- Beranda
- Stories from the Heart
Antara Rasa Dan Logika ( Chapter 2 )
...
TS
aldiriza
Antara Rasa Dan Logika ( Chapter 2 )
Quote:

Yang kamu yakini itu jodohmu
Kepastiannya belum tentu
Yang kamu yakini itu bukan jodohmu
Percayalah, itu hanya pikiran bodohmu
Kepastiannya belum tentu
Yang kamu yakini itu bukan jodohmu
Percayalah, itu hanya pikiran bodohmu
****
Part 1
Sebetulnya gw paling males dengan yang namanya LDR atau Long fucking Distance Relationshit. Yap. Beberapa orang diluar sana dan termasuk gw terjebak dalam hubungan yang konyol ini. Mungkin ini cara untuk menebus kesalahan gw, Dijauhkan dari orang yang gw cintai. Tapi, gw masih bersyukur karena masih punya pacar. Meskipun terkadang rasa curiga gw melambung tinggi. Takut dia selingkuh lah, dia lagi ngapain sebenernya gw gak tau, lalu apa dia bohong atau enggak. Itu semua menjadi abstrak.
Sudah 4 bulan gw menjalin hubungan dengan dia. Cukup rumit. Tapi, kami tetap bertahan. Meskipun Dia sering marah marah ketika gw tertidur saat kami sedang teleponan. atau ketika baterai gw habis dan tiba tiba mati. Tentu sangat menjengkelkan bukan? Kesalahan tekhnis, tapi ujung ujungnya malah jadi debat kusir.
Pernah satu waktu dia menelepon pas gw lagi buang hajat. Dengan sigap gw ceb*k dan membersihkan serpihan serpihan yang tersisa, lantas lari keluar kamar mandi dan mengangkat teleponnya.
Quote:
Tik tik tik suara jam dinding yang baru gw beli terdenar kontras mendengar jawaban Darinya.
Bukan sekali dua kali seperti itu, tapi cukup sering. Memuakan memang. Tapi ya namanya cinta, lo pada tau sendiri bikin lupa diri.
...
Siang hari di pertengahan september
Hari itu matahari begitu terik, gw sesekali menyapu keringat yang jatuh diantara pelipis. Gedung gedung yang tinggi menjulang tidak cukup untuk membuat bayangan yang sedikit nya membuat gw bisa berteduh. Gw jalan menyusuri trotoar di jalan asia afrika setelah memasukan lamaran kerja ke beberapa hotel. Sialnya, sudah cukup banyak surat lamaran yang gw kirim tapi belum ada satupun hotel yang menerima gw. Ijazah SMA dan pakelering gw rasakan tidak berguna.
Gw memutuskan untuk kembali ke parkiran di pertigaan braga. "Harusnya gw gak resign" sesal gw. Gak lama gw pun cabut dari parkiran dan pulang ke kos. Mengingat ini sudah dua bulan gw menganggur, jadi gw harus lebih ekstra keras mencari pekerjaan. Please, pekerjaan apa saja gw mau.
2 bulan gw menganggur, gw rasa harga diri gw turun drastis. Karena 1 bulan terakhir gw gak sanggup untuk bayar kos. Akhirnya Tive menawarkan diri untuk membantu gw. Gak sampai disitu, kadang dia memberikan gw uang untuk makan dan rokok. Fu*k laki laki macam apa yang menyusahkan wanitanya sendiri? Nasib baik memang belum menghampiri gw. Jadi, yasudahlah.
Hal itulah yang sedikit banyaknya bikin gw makin sayang sama Tive. Bukan soal gw keenakan di kasih uang olehnya, tapi gw bisa ngerasain rasa sayang yang tulus dari dia. gw janji sama diri gw sendiri, gw harus lebih giat cari kerja.
