Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

opabaniAvatar border
TS
opabani
Awalnya Dia Teman
Awalnya Dia Teman

Lima bulan setelah meninggalnya Ibu, aku masih menjadi pribadi yang pendiam tidak seperti biasanya. Bahkan, menurut orang-orang, aku sudah tak terlihat merawat diri, rambut acak-acakan, seringkali bengong bahkan cenderung menutup diri.

Aku begitu kehilangan perempuan yang melahirkanku. Rasa sayang yang begitu dalam membuatku tak bisa cepat menerima takdir-Nya. Ribuan cara untuk melupakan sakitnya kehilangan, tak serta merta mampu membuatku lupa akan rasa kehilangan tersebut.

Waktu terus berjalan dan aku masih sama dengan keadaan yang awut-awutan, sudah tiga bulan lebih mangkir kerja, sudah tidak peduli mau dipecat sekali pun, aku sudah tidak peduli lagi. Beberapa kali bos tempat di mana aku bekerja datang ke rumah, untuk menyuruhku berangkat, tak pernah kuindahkan.

**

Rumahku bersebelahan dengan perempuan yang umurnya jauh lebih muda dari aku. Perempuan itulah yang kerap menemani saat aku tengah duduk bengong di serambi rumah. Dia datang sebagai seseorang yang mencoba untuk membuatku kuat, dalam menghadapi apa yang tengah kuhadapi.

Sudah satu bulan penuh dia selalu datang di saat sedihku. Di teras rumah yang menjadi favoritku saat bengong memikirkan almarhumah Ibu.

"Mas, mau sampai kapan seperti ini? Apa gak sayang sama diri sendiri?"

Ucapnya suatu kali, saat aku duduk berhadapan dengannya, dengan tatap mataku yang kosong.

Entah kenapa, ucapan itu tiba-tiba masuk ke dalam lubuk hatiku yang paling dalam. Tubuhku serasa ada yang mengguncang agar terbangun dari tidur.

Awalnya Dia Teman
Sumber gambar: Pinterez

Aku menatap perempuan di depanku. Ada semacam tamparan keras.

**

Hari berganti menjadi bulan, aku merasa nyaman saat dia berada di depanku. Entah, ini perasaan apa? Terlalu terburu-buru jika kukatakan kalau ini adalah perasaan cinta!

"Dik. Terima kasih sudah menguatkanku, aku sudah mulai berangkat kerja seperti biasanya dan itu berkat kekuatan yang kamu berikan."

Ucapku suatu hari di minggu sore. Perempuan itu menatapku, ada sedikit air mata yang coba ditahan, harusnya kuusap agar tidak terjatuh--namun pada akhirnya jatuh juga dari sudut matanya.

"Tidak, Mas. Semuanya ya karena dirimu sendiri, karena, aku percaya, Mas itu kuat!"

Kami saling menatap, entah kenapa, dada ini berdegup hebat. Hei, apakah cinta sudah mulai bersemi di dadaku?

**

Sebulan telah berlalu, hubungan kami semakin intens. Kalau dia tidak datang, maka aku yang segera bertandang ke rumahnya--hingga hal itu berlangsung lama dan kami pun sudah saling merasa nyaman.

"Kita pacaran!"

Ujarku suatu kali, ketika dia sedang berada di rumah sendirian. Aku beranikan diri untuk mengatakan rasa, rasa yang sudah tak dapat kubendung.

"Iya, aku juga sama, Mas."

Betapa hati ini bahagia sekali, Dia memiliki perasaan yang sama! Kudekap--meski tidak begitu erat, aku tidak mau terlalu larut dalam euforia. Intinya, aku sudah cukup bahagia mendengarkan jawabannya.

**

Hubungan kami berjalan hingga memasuki bulan ketiga, semuanya baik-baik saja sebelum akhirnya datang orang ketiga di antara kami.

"Siapa lelaki yang sering datang ke rumahmu?"

"Teman, Mas."

"Serius? Tapi kenapa kerap datang?"

"Ngerjain tugas kuliah bersama, Mas. Tidak apa-apa, kan?"

Entah kenapa, rasa cemburu seperti mengaduk-adukku. Dada rasanya panas setiap kali melihat lelaki itu datang ke rumahnya.

Suatu hari pernah kejadian, saat lelaki itu datang di malam minggu. Ketika hendak pulang, ban motornya kempis.

