mulai bernyanyi lagi. Pada saat itu pula gue menarik Lira untuk bergabung dengan gue. Tapi, dia malah berlutut didepan gue, dan dengan sigapnya menurunkan retsleting celana jeans gue. Agak susah payah mengingat jeans adalah bahan yang solid.

Lira kemudian mengelus isi dalam celana gue. gue tetap berdiri dan bernyanyi. Gila juga ini anak, dalam hati gue berkata. Dia langsung berinisiatif tanpa menunggu ijin gue, dan seolah tau kalau gue nggak akan protes dengan tingkah lakunya ini.

“Keluarin dong mas, aku mau liat.” Ujarnya dari bawah sana.

“Seriusan Lir? Ini kan udah mau beres?” kata gue.

“Iya makanya, cepet aja.”

“Yaudah, sebentar…”

Gue langsung melonggarkan celana dengan membuka kancing. Kemudian gue menyuruh Lira untuk mengeluarkan sendiri si rocky. Dan setelah keluar dia langsung memegang serta mengelus lembut rocky. Nggak langsung tegang membuat Lira jadi penasaran semakin cepat mengelusnya.

Sudah mulai tegang, maka rocky pun langsung dilahap tanpa ampun. Gue hanya bisa berdiri aja. sekarang jadi nggak nyanyi sama sekali karena konsentrasi gue berada dibawah sana. Rocky lagi dikasih treatment khusus oleh Lira.

Untuk diketahui, Lira ini mahir sekali dalam urusan blow blow-an seperti ini. Nggak nyangka aja mukanya lugu tapi ternyata bisa juga kayak gini. Diawal target gue yang mengincar supaya dia suka gue, lalu bisa melihat fisiknya aja cukup, ternyata diberikan bonus banyak seperti ini. Tentunya suplai yang bagus untuk rocky.

Pada lain sisi, gue nggak juga bisa membuat hati gue untuk menyayangi Lira walaupun dia sudah berkenalan awal dengan rocky. Entah kenapa gue nggak bisa meneymbunyikan perasaan kalau yang gue mau itu ya Emi kalau urusan hati dan perasaan. Kalau fisik mungkin bisa siapa aja, tapi kalau urusan hati gue nggak bisa sebegitu mudahnya beralih.

Sekitar 10 menitan Lira bermain-main dengan rocky dan pabrik produksi masa depan bangsa gue.

“Lir, nanti aku keluarin di mulut kamu ya.”

Lira hanya mengangguk.

“Aaah, telen ya Lir, biar sehat.” Kata gue dari atas tersenyum dan membelai wajahnya yang masih penuh dengan rocky serta muntahannya.

Gue kemudian menaikkan dagu Lira.

“Buka mulutnya dan tunjukin ke aku.”

Cekrek.

Gue memfoto ekspresi Lira sehabis menelan muntahan rocky. Sesuatu yang pertama kali gue lakukan dalam hidup gue. biasanya gue dapat materi stensilan itu dikirim dari ceweknya, nggak pernah gue mendokumentasikan langsung sebelumnya.

“Nggak apa-apa kan? Abis ekspresi kamu lucu. hehehe.”

“Iya nggak apa-apa mas.”

Waktu sudah habis dan kami beberes untuk pulang dari tempat karaoke mahal tersebut. Lira ternyata masih mau ngajak nongkrong lagi. Gue jadi berpikiran untuk nongkrong di coffee shop dekat kantor lama gue. oh iya, gue baru saja pindah kantor dari wilayah barat ke wilayah timur. Nggak terlalu jauh sebenarnya pindahnya, tapi harus pindah karena kebijakan baru dari gubernur baru ketika itu yang tidak mengijinkan rumah tinggal dijadikan kantor atau tempat usaha lainnya.

Sesampainya di coffee shop, ternyata masih jam 8 malam. Jadinya cukup lama juga gue disana. Ditempat itu pula Lira bilang kalau dia mau menjauhi gue. Dia mengaku kalau sebenarnya sudah mulai sayang sama gue, tapi nggak mau meninggalkan pacarnya itu. Gue bilang santai aja nggak usah terlalu gimana-gimana mikirnya. Gue yang disini mulai berpikir kalau gue yang sepertinya harus meninggalkan Lira karena menurut gue, gue sudah memenuhi target dan dikasih bonus.

Ketika akan pulang, ternyata cuaca hujan. Akhirnya kami meneduh dulu dikantor gue. untung aja kunci kantor lama gue yang sudah kosong, tapi furniturenya masih lengkap ini ada di gue. jadi kami bisa masuk kedalam. Diluar juga ada orang kepercayaan om gue yang berjualan warung diseberang kantor.

Lira langsung membuka kerudungnya dan membuka kemejanya. Pemadangan dia memakai tanktop yang juga pernah gue liat waktu diteras kostannya dia kembali muncul didepan gue.

“Mas kamar mandi dimana? Aku mau bersih-bersih dulu ini.”

“Disebelah sana, belok kanan dikit udah kamar mandi.” kata gue menunjukkan jalan.

Selesai dari kamar mandi ternyata dia nggak langsung memakai kemejanya kembali dengan alasan masih agak basah. Dia malah langsung memeluk gue. Dia langsung melingkarkan tangannya dileher gue, lalu nggak pakai lama langsung menciumi gue.