"Lesu banget lo" kata munyo, duduk di balkon sambil merokok
Gw menghempaskan tubuh gw di atas balkon, tepat di sampingnya "negatif nyo"
"Apanya" katanya terperangah
"Lo anya unyu sama siapa?? Untung negatif!!!" Timpalnya tanpa menghela nafas " kasian Tive" keluh nya
Gw menepuk jidatnya yang makin hari makin memukau "eh kamvret, pikiran lo kotor bat, maksud gw negatif itu lamaran gw belum ada yang keterima"
"Aduuhh, ngemeng dong. Makanya jan setengah setengah kalo ngomong"
"Lah, elo kamvret yang pikirannya ASESE mulu"
"Paan tuh ASESE?" Katanya penasaran
"Area Seputar Selangkangan" jawab gw emosi
"Jiahh anying!!!" Ucapnya bersungut sungut
Gw melirik ke arah kamar yang dulu di tempati alm. Salma. Sepertinya sudah ada penghuni baru di kamar itu.
"Nyo, ada penghuni baru di samping kamar lo"
"Iya, akhirnya Al, kamar disamping gw gak sepi lagi😁"
"Cewek apa cowok"
"Cewek sih tadi gw liat, lo sih kepagian berangkatnya. Makanya kelewat."
"Bodo amat nyo munyo. Bye!!" Kata gw sambil berlalu ke kamar
"Yeh di bilangin juga" ucapnya menggerutu dan melempar kembali pandangan ke kamar di sebelahnya.
Baru saja gw masuk untuk mengganti baju tiba Munyo masuk ke kamar gw dengan ponselnya yang berdering
"Men men, ini ini" menyodorkan hp nya yang tak henti berdering
"Paan si?"
"Angkat dulu ini telepon dari indah, bilang kalo gw lagi sakit!!"
"Ah malessss!!!"
"Please men anying ih!!"
"Yeeh ngegas lo kek sembalap"
Akhirnya gw meraih ponsel yang di berikan munyo dan mengangkat teleponnya
"Hallo.. nn ndah, Munyo nya lagi sakit, dia nya lagi tidur. Ini lagi gw kompres kepalanya" ucap gw berbohong.
Munyo memberikan jempolnya dengan mimik muka bahagia. shit!!!
"Hah, sejak kapan sakit? Kemaren masih baik baik aja!!" Jawabnya kaget di ujung sana
"Iii..iya, jadi dia salah makan gt, terus keracunan. Duh bentar bentar ndah. Ini dia mau muntah muntah lagi..."
Munyo mengeluarkan suara ingin muntah
Klik, gw pun memutuskan sambungan telepon dengan Indah dan memberikan hp nya ke Munyo
"Nih!! Sialan, gw jadi ngibul sama pacar lo"
"Heuheu thanks berat men" ucapnya menyeringai tak bersalah.
"Udah udah sono gw mau tidur, capek gw"
"Iya ah, emosian lo. Lagi dapet??!!""
Ah memang gesreknya gak pernah hilang anak itu. Calon sarjana kok otaknya agak kurang dikit. Gak lama kemudian gw baru sadar kalo nantinya dia ketahuan berbohong sama indah, gw pun kena imbasnya.
"MUNYOOOOOOO!!!!"
INDEX
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Diubah oleh aldiriza 28-05-2020 07:05
rinandya dan 134 lainnya memberi reputasi
133
25.5K
441
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aldiriza
#99
Part 28 ( Catatan Lili 'wanitaku' 4 )
Gw berlari disamping Lili yang sedang terbaring gak sadarkan diri di ranjang pasien bersama 2 perawat menuju ruang IGD. Aroma rumah sakit sekali lagi harus gw hirup, aroma yang paling gw benci. Keringat dingin mengucur di sekujur tubuh gw. Jantung gw berdetak gak beraturan melihat sosok perempuan yang kini terkulai lemas di atas ranjang pasien.
Gw berhenti di ambang pintu IGD. Perasaan khawatir menggerogoti gw. Gw mencoba tenang dan duduk di atas bangku panjang. Gw mengambil ponsel di saku celana dan langsung menelepon bokap nya Lili untuk menberitahukan bahwa Lili masuk Rumah sakit.
Tut... tut.... tut...
"Hallo, assalamu'alaikum om" kata gw dengan nafas memburu
"Wa'alaikum salam. Kenapa Al??" Tanya nya cemas di ujung sana
"Lili.. Lili masuk rumah sakit Om. Tadi dia pingsan lagi di rumah" jelas gw dengan terbata
Bokapnya Lili bilang kalo dia akan pulang ke Bandung nanti malam.
Harusnya hari ini adalah jadwal makan malam spesial dengan Lili. Tapi keadaan malah memburuk. Gw mendapati diri gw masih di bangku tepat di samping pintu IGD. Menunggu kabar dari dokter yang memeriksa Lili di dalam.
Trauma gw soal rumah sakit kembali membayangi. Gw paling benci dengan aromanya. Karena dulu, waktu gw kelas 2 SMP, gw sering nemenin nyokap gw di rumah sakit untuk perawatan. Satu tahun nyokap gw sakit. Hingga akhirnya meregang nyawa ketika gw naik ke kelas 3. Lalu Salma. Dari situ, rasa trauma itu datang dan mengambil alih pikiran gw dan persepsi gw soal rumah sakit. Apakah Rumah sakit hanya untuk orang orang yang akan mati saja?? Tanya gw dalam hati..
Klik suara pintu IGD terbuka,keluar Dokter paruh baya yang pernah gw temui sebelumnya dan menghampiri gw.
"Mas, Silahkan kalo mau ke dalam"
Gw mengangguk dan beranjak masuk ke kamar Lili. Lili memandang sayu ke arah gw yang datang menghampirinya. Gw geret kursi dan duduk di sampingnya.
"Aa?" Katanya lirih
Gw menggenggam erat tangan Lili "hei, gimana keadaan kamu, Sayang?" Tanya gw menatap Lili sendu
"Aku gak papa aa, cuman kecapean aja." Katanya mencoba menenangkan gw
Kenapa lo bilang gt terus Li?
Lili mencoba mengangkat tubuhnya untuk duduk menyender di kasur, lalu gw bantu
Gw menatap Lili dalam dalam. Mungkin ini waktu yang tepat untuk gw bilang sama Lili
"Li, aa mau ngomong sama kamu" kata gw
Lili tersenyum "mau ngomong apa a?"
Tiba tiba lidah gw kelu untuk berbicara. Pandangan Gw menjadi kabur "Li... jadilah wanitaku" kata gw perlahan, menggenggam tangannya semakin erat
Lili menatap gw begitu lama. Matanya yang kering kini mulai mengeuarkan air mata dan jatuh di atas lengkungan senyumnya yang sempurna lalu mengangguk. Gw langsung memeluknya erat, perasaan sayang gw sama Lili seketika itu menjadi besar. Dalam pelukan gw teringat dengan obrolan tempo hari di rumah sakit dengan bokapnya Lili.
Gw mengurai pelukan dan memegang pipinya.
"Li... sakit banget ya??" Tanya gw dalam tangis
Lili hanya diam dan menunduk dengan air mata yang terus berjatuhan
"Lii.. aku tanya.. sakit banget?"
Lili mengangkat wajahnya. Matanya sudah sembab. Wajahnya basah oleh air yang terus menerus turun melewati pipinya "sakit banget a.. sakit banget" jawab Lili menahan air matanya yang tak kunjung reda
Gw memeluknya kembali. Lili membenamkan wajahnya di pelukan gw.
"A..aa janji sama kamu Li.. aa gak akan ninggalin kamu" ucap gw sesenggukan
Lili mencengkram punggung gw dah semakin menumpahkan tangisnya.
"Aa yakin... Lili bisa sembuh" lanjut gw membohongi diri sendiri
'Aa yakin kamu akan sembuh Li' kalimat bualan belaka.
Gw berlari disamping Lili yang sedang terbaring gak sadarkan diri di ranjang pasien bersama 2 perawat menuju ruang IGD. Aroma rumah sakit sekali lagi harus gw hirup, aroma yang paling gw benci. Keringat dingin mengucur di sekujur tubuh gw. Jantung gw berdetak gak beraturan melihat sosok perempuan yang kini terkulai lemas di atas ranjang pasien.
Gw berhenti di ambang pintu IGD. Perasaan khawatir menggerogoti gw. Gw mencoba tenang dan duduk di atas bangku panjang. Gw mengambil ponsel di saku celana dan langsung menelepon bokap nya Lili untuk menberitahukan bahwa Lili masuk Rumah sakit.
Tut... tut.... tut...
"Hallo, assalamu'alaikum om" kata gw dengan nafas memburu
"Wa'alaikum salam. Kenapa Al??" Tanya nya cemas di ujung sana
"Lili.. Lili masuk rumah sakit Om. Tadi dia pingsan lagi di rumah" jelas gw dengan terbata
Bokapnya Lili bilang kalo dia akan pulang ke Bandung nanti malam.
Harusnya hari ini adalah jadwal makan malam spesial dengan Lili. Tapi keadaan malah memburuk. Gw mendapati diri gw masih di bangku tepat di samping pintu IGD. Menunggu kabar dari dokter yang memeriksa Lili di dalam.
Trauma gw soal rumah sakit kembali membayangi. Gw paling benci dengan aromanya. Karena dulu, waktu gw kelas 2 SMP, gw sering nemenin nyokap gw di rumah sakit untuk perawatan. Satu tahun nyokap gw sakit. Hingga akhirnya meregang nyawa ketika gw naik ke kelas 3. Lalu Salma. Dari situ, rasa trauma itu datang dan mengambil alih pikiran gw dan persepsi gw soal rumah sakit. Apakah Rumah sakit hanya untuk orang orang yang akan mati saja?? Tanya gw dalam hati..
Klik suara pintu IGD terbuka,keluar Dokter paruh baya yang pernah gw temui sebelumnya dan menghampiri gw.
"Mas, Silahkan kalo mau ke dalam"
Gw mengangguk dan beranjak masuk ke kamar Lili. Lili memandang sayu ke arah gw yang datang menghampirinya. Gw geret kursi dan duduk di sampingnya.
"Aa?" Katanya lirih
Gw menggenggam erat tangan Lili "hei, gimana keadaan kamu, Sayang?" Tanya gw menatap Lili sendu
"Aku gak papa aa, cuman kecapean aja." Katanya mencoba menenangkan gw
Kenapa lo bilang gt terus Li?
Lili mencoba mengangkat tubuhnya untuk duduk menyender di kasur, lalu gw bantu
Gw menatap Lili dalam dalam. Mungkin ini waktu yang tepat untuk gw bilang sama Lili
"Li, aa mau ngomong sama kamu" kata gw
Lili tersenyum "mau ngomong apa a?"
Tiba tiba lidah gw kelu untuk berbicara. Pandangan Gw menjadi kabur "Li... jadilah wanitaku" kata gw perlahan, menggenggam tangannya semakin erat
Lili menatap gw begitu lama. Matanya yang kering kini mulai mengeuarkan air mata dan jatuh di atas lengkungan senyumnya yang sempurna lalu mengangguk. Gw langsung memeluknya erat, perasaan sayang gw sama Lili seketika itu menjadi besar. Dalam pelukan gw teringat dengan obrolan tempo hari di rumah sakit dengan bokapnya Lili.
Quote:
Gw mengurai pelukan dan memegang pipinya.
"Li... sakit banget ya??" Tanya gw dalam tangis
Lili hanya diam dan menunduk dengan air mata yang terus berjatuhan
"Lii.. aku tanya.. sakit banget?"
Lili mengangkat wajahnya. Matanya sudah sembab. Wajahnya basah oleh air yang terus menerus turun melewati pipinya "sakit banget a.. sakit banget" jawab Lili menahan air matanya yang tak kunjung reda
Gw memeluknya kembali. Lili membenamkan wajahnya di pelukan gw.
"A..aa janji sama kamu Li.. aa gak akan ninggalin kamu" ucap gw sesenggukan
Lili mencengkram punggung gw dah semakin menumpahkan tangisnya.
"Aa yakin... Lili bisa sembuh" lanjut gw membohongi diri sendiri
'Aa yakin kamu akan sembuh Li' kalimat bualan belaka.

Diubah oleh aldiriza 20-04-2020 19:05
itkgid dan 19 lainnya memberi reputasi
20
Tutup