Aku sama sekali tidak tahu menahu soal itu, kebetulan aku juga tidak ada di rumah.

Aku keluar rumah setelah melihat lelaki itu mengambil jatah malam mingguku, pergi nongkrong bersama teman-teman dan baru pulang ke rumah setelah pukul empat pagi.

Keesokan harinya, terdengar desas-desus jika penyebab bocor ban motor teman pacarku, adalah aku. Aku tertuduh sebagai pelaku sabotase atas kejadian semalam.

Cibiran semakin santer, aku dituduh cemburu buta hingga tega melakukan tindakan senekat itu. Bah! Apakah harus sampai seperti itu? Tentu saja tidak! Biar bagaimana pun, tidak mungkin kulakukan hal sebodoh itu.

"Maaf, Mbak. Siapa yang sudah sebar omongan seperti itu?"

Saking gedeknya, aku coba untuk mencari tahu kepada salah seorang yang ikut nyinyir.

"Ya adalahlah!"

Sumpah! Aku tambah naik darah, hanya ingin tahu kebenaran saja susah, biar aku bisa jelaskan, agar tidak merebak ke mana-mana. Sudahlah, aku biarkan saja masalah tersebut, toh memang bukan aku yang melakukan hal serendah itu.

Setelah kejadian itu, pacarku mulai beda. Dia tidak seperti biasanya. Jarang keluar rumah apalagi datang ke rumahku, bahkan saat kudatangi cenderung menghindar.

Kesel. Aku tulis surat putus dan aku lempar ke dalam kamarnya. Berharap ini akan mengakhiri hubungan dengan baik.

Benar! Selang beberapa hari terjadi lagi desas-desus, kalau aku memutuskan pacarku.

Ramai?

Iya!

Rumahku berdekatan dengan rumahnya, paling cuma jarak setengah meter makanya kalau apel cukup dua langkah saja sudah sampai.

Kenapa ramai? Iya! Aku dan pacarku memang sudah menjadi bagian cerita tetangga, lantaran kami intens ketemuan. Tapi perlu di ingat, kami tidak pernah melakukan hubungan yang tidak-tidak, bagiku, menjaga kehormatan itu lebih utama.

Akhirnya putusnya hubungan kami menjadi ramai dibicarakan, apalagi setelah tersiar sabotase ban bocor dan aku yang dituduh sebagai pelaku. Betapa terlihat bego nya aku, jika hal itu kulakukan!

Kami putus dengan cara yang tidak baik.

Setahun berlalu dan aku sudah move on dengan semuanya. Aku tetap menjalani hidup seperti biasanya. Pacar? Aku lelah mencari pacar, beberapa kali pacaran, hasilnya sama, sakit!

**

"Mas, sebenarnya dia masih mencintaimu."

Ujar salah seorang teman mantan pacarku. Dan entah kenapa, aku tidak serta merta menjadi bangga.

"Lalu?"

"Kok, lalu?"

"Iya, aku harus apa?"

"Balikan lagi sama dia!"

Kutatap wajah temannya dalam-dalam. Aku hanya ingin mencari kebenaran dari tatap matanya.

"Aku serius, Mas!"

"Katakan padanya, aku tidak bisa!"

"Lah, kenapa?"

"Aku tahu kok, siapa yang sudah dengan senang hati membuat hubunganku dengannya selesai."

"Memangnya siapa?"

"Cukup aku yang tau!"

Awalnya Dia Teman
Sumber gambar : Pinterez

Dia heran menatapku, mungkin baginya aku tidak tahu apa yang terjadi, padahal aku sudah tahu semuanya. Kalau boleh jujur, aku juga masih mencintainya, akan tetapi, aku tidak bisa jika harus kembali menjalani hubungan seperti dulu lagi, walaupun aku tahu, Dia sudah berjasa saat aku terjatuh.

"Katakan kepadanya, biarkan ini menjadi cerita lalu saja."

Aku tidak bisa menerima kembali cinta itu, bukan lantaran rasa sakit hati, tetapi, aku lebih memilih jika kisah cinta itu, biarkan menjadi cerita pengantar tidur saja. Layaknya dongeng seribu satu malam.

Selesai

23-04-2020
ukhtyfit81
NadarNadz
nona212
nona212 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
497
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32KThread45KAnggota
Tampilkan semua post
lintangayudyAvatar border
lintangayudy
#5
ayah ikutan juga🤩🤩
opabani
opabani memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.