Ciumannya begitu dahsyat dan penuh nafsu. Gue hanya bisa mengimbanginya saja. Gue pun akhirnya banyak mengikuti permainannya. Gue mengangkat Lira pindah dari dekat bekas kursi gue ke meja. Dia duduk dimeja, gue berdiri. Lira perlahan membuka kaos gue dari bawah. Kemudian sambil terus mencium gue, dia membuka kembali celana gue dan menurunkannya dengan sempurna.

Gila, Lira liar banget ini. Kenapa semua cewek yang pernah ada hubungannya sama gue pada liar gini ya? Kayak kesetanan banget kalau udah urusan fisik seperti ini. Tapi ya nggak masalah sama sekali. enak-enak aja buat gue. Toh merekanya yang mau.

Lira menciumi leher gue, turun ke sekitaran dada, pinggang, perut, pinggul, sampai akhirnya dia kembali mencicipi rocky. Kali ini lebih bersemangat dan sepertinya lebih leluasa. Gue pun merasa sangat enak dan nyaman kali ini, berbeda dengan yang ditempat karaoke sebelumnya.

Belum selesai, dia kemudian berdiri, dengan tangan kanan mengelus rocky terus menerus dengan gerakan mengocok sesuatu, dia menciumi gue lagi. Gue pun nggak tinggal diam sekarang. Gue akhirnya perlahan membuka tanktop Lira. Didalamnya terdapat bra berenda bermerk terkenal dan berwarna merah marun.

Gue menciumi bagian dada Lira yang seperti dugaan gue, ukurannya cukup diatas rata-rata. Branya pun ketika sudah malam masih saja wangi, sama treatment-nya sepertinya dengan Emi yang selalu awet wangi kemanapun dia pergi. Setelah puas menikmati belahan, gue membuka branya dari belakang. Gue melihat bagian bulat sempurna itu untuk pertama kalinya. Wow, luar biasa kencang dan bagus bentuknya. Mirip dengan Ara punya secara bentuk, tapi dengan tingkat ketebalan mirip Keket.

Langsung saja nggak pakai lama urusan perkuluman, jilat dan cium dilaksanakan. Lira terlihat sangat menikmati sambil sesekali berteriak kecil dan menjambak rambut gue. semua cewek itu kenapa juga ya senang sekali menjambak rambut gue ketika gue sedang beraksi? Haha. Unik sih.

Selesai dari sana, gue turun kebawah dan menurunkan celana Lira. Pinggangnya memakai karet dan tali seperti celana tidur. Jadi nggak susah buat gue untuk menurunkannya. Bagian bawah Lira sudah terlihat dan sangat dekat dengan gue. bedanya dengan Alya, Lira masih memelihara sedikit padang rumputnya, kalau Alya kan semuanya dipangkas.

Gue langsung beraksi disana. Dia ternyata memakai aroma sabun, atau perawatan sejenisnya, yang sama dengan Emi. gue langsung membayangkan kalau ini adalah emi yang dihadapan gue. bayangan Emi nggak pernah bisa hilang dari pikiran gue.

“Masukin dong mas…..” kata Lira tiba-tiba.

“hhhmmm.. maaf Lir, aku nggak bisa.” Kata gue, kemudian langsung berdiri dihadapannya.

“Kok gitu? Aku yang mau kok ini mas.”

“Iya, akunya yang nggak bisa Lir. Maafin aku.”

“Aku tau kok mas sebenarnya nggak suka aku, cuma mau fisik aku aja. dan sekarang aku udah nawarin loh mas. Kenapa jadi nggak mau?”

“Aku nggak bisa aja Lir. Entah kenapa.”

“Emi ya?”

Gue nggak menjawab. Kemudian dia tersenyum ke gue dan membelai wajah gue dengan tangan kirinya.

“Yaudah kalau emang masih sulit, anggep aja aku ini Emi mas.”

“Nggak bisa gitu Lir. Lain lah, nggak bisa disamain.”

“Emang kurangnya dimana?”

“Nggak kurang, badan kamu bagus banget malahan. Tapi ya aku nggak bisa aja Lir.”

“Hmmm…yaudah jadi udahan aja nih ya?” katanya sambil mengambil kembali branya yang jatuh dilantai.

Gue hanya mengangguk. Gue pun menaikkan celana gue lagi, dan membantu Lira memakai celananya lagi, tapi sesaat ketika gue berjongkok dibelakang dia untuk menaikkan celananya, gue sempat menciumi pantatnya sekilas dan dia sepertinya senang.

Setelah kami berpakaian lengkap kembali, kebetulan sudah berhenti juga hujannya, kami memutuskan pulang. Saat perjalanan pulang itu pula gue dan Lira sepakat untuk nggak memperpanjang hubungan ini lagi. Gue juga semakin yakin kalau sebenarnya yang gue cari itu ya tetap sosok Emi. bukan siapapun. Kalaupun ada cewek lain, itu hanya silau di pandangan mata aja, nggak lebih. Jeleknya, gue mengiyakan kalau diajak ‘seru-seruan’ seperti yang gue lakukan dengan Lira dan Alya. Tetapi, dari pengalaman itulah gue mengerti dan memastikan diri kalau urusan gue dengan Emi belum selesai.

yudhiestirafws
namikazeminati
khodzimzz
khodzimzz dan 19 lainnya memberi reputasi
20
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.