- Beranda
- Stories from the Heart
Cerpen HOROR "Kisah Tragis Keluarga Penyair"
...
TS
lintangaksa16
Cerpen HOROR "Kisah Tragis Keluarga Penyair"

Part 1
Tentang Kepergian
Ada yang datang hari ini, setelah kemarin ada yang pergi. Bergantian menepi dan singgah di perjalanan. Sama saja dengan prosesnya revolusi untuk pergantian tiap detik yang dilewati.
Ada banyak alasan untuk pergi, dan rasa malu untuk kembali. Keseribu keinginan menepi, menjejak serta menyinggahi hal lain. Pada dasarnya ini memang proses kehidupan. Yang datang akan pergi, dan yang pergi karena memiliki alasan yang pasti. Tanpa peduli, yang tertinggal di sana adalah runtuhan cerita yang nantinya melukai. Mengapa? Karena kerinduan akan datang bersama senyum getir yang memilukan.
Walau faktanya aku benci kepergian, namun secara sadar atau tidak aku juga pernah melakukannya. Hal yang paling simple adalah, bergonta-ganti pasangan, ataupun teman. Bukankah itu menyakitkan untuk yang ditinggalkan? Bubar karena hal sepele yang dibesarkan.
Tapi tanpa kepergian, kita tak akan pernah beranjak. Diam di tempat. Di mana kita selalu mengaggap kepergian adalah hal yang amat menyakitkan. Padahal pada realitanya kita juga sering mengikuti jejak kepergian. Ketika kita memutuskan cari uang di perantauan, kita banyak meninggalkan orang tersayang. Apakah itu menyakitkan? Tentu saja, kita meninggalkan orang tua dan sanak saudara. Bagi yang telah menikah meninggalkan anak & istri adalah sesuatu yang paling menusuk hati.
Tentu dari kepergianlah, pembelajaran berharga didapat. Ketika sesuatu yang kita sayang pergi untuk sementara ataupun selamanya. Di sanalah, waktu-waktu serta puing-puing kesadaran akan bermunculan, bahwa keabadian itu tidak ada. Yang namanya perjalanan, telah lama atau barunya pasti sewaktu-waktu bisa saja singgah.
Dari Aku Yang Merinduan Kepergian Untuk Perjalanan.
"Tidak semua luka bisa sembuh, tidak semua pergi bisa pulang."
-Fiersa Besari
08.30 PM
Usai mengetikkan kata terakhir, Aksa menyimpan tulisannya. Mungkin suatu saat nanti dia akan merindukan tulisan ini. Apalagi saat sepi kembali datang. Dia menghela napas. Berpikir sejenak lalu mengambil ponsel di atas ranjang. Membuka data, tapi sayang tak ada pesan dari siapa pun selain pesan grup.
Sepi sekali bukan?
Aksa mematikan data, melempar ponselnya sembarang di ranjang lalu mematikan laptopnya. Niat untuk membuat tulisan lain diurungkan. Ada banyak hal yang sedang berkecamuk di hatinya. Mungkin sedikit terlelap akan membuatnya lebih tenang.
Mata itu kini terpejam, guratan lelah terlihat jelas, kilatan kesal juga tampak nyata. Suara dengkuran mulai menggema hingga sesaat kemudian. "Astagfirullah," seru Aksa sambil mengucek matanya. Dia tadi seperti bermimpi sedang terpeleset dari suatu tempat.
"Hah, mimpi macam ini lagi," gerutunya kesal lalu kembali menarik selimut hendak melanjutkan tidur cantiknya di pagi hari.
Baru sedetik dia memejamkan mata, terasa hawa dingin yang tiba-tiba masuk ke dalam pori-pori kulitnya. Jelas ini masih pukul 08.54 PM ini masih pagi, dan diluar mentari sedang teriknya. Tetapi kenapa suhu ruangan ini terasa sangat dingin? Di kamar ini tidak ada AC maupun kipas angin. Lalu apa ini?
Bulu kuduk Aksa seketika berdiri. Bukan kah tadi baik-baik saja? Ini adalah hari kedua ia tinggal di rumah barunya. Kemarin-kemarin tidak ada perasaan semacam ini. Lagi-lagi Aksa coba menepis pikiran buruk tentang "rumah angker" jelas ini masih pagi, mana ada hantu di saat matahari sedang menyingsing. "Hah, dasar aku," Aksa menepuk dahinya pelan.
Prankkkkk ....
Suara benda jatuh dari ruang tamu, Aksa bangkit untuk memeriksa. Saat sampai di ruang tamu sebuah foto peninggalan rumah ini terjatuh. Dalam foto tersebut terdapat sepasang suami-istri dengan dua anak kembar. Foto itu sangat kusam, warnanya sudah menguning. Tetapi wajah-wajah dalam foto tersebut masih terlihat jelas. Satu anak dalam foto itu terlihat seperti tidak sedang bahagia, wajahnya terlihat pucat dengan lebam di sekitar bibir dan bagian mata.
Aksa segera mengambil sapu untuk membersihkan serpihan kaca yang pecah. "Huh, dasar Mama! Kenapa foto bekas pemilik rumah ini masih ada? Ini sudah terlihat lapuk." Aksa cekatan memunguti serpihan kaca tersebut lalu memasukannya ke dalam kantong plastik.
Saat ingin membuang kantong tersebut, sekelebat bayangan lewat dari gorden samping ruang tamunya. Aksa terperanjat. Apakah dia salah lihat? Tadi itu siapa? Rumah ini sepi, tidak mungkin juga Mama pulang lalu berlari di depan gorden.
Aksa ayolah, itu hanya perasaanmu saja. Aksa keluar dari pintu samping untuk membuang kantong plastik tersebut, dan saat itu juga matanya melihat sosok anak kecil sedang menangis di taman depan rumahnya. Gadis kecil itu terlihat pucat, matanya putih kehitaman.
Gadis kecil itu menatapku?
Lagi-lagi Aksa terperanjat. Kini tubuhnya semakin menggigil, hawa panas mentari tak masuk sama sekali dalam tubuhnya. Dingin. Tubuhnya terasa lemas. Bocah itu? Bocah itu sangat mirip dengan gadis dalam foto tadi. Foto yang baru saja ia buang pada tong sampah depan rumahnya. Apakah dia? ....
-Bersambung

1. Part 1
2. Part 2
Diubah oleh lintangaksa16 22-04-2020 22:35
ariefdias dan 34 lainnya memberi reputasi
35
1.5K
28
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
lintangaksa16
#5
Part 2(Siapa Gadis Itu?)

Gambar from :
Aksa mengucek matanya untuk yang kedua kali. Sekejap sosok anak kecil itu sudah tidak ada lagi. Ke Mana dia? Menghilang atau aku cuma halusinasi? Aksa duduk pada kursi rotan yang berada di teras rumahnya. Kini rasa takut itu menyelimuti. Ini pagi Aksa, pagi! Ayolah jangan jadi penakut. Aksa menggerutu dalam hati, berharap rasa takutnya akan hilang perlahan. Tetapi nihil tetap saja pikiran-pikiran aneh itu muncul silih berganti. Mulai dari bayangan anak kecil yang dilihatnya sampai bayangan seorang lelaki tua yang sedang menyanyikan syair jawa. Ini benar-benar aneh. Pikiran aneh atau halusinasi yang berlebihan oleh rasa takut?
Aksa memijat kepalanya yang berdenyut hebat, Mamanya baru pergi satu jam yang lalu. Mustahil jika akan pulang cepat, jika tidak ada barang yang tertinggal. "Tahu begini mendingan di rumah yang lama daripada di sini." Aksa mengumpat kecil, tepat saat itu juga tersengar suara anak kecil menangis dari halaman samping. Di sana memang terdapat sebuah ayunan besar bercat putih-abu. Suara anak kecil itu mendayu-dayu. Rasa takut dan penasaran itu menghantui secara bersamaan.
"Lihat enggak, lihat enggak, lihat." Aksa menunjuk kancing baju terakhir yang dia kenakan. "Haruskah aku lihat?" tanyanya pada diri sendiri, "kalau beneran bukan manusia gimana?" gumamnya lagi. "Bodo deh, Aku ga boleh takut. Ini siang Aksa!" Dia menyemangati dirinya sendiri, lalu bangkit menuju asal suara. Benar saja itu gadis kecil yang tadi. Gadis kecil yang dia lihat di taman depan. Berarti dia manusia dong, dan mataku masih bagus gak salah lihat ataupun halusinasi.Aksa mendekati bocah kecil yang membelakanginya. Perlahan tapi pasti kini Aksa sudah tepat berada di belakang gadis itu.
"Kamu siapa?" tanya Aksa hati-hati.
Tidak ada jawaban, tetapi isakan gadis itu sudah berhenti. Aksa memberanikan diri untuk memegang bahu bocah kecil yang masih membelakanginya. Dingin. Tubuh bocah itu sangat dingin.
"Dek, badan kamu dingin. Kamu sakit?" tanya Aksa lagi.
Tidak ada jawaban, tetapi bocah itu hanya menggeleng kecil. Aksa mengerti melepaskan tangannya dan kembali bertanya. "Rumah kamu di mana? Sekitar sini?"
Bocah kecil itu mengangguk, Aksa dapat melihat gerakan kepalanya yang naik turun. Aksa menghela napas, kemudian ingin lebih dekat dan melihat wajah gadis kecil itu. Tetapi langkahnya terhenti saat terdengar suara kecil yang amat serak penuh sesak. "Ja ... jangan mendekat," ucap gadis itu terbata. Aksa menghentikan langkahnya. "Ke ... kenapa?" Aksa tercekat mendengar suara lirih bocah itu.
"Kamu akan takut jika lihat wajahku, wajahku penuh luka." Terdengar isakan lagi. Aksa masih diam ditempatnya bingung apa yang harus dia lakukan.
"Kenapa kamu bisa sampai terluka? Kamu anak dari pemilik rumah ini? Di mana orang tua kamu?" Aksa tidak dapat menyembunyikan keingintahuannya.
Tidak ada jawaban lagi, bocah itu hanya diam sambil memainkan anak rambutnya yang tergerai.
"Kamu mau tahu?" tanya bocah itu kemudian.
"Iya cerita saja Dek!" jawab Aksa cepat.
"Kamu akan takut sama aku, kalau tahu siapa aku," jawab gadis itu lagi.
Aksa tercekat untuk kesekian kalinya. Apa maksudnya? Takut kalau tahu siapa dia? Aksa sebisa mungkin menepis pikiran buruk itu. Meski kini rasa takut datang lagi, Aksa paksakan kakinya untuk tidak lari dari tempatnya berdiri.
Gadis itu masih diam, dia kini memainkan boneka barbienya yang sudah kotor dan lusuh. Aksa mengamati tangan gadis didepannya tanpa menjawab pernyataan bocah itu. Tangan gadis kecil itu terluka, ada sobekan di pergelangan tangannya.
"Tangan kamu terluka Dek, mau kakak obati?" tanya Aksa lagi.
"Sudah kubilang kamu akan takut jika lihat aku. Lagi pula ini adalah luka terakhir yang dia berikan sebelum ...." Gadis itu tak melanjutkan perkatannya. Namun, malah bangkit dan meninggalkan Aksa yang menatap pilu. Kini gadis kecil itu sudah hilang di balik belokan rumahnya.
"Hah, pasti gadis itu punya banyak cerita sedih. Coba aja kalau mau berbagi, mungkin aku juga gak akan terlalu merasa kesepian." Aksa melangkah masuk ke dalam rumah, niatnya dia akan melanjutkan tidur paginya yang hampir gagal, sampai menunggu sang Mama pulang tentunya.
.....
Bersambung dulu ya Gan, sist maaf belum bisa seserem itu ceritanya. Ini pertama kali bikin cerita horor soalnya.
Selamat membaca see you next part.
Diubah oleh lintangaksa16 22-04-2020 22:43
ariefdias dan 2 lainnya memberi reputasi